Tag Archives: kecelakaan

Awas Salah! Ini Cara Ngerem Motor Matic yang Benar di Turunan


Jakarta

Meski menjadi kendaraan populer di Indonesia, namun belum banyak pengendara yang tahu cara ngerem motor matic yang benar di turunan. Padahal, jika dilakukan asal-asalan, ada potensi kecelakaan.

Banyak yang menganggap, motor matic merupakan kendaraan sederhana yang cukup gas-rem saja untuk mengendarainya. Kendati demikian, faktanya, kita juga harus mengetahui cara ngerem motor matic yang benar di berbagai situasi, salah satunya saat turunan.

Demi menghindari risiko tak diinginkan ketika dalam perjalanan, berikut kami rangkum cara ngerem motor matic saat turunan.


Cara Ngerem Motor Matic di Turunan

– Jaga Kecepatan

Pertahankan kecepatan yang sesuai dengan batas yang telah ditetapkan. Jangan melebihi batas kecepatan dan selalu gunakan kecepatan stabil.

– Gunakan Kedua Rem

Saat mengerem motor, gunakan rem depan dan rem belakang secara bergantian atau bersamaan. Pengereman dengan kedua rem bisa mempercepat proses pengereman dan proses berhenti menjadi lebih stabil.

– Perhatikan Posisi Tubuh

Menurut Yamaha Riding Academy (YRA) Yogyakarta, saat mau mengerem, posisikan badan agak tegak, pandangan lurus ke depan lengan dan bahu dalam kondisi rileks dan genggaman tangan di stang motor juga rileks. Gunakan jari tangan ketika menarik tuas rem dengan kekuatan jari yang cukup.

– Gunakan Rem Depan di Jalanan Menurun

Ketika mengerem di jalanan menurun, tekan handle atau tuas rem depan. Pemilihan rem depan dapat menahan daya dorong motor ke depan. Saat melintasi jalanan menurun, daya dorong motor ke depan lebih besar. Jadi dibutuhkan rem depan untuk menahan laju motor.

Ketika dalam jalanan menurun panjang, hindari untuk mengerem secara terus menerus dalam waktu lama. Hal ini bisa membuat perangkat rem motor menjadi panas dan mengakibatkan kekuatan rem berkurang. Jika kamu merasakan kekuatan rem yang berkurang, sebaiknya berhenti sejenak untuk membiarkan suhu rem turun.

Kesalahan Ngerem Motor Matic

Melakukan rem ketika berkendara naik motor matic bukanlah hal yang sulit. Namun jika dilakukan dengan cara yang salah maka bisa meningkatkan potensi kecelakaan atau kerusakan pada rem. Berikut kesalahan yang sering terjadi ketika salah mengerem:

1. Hanya Pakai Satu Rem

Kesalahan pertama yang seringkali terjadi ketika mengerem saat mengendarai motor matic adalah hanya menggunakan satu rem. Hal ini bisa membuat laju kendaraan sulit dikendalikan serta rem menjadi cepat aus.

2. Rem Mendadak

Mengerem secara mendadak atau tiba-tiba bisa membuat roda terkunci dan motor pun tidak stabil. Selain itu, potensi kecelakaan pun meningkat.

3. Mengabaikan Kondisi Rem

Jangan abaikan kondisi rem. Sebab, rem yang aus atau rusak bisa membuat pengendara sulit mengendalikan laju motor.

4. Menghindari Penggunaan Rem Depan

Mungkin ada beberapa pengendara yang menghindari penggunaan rem depan karena khawatir roda depan akan terkunci. Padahal rem depan bisa memberi pengaruh lebih besar untuk memperlambat laju motor.

(sfn/lth)



Sumber : oto.detik.com

Bisa Menjadi Penyebab Kecelakaan, Ini Pentingnya Merawat Ban Mobil



Jakarta

Ban adalah komponen vital pada kendaraan, sebab ban bersentuhan langsung dengan permukaan jalan. Tak ayal, ban pun kerap menjadi penyebab utama pada sejumlah kecelakaan mobil. Maka itu penting bagi para pemilik atau pengguna mobil untuk mengetahui cara merawat ban.

