Tag Archives: kecelakaan maut

Kecelakaan Maut di Tol Cipularang, Ini Pelajaran Pentingnya



Jakarta

Kecelakaan maut lagi-lagi terjadi di Tol Cipularang. Mobil Elf menabrak bagian belakang truk. Dua orang tewas akibat kecelakaan ini.

Disebutkan, kecelakaan diduga terjadi karena sopir Elf mengantuk. Peristiwa ini terjadi di ruas Jalan Tol Cipularang, kilometer 75.100 jalur A atau dari arah Jakarta menuju Bandung, pada Rabu (29/11/2023) sekitar pukul 23.10 WIB. Kecelakaan antara mobil Elf nopol D 7337 AI dengan dump truk nopol B 9050 ZJ tersebut mengakibatkan dua orang tewas di lokasi kejadian.

Dikutip detikJabar, Kanit PJR Tol Cipularang, IPDA Triyunadi, menjelaskan kedua kendaraan tersebut tengah melaju dari arah Jakarta menuju Bandung di lajur satu. Setiba di tempat kejadian perkara (TKP), minibus tersebut melaju cukup kencang kemudian hilang kendali sehingga menabrak bagian belakang truk yang ada di depannya.


Kerasnya benturan, membuat mobil elf itu menyangkut di bagian belakang truk dan terseret hingga 100 meter. Diduga sopir elf mengantuk.

“Dari saksi kernet itu (sopir elf) mengantuk dan menabrak belakang dump truk, itu terbawa hampir 100 meter. Sopir truk setelah diminta keterangan dia mengira pecah ban dari ban dump truk, akhirnya ke pinggir di lajur satu setelah turun ternyata ada mobil elf nabrak di mobil dump truk,” katanya.

Pelajaran penting dari kecelakaan maut ini, bahwa mengemudi dalam kondisi mengantuk sangat mengancam nyawa. Untuk itu, pengendara harus memahami betul soal kondisi tubuhnya.

Praktisi keselamatan berkendara dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan bahwa rasa kantuk dapat mengurangi kemampuan dalam merespons berbagai hal.

“Sangat klasik sekali, kalau ada tanda-tanda fatigue atau letih atau ngantuk, itu segera cari tempat istirahat. Atau, menunda perjalanan kalau belum memulai perjalanan. Menunda atau mengganti moda transportasi, atau kalau ada suruh orang lain yang bawa. Intinya dia tidak boleh mengemudi saat dia letih,” ujar Jusri.

Bila dipaksakan, nyawa taruhannya. Mobil yang dikendarai berpotensi besar mengalami kecelakaan. Sopir juga sebaiknya menyadari kondisi tubuh yang sudah lelah dan tidak memaksa mengemudi. Ada baiknya untuk menepi sejenak untuk beristirahat sekitar 20-30 menit. Saat istirahat itu, pengemudi bisa melakukan power nap sebelum melanjutkan perjalanan.

(rgr/lth)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Kecelakaan Maut Avanza Angkut 11 Orang di Tol Pekanbaru



Jakarta

Kecelakaan maut terjadi Tol Pekanbaru-Bangkinang. Sebuah Toyota Avanza dengan pelat nomor BM 1596 LM terbalik di ruas Tol Pekanbaru-Bangkinang, Kampar, Riau, akibat pecah ban.

Kecelakaan itu mengakibatkan satu dari 11 penumpang yang ada di dalam mobil tewas. Mobil Avanza itu disebut mengangkut penumpang melebihi kapasitas.

Kabag Ops Ditlantas Polda Riau, Kompol Irnanda, menyebut kecelakaan terjadi di KM 33-400 Jalur A. Insiden bermula saat mobil Avanza yang dikemudikan Andriano Saputra datang dari arah Pekanbaru. Mobil dari arah Pekanbaru itu menuju ke Bangkinang diduga dengan kecepatan tinggi. Sesampai di lokasi mobil Avanza mengalami pecah ban kiri belakang.


“Kemudian mobil tidak bisa dikendalikan sejauh lebih kurang 50 meter kemudian mobil menabrak guard rail. Menyebabkan mobil terbalik dan lengser sepanjang 60 meter,” kata Nanda dikutip detikSumut.

Kecelakaan mengakibatkan penumpang mengalami luka-luka. Bahkan satu orang meninggal dunia.

Kasat Lantas Polres Kampar AKP Viola menyebut mobil itu over kapasitas karena diisi 11 penumpang. Selain orang dewasa, di mobil tersebut juga ada anak-anak.

“Empat (orang di jok) tengah, tiga belakang termasuk dua anak umur 2 dan umur 3 tahun dipangku, dua depan,” jelasnya.

