Tag Archives: kecelakaan nuklir

Mengapa Radiasi Cesium-137 di Cikande Bisa Picu Kanker? Berikut Penjelasan Sains



Jakarta

Pemerintah telah menetapkan Radiasi Cesium-137 sebagai Kejadian Khusus pada Selasa (30/9). Keputusan ini diumumkan oleh Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) setelah hampir dua pekan terakhir Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Radiasi Cesium-137 turun ke lapangan.

Sebagai informasi, kasus ini berawal dariditemukannya sejumlah titik penimbunan material slag hasil peleburan yang mengandung zat radioaktif Cesium-137 di Kawasan Industri ModernCikande, Serang, Banten. Kasus ini kemudian mendapat perhatian publik setelah produk ekspor Indonesia, seperti udang beku, ditolak oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) karena terdeteksi mengandung Cesium-137.


Menanggapi situasi ini, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) berkoordinasi dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Komando Brimob Polri (KBRN) untuk mengamankan lokasi dan mencegah kontak langsung dengan manusia. Menurut laman resmi KLH, KBRN telah memasang garis pengaman di delapan titik teridentifikasi dan dilanjutkan proses dekontaminasi oleh Tim Khusus Pelaksana.

Paparan Cesium-137 dinilai berbahaya bagi manusia, bahkan berpotensi menyebabkan kanker. Lantas, apa itu Cesium-137?

Apa Itu Cesium-137?

Cesium-137 atau Cs-137 adalah isotop radioaktif hasil sampingan reaksi fisi nuklir, baik dari reaktor maupun ledakan bom atom. Unsur ini memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun yang berarti butuh puluhan tahun hingga daya radioaktifnya berkurang.

Cs-137 tidak ditemukan secara alami di lingkungan.Tetapi, unsur ini hampir selalu terkait dengan aktivitas manusia, seperti kecelakaan nuklir, pengolahan limbah industri, atau penggunaan medis tertentu.

Cs-137 digunakan dalam jumlah kecil untuk kalibrasi peralatan pendeteksi radiasi, seperti penghitung Geiger-Mueller.

Dalam jumlah yang lebih besar, Cs-137 digunakan dalam:

Perangkat terapi radiasi medis untuk mengobati kanker
Sterilisasi medis
Pengukur industri yang mendeteksi aliran cairan melalui pipa
Perangkat industri lain untuk mengukur ketebalan material, seperti kertas, film fotografi, atau lembaran logam.

Cesium-137 Bisa Picu Kanker

Menurut laman Centres for Disease Control and Prevention US, paparan Cs-137 dalam jumlah besar dapat menyebabkan luka bakar, penyakit radiasi akut, dan bahkan kematian. Paparan Cs-137 juga dapat meningkatkan risiko kanker karena paparan radiasi gamma berenergi tinggi.

Paparan internal Cs-137, melalui konsumsi atau inhalasi, memungkinkan bahan radioaktif terdistribusi di jaringan lunak, terutama jaringan otot. Jaringan tersebut bisa terpapar partikel beta dan radiasi gamma, serta meningkatkan risiko kanker.

Paparan Cs-137 dapat meningkatkan risiko:

Leukemia: radiasi merusak sumsum tulang tempat sel darah diproduksi.
Kanker tiroid: Cesium-137 memaparkan beban radiasi ke kelenjar tiroid.
Kanker padat (solid cancers): termasuk kanker paru, hati, ginjal, dan saluran pencernaan, tergantung rute paparan.

(nir/nwk)



Sumber : www.detik.com

Dosen UGM Desak Inspeksi dan Dekontaminasi Radiasi Cesium-137 di Cikande, Kenapa?



Jakarta

Wilayah kawasan industri Cikande, Banten, menjadi sorotan usai ditemukannya zat radioaktif Cesium-137 di daerah tersebut. Melihat situasi ini, dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Drs Gede Bayu Suparta mendesak inspeksi dan dekontaminasi.