“Kecelakaan bisa timbul karena kondisi ban yang gundul. Memilih ban yang tepat dan merawat ban, juga akan memperpanjang usia ban dan menghemat biaya. Ban yang dirawat, masa pakainya bisa lebih panjang,” ujar Jane Aurora Nawilis dari bengkel Nawilis dalam keterangan resminya.

Kata Jane, pengendara harus memeriksakan kendaraannya secara berkala demi keselamatan berkendara. Salah satu komponen yang wajib diperiksa adalah ban. “Banyak pengendara atau pemilik mobil belum memerhatikan perawatan ban. Bahkan, mereka datang ke bengkel mobil ketika kondisi ban sudah tidak layak,” terang dia.


Maka itu pengendara mobil harus benar-benar memperhatikan kondisi ban, dari mengecek tekanan angin, kondisi alur tapak ban, juga kondisi fisik ban untuk memastikan tidak ada kerusakan ban seperti benjolan, retakan ban, serta tusukan benda asing seperti paku, baut, atau kaca.

Berikut 4 langkah yang dapat dilakukan untuk merawat ban mobil agar tetap awet:

1. Pemeriksaan Tekanan Udara

Pastikan tekanan udara ban selalu sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Tekanan yang tidak tepat dapat menyebabkan keausan yang tidak merata dan berisiko pecah ban.

2. Rotasi Ban

Lakukan rotasi ban secara berkala, minimal setiap 5.000 km hingga 8.000 km, untuk memastikan keausan yang merata.

3. Pemeriksaan Keausan

Periksa kedalaman alur ban dan pastikan tak kurang dari batas minimum TWI (tread wear indicator). Ban yang sudah aus maka berisiko tinggi mengalami kecelakaan saat melewati permukaan jalan yang basah.

4. Pemeriksaan Kerusakan

Secara rutin, periksa ban dari tanda-tanda kerusakan, seperti sobekan, benjolan, atau kebocoran.

Pentingnya melakukan perawatan ban mobilPentingnya melakukan perawatan ban mobil Foto: Dok. Dunlop

Di sisi lain, Dunlop sebagai produsen ban juga terus konsisten, melakukan aktivitas Safety Campaign. Kampanye ini bertujuan untuk memberi edukasi kepada masyarakat dalam merawat kendaraannya. Masyarakat bisa cek ban dan berkonsultasi langsung dengan tim profesional. Tak terbatas pada ban Dunlop, konsultasi ini juga bisa diikuti pemilik mobil yang menggunakan ban merek lain.

Pada Juni, Kota Bogor menjadi journey ke 3 dalam pelaksanaan Safety Campaign di 2025. Tepatnya di Bengkel Nawilis Bogor. Safety Campaign Dunlop sudah jadi kegiatan tahunan Dunlop Indonesia dan sudah keempat kali digelar di berbagai kota dan provinsi di Indonesia. Kampanye berkendara ini dimulai sejak tahun 2019.

“Harapannya, Safety Campaign ini bisa meningkatkan keselamatan berkendara,” kata Tomohiro Senna, Sales & Marketing Director PT Sumi Rubber Indonesia.

(lua/dry)



Sumber : oto.detik.com

Dialami Diogo Jota dan Adiknya, Ini Bahayanya Kecelakaan Mobil Gegara Pecah Ban



Jakarta

Dua pesepakbola bersaudara asal Portugal, Diogo Jota dan Andre Silva, mengalami kecelakaan fatal berujung merenggut nyawa keduanya. Mobil Lamborghini yang dikendarai Jota dan adiknya itu dilaporkan mengalami pecah ban hingga membuat mobil keluar jalur dan terbakar. Jangan diabaikan, ini bahayanya mobil yang alami pecah ban.

Diberitakan sebelumnya, Jota dan Silva mengalami kecelakaan tragis di Zamora, Spanyol (3/7). Mereka berdua menaiki Lamborghini Huracan Evo Spyder warna hijau. Diduga kecelakaan tersebut terjadi karena kasus pecah ban setelah Lamborghini yang dikendarai mereka mencoba menyalip kendaraan di depannya.

