Tag Archives: kecelakaan lalu lintas

Pelajaran dari Mobil SUV Terguling Setelah Nyalip di Bahu Jalan



Jakarta

Viral di media sosial mobil berjenis SUV terguling setelah ngebut di bahu jalan. Ini pelajaran pentingnya agar kecelakaan serupa tidak terulang lagi.

Video detik-detik mobil terguling di jalan tol akibat menyalip dari bahu jalan diunggah akun Instagram @lensa_berita_jakarta. Dilaporkan, peristiwa itu terjadi pada akhir pekan kemarin di Tol Tangerang arah Jakarta.

Dalam video yang viral itu tampak dua mobil sedang melaju kencang di bahu jalan. Mereka melaju lebih cepat daripada kendaraan lain di lajur biasa.


Mobil berkelir hitam, yang diduga merupakan Toyota Harrier, melaju kencang dengan jarak yang sangat dekat dengan kendaraan putih di depannya. Tiba-tiba di depannya lagi ada sedan yang berada di bahu jalan.

Kendaraan putih mampu menghindar. Tapi nahas, karena melaju dengan kecepatan tinggi di bahu jalan ditambah jarak yang sangat dekat, mobil hitam tak bisa menghindar dan menabrak sedan yang tengah berada di bahu jalan. Sejurus kemudian, mobil hitam itu terguling.

Menurut praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, pelajaran penting dari kejadian ini adalah jangan menjadikan bahu jalan untuk kebut-kebutan. Ditegaskan, bahu jalan hanya untuk keadaan darurat.

“Mereka-mereka yang lewat bahu jalan hanya tinggal tunggu waktu kecelakaan kok. Bukan karena mereka nggak trampil, tapi memang tidak punya pengetahuan tentang bahu jalan yang sempit, licin karena berdebu, berbeda layer bahkan mengagetkan pengemudi yang ada di lajur kiri,” kata Sony kepada detikOto, Selasa (27/2/2024).

Menurut Sony, masih banyak pengendara yang memanfaatkan bahu jalan untuk menghindari kemacetan. Mereka mengabaikan keselamatan hanya pikiran sesaat karena lebih cepat dan tidak kena macet.

Padahal, semakin kencang kendaraan melaju di bahu jalan, maka semakin besar ruang toleransi yang dibutuhkan. Di sisi lain, ruang di bahu jalan sangat sempit.

“Risikonya bisa menyerempet kendaraan di sampingnya,” ucap Sony.

Selain itu, lanjut Sony, melaju di bahu jalan juga mudah hilang keseimbangan. Sebab, rata-rata bahu jalan licin dan layer yang berbeda-beda.

“Risikonya selip dan menabrak kendaraan di sekitarnya atau bahkan melintir,” ucapnya.

Sony menyebut, kendaraan yang lewat bahu jalan dengan badan jalan memiliki perbedaan kecepatan yang signifikan. Dengan kondisi itu, kata Sony, tidak semua pengemudi siap menghadapinya. “Risikonya kaget dan menimbulkan emosi,” sebutnya.

Selain itu, Sony juga menyoroti pengendara yang berhenti di bahu jalan. Memang saat kondisi darurat mobil bisa berhenti sementara di bahu jalan, tapi ada aturan yang harus dipenuhi agar tidak ditabrak dari belakang.

“Hidupkan lampu hazard dan pasang segitiga pengaman di belakang sepanjang dua kali panjang mobil atau lihat sikonnya. Dan jangan juga melakukan perbaikan kendaraan yang rusak di bahu jalan,” katanya.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Mobil Lewat Bahu Jalan Tabrak Avanza sampai Melintir



Jakarta

Di media sosial viral video detik-detik Avanza putih melintir hingga masuk parit tol setelah ditabrak mobil yang melewati bahu jalan. Mobil itu ngebut di bahu jalan yang menyempit dan menginjak marka chevron. Ini pelajaran pentingnya!