Mengangkut penumpang melebihi kapasitas kendaraan jelas sangat berbahaya. Bahkan, jumlah penumpang yang melebihi kapasitas dapat menyebabkan ban pecah.

“Pastinya. Karena ban ada aturan maksimal load-nya yang tidak boleh diabaikan,” kata praktisi keselamatan berkendara sekaligus Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, kepada detikOto, Minggu (24/12/2023).

Tak cuma itu, kelebihan muatan ini juga membuat handling sopir tidak terkendali. Setir goyang sedikit saja mobil pasti oleng.

“Ini yang banyak diremehkan para pemilik kendaraan. Isi muatan atau barang sesuai dengan kemampuan unit dan ban. Semakin berat muatan semakin besar hilangnya keseimbangan kendaraan apalagi harus stop and go, menikung ngerem bahkan kalau ada muatan yang diletakkan tidak seimbang di dalamnya. Nah jumlah penumpang nih sering juga diabaikan. Kabin kendaraan bukan koper yang bisa dimuat barang dengan padat-padatan. Penumpang harus duduk nyaman sesuai jumlah safety belt. Karena sekalipun duduk harus ada ruang bergerak saat mobil bermanuver salah satunya mengantisipasi saat mobil selip,” jelas Sony.

“Jadikan momen liburan tidak hanya sebuah kegembiraan, tapi juga keselamatan,” tegasnya.

(rgr/mhg)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Kecelakaan Maut Avanza Overload, Penumpang Wajib Pakai Seatbelt



Jakarta

Sebuah mobil Toyota Avanza mengalami kecelakaan maut di Tol Pekanbaru-Bangkinang, Kampar, Riau. Mobil berpelat nomor BM 1596 LM itu terbalik akibat pecah ban. Dilaporkan, mobil mengangkut penumpang melebihi kapasitas maksimal.

Sebagai mobil MPV, Toyota Avanza hanya memiliki kapasitas muat tujuh orang. Namun dikutip detikSumut, mobil ini dimuat 11 orang, termasuk anak-anak. Kecelakaan itu mengakibatkan satu dari 11 penumpang yang ada di dalam mobil tewas.

Kasat Lantas Polres Kampar AKP Viola menyebut mobil itu over kapasitas karena diisi 11 penumpang. Selain orang dewasa, di mobil tersebut juga ada anak-anak.


“Empat (orang di jok) tengah, tiga belakang termasuk dua anak umur 2 dan umur 3 tahun dipangku, dua depan,” jelasnya.

Dari kacamata keselamatan berkendara, mengangkut penumpang melebihi kapasitas maksimal jelas tidak aman. Kelebihan muatan ini membuat handling sopir tidak terkendali. Setir goyang sedikit saja mobil pasti oleng.

“Ini yang banyak diremehkan para pemilik kendaraan. Isi muatan atau barang sesuai dengan kemampuan unit dan ban. Semakin berat muatan semakin besar hilangnya keseimbangan kendaraan apalagi harus stop and go, menikung ngerem bahkan kalau ada muatan yang diletakkan tidak seimbang di dalamnya. Nah jumlah penumpang nih sering juga diabaikan. Kabin kendaraan bukan koper yang bisa dimuat barang dengan padat-padatan. Penumpang harus duduk nyaman sesuai jumlah safety belt. Karena sekalipun duduk harus ada ruang bergerak saat mobil bermanuver salah satunya mengantisipasi saat mobil selip,” kata praktisi keselamatan berkendara sekaligus Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, kepada detikOto, Minggu (24/12/2023).

Penggunaan safety belt untuk semua penghuni mobil juga menjadi kewajiban. Dengan memakai safety belt, ketika mobil terguling seperti kejadian Avanza ini maka badan tidak terlempar ke sana ke mari sehingga meminimalisir dampak fatal.

“Safety belt itu fitur pengaman yang utama. Memang tidak menjamin keselamatan, tapi paling tidak mengurangi risiko cedera. Tapi nggak manfaat juga pakai safety belt kalau ternyata ada beberapa orang yang nggak pakai, justru saat mobil terguling yang nggak pakai safety belt akan mencederai yang pakai safety belt. Nah pakai safety belt jangan cuma diklik buckle-nya aja tapi shoulder belt-nya harus dipastikan rapat ke badan,” jelas Sony.

Mengangkut penumpang melebihi kapasitas kendaraan juga mempengaruhi kinerja ban. Bahkan, jumlah penumpang yang melebihi kapasitas dapat menyebabkan ban pecah.

“Pastinya. Karena ban ada aturan maksimal load-nya yang tidak boleh diabaikan,” ucap Sony.