Kejadian pecah ban memang kerap menjadi salah satu pembunuh di jalan raya. Ban yang pecah saat mobil dikendarai dalam kecepatan tinggi bisa membuat pengemudi mobil itu kehilangan kendali. Jika ban depan mobil pecah bisa mengakibatkan gejala understeering, sementara kalau ban belakang yang pecah bisa bikin gejala oversteering.


Mengutip penjelasan Auto2000 dalam keterangannya, kasus ban mobil pecah sampai rusak berat umumnya disebabkan oleh tekanan udara yang kurang alias ban kempis dan dibiarkan terlalu lama. Situasi ini berbahaya karena dapat mengakibatkan kecelakaan.

Tekanan udara ban yang sesuai sanggup menjaga bidang kontak telapak ban agar tetap optimal, sehingga daya cengkeram ban ke permukaan jalan selalu pas. Tekanan udara ban yang sesuai juga membantu dinding ban menopang berat mobil serta meredam gaya akibat gerakan ban. Alhasil, tekanan udara yang sesuai memegang peran sangat penting dalam menjaga performa ban di jalan.

Sebaliknya, jika ban mobil mengalami kekurangan angin alias kempis, maka ban tidak memiliki area kontak dengan aspal (contact patch) yang cukup. Bahkan jadi cenderung berlebih akibat hanya tertumpu di pinggir telapak ban. Kondisi ini dapat mengakibatkan ban aus di pinggir sisi luar dan dalam saja. Mobil juga akan terasa semakin berat dikemudikan karena daya cengkeramnya terlalu kuat ke aspal jalan.

Gerakan naik turun dinding ban pun menjadi tidak terkendali ketika kempis. Alhasil, ban menjadi terlalu lentur dan dapat membuat anyaman kawat baja dinding ban rusak. Bahkan dalam kondisi terburuk, misal saat perjalanan jauh, dan tekanan udara ban terlalu kempis, bibir velg dapat menyentuh dinding ban dan berpotensi membuat robek.

Kondisi ini sangat berbahaya kalau pengemudi tidak menyadarinya. Padahal, tekanan udara ban yang kurang akan langsung terasa pada pengendalian mobil yang lebih sulit. Selain itu, biasanya mobil akan menarik ke sisi ban yang kempis atau mobil bergoyang akibat gerakan dinding ban yang berlebihan. Jika kondisi itu terjadi terus menerus dan dibiarkan, maka ban berpotensi pecah.

Maka itu penting melakukan pemeriksaan tekanan udara ban mobil di pagi hari di mana ban belum berjalan dan suhu lingkungan masih dingin supaya hasilnya akurat. Tetapi kalau terlalu repot, usahakan minimal 1 minggu sekali. Pengecekan bisa dilakukan di bengkel khusus ban, maupun di SPBU.

(lua/din)



Sumber : oto.detik.com

4 Risiko Mobil Nekat Menerjang Banjir, Jangan Anggap Sepele



Jakarta

Banjir menggenangi sejumlah titik di wilayah Jakarta. Bagi pengendara mobil, disarankan supaya jangan sembarangan menerobos banjir. Ada empat risiko yang ditimbulkan jika mobil menerobos banjir sembarangan. Apa saja?

1. Water Hammer

Water hammer merupakan risiko paling berbahaya saat terdampak banjir. Ketika air mulai masuk ke dalam mesin, air yang terisap ke dalam ruang bakar akan menyebabkan kerusakan. Dampak dari kerusakan bisa sangat fatal, mulai piston yang rusak, setang piston yang bengkok, sampai crankcase yang pecah akibat tekanan air yang besar saat mesin bekerja. Tidak sedikit waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan dengan melakukan turun mesin.