Mobil yang lewat bahu jalan itu melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak Avanza putih yang berjalan di lajur kiri. Salah satu akun TikTok yang menggunggah momen itu adalah @motostat.tv. Tabrak lari itu terekam dashcam mobil pengguna Tol Sidoarjo. Sesuai dengan waktu yang tertera di video, tabrak lari itu terjadi pada Jumat (7/6), pukul 17.27 WIB.

Dikutip detikJatim, Kanit PJR Jatim II AKP Puguh Winarno menyebut kecelakaan itu terjadi di Tol Sidoarjo-Waru KM 748.400. Puguh membenarkan telah terjadi aksi tabrak lari.


“Telah terjadi kecelakaan tabrak lari di jalan tol Sidoarjo arah Waru. Sebuah mobil Avanza ditabrak mobil dari belakang yang tidak diketahui jenis dan nopolnya,” kata Puguh.

Puguh menjelaskan, peristiwa itu berawal saat Avanza dengan kecepatan sedang dari arah Sidoarjo ke Waru. Namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang tidak diketahui jenis dan nopolnya menyalip dari bahu jalan dengan kecepatan tinggi.

“Mobil yang tidak diketahui jenis dan nopolnya menabrak dari belakang mobil Avanza. Akibat tabrakan itu mobil Avanza hingga putar balik dan masuk ke parit,” jelas Pugguh.

Jika dilihat lebih jelas, mobil yang menabrak Avanza itu melaju di bahu jalan yang menyempit. Bahu jalan menyempit ditandai dengan marka chevron yang seharusnya tidak dilintasi kendaraan.

@motosat.tv Overspeed, Bahu Jalan dan Tabrak Lari Belajarlah Untuk Taat Batas Maximal Kecepatan #nyetirditol #belajarnyetirditol #belajarnyetirmobil #tutorialmengemuditanjakan #tutorialmengemudipemula #tutorialmengemudimobil #tutorialmengemudimanual #tutorialmengemudi #nyetirmobil #belajarmobilpemula #belajarnyetirmobilmanual #belajarmengemudiuntukpemula #belajarnyetir #kecelakaantol ♬ suara asli – Motosat_tv

“Marka chevron fungsinya sebagai area transisi dan pengarah jalan. Ketika pengemudi melihat marka chevron yang harus dilakukan mengurangi kecepatan dan meningkatkan kewaspadaan, karena rata-rata marka itu berada di persimpangan. Marka ini licin saat dilewati dalam kondisi hujan. Kemudian acap kali membuat kemacetan jika tidak tertib dengan melanggarnya. Yang paling sering terjadi adalah tabrakan,” kata praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, kepada detikOto, Minggu (9/6/2024).

Sony mengatakan ini merupakan efek bola salju dari pelanggaran bahu jalan. Menurutnya, banyak masyarakat yang mendahului dari bahu jalan karena contoh buruk dari sebagian oknum.

“Ayolah kita belajar dari hal-hal yang benar dan skip yang salah-salah. Jangan jadi pemicu dan penyebab kecelakaan. Contoh, janganlah lewat bahu apalagi mau nyalip, itu berisiko tinggi kecelakaan, selain sempit, licin, beda leveling dan rata-rata kendaraan yang ada di lajur itu slow speed atau berhenti,” ujar Sony.

“Mau buru-buru silakan tetapi ada etika, aturan dan kaedah-kaedah keselamatan yang harus ditaati. Jadi jika ada korban akibat kesalahan pelaku sebaiknya berhenti untuk bertanggung jawab,” kata Sony.

Bahu jalan yang cenderung sempit seharusnya digunakan hanya untuk keadaan darurat. Sony menegaskan, siapa pun yang memanfaatkan bahu jalan untuk melaju apalagi ngebut, tinggal tunggu waktu untuk mengalami kecelakaan.

“Bukan karena mereka nggak trampil, tapi memang tidak punya pengetahuan tentang bahu jalan yang sempit, licin karena berdebu, berbeda layer bahkan mengagetkan pengemudi yang ada di lajur kiri,” kata Sony.