(rgr/mhg)



Sumber : oto.detik.com

Belajar dari Kecelakaan Maut Pajero, Ngebut dan Ban Pecah Kombinasi Mematikan



Jakarta

Pajero Sport yang dikendarai salah satu caleg DPRD Kabupaten Ogan Ilir mengalami kecelakaan. Caleg DPRD dari PPP itu meninggal dunia karena kecelakaan tersebut.

Peristiwa kecelakaan itu terjadi di Tol Palembang-Indralaya (Palindra) di Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan. Dilaporkan detikSumbagsel, sopir Pajero itu tewas usai terpental dan terkapar di badan jalan.

Mobil diduga melaju dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba mobil mengalami pecah ban belakang. Akhirnya sopir hilang kendali dan mobil tersebut menabrak pembatasan jalan bagian kanan.


“Diduga mobil itu ngebut dan pecah ban bagian belakang kemudian hilang kendali dan menabrak median masih yang berada di tengah jalan (sisi kanan pengendara),” kata Kanit PJR Ditlantas Polda Sumsel ruas Tol Palindra, Iptu Rudi Suwarman.

Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan ban pecah memang membuat pengendara sulit mengendalikan laju mobil. Apalagi kalau mobil tengah dipacu di kecepatan tinggi.

“Ban kendaraan pecah dan kendaraan masih bisa dikontrol itu di kecepatan maksimal 60 km/jam. Di atas itu rata-rata berujung kecelakaan,” kata Sony kepada detikOto, Minggu (7/1/2024).

Bukan tanpa alasan, Sony pernah melakukan simulasi di lingkungan tertutup. Menurutnya, ketika ban mobil pecah di atas 80 km/jam, mobil cenderung sulit dikendalikan.

“Tahun 1994-2008 saya tugas di Sirkuit Sentul (Sentul Safety Driving). Materi yang berulang-ulang saya praktikkan adalah Tire Blowup (simulasi ban pecah). Itu pun saya tetap nggak bisa kontrol jika simulasi pecah ban dan kecepatan kendaraan di atas 80 km/jam,” sebut Sony.

Kecelakaan akibat ban pecah juga beberapa kali membuat mobil terguling. Menurut Sony, mobil bisa terguling saat ban pecah karena benturan atau setelah ban pecah rem diinjak sehingga sudut mobil berubah kemudian rem langsung dilepas.

“Tetapi ada tindakan yang mungkin bisa meminimalisir risiko bahaya. Pertama tahan setir ke arah tujuan. Kedua, lepaskan kaki dari pedal-pedal yang ada di bawah. Kenapa?
Pedal rem diinjak maka mobil melintir, pedal gas diinjak maka arah mobil liar. Pedal kopling (mobil manual) diinjak maka free wheel (tidak ada perlambatan). Pindah gear ke rendah buang-buang waktu,” jelasnya.

Sony juga menyoroti kondisi pengemudi yang terlempar keluar dari mobil. Dia meyakini sopir tersebut kemungkinan tidak pakai sabuk pengaman.

“Kalau dia pakai safety belt, kecil kemungkinan terlempar keluar dari kabin,” sebutnya.

(rgr/mhg)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Kecelakaan Maut Bus Rombongan Partai di Ngawi



Jakarta

Kecelakaan maut melibatkan bus rombongan Partai Hanura. Peristiwa itu terjadi di Tol Ngawi menuju Surabaya.

Rekaman CCTV yang menayangkan detik-detik kecelakaan bus rombongan Hanura beredar di media sosial. Bus itu menabrak pembatas jalan dan terguling saat hendak menyalip truk.

Dikutip detikJatim, awalnya bus pariwisata yang mengarah ke Surabaya itu hendak mendahului truk yang ada di dalamnya. Jarak antara bodi belakang truk dan bumper bus tersebut terlihat mepet. Setelah itu, sopir bus terlihat mendadak membanting setirnya ke kanan.


Rupanya, manuver tersebut terlalu kencang. Bodi kanan bus menabrak pembatas tengah tol. Setelah itu, bus terguling ke arah kiri dengan sangat kencang.

Saking kencangnya bus yang terguling, jalanan sampai tak terlihat di CCTV. Sebab, jalanan tersebut tertutup empasan debu efek tergulingnya bus.

Akibat kecelakaan itu, 3 orang tewas dan belasan orang mengalami luka-luka. Ketiga orang yang meninggal dunia karena kecelakaan itu antara lain sopir bus berna,a Catur Pancoro (47), warga Tulangan Sidoarjo; Hadi Umar F (21), warga Mojo Lebak, Mojokerto; dan Aditya (38), warga Cungkup Pucuk, Lamongan.

Pelajaran penting dari peristiwa ini, bahwa kendaraan besar seperti bus bisa kehilangan kestabilan, apalagi di kecepatan tinggi. Menurut praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana, kendaraan dengan dimensi besar seperti bus memiliki bobot dan momentum yang besar.