2. Kecelakaan

Anda bisa terlibat kecelakaan jika tidak hati-hati saat melewati jalan banjir. Seperti ketika mobil di depan tiba-tiba berhenti karena mogok. Kalau tidak bisa menghindar, bisa menabrak mobil tersebut. Menghindar pun bisa bermasalah jika mobil masuk ke lubang atau turun ke bahu jalan yang tidak terlihat oleh mata, bahkan terbawa arus air yang deras.

3. Kabin Kemasukan Air

Meski pintu sudah ditutup rapat, bukan berarti air banjir tidak dapat masuk ke dalam kabin mobil. Celah sempit pada bodi mobil sudah cukup sebagai jalan masuk air karena tekanannya yang sangat tinggi. Efek negatifnya, panel bodi mobil dapat terkena air kotor yang bau dan membuat kabin tidak nyaman. Ditambah, membersihkan bahan pada kabin mobil bukanlah perkara mudah.

4. Garansi Kendaraan dan Klaim Asuransi Beresiko Ditolak

Yang tidak kalah penting, ada risiko klaim asuransi atas kerusakan mobil akibat banjir bisa ditolak. Water hammer terjadi karena Anda tetap memaksakan menyalakan mesin dan melajukan mobil padahal sudah terendam banjir. Perbuatan tersebut bisa dikategorikan sebagai kelalaian yang mengakibatkan kerusakan pada kendaraan sehingga klaim ditolak. Hal yang sama juga berlaku ketika Anda mengajukan klaim garansi ke bengkel pada spare parts mobil yang rusak saat menerjang banjir.

Cara Melewati Jalan Banjir

Jalan terbaik adalah Anda harus menghindari jalan yang terkena banjir. Masalahnya adalah bukan perkara mudah mencari jalan alternatif, alhasil kalau jalan di depan ada genangan air, pastikan ketinggian air masih aman untuk dilewati. Pelajari jalur yang akan dilewati dan pastikan tidak ada potensi masalah.

Kalau mesin mobil mati ketika melewati jalan yang tergenang air, jangan coba nyalakan dengan alasan apapun untuk mencegah water hammer. Tepikan kendaraan dengan cara mendorong dan pastikan parkir dengan aman.

(lua/din)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Mobil Listrik Tabrak Driver Ojol Hingga Tewas



Jakarta

Kecelakaan maut terjadi di Jalan Pangeran Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan. Seorang pengendara (ojek online) ojol tewas pada kecelakaan yang melibatkan mobil listrik.

Dikutip detikNews, insiden ini melibatkan mobil listrik Hyundai Ioniq dengan motor yang dikendarai ojol. Driver ojol meninggal dunia, sementara pemboncengnya mengalami luka-luka.

Peristiwa ini terjadi pada Rabu (30/7) dini hari sekitar pukul 00.36 WIB. Kecelakaan tersebut juga mengakibatkan kerusakan warung yang turut ditabrak mobil Ioniq.


Kecelakaan diawali saat pengemudi Ioniq melaju dari selatan ke utara di Jalan Antasari. Setiba di persimpangan Pasar Inpres, pengendara mobil diduga tidak hati-hati dan tidak konsentrasi sehingga kendaraan menabrak pengemudi sepeda motor dari arah utara ke selatan.

“Berakibat pengendara sepeda motor meninggal dunia dan pemboncengnya berinisial MG luka ringan,” ujarnya.

Dari kecelakaan ini, bisa diambil pelajaran penting agar tak terulang peristiwa serupa. Menurut Road Safety Comission Ikatan Motor Indonesia dan Wakil Ketua Umum Bidang Diklat Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo) Erreza Hardian, waktu kecelakaan di tengah malam itu memang berisiko.

“Kebanyakan orang sedang istirahat dan tidur, tapi untuk lalu lintas Jakarta aktivitas hampir 24 jam. Jadi ketika di atas jam 22.00 (sebagai acuan dasar jam biologis manusia istirahat) tapi ini tetap beraktivitas, artinya ada penurunan kondisi fisik dan mental tubuh. Sering dianggap aman, padahal justru bahaya makin banyak di atas jam tersebut,” kata Reza kepada detikOto, Kamis (31/7/2025).