Menurut Sony, masih banyak pengendara yang memanfaatkan bahu jalan untuk menghindari kemacetan. Mereka mengabaikan keselamatan hanya pikiran sesaat karena lebih cepat dan tidak kena macet. Padahal, semakin kencang kendaraan melaju di bahu jalan, maka semakin besar ruang toleransi yang dibutuhkan. Di sisi lain, ruang di bahu jalan sangat sempit.

“Risikonya bisa menyerempet kendaraan di sampingnya,” ucap Sony.

Selain itu, lanjut Sony, melaju di bahu jalan juga mudah hilang keseimbangan. Sebab, rata-rata bahu jalan licin dan memiliki layer yang berbeda-beda.

“Risikonya selip dan menabrak kendaraan di sekitarnya atau bahkan melintir,” ucapnya.

Sony menyebut, kendaraan yang lewat bahu jalan dengan badan jalan memiliki perbedaan kecepatan yang signifikan. Dengan kondisi itu, kata Sony, tidak semua pengemudi siap menghadapinya. “Risikonya kaget dan menimbulkan emosi,” sebutnya.

(rgr/mhg)





Sumber : oto.detik.com

Catat Ya! Bawa Mobil Apa pun Ada Risikonya, Perhatikan Ini kalau Mau Selamat



Jakarta

Berkendara di jalan raya dengan berbagai karakter pengguna jalan dan kendaraannya tetap memiliki potensi bahaya. Mengendarai kendaraan jenis dan merek apa pun, pengendara tetap memiliki ancaman bahaya kalau tidak menerapkan kaidah keselamatan.

Instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian mengatakan, apa pun jenis atau merek kendaraannya pengemudi kendaraan pasti memiliki risiko. Untuk itu, pengendara harus bisa mengantisipasinya agar tetap selamat di jalan raya tanpa harus menjadi korban kecelakaan fatal, apalagi sampai meninggal dunia di jalan.

“Pasti sudah pandai mengemudi entah di mana dan bagaimana caranya. Tetapi ketika memutuskan untuk menjadi pengemudi ber-SIM, maka tidak lepas dari tanggung jawab hukum untuk menjaga keselamatan diri dan orang lain serta lingkungan jalan,” kata Reza kepada detikOto, Selasa (25/6/2024).


Agar selamat di jalan raya, menurut Reza, ketika berada di jalan sebaiknya pengemudi mengantisipasi tiga penyebab kecelakaan, yaitu manusia, kendaraan, dan lingkungan.

“Lingkungan jalan tidak bisa kita kendalikan karena sudah seperti ini keadaan lalu lintas di negeri tercinta ini. Jadi tinggal kendaraan dan manusia, terutama kita sebagai pengemudi dan pengguna jalan,” ucap Reza.

Pengemudi harus mengenali kendaraan yang dibawa. Semua kendaraan, apa pun merek, jenis maupun tipenya pasti ada bahayanya. Makanya setiap pengendara harus memiliki surat izin mengemudi dan persyaratannya pun tinggi.

“Tentunya juga para insinyur dan pemegang merek sudah melakukan konsep luar biasa. Tidak mungkin (sebuah kendaraan) ada di pasaran kalau itu tidak bisa dikendalikan risikonya. Pengendalian risiko itu pasti akan bisa menyelamatkan manusia baik pengemudi ataupun pengguna jalan lainnnya, apalagi penumpang. Apa pun bahaya dari lingkungan jalan, akan tetap selamat dengan limitasi kendaraan dan ini harus dipahami sebagai pengendalian risiko dengan tujuan keselamatan,” jelasnya.

Ujung-ujungnya tetap di tangan manusianya sebagai pengemudi. Pengemudi harus bisa mengenali keterampilan dan kompetensi diri sendiri. “Dan tidak perlu membandingkan dengan orang lain karena jelas ada perbedaan,” katanya.