Sony bilang, suspensi bus memiliki keterbatasan kemampuan dipaksa bekerja berat. Ketika ngebut, kestabilannya bisa hilang.

Kata Sony, ketika bus sampai terbalik, maka keseimbangan kendaraan hilang karena faktor rolling dan yawing yang tidak mampu dikuasai pengemudi. Hal ini menurutnya biasanya terjadi karena kecepatan tinggi.

“Kestabilan kendaraan itu bisa dirasakan oleh 4 faktor: roll, pitch, bounce dan yaw. Ketika ini sudah bergerak berlebihan maka kendaraan tersebut akan liar. Sering kali hal ini justru dipermainkan pengemudi, terlihat jago tapi justru di sini pengemudi tinggal tunggu kecelakaan,” jelas Sony.

Pelajaran lain yang juga tak kalah penting adalah, semua penumpang sudah saatnya sadar akan keselamatan dirinya. Saat naik bus, pastikan semua penumpang mengenakan sabuk pengaman agar saat terjadi kecelakaan risiko fatalitas bisa dicegah.

Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, mengatakan penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman membuat kecelakaan menimbulkan korban jiwa.

“Penggunaan sabuk pengaman telah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2021 tentang Perlengkapan Keselamatan Kendaraan Bermotor. Dalam produk hukum ini, penggunaan sabuk keselamatan tidak hanya untuk pengemudi, tetapi juga bagi para penumpang. Namun, masih banyak orang yang abai terhadap aturan tersebut meski mengancam keselamatannya,” kata Djoko belum lama ini.

Sabuk pengaman adalah perangkat yang menjadi bagian yang terpasang di kendaraan bermotor. Sabuk keselamatan berfungsi untuk mencegah benturan terutama sebagian kepala dan dada dengan bagian kendaraan sebagai akibat perubahan gerak kendaraan secara tiba-tiba.

“Pemakaian sabuk pengaman oleh penumpang jelas akan menjadi pembeda apabila terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Menurut Badan Keselamatan Jalan Raya Amerika Serikat, pemakaian sabuk pengaman akan menurunkan fatalitas 40-60 persen. Jumlah kecelakaan bertambah 5,6 persen di Amerika Serikat. Salah satunya karena tidak memakai sabuk pengaman. Bagi penumpang bus, sabuk pengaman kiranya akan menahan penumpang untuk tidak terlempar keluar dari bus apabila terjadi tabrakan,” sebut Djoko.

(rgr/dry)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Kecelakaan Maut Pemotor vs Fortuner di JLNT Casablanca



Jakarta

Kecelakaan maut terjadi lagi di Jalan Layang Non-Tol (JLNT) Casablanca, Jakarta. Pengendara motor yang melawan arah meninggal dunia usai terlibat kecelakaan dengan mobil Fortuner.

Dalam video yang beredar seperti dilihat detikcom, terlihat korban tergeletak tak bernyawa di JLNT Casablanca. Tampak juga kendaraan roda dua milik korban yang hancur.

Kasie Laka Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Diella Kartika Artha mengatakan saat itu korban MAI dan rekannya, F, nekat melawan arah di JLNT Casablanca untuk menghindari petugas.


“Kendaraan sepeda motor yang dikemudikan oleh Saudara F dan kendaraan sepeda motor yang dikemudikan oleh Saudara MAI melaju dari arah timur menuju barat di Jalan Layang Non-Tol Casablanca (Kampung Melayu-Tanah Abang) wilayah Jakarta Selatan,” kata Diella dalam keterangannya, dikutip detikNews

“Karena pada saat kejadian sedang ada giat patroli rutin yang dilakukan oleh Satlantas Polres Jaksel untuk antisipasi balapan liar dan lain-lain,” imbuhnya.

Pelajaran penting dari kecelakaan maut ini, pengendara sepeda motor harusnya sadar akan keselamatan dirinya dan orang lain. Sebab, sudah ada larangan melintas bagi kendaraan roda dua di JLNT Casablanca.

“Jadi kedua belah pihak dalam kecelakaan ini yang bisa kita jadikan lesson learned bagi pengendara, jangan melakukan pelanggaran-pelanggaran untuk menghindari kejadian tragis seperti ini. Lebih-lebih flyover ini sudah sering kali terjadi kecelakaan dan sudah ada rambu-rambu lengkap. Kesadaran masyarakat harus tinggi dalam menyikapi agar ini tidak terjadi,” kata praktisi keselamatan berkendara yang juga founder dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu kepada detikOto, Senin (19/2/2024).