Tak cuma itu, Reza menyoroti ojol dan penumpangnya banyak yang lalai, tidak menggunakan peralatan keamanan dengan benar. Sedangkan pengguna kendaraan listrik dengan torsi yang besar, juga turut menjadi sorotan. Ketika torsi besar kendaraan listrik menabrak pemotor dengan perlindungan yang minim, maka fatal akibatnya.

“Pengguna kendaraan listrik dengan torsi awal sangat besar, mungkin dia sudah mengurangi kecepatan saat perempatan. Tapi karena dianggap aman, tambah akselerasi. Dan ini yang membuat risiko bertambah adalah pemicu ketika korbannya tanpa perlindungan terbaik, apalagi pengguna motor tanpa perlengkapan yang baik dan benar,” sebutnya.

Reza menyarankan, pengemudi mobil bertransmisi otomatis sebaiknya jangan anteng di gear D. Manfaatkan gigi lain agar kecepatan kendaraan dapat dibatasi.

“Saya sering memberikan teknis mengemudi mengendalikan kendaraan matic dengan cara membatasi transmisi. Kecepatan kendaraan kita dipengaruhi oleh transmisi, maka jangan melulu di D ketika potensi bahaya meningkat contoh di atas jam rawan. Pindahkan ke 3 atau 2, jadi kalau kaki kanan mulai out of control, rpm tinggi, tapi kecepatan terkendali pada batas transmisinya. Tidak usah takut rusak ketika sering memainkan transmisi matic, udah banyak insinyur dan ada teknologi mahal di dalamnya. Inilah yang saya sebut pengendalian risiko, bahaya tetap ada tapi risiko crash dengan kecepatan rendah akan berbeda,” beber Reza.

Sementara dengan mobil listrik yang biasanya menggunakan single speed atau direct drive, pengemudi sebaiknya jangan melulu meletakkan kakinya di pedal gas. Pada saat mulai lelah dan jam rawan biologis manusia, biarkan mobil menggelinding, pengendaliannya dengan rem kaki.

“Hindari akselerasi mendadak karena ini akan memunculkan tenaga dorong selain putaran roda. Rajin-rajinlah lihat rpm. Akselerasi secara gradual atau bertahap/benjenjang jangan kaya orang mau lari saat start gas, ini mobil bukan tenaga orang,” pungkas Reza.

(rgr/dry)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Kasus Denza Sengaja Mundur Tabrakkan Mobil di Belakang



Jakarta

Di media sosial viral video detik-detik pengendara Denza D9 sengaja memundurkan mobilnya hingga menabrak mobil di belakangnya. Peristiwa itu dipicu oleh kecelakaan yang disebut akibat pengereman mendadak.

Video Denza sengaja memundurkan mobil hingga menabrak mobil di belakangnya itu diunggah di beberapa akun media sosial. Salah satunya di Instagram Dashcam Owners Indonesia.

Dalam video itu terlihat mobil Denza menyalakan lampu hazard. Mobil Denza itu mundur dengan kencang hingga menabrak mobil di belakangnya.


Dalam keterangan video itu, peristiwa tersebut terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Pengemudi mobil Denza disebut emosi lantaran mobilnya ditabrak dari belakang.

Pemicunya, mobil Denza itu mengerem mendadak akibat ada motor jatuh di depannya. Kemudian, mobil di belakang tak bisa menghindar dan menabrak bagian belakang Denza. Disebutkan, kedua pihak telah melakukan diskusi. Pengemudi Denza meminta ganti rugi, namun pengendara mobil di belakangnya menolak. Hingga akhirnya, pengemudi Denza emosi dan sengaja memundurkan mobilnya ke belakang hingga menabrak mobil di belakangnya.

Pelajaran Penting dari Kejadian

Menurut Praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, ada pelajaran penting dari peristiwa ini. Yang terpenting adalah jaga jarak aman saat berkendara. Apalagi jika di depannya adalah mobil listrik yang punya fitur canggih.