“Pola berpikir, respon dan tingkat pengetahuan kita berbeda-beda. Limitasinya adalah pengendalian dengan merujuk ke UULAJ (Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan) dan aturan baku. Semua untuk selamat dari bahaya di jalan,” pungkas Reza.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Ngeri Banget Cairan Kimia Tumpah di KBB, Ini yang Harus Dilakukan Pengendara



Jakarta

Cairan kimia dari truk milik salah satu perusahaan tumpah di Jalan Raya Purwakarta-Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Cairan kimia tersebut menyebabkan lebih dari 100 orang pengendara motor-mobil mengalami luka dan merusak 200 unit kendaraan.

Peristiwa itu terjadi pada Selasa (24/12/2024). Polisi menyatakan sebanyak 104 orang mengalami luka-luka akibat cairan kimia yang tumpah dari sebuah truk di sepanjang Jalan Purwakarta-Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Empat di antaranya luka berat.

“Sampai sekarang ada korban terdampak dari bocornya cairan B3. Yang terdata sampai saat ini lebih lebih dari 100 orang luka ringan, kemudian luka berat ada empat orang,” kata Kapolres Cimahi AKBP Tri Suhartanto dilansir Antara.


Berdasarkan pemeriksaan petugas kesehatan, mayoritas korban cairan kimia itu mengalami perih pada bagian mata hingga kulit melepuh. Sedangkan yang dibawa ke rumah sakit karena mengalami luka bakar yang cukup berat akibat percikan soda api itu.

Sedangkan untuk jumlah kerusakan sepeda motor dan mobil ada sebanyak 200 unit. Kerusakan didominasi karena cairan kimia yang menempel pada kendaraan hingga tidak bisa dihilangkan dan ada juga mesin kendaraan mati akibat cairan tersebut.

Erreza Hardian, instrultur awak dan pengawas angkutan B2 Lembaga Pendidikan Pertamina Training & Consulting, mengatakan di setiap angkutan akan ada simbol. Simbol tersebut perlu dipahami setiap pengendara yang berada di sekitar truk pengangkut bahan kimia.

“Minimal secara visual jelas sih, misal beberapa waktu lalu ada tabung gas bertekanan, atau ada gambar seperti tengkorak, atau ada tangan kemudian tabung bahan kimia yang artinya korosif atau artinya mampu mengiritasi kulit hingga gatal-gatal dan mengelupas serta merusak jaringan hidup, atau gambar tengkorak yang artinya racun,” beber Reza dalam keterangan tertulis kepada detikOto, Jumat (27/12/2024).

Jadi, menurut Reza, antisipasinya adalah sebaiknya pengendara di sekitar truk pengangkut bahan kimia memberikan prioritas. Segera menjauh dan jadikan truk pengangkut bahan kimia itu sebagai potensi bahaya.

“Ketika antisipasi sudah dilakukan dan ada bahaya lain berupa kebocoran, maka sebagai pengguna jalan yang awam, segera melaporkan kejadian ke 112 atau telepon emergency di kota Anda, sayangnya berbeda nih tiap kota/provinsi,” ujar Reza.

Selanjutnya, sambil menunggu bantuan datang, tanyakan pengemudi atau awak tentang dokumen MSDS atau Lembar Data Keselamatan Bahan. Ini biasanya ada pada dokumen pengiriman.

“Atau saat ini juga ada aplikasi di smartphone yang dapat kita gunakan yaitu ADR, perjanjian terkait pengangkutan internasional barang berbahaya melalui jalan darat, kalau di awak dan di kendaraan tidak dapat kita temukan,” sebutnya. Di dalam dokumen itu akan dijelaskan nama barang dan kode serta emergency response jika terpapar.

Tindakan Pertolongan Pertama

Jika bahan kimia tersebut tekena mata, segera bilas dengan air sebanyak-banyakya. Lepas lensa kontak. Jika terjadi iritasi, hubungi dokter.

Jika kontak kulit, cucilah bagian kulit yang terkontaminasi bahan ini dengan air dan sabun. Lepaskan pakaian. Cuci pakaian sebelum digunakan. Segera lakukan pengobatan medis jika terjadi iritasi berkelanjutan.