“Dan bagi pengendara-pengendara kita harus bisa menyikapi bahwasanya sering terjadi kecelakaan yang bukan disebabkan kita pemicu aawalnya. Banyak kecelakaan akibat kesalahan orang lain. Tapi masalahnya tugas kita adalah menghindari kesalahan-kesalahan atau kebodohan orang lain agar tidak terjadi kecelakaan. Ingat kalau terjadi kecelakaan yang ada adalah kerugian,” sambungnya.

Sudah banyak kasus kecelakaan maut akibat motor masuk JLNT Casablanca. Beberapa tahun lalu ketika JLNT Casablanca baru dibuka, ada kasus kecelakaan ketika pengendara motor membawa ibu hamil terjun dari atas JLNT Casablanca. Banyak pula kejadian kecelakaan adu banteng akibat motor masuk JLNT Casablanca dan melawan arah.

Bukan soal ada polisi yang berjaga atau tidak. Sebab, di awal masuk JLNT Casablanca sudah jelas rambu larangan masuk bagi pengendara motor.

“Peraturan itu bukan ada atau tidak ada polisi. Peraturan itu demi keselamatan, kenyamanan pengguna jalan. Polisi melakukan penindakan penegakan hukum, itu tidak bisa menempatkan di seluruh setiap rambu-rambu lalu lintas,” tegas Jusri.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Penting! Perhatikan Ini Saat di Contraflow, biar Kecelakaan Maut Tak Terulang


Jakarta

Kecelakaan maut terjadi di jalur contraflow Km 58 Tol Jakarta-Cikampek, Senin (8/4/2024). Sebanyak 12 orang meninggal dunia akibat kecelakaan ini.

Kecelakaan ini melibatkan tiga kendaraan, yaitu bus Primajasa nopol B-7655-TGD, GrandMax nopol B-1635-BKT, dan Daihatsu Terios. Awalnya, Mobil GranMax yang berada di jalur contraflow hendak menepi di bahu jalan, dan masuk ke jalur berlawanan yang mengarah ke Jakarta. Kemudian, sebuah bus dari arah Cikampek tak bisa menghindari kendaraan Gran Max itu, hingga akhirnya terjadi kecelakaan sampai mobil Gran Max terbakar.

Kecelakaan maut dua mobil dan satu bus di Km 58 Tol Jakarta-Cikampek (Japek) menyebabkan 12 orang meninggal dunia. Korban tewas terdiri dari tujuh pria dan lima perempuan.


Perlu menjadi catatan, jika pengendara lewat jalur contraflow ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Sebab, melewati jalur contraflow di jalan tol memiliki risiko besar. Salah-salah, mobil keluar jalur dan menabrak kendaraan dari arah berlawanan.

Menurut Nur Imansyah Tara, Marketing Division Head Auto2000, saat melewati jalur contraflow, salah sedikit saja bisa fatal akibatnya. Ada beberapa tips yang harus diperhatikan pengendara saat lewat jalur contraflow, seperti dikutip dari Auto2000.

1. Pelajari Jadwal dan Titik Contraflow

Sebelum melintas, pengendara perlu mengetahui jadwal dan lokasi contraflow. Informasi mengenai aturan ini biasanya bisa didapatkan melalui media sosial atau operator jalan tol. Sebelum lajur lawan-arah pasti sudah ada rambu-rambu yang dipasang.

2. Pintu Keluar Tol Tidak Terlewati

Pada umumnya, jalur contraflow memiliki satu pintu masuk dan satu pintu keluar. Jika pintu gerbang keluar tol sudah terlewat, maka pengendara perlu melanjutkan perjalanan hingga jalur contraflow berakhir dan mencari pintu keluar jalan tol.

Melihat rute contraflow antara KM 36 ruas Jalan Tol Jakarta – Cikampek sampai dengan KM 72 ruas Jalan Tol Cikopo – Palimanan (Cipali), artinya semua pintu tol antara titik tersebut akan terlewati kalau pengendara memilih lajur contraflow. Termasuk interchange menuju Jalan Tol Cipularang tujuan Bandung yang berada di Dawuan KM 67.

3. Waspada bagi Pengguna Jalan Layang Tol MBZ

Jalan Layang Tol MBZ memiliki titik akhir di sekitar KM 47 Jalan Tol Cikampek. Sehingga, ada kemungkinan pengnedara tidak bisa pindah ke lajur contraflow mengingat ada potensi tidak bisa memotong masuk ke aksesnya. Anda harus memperhitungkannya kalau ternyata perkiraan ini benar.

4. Persiapan di Lajur Kanan Sebelum Akses ke Contraflow

Ketika sudah mengetahui titik dan lokasi jalur contraflow, maka perlu mempersiapkan kendaraan di lajur kanan. Bersiaplah sekitar 2 km sebelum pintu masuk jalur contraflow supaya tidak kelewatan atau melakukan manuver mendadak yang berbahaya.