Seperti diketahui, paparan radiasi Cesium-137 ini ditemukan dalam udang beku ekspor RI. Kementerian Kesehatan juga menemukan bahwa 15 orang terdeteksi positif terpapar zat itu. Diketahui Cesium-137 berasal dari Industri Peleburan Logam.


Meski paparan yang ditemukan masih pada tingkat yang dapat ditangani, Guru Besar Fakultas Bidang Ilmu Fisika FMIPA UGM tersebut mendorong adanya dekontaminasi, obat khusus, dan pemantauan kesehatan jangka panjang.

Desak Inspeksi & Dekontaminasi Radiasi Cesium-137 di Cikande

Apabila sudah terpapar, kata Bayu, cara mengetahui berbahaya atau tidaknya menjadi bergantung dari cara inspeksinya. Sebab, radiasi nuklir tidak bisa dilihat.

Ia menjelaskan, yang perlu dilakukan segera adalah dekontaminasi. Proses ini bisa dijalankan dengan mengetahui terlebih dahulu titik radiasinya melalui survey meter.

“Kalau ada sumber radiasi, diarahkan ke situ, maka radiasinya akan bunyi,”paparnya dalam laman UGM, dikutip Rabu (8/10/2025).

Ditambahkan Bayu, adapun cara mereduksi paparan radiasi adalah dengan mencari lokasi titik sumber penyebaran radiasinya.

Di samping itu, hal yang harus diperhatikan adalah sistem mutu Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC). Apabila suatu objek sudah mengandung radiasi, pilihannya adalah berhenti atau melanjutkan kegiatan aktivitas di tempat yang terindikasi.

“Tentunya juga merujuk pada keputusan seperti pemberhentian operasional,” ungkapnya.

Apa Itu Cesium-137?

Cesium-137 atau Cs-137 adalah isotop radioaktif hasil sampingan reaksi fisi nuklir, baik dari reaktor maupun ledakan bom atom. Unsur ini memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun, yang artinya butuh puluhan tahun hingga daya radioaktifnya berkurang.

Cs-137 tidak ditemukan secara alami di lingkungan. Namun, unsur ini hampir selalu terkait dengan aktivitas manusia, seperti kecelakaan nuklir, pengolahan limbah industri, atau penggunaan medis tertentu.

Cs-137 digunakan dalam jumlah kecil untuk kalibrasi peralatan pendeteksi radiasi. Contohnya seperti dalam penghitung Geiger-Mueller.

Dalam jumlah yang lebih besar, Cs-137 digunakan dalam:

Perangkat terapi radiasi medis untuk mengobati kanker
Sterilisasi medis
Pengukur industri yang mendeteksi aliran cairan melalui pipa
Perangkat industri lain untuk mengukur ketebalan material, seperti kertas, film fotografi, atau lembaran logam.

Cesium-137 Bisa Picu Kanker

Menurut laman Centres for Disease Control and Prevention US, paparan Cs-137 dalam jumlah besar dapat menyebabkan luka bakar, penyakit radiasi akut, dan bahkan kematian. Paparan Cs-137 juga dapat meningkatkan risiko kanker karena paparan radiasi gamma berenergi tinggi.

Paparan internal Cs-137, melalui konsumsi atau inhalasi, memungkinkan bahan radioaktif terdistribusi di jaringan lunak. Jaringan tersebut bisa terpapar partikel beta dan radiasi gamma, serta meningkatkan risiko kanker.

Paparan Cs-137 dapat meningkatkan risiko:

Leukemia: radiasi merusak sumsum tulang tempat sel darah diproduksi.
Kanker tiroid: Cesium-137 memaparkan beban radiasi ke kelenjar tiroid.
Kanker padat (solid cancers): termasuk kanker paru, hati, ginjal, dan saluran pencernaan, tergantung rute paparan.

(nir/twu)



Sumber : www.detik.com