Kalau terhirup, jauhi paparan. Pindahkan korban ke udara terbuka agar dapat bernapas dengan nyaman.Segera lakukan pengobatan medis jika terjadi iritasi saluran pernapasan dan pusing berkelanjutan.

Bila tertelan lebih dari 500 ml, segera berikan 1 sampai 2 gelas air. Kemudian segera panggil/bawa ke dokter (pengobatan medis) jika terjadi kondisi yang gawat darurat. Jangan berikan sesuatu melalui mulut yang dapat mengakibatkan muntah atau rasa mual. Bahan kimia yang tertelan kemungkinan dapat terabsorpsi ke dalam paru-paru yang dapat mengakibatkan pneumonitis (chemical pneumonitis), sehingga perlu penangan yang tepat.

Menurut Reza, ada beberapa gejala atau efek jika terjadi kontak dengan bahan kimia itu. Gejala dan tanda iritasi kulit berupa rasa terbakar, kemerahan, atau membengkak. Gejala dan tanda iritasi mata dapat berupa rasa terbakar dan kemerahan pada mata sementara. Jika material produk masuk ke dalam paru-paru, gejala dan tanda yang muncul antara lain batuk, tersedak, tersengal-sengal, kesulitan bernapas, tekanan pada dada, napas pendek, dan atau demam.

“Awal munculnya gejala pada saluran pernapasan mungkin terjadi beberapa jam setelah terpapar. Menghirup uap dengan konsentrasi yang tinggi mungkin menimbulkan gangguan sistem saraf pusat dengan tanda-tanda pusing, kliyengan, sakit kepala, mual, dan hilangnya koordinasi gerak. Inhalasi yang terus-menerus mungkin dapat menyebabkan ketidaksadaran dan kematian. Efek terhadap sistem pendengaran yaitu hilangnya pendengaran sementara dan atau telinga berdenging,” beber Reza.

“Ini hanya sebagian contoh dan ada juga jika terjadi kebakaran, maka inilah acuan kita sebagai pengguna jalan yang kebetulan berada di lokasi kejadian untuk memperkecil risiko parahnya korban kecelakaan yang lain,” pungkasnya.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Ingat! Haram Lakukan Hal Ini di Jalan Tol


Jakarta

Keselamatan berkendara wajib hukumnya saat berkendara di jalan. Terlebih saat melintas di jalan bebas hambatan, seperti saat musim libur lebaran atau saat hendak balik ke Jakarta setelah mudik ke kampung halaman.

Namun cukup disesalkan masih banyak pengendara lalai saat berkendara. Auto2000 ingatkan ada beberapa hal yang haram dilakukan saat berkendara di jalan bebas hambatan atau jalan tol.

“Hindari menormalkan kesalahan, jangan melakukan tindakan salah yang dapat merugikan banyak orang saat mengemudi mobil di jalan tol. Lakukan servis berkala dan pengecekan mobil sebelum melakukan perjalanan panjang arus balik mudik, untuk menjaga kondisi mobil. Auto2000 menghadirkan Posko Siaga dan Bengkel siaga yang beroperasi sepanjang cuti lebaran 2025,” terangYagimin, Chief Marketing Auto2000.


Berikut beberapa larangan di jalan tol yang harus diperhatikan:

1. Putar Balik di Tengah Jalan Tol

Tindakan putar balik atau putar arah atau balik arah di jalan tol sangat dilarang karena menyangkut keamanan semua pengguna jalan. Selain itu, sudah ada aturan yang menyatakan jika pengemudi mobil nekat putar balik di jalan tol, akan dikenakan denda dua kali lipat dari tarif tol terjauh di ruas tol tersebut.

Putar balik hanya boleh dilakukan oleh petugas dalam kondisi darurat dan bukan oleh umum. Risikonya sangat berbahaya karena menyangkut keselamatan semua pengguna jalan. Jika gerbang tol terlewatkan, detikers bisa keluar di gerbang berikutnya dan kembali masuk dari arah berlawanan.