Misalnya, jalur contraflow berada di KM 36, maka pengemudi harus bersiap mengambil lajur kanan saat berada di KM 34. Dengan demikian, arus lalu lintas kendaraan lain tidak akan terganggu dan tidak memicu kecelakaan. Nyalakan sein kanan saat jarak dengan akses masuk tinggal 500 meter.

5. Atur Kecepatan Mobil

Mobil tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat di lajur lawan arah ini. Jika terlalu pelan, akan menghambat lalu lintas. Namun kalau terlalu cepat juga berbahaya mengingat berada di jalur mobil lain dari lawan arah. Idealnya, kecepatan kendaraan di jalur contraflow adalah 60 km/jam.

6. Jaga Jarak Aman

Pengendara juga harus menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan. Terapkan teori tiga detik untuk menjaga jarak aman. Dengan menjaga jarak aman, dapat membuat pengendara mengantisipasi segala kemungkinan.

7. Awas Keluar dari Jalur Contraflow!

Mobil yang lewat jalur contraflow akan langsung berhadapan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan sehingga memiliki tingkat bahaya tinggi. Apabila ada kendaraan yang keluar dari jalur contraflow ataupun sebaliknya, tentu sangat berbahaya.

8. Perhatikan Kondisi Sopir dan Penumpang

Metode safety driving perlu diterapkan selama melintasi jalur lawan-arah. Yang terutama adalah jangan main ponsel atau hal yang mengalihkan perhatian. Fokus dan waspada dengan melihat ke arah depan, sisi kanan dan kiri lewat spion, dan sesekali melihat ke arah belakang.

Selain itu, pastikan pengendara dalam kondisi prima dan tidak mengantuk agar lebih waspada saat hendak memasuki jalur contraflow yang berjarak kurang lebih hampir 40 km itu. Pastikan pula penumpang tidak ada kebutuhan ke toilet dan bahan bakar mencukupi.

9. Pastikan Mobil Dalam Kondisi Sehat

Karena hanya memanfaatkan satu lajur jalan dan tidak bisa kembali ke lajur normal, posisi berhenti mobil yang mogok di jalur contraflow pasti akan langsung memblokade arus lalu lintas, bahkan bisa berhenti total jika tidak ada solusinya.

Pastikan mobil dalam kondisi sehat sebelum memutuskan untuk masuk ke jalur contraflow. Jangan memaksakan untuk melewatinya kalau terdeteksi ada potensi masalah. Sebaiknya tetap lewat jalur normal dan berkunjung ke bengkel atau Posko Siaga 24 Jam untuk pemeriksaan.

“Berkendara di jalur contraflow membutuhkan mobil dan pengemudi yang sehat dan andal. Untuk itu persiapkan fisik AutoFamily sebelum pergi libur Mudik Lebaran 2024 dan pastikan mobil dalam kondisi sehat supaya tidak memicu masalah. Silakan berkunjung ke Posko Siaga 24 Jam Auto2000 buat AutoFamily yang ingin servis berkala dan mengecek kondisi mobil dengan banyak benefit,” tutur Nur Imansyah Tara.

(rgr/lth)



Sumber : oto.detik.com

Mobil Bermasalah saat di Contraflow, ke Mana Harus Menepi?



Jakarta

Kecelakaan maut terjadi di jalur contraflow tol Jakarta-Cikampek, kemarin. Akibat kecelakaan itu, sebanyak 12 orang meninggal dunia.

Awalnya, Mobil Gran Max yang berada di jalur contraflow hendak menepi di bahu jalan, dan masuk ke jalur berlawanan yang mengarah ke Jakarta. Kemudian, sebuah bus dari arah Cikampek tak bisa menghindari kendaraan Gran Max itu, hingga akhirnya terjadi kecelakaan sampai mobil GranMax terbakar.

Kecelakaan maut dua mobil dan satu bus di Km 58 Tol Jakarta-Cikampek (Japek) menyebabkan 12 orang meninggal dunia. Korban tewas terdiri dari tujuh pria dan lima perempuan.


Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Instruktur & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menyebut bahwa jalur contraflow itu adalah koridor neraka. Sebab, meleng sedikit dari jalur contraflow bisa berakibat fatal.

Maka dari itu, harusnya pengendara mempersiapkan segala hal untuk masuk jalur contraflow. Jangan sampai kendaraan, pengendara maupun penumpang mengalami masalah sehingga harus berhenti darurat.