Sebagai informasi, salah satu fitur canggih pada mobil listrik adalah pengereman darurat otomatis atau autonomous emergency braking (AEB). Jika AEB aktif dan membaca ada objek di depannya serta mendeteksi akan terjadi kecelakaan, maka sistem akan melakukan pengereman darurat.

“EV rata-rata dilengkapi fitur autonomous partial seperti AEB (autonomous emergency braking), yang jika membaca signal dari sensor, AI atau kamera adanya objek di depan, maka dalam hitungan detik akan memberikan notifikasi supaya pengemudi ngerem. Tapi kalau nggak bereaksi maka si fitur tersebut mengambil alih kemudi dengan cara rem mendadak,” jelas Sony kepada detikOto, Rabu (13/8/2025).

Namun sayangnya, rata-rata pengendara di belakangnya tidak siap. Maka terjadilah tabrak belakang.

Lesson learn-nya adalah jangan dekat-dekat dengan mobil listrik, terutama di kondisi jalan yang ramai. Jaga jarak iring 4 detik,” sebut Sony.

Selain itu, menurut Sony, masalah di jalan memang beragam. Terpancing sedikit emosinya, ujung-ujungnya bisa ribut.

“Banyak kecelakaan yang menyebabkan kerusakan atau kerugian. Berdebat benar atau salah tidak menyelesaikan masalah. Sebaiknya bicara baik-baik dengan kepala dingin dan ikhlas apa adanya. Jika tidak puas lebih baik minta diselesaikan di depan pihak yang berwajib. Kalau tidak ada kata sepakat, sebaiknya rekam dan laporkan,” kata Sony.

Menurut Sony, di jalan raya banyak pengemudi sumbu pendek yang kadang melakukan tindakan agresif karena ketidakpuasannya. Hindari dengan cara tidak meladeni dan rekam aksinya.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

5 Kebiasaan yang Bikin Ban Mobil Cepat Rusak



Jakarta

Kasus ban cepat botak, retak, hingga pecah bukan hanya karena kualitas produk, tapi juga akibat kebiasaan pengemudi yang keliru.

“Rata-rata ban bisa digunakan secara maksimal untuk menempuh jarak 40.000 hingga 50.000 kilometer, sebelum perlu diganti karena aus. Selain dari sisi jarak, performa dan usia ban juga ditentukan oleh kebiasaan pemakaian kita sehari-hari. Kebiasaan buruk dalam memakai ban tidak hanya memperpendek umur ban, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan, dan membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros,” kata Apriyanto Yuwono, National Sales Manager (PCR) Passenger Car Radial Hankook Tire Sales Indonesia dalam keterangannya, dikutip Selasa (26/8/2025).


Seringkali, pengendara baru menyadari kerusakan pada ban ketika kondisinya sudah parah, seperti kempes atau sobek. Padahal, semua ini bisa dicegah apabila pengendara rutin melakukan inspeksi dan perawatan rutin. Berikut ini 5 kebiasaann yang bikin ban mobil cepat rusak:

1. Mencuci Ban dengan Air Tekanan Terlalu Tinggi

Teknik mencuci mobil dengan air bertekanan tinggi (steam) sebetulnya dapat membantu membersihkan komponen mobil yang sulit terjangkau. Namun, apabila terlalu sering melakukan ini, ditambah mengarahkan nosel semprotan air yang terlalu dekat dengan ban dapat mengikis lapisan pelindung ban. Cukup gunakan tekanan sedang (80-100 bar) dengan jarak aman 40-50 cm.

2. Menggunakan Semir Ban Berlebihan

Produk semir ban umumnya menggunakan silicone based yang dapat menjaga kilap ban lebih lama. Meski begitu, menggunakan semir ban terlalu sering dapat membuat silicone menumpuk di ban mobil dan menyerap kandungan kompon ban sehingga menyebabkan retakan halus pada permukaan ban. Ban juga jadi licin dan mudah slip saat hujan. Sebaiknya gunakan semir ban maksimal dua minggu sekali dan hindari melapisi semiran berlebih pada bagian tapak ban.