2. Lawan Arus kecuali ada contraflow resmi

Lawan arus atau lawan arah bisa masuk ranah pidana karena dianggap tidak mengindahkan rambu perintah atau rambu larangan dan gerakan lalu lintas. Bahaya yang mengintai adalah rawan kecelakaan lalu lintas, apalagi kalau sampai terjadi ‘adu banteng’ dengan kendaraan lain. Bukan hanya berisiko membuat mobil rusak, namun nyawa menjadi taruhannya.

3. Mengemudi di Bahu Jalan Tol

Tidak sedikit pengemudi yang melewati bahu jalan. Kebiasaan buruk ini berbahaya karena saat akan masuk ke jalur jalan, bisa menabrak atau tertabrak kendaraan lain. Ada pula risiko menabrak mobil lain yang berhenti di bahu jalan padahal ada kondisi darurat. Karena harus menyerobot lajur orang lain untuk kembali ke lajur utama, maka jalan menjadi semakin macet tidak terkendali.

4. Main Ponsel Ketika Mengemudi Mobil

Bahaya laten ini masih sering diabaikan. Atas alasan ingin eksis di socmed, sebagian pengemudi justru asyik bermain ponsel saat mengemudi mobil. Karena perhatian teralihkan, detikers tidak waspada sehingga kurang memperhatikan mobil di depan sedang mengurangi kecepatan. Atau bahkan mobil pindah lajur tanpa disadari padahal dari belakang ada mobil lain.

Kondisi di pintu gerbang Tol Sinaksak. (Dok. PT Hutama Karya)Kondisi di pintu gerbang Tol Sinaksak. (Dok. PT Hutama Karya) Foto: Kondisi di pintu gerbang Tol Sinaksak. (Dok. PT Hutama Karya)

5. Malas Menjaga Jarak Aman

Begitu ada situasi darurat, AutoFamily akan melakukan pengereman mendadak. Katakan tidak menabrak mobil di depan, tapi bagaimana dengan pengguna jalan lain di belakang? Dengan menjaga jarak aman dengan mobil di depan, detikers bisa melakukan pengereman secara bertahap dan diikuti oleh mobil di belakang, atau manuver menghindar jika memungkinkan.

6. Pindah Lajur Seenaknya

Biasanya, pengemudi yang malas menjaga jarak aman juga suka pindah lajur seenaknya. Memaksakan masuk ke lajur lain terutama lajur cepat, bisa mengakibatkan mobil ditabrak dari belakang. Atau karena memaksakan masuk, tidak menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan sehingga menabraknya. Pastikan jalur yang akan dimasuki dalam kondisi aman dan nyalakan lampu sein untuk memberi tanda ke driver lain.

7. Mengabaikan Batas Kecepatan Kendaraan

Masih banyak pengemudi yang tidak memperhatikan kecepatan mobil dan melaju pelan di lajur cepat atau lane hogger. Padahal lajur tersebut khusus untuk mobil menyalip dengan kecepatan tinggi. Di lajur lambatpun tidak boleh terlalu pelan karena berisiko sama, tapi juga jangan terlalu kencang karena bisa menabrak mobil di depan.

Gunakan jalur sesuai kecepatan, dan pastikan hanya memakai lajur paling kanan untuk mendahului. Jangan paksakan menyalip dari lajur kiri karena diperuntukkan untuk mobil yang berjalan lebih lambat, apalagi bahu jalan yang hanya untuk berhenti darurat.

8. Memaksakan Mengemudi Meskipun Mengantuk

Jangan pernah disepelekan, masalah ini sama bahayanya dengan bermain ponsel di dalam mobil. Meski hanya sekian detik, mobil detikers bisa pindah lajur atau berkurang kecepatannya tiba-tiba yang sanggup memicu kecelakaan. Solusi paling tepat untuk mengantuk adalah tidur di pom bensin atau rest area meskipun hanya 30 menit.

9. Mengabaikan Rambu dan Marka Jalan

Di jalan, ada berbagai rambu yang wajib dipatuhi seperti batas kecepatan maksimal dan minimal. Ada pula rambu yang melarang untuk menyalip jika tidak memungkinkan. Termasuk marka jalan seperti garis lurus yang menandakan pengemudi tidak boleh pindah lajur. Patuhi rambu dan marka jalan untuk menghindari tabrakan beruntun.