“Sebaiknya mindset kita adalah bagaimana jangan trouble. Oleh karena itu ketika mau masuk ke contraflow yang menjadi koridor paling berbahaya dalam rekayasa lalu lintas yang ada, ada 3 persyaratan. Yaitu pengendaranya harus fit, bugar, tidak dalam keadaan letih. Kemudian kendaraan harus dalam kondisi fit, tidak ada kemungkina trouble-trouble. Kemudian penumpang juga harus paham bahwa saat di koridor tadi mereka harus tidak macam-macam, tidak bisa melakukan sesuatu atau keinginan seperti di jalur normal. Karena ruang yang sempit, ruang yang terbatas, dan lalu lintas dari arah berlawanan itu berdampingan dengan mereka,” jelas Jusri kepada detikOto, Selasa (9/4/2024).

Meski begitu, kalau ada keadaan darurat yang tidak bisa ditunda, pastikan berhenti di tempat yang aman. Untuk jalur contraflow, Jusri menegaskan jangan berhenti di bahu jalan jalur normal di lawan arah.

“Kalau kita lihat dari tingkat risiko, maka kalau terjadi apa-apa yang tidak bisa ditunda, paling aman adalah berhenti di lajur kiri. Di lajur kiri memang sangat terbatas, itu ada bahu jalan yang memang cuma dua meter. Tapi itu lebih aman dibanding dia harus memotong lajur lawan. Dan persyaratan di contraflow pun orang dilarang masuk lajur berlawanan. Rest area pun dilewati semua,” sebut Jusri.

“Di contra flow itu harus mengitkuti jalur yang ada dengan kecepatan traffic. Jadi kalau traffic stop and go 40-30 km/jam harus terus jalan, nggak boleh berhenti, nggak boleh ada jeda. Karena kalau ada jeda macet lagi itu kan. Dan kalau itu terjadi ada apa-apa, maka dia bisa berhenti di lajur kiri. Syukur lajur kiri adalah jalur hijau,” jelasnya.

(rgr/lth)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Kecelakaan Maut Porsche Tabrak Pantat Truk di Tol Dalam Kota



Jakarta

Sebuah mobil sport Porsche Cayman menabrak bagian belakang truk di Tol Dalam Kota, Jakarta, dini hari tadi. Pengemudi Porsche dilaporkan meninggal dunia akibat kecelakaan ini.

Kecelakaan tersebut terjadi pada Rabu (19/6) pukul 01.40 WIB dini hari tadi di Km 5+200 B sebelum GT Kuningan 2 Tol Dalam Kota Jakarta. Disebutkan, kecelakaan ini terjadi akibat kurangnya kehati-hatian pengemudi Porsche dalam berkendara.

“Sebelum GT Kuningan 2 wilayah Jakarta Selatan, saat sedang berjalan karena kurangnya hati-hati saat berkendara akhirnya kendaraan sedan Porsche Cayman yang dikemudikan saudara TP menabrak bodi belakang kendaraan truk Mitsubishi yang dikemudikan saudara RA yang berada di depannya,” kata Kasi Laka Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Diella Kartika Artha dikutip detikNews.


Porsche itu menyangkut di bagian belakang truk. Bahkan, Porsche sempat terseret sejauh 150 meter lantaran pengemudi truk tidak tahu.

Dalam kecelakaan tersebut, pengemudi Porsche Cayman berinisial TP meninggal dunia di lokasi kejadian. Selain itu, satu penumpangnya mengalami shock berat.

Pelajaran dari Insiden Porsche Tabrak Truk di Tol Dalam Kota

Kecelakaan maut mobil menabrak bokong truk sering terjadi di jalan tol. Ada beberapa pelajaran penting dari kecelakaan maut serupa agar tidak terulang lagi.

Pertama, kita harus paham ‘kekurangan’ truk perihal dimensi dan bobotnya yang besar. Truk bergerak lambat sehingga butuh waktu untuk akselerasi dan pengereman, termasuk membutuhkan ruang yang luas saat manuver dan memiliki blind spot yang luas.

Kedua, hindari mengemudi secara agresif. Misalnya, pindah lajur tiba-tiba karena tidak sabar menunggu mobil di depan kembali ke lajur kiri. Masalahnya, di sebelah kiri sering terdapat truk yang melaju perlahan. Dengan perbedaan kecepatan yang tinggi, tanpa disadari mobil tiba-tiba sudah dekat dengan bak truk. Risikonya sangat besar jika kita gagal mengantisipasinya.

Selanjutnya, patuhi batas kecepatan di jalan tol. Jalan tol dalam kota memiliki batas kecepatan minimal 60 km/jam dan maksimal 80 km/jam. Mobil yang terlalu cepat akan sulit dikendalikan dan berbahaya jika di depan ada truk yang berjalan lambat.