3. Terlalu Sering Menambal Ban Tubeless

Ban tubeless memiliki lapisan fluid sealant yang berfungsi mempertahankan kerapatan ban, sehingga, ban ini tidak akan langsung kempis jika tertusuk benda tajam. Meski terkesan lebih tahan banting daripada ban dalam, sebaiknya pengendara tidak menambal ban tubeless lebih dari empat kali karena dapat membuat permukaan ban menjadi tidak rata, dan mengurangi daya cengkram ban yang nantinya berisiko terhadap kecelakaan. Segera ganti ban tubeless saat muncul benjolan atau retakan halus pada permukaan ban.

4. Mengisi Tekanan Angin Terlalu Tinggi

Setiap pabrikan mobil biasanya memberikan rekomendasi tekanan ban yang ideal, sesuai jenis dan berat mobil, misalnya SUV 35-40 psi, sedan 30-33 psi, dan city car 30-36 psi. Mengisi tekanan angin ban sesuai rekomendasi membuat laju kendaraan lebih ringan dan menghemat bahan bakar. Sebaliknya, tekanan angin yang tidak sesuai rekomendasi pabrikan kendaraan justru membuat keausan ban tidak merata lantaran bagian tengah ban mendapatkan gesekan berlebih dibanding area samping.

5. Mencuci Ban dengan Deterjen

Deterjen dengan kandungan alkali tinggi berisiko mengikis lapisan pelindung karet ban, sehingga dapat membuat elastisitas ban berkurang dan mudah retak. Ditambah lagi dengan perubahan suhu dan kelembaban tinggi saat musim hujan membuat ban lebih cepat aus dan tentu berbahaya saat digunakan di jalan yang basah. Sebaiknya, pengendara mencari pengganti deterjen untuk membersihkan ban, gunakan sabun khusus mobil dengan kandungan pH balance untuk menjaga kelenturan karet ban.

“Perawatan ban mobil juga tidak lepas dari memilih ban yang sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi kendaraan. Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pilih ban dengan dukungan teknologi drainase dan daya cengkram optimal yang akan bermanfaat saat musim hujan seperti saat ini.” jelas Apriyanto.

(riar/din)



Sumber : oto.detik.com

Ini Ciri-ciri Suku Cadang Motor Palsu, Jangan Sampai Kena Tipu!


Jakarta

Banyaknya suku cadang atau sparepart palsu yang beredar di Indonesia dinilai cukup meresahkan. Soalnya dengan menggunakan suku cadang palsu tidak hanya bisa merugikan para pelaku usaha, keselamatan pengendara juga dipertaruhkan.

Tapi bagaimana caranya untuk mengetahui bahwa suku cadang motor yang hendak kita beli palsu atau original? Rupanya untuk mengetahui suku cadang palsu atau original bisa dilihat secara mata telanjang. Seperti tertulis dalam situs resmi Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).


Dalam situs AISI dijelaskan penggunaan suku cadang palsu pada sepeda motor merupakan salah satu masalah serius yang dapat membahayakan keselamatan pengendara sekaligus merugikan dari sisi teknis maupun ekonomi. Walaupun tampilan luarnya seringkali mirip dengan produk asli, kualitas dan fungsinya sangat berbeda, bahkan dapat mengakibatkan kerusakan fatal pada kendaraan.

Berikut contoh ciri-ciri suku cadang palsu dan dampak saat menggunakannya:

1. Cakram Rem Palsu

* Memiliki ciri-ciri, Permukaan piringan tidak rata dan jumlah lubang pendingin lebih sedikit.
* Risiko/Dampak:Hal ini menyebabkan pengereman tidak maksimal, bahkan dapat membuat roda terkunci secara tiba-tiba. Akibatnya, risiko kecelakaan saat berkendara meningkat secara signifikan.

2. Saringan Oli Palsu

* Saringan oli palsu memiliki ciri: Tidak dilengkapi dengan katup pengaman.
* Risiko/Dampak:Bila terjadi penyumbatan, sirkulasi oli bisa terhenti, sehingga mesin macet atau bahkan mati mendadak. Oli juga dapat menyembur keluar, membahayakan mesin maupun pengendara.