10. Emosional Saat Berkendara

Jagalah emosi saat mengemudi mobil karena terkait ketertiban dan keselamatan sesama pengguna jalan. Jangan memprovokasi orang lain meskipun mereka salah karena akan memicu perselisihan bahkan kecelakaan. Hindari terpancing emosi hanya karena ada pengemudi mobil lain yang tidak patuh pada aturan.

11. Malas Mengecek Kondisi Mobil

Meskipun klise, faktanya banyak pemilik mobil yang malas servis berkala atau sekadar melakukan pengecekan mobil. Bahkan membiarkan mobil walaupun terindikasi ada masalah seperti rem yang kurang pakem atau telapak ban sudah aus. Begitu ada masalah, mobil tidak dapat merespons dengan baik sehingga gagal mencegah kecelakaan.

(lth/rgr)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Nissan Kicks Tabrak-Seret Siswa SMA di Bandung



Jakarta

Pengendara mobil Nissan Kicks di Bandung menabrak pengendara sepeda motor yang berhenti di lampu merah. Pemotor yang masih berstatus pelajar SMA itu sampai terseret hingga meninggal dunia.

Dilansir detikJabar, korban saat itu sedang mengendarai motor Yamaha XSR dan tengah berhenti di lampu merah. Korban ditabrak mobil Nissan Kicks yang melaju dari arah belakang, dan mengakibatkan tubuh serta motornya terseret.

Berdasarkan penuturan kawan korban, Marlon, sebelum kejadian, ia dengan F sedang menunggu lampu merah di perempatan Jalan Anggrek dan Jalan LLRE Martadinata atau Jalan Riau. Tiba-tiba, sebelum lampu hijau menyala, datang mobil Nissan hitam itu dari arah Taman Foto dan langsung menabrak motor yang dikendarai korban dari arah belakang.


Setelah ditabrak dari arah belakang, korban yang masih berada di atas motor terseret mobil Nissan hitam sekitar 50-100 meter. Mobil Nissan yang dikemudikan seorang perempuan itu baru berhenti di sekitar Pempek Gabus, Jalan Anggrek, setelah menabrak mobil pikap dan dikejar pengendara di sekitar lokasi kejadian.

Menurut praktisi keselamatan berkendara sekaligus Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, kemungkinan ada dua penyebab mengapa mobil Nissan Kicks itu tidak berhenti setelah menabrak pemotor di lampu merah. Bisa jadi ada faktor human error pada kecelakaan ini.

“Kemungkinan pertama, pengemudinya tidak paham operasional kendaraannya, dan ketika datang panik akibat nabrak maka yang terjadi adalah kaku/freeze dari tubuhnya. Kalau kaki kanan ada di pedal gas, itu yang berbahaya, kendaraan meluncur tanpa kendali,” ujar Sony kepada detikOto, Rabu (7/5/2025).

Untuk itu, pelajaran penting dari kejadian ini, Sony menegaskan seharusnya pengemudi mobil siap secara mental, psikologis dan fisik sebelum berkendara.

“Mungkin banyak kekurangan yang ada di diri pengemudi harus di-upskill. Karena yang paling tahu hanya si pengemudi itu sendiri. Kalau dipaksakan mungkin nggak ada masalah selama tidak ketemu hal-hal yang membahayakan,” ucap Sony.

Pelajaran lain dari kecelakaan ini, saat berhenti di lampu merah atau saat melakukan perlambatan, tak ada salahnya untuk rutin mengecek kaca spion. Untuk sepeda motor, kata Sony, biasakan berada di lajur kiri untuk mempermudah penghindaran.

“Apa pun kendaraannya, pelajari dan kuasai detail-detail operasionalnya, fitur-fiturnya, abnormalnya dengan cara orientasi dulu untuk menghindari risiko kecelakaan,” sebut Sony.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com