Selain mematuhi batas kecepatan aman, kita juga harus menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan. Kita harus mampu melihat potensi masalah dari truk di depan dan melakukan manuver menghindar saat dibutuhkan. Seperti ketika ada truk yang tidak kuat menanjak. Termasuk memiliki ruang yang cukup untuk melakukan pengereman jika diharuskan mengurangi kecepatan.

Kemudian, pengemudi juga harus paham dan sadar bahwa tidak semua truk di jalan tol memiliki perangkat safety. Kadang ditemui truk yang lampu belakangnya redup, bahkan mati. Ada juga yang tidak menggunakan stiker pemantul cahaya. Truk dengan kekurangan semacam ini bisa menjadi ancaman bagi pengendara di belakangnya.

Terakhir yang juga penting adalah, segera beristirahat jika lelah. Sebab rasa lelah yang dipaksakan bisa mengurangi konsentrasi mengemudi di jalan tol. Jika hilang konsentrasi sedikit saja, dampaknya bisa sangat fatal.

“Jadi kalau ada tanda-tanda fatigue atau letih atau ngantuk, itu segera cari tempat istirahat. Atau, tunda perjalanan kalau belum memulai perjalanan. Menunda atau mengganti moda transportasi, atau kalau ada suruh orang lain yang bawa. Intinya dia tidak boleh mengemudi saat dia letih,” ujar Praktisi keselamatan berkendara dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu.

Pengemudi sebaiknya menyadari kondisi tubuh yang sudah lelah dan tidak memaksa mengemudi. Ada baiknya menepi sejenak untuk beristirahat 20-30 menit. Saat istirahat itu, pengemudi bisa melakukan power nap sebelum melanjutkan perjalanan.

(rgr/dry)



Sumber : oto.detik.com

Belajar dari Kecelakaan Maut Pajero Tabrak Truk, Wajib Pakai Seatbelt



Jakarta

Kecelakaan maut terjadi di Tol Batang-Semarang, kemarin pagi. Mitsubishi Pajero Sport menabrak truk mogok, akibatnya empat orang meninggal dunia.

Kecelakaan yang terjadi di KM 405, wilayah Desa Magelung, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kendal, itu melibatkan Pajero Sport berpelat AG 1691 AF dan truk. Akibat insiden tersebut, empat orang yang merupakan penumpang Pajero Sport meninggal dunia.

Warga sekitar, Supriyanto, mengungkapkan suara akibat benturan mobil yang menabrak truk sangat keras.


“Dengar ada suara benturan keras, saya keluar rumah dan lihat mobil Pajero hitam sudah ringsek. Di jalan ada dua korban yang terlempar, dan ada korban yang terjepit (di dalam mobil),” kata Supriyanto dikutip detikJateng.

“Di situ ada truk mogok sudah dua hari dan dari arah barat mobil Pajero ngebut kencang dan nabrak truk yang parkir itu (dari belakang),” imbuh dia.

Belajar dari kecelakaan maut yang sampai membuat penumpang terlempar keluar mobil, penting agar semua penumpang di dalam mobil menggunakan sabuk keselamatan atau seatbelt. Dengan menggunakan seatbelt, ketika terjadi kecelakaan atau bahkan mobil terguling, badan kita tidak akan terlempar ke sana ke mari.

Sayangnya, menurut Instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian, masih banyak pengguna kendaraan yang menyepelekan penggunaan sabuk keselamatan. Terlebih, aturan saat ini hanya mewajibkan penggunaan sabuk pengaman untuk sopir dan penumpang depan.

“Karena base in Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang sudah sejak 2009 tanpa revisi. Ini data dan faktanya jelas penggunaan sabuk pengaman dengan baik dan benar mampu mengurangi risiko ketika terjadi crash,” kata Reza kepada detikOto, Minggu (23/6/2024).

Reza juga meminta pengelola jalan tol untuk melakukan kampanye keselamatan penggunaan sabuk pengaman untuk semua penumpang. Paling tidak, semua penumpang wajib pakai seatbelt di jalan tol, ketika mobil cenderung dipacu hingga kecepatan tinggi.

“Jadi ini mungkin kampanye simple, saat masuk tol ada perintah penggunaan safety belt karena bahaya dari tingginya kecepatan di jalan ini. Tapi diperjelas statement-nya: ‘Gunakan sabuk pengaman untuk seluruh penumpang’ gitu misalnya. Termasuk untuk anak harus ada edukasi yang baik, gunakan car booster atau kursi anak. Minimal hanya ketika di jalan tol. Kalau penumpangnya nggak mau ya wajib bagi pengemudi mengendalikan kecepatan sesuai rambu karena ada risiko penumpangnya cedera parah jika terjadi crash,” jelas Reza.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com