3. Oli Palsu

* Kualitas aditif sangat rendah, sehingga menyebabkan mesin overheat.
* Risiko/Dampak:Menggunakan oli palsu menyebabkan mesin bekerja lebih berat, menimbulkan kebisingan dan getaran berlebihan, serta meningkatkan konsumsi bahan bakar. Dalam jangka panjang, pengguna akan mengeluarkan biaya perawatan yang lebih tinggi untuk mengganti komponen yang rusak.

4. Piston Palsu

* Jika menggunakan piston palsu, pengendara akan mengalami kerugian, karena tidak memiliki ketahanan terhadap suhu tinggi akibat pembakaran.
* Permukaan silinder piston palsu memiliki resistansi gesekan yang tinggi, sehingga efisiensi bahan bakar menurun. Hal ini membuat mesin menjadi lebih mudah macet, dan umur pakai kendaraan menjadi jauh lebih singkat.

5. V-Belt Palsu

* V-Belt Palsu terbuat dari bahan dengan kualitas rendah, daya rekat buruk, dan ketahanan rendah terhadap pengelupasan.
* Selain itu presisi dimensi tidak akurat, dengan bentuk gigi yang tidak rata dan melengkung.
* Sehingga saat menggunakan V-Belt palsu, Akibatnya, daya tahan sabuk menjadi pendek dan kemampuan pengendalian kendaraan dapat berkurang tiba-tiba.

6. Kampas Rem dan Rem Tromol Palsu

* Bahan material kampas rem dan rem tromol Palsu tidak dilapisi krom sehingga mudah berkarat.
* Dimensi tidak presisi, braket tidak stabil, serta kemampuan pengereman rendah.
* Sangat berisiko menyebabkan roda terkunci saat pengereman.

Dengan berbagai contoh yang diberikan, AISI mengingatkan untuk seluruh pengendara motor agar tidak mudah tertipu, dan berani mengatakan tidak pada suku cadang palsu, karena bisa merugikan.

(lth/rgr)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Kecelakaan Maut Honda Jazz Ngebut Tabrak Bokong Truk



Jakarta

Viral di media sosial video yang menggambarkan mobil Honda Jazz menabrak bagian belakang truk. Akibat kecelakaan itu, dua orang dilaporkan meninggal dunia. Ini pelajaran pentingnya.

Dikutip detikJabar, insiden itu terjadi pada Senin (8/9/2025) sekitar pukul 10.15 WIB. Kecelakaan tersebut melibatkan dua kendaraan, yakni Honda Jazz nomor polisi F 1264 GZ dengan kendaraan jenis truk boks nomor polisi W 8292 UQ.

“Betul kejadiannya hari Senin di ruas Tol Cipularang KM 111+200, Kampung Cikuda, RT 02/04, Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat,” kata Kanit Penegakan Hukum (Gakkum) Sat Lantas Polres Cimahi, Ipda Yusup Gustiana.


Yusup mengatakan kecelakaan itu berawal saat mobil Honda Jazz yang dikemudikan Anisa Nadya Sukma (25) melaju dari arah Bandung menuju Jakarta. Sementara di arah yang sama, melaju truk boks yang dikemudikan Basuki.

“Kendaraan ini melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Sementara truk melaju di jalur pelan,” kata Yusup.

Pelajaran Penting dari Kecelakaan Maut Honda Jazz vs Truk

Praktisi keselamatan berkendara praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) SonySusmana mengungpkan, dari kecelakaan maut ini ada pelajaran penting yang bisa diambil. Utamanya adalah bijak dalam mengontrol kecepatan kendaraan.

“Pengemudi yang ngebut, terutama di jalan tol itu skala emosionalnya naik, dan celakanya (tingkat) rasionalnya turun,” kata Sony kepada detikOto, Kamis (11/9/2025).

Saat pengemudi hanya gaspol, yang terjadi adalah mobil melaju kencang. Dalam kecepatan tinggi itu, visibilitas pengemudi menyempit.

“Kombinasi dari ngebut tersebut adalah berzigzag mencari