Tag Archives: keburukan

Terhindar dari Sifat Kikir dengan Membiasakan Infak dan Sedekah


Jakarta

Membiasakan diri untuk mengeluarkan infak dan sedekah adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Tidak hanya membantu orang yang membutuhkan, tindakan ini juga memiliki manfaat besar bagi diri kita sendiri.

Dengan infak dan sedekah, kita dapat terhindar dari sifat kikir dan tamak, yang sering kali menjadi penghalang bagi perkembangan spiritual. Infak dan sedekah membantu kita melepaskan keterikatan terhadap harta, mengajarkan nilai-nilai kebaikan, serta menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama.

Ciri Orang yang Kurang Berinfak dan Bersedekah

Infak dan sedekah adalah salah satu bentuk ibadah yang dapat mendatangkan banyak kebaikan, baik bagi pemberi maupun penerima. Namun, tidak semua orang terbiasa melakukannya.


Dilansir dari situ Badan Amil Zakat Nasional, ada beberapa ciri yang tampak pada orang yang kurang infak dan sedekah, yang tidak hanya berdampak pada hubungan mereka dengan sesama, tetapi juga dapat memengaruhi kondisi batin dan spiritual mereka.

1. Merasa Seperti Menanggung Beban Utang Setiap Hari

Seseorang yang jarang infak dan sedekah sering kali merasa seperti memiliki “utang.” Hal ini karena dalam Islam, umat Islam dianjurkan untuk infak dan sedekah, baik dalam bentuk harta maupun tindakan kebaikan lainnya. Kurangnya infak dan sedekah dapat dianggap sebagai kewajiban yang belum terpenuhi, sehingga terasa seperti beban yang harus dilunasi.

2. Kesulitan Menikmati Harta yang Dimiliki

Kurang infak dan sedekah bisa menyebabkan seseorang sulit merasakan kebahagiaan dari harta yang dimilikinya. Karena hakikatnya, infak dan sedekah tidak hanya memberi manfaat kepada orang lain, tetapi juga mengisi hati dengan kebahagiaan dan kepuasan, yang memungkinkan seseorang lebih menikmati rezeki yang dimilikinya.

Dampak Kurang Berinfak dan Bersedekah

Kurang infak dan sedekah bukan hanya berdampak pada orang lain yang tidak menerima bantuan, tetapi juga memengaruhi kehidupan kita secara pribadi.

Berikut ini adalah beberapa dampak yang muncul ketika seseorang jarang infak dan sedekah.

1. Selalu Dihantui oleh Rasa Kesempitan

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori, Rasulullah SAW bersabda:

“Adapun orang yang suka berinfak, tidaklah dia berinfak melainkan bajunya akan melanggar atau menjauh dari kulitnya hingga akhirnya menutupi seluruh badannya sampai kepada ujung kakinya. Sedangkan orang yang bakhil, setiap kali dia tidak mau berinfak dengan suatu apa pun maka baju besinya akan menyempit sehingga menempel ketat pada setiap kulitnya dan ketika dia mencoba untuk melonggarkannya maka dia tidak dapat melonggarkannya.” (HR. Bukhori)

2. Malaikat Mendoakan Keburukan bagi yang Kikir

Dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

“Tiada hari yang dilewati oleh semua hamba kecuali pada pagi harinya ada dua malaikat turun. Kemudian salah satunya berdoa, Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak. Sedang malaikat yang satunya lagi berdoa, Ya Allah, binasakanlah harta orang yang kikir.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Hal ini merupakan peringatan bahwa sifat kikir tidak hanya merugikan secara duniawi, tetapi juga dapat mengundang doa keburukan dari malaikat.

3. Ancaman Neraka bagi yang Tidak Berinfak dan Bersedekah

Islam mengenal dua jenis sedekah: sedekah wajib (zakat) dan sedekah sunnah. Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:

“Siapa yang mempunyai emas dan perak tetapi dia tidak membayar zakatnya, maka di Hari Kiamat akan dibuatkan untuknya setrika api yang dinyalakan di dalam neraka, lalu disetrikakan ke perut, dahi, dan punggungnya. Setiap setrika itu dingin, maka akan dipanaskan kembali lalu disetrikakan pula padanya setiap hari, sehari setara lima puluh tahun (di dunia) hingga perkaranya diputuskan. Setelah itu, barulah ia melihat jalan keluar, ada kalanya ke surga dan adakalanya ke neraka,” (HR Muslim).

Sedekah sunnah juga penting, karena infak dan sedekah dengan niat ikhlas mampu menghapus dosa dan melindungi dari azab neraka, terutama bagi kaum wanita, seperti disampaikan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori, Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai para wanita! Hendaklah kalian bersedekah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah yang paling banyak menghuni neraka.” (HR. Bukhori)

Sifat Kikir Bisa Dihindari jika Membiasakan Mengeluarkan Infak dan Sedekah

Dinukil dari situs UIN Alauddin tentang sifat kikir dijelaskan, Sifat kikir membawa dampak negatif yang besar, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi lingkungan sosialnya.

Oleh karena itu, pentingnya pribadi kita membiasakan diri untuk mengeluarkan infak dan sedekah agar diri kitab bisa dijauhkan dari sifat kikir, berikut adalah dalilnya tentang solusi menghindari sifat kikir dengan infak dan sedekah:

1. Membangun Kesadaran akan Pentingnya Bersedekah

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 261:

الْمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سُنبُلَاتٍ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Perumpamaan (sedekah) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai; pada tiap-tiap tangkai terdapat seratus butir (biji). Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki.”

2. Membiasakan Diri untuk Bersedekah Secara Konsisten

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hashr ayat 9:

وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَـٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُفَضِّلُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Artinya: “Dan orang-orang yang telah menempati negeri (Madinah) dan beriman sebelum mereka, mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka dan tidak merasa dalam hati mereka kebutuhan terhadap apa yang diberikan kepada mereka dan mereka mengutamakan (mereka) atas diri mereka sendiri, walaupun mereka dalam keadaan kekurangan. Dan barangsiapa yang dilindungi dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 177:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَـٰبِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَوٰةَ وَآتَى الزَّكَوٰةَ ۗ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۗ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُو۟لَـٰٓئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۗ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ

Artinya: “Bukanlah termasuk kebaikan itu menghadapkan wajahmu ke arah timur atau barat, tetapi kebaikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan nabi-nabi; serta memberikan harta, meskipun ia mencintainya, kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, orang yang meminta-minta, dan untuk memerdekakan budak; dan menegakkan salat, menunaikan zakat; serta memenuhi janji jika ia berjanji; dan sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Allah Menukar Arak Menjadi Madu kepada Pemuda yang Berniat Tobat


Jakarta

Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang bertobat. Ada berbagai kisah bagaimana Ia telah mengampuni hamba-Nya hendak bertobat bahkan sebelum tobatnya itu terlaksana.

Seperti salah satu kisah tentang seorang pemuda yang berniat tobat dari khamar. Kisah ini mengandung pelajaran berharga tentang kejujuran, tobat, dan kasih sayang Allah bagi hamba-Nya yang ingin kembali ke jalan yang benar.

Berikut kisahnya yang dikutip dari kitab Qashash Muatssirah li al-Syabab karya Iyyadh Faiz yang tercantum dalam buku Kumpulan Kisah Teladan yang disusun oleh Prof. Dr. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D.


Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Al-Khattab berjalan di lorong-lorong Kota Madinah, mengamati keadaan rakyatnya. Saat mencapai sebuah persimpangan jalan, beliau melihat seorang pemuda yang tampak gelisah.

Pemuda itu membawa sebuah kendi yang ia sembunyikan di balik kain sarung yang diselempangkan di punggungnya. Gerak-geriknya mencurigakan, sehingga Umar bin Khattab pun bertanya dengan suara tegas, “Apa yang engkau bawa itu?”

Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu menjadi panik dan gugup. Ia sangat takut akan kemarahan Umar yang terkenal dengan ketegasannya dalam menegakkan hukum Islam.

Dalam kepanikannya, ia spontan menjawab, “Ini adalah kendi berisi madu.”

Padahal, kenyataannya kendi tersebut berisi khamar (arak), minuman yang diharamkan dalam Islam.

Meski telah berbohong, pemuda itu sebenarnya sedang berada dalam pergulatan batin. Ia telah menyadari kesalahannya dan memiliki keinginan kuat untuk bertobat.

Namun, kebiasaan buruk itu sulit ia tinggalkan. Dalam hatinya, ia telah menyesali perbuatannya dan ingin berhenti dari kebiasaan minum khamar. Diam-diam, ia berdoa kepada Allah dengan penuh harap agar Umar tidak sampai memeriksa isi kendinya.

Namun, Khalifah Umar yang terkenal dengan ketegasannya tidak langsung percaya begitu saja. Beliau ingin memastikan kebenaran ucapan pemuda itu, lalu berkata, “Biar aku lihat sendiri isi kendi itu.”

Saat pemuda itu mendengar permintaan tersebut, ia semakin takut. Ia menyadari bahwa jika Umar mengetahui isi kendi itu adalah arak, ia akan dihukum berat. Dengan penuh ketakutan, dalam hati ia memohon kepada Allah SWT agar menyelamatkannya dari kemarahan sang khalifah.

Dalam keajaiban yang luar biasa, Allah SWT mengabulkan doa pemuda tersebut. Ketika Umar membuka tutup kendi dan melihat isinya, ternyata yang ada di dalamnya benar-benar madu, bukan lagi khamar.

Allah telah menggantikan isinya sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba yang ingin bertobat dengan sungguh-sungguh. Pemuda itu sangat terharu dan semakin yakin bahwa Allah Maha Pengampun bagi siapa pun yang bersungguh-sungguh ingin meninggalkan keburukan.

Kisah ini menjadi pelajaran bahwa ketika seseorang memiliki niat yang ikhlas untuk bertobat, Allah akan membukakan jalan baginya. Dalam ajaran Islam, minum khamar merupakan dosa besar yang memiliki dampak spiritual yang berat. Rasulullah SAW bersabda,

“Seteguk khamar diminum, maka tidak diterima Allah amal fardhu dan sunatnya selama tiga hari. Dan siapa yang minum khamar dalam jumlah satu gelas, maka Allah tidak akan menerima sholatnya selama empat puluh hari. Dan orang yang tetap minum khamar, maka Allah akan memberinya minuman dari ‘Nahrul Khabal’.”

Ketika para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Nahrul Khabal itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Itu adalah darah bercampur nanah dari ahli neraka.”

Kisah ini menjadi pengingat bahwa Allah Maha Pengampun, tetapi juga Maha Adil dalam memberikan balasan. Bagi siapa yang masih bergelimang dalam dosa, hendaklah segera bertobat sebelum ajal menjemput. Sebagaimana pemuda dalam kisah ini yang berniat untuk meninggalkan kemaksiatan, Allah SWT pun membantunya dengan cara yang tidak disangka-sangka.

Wallahu a’lam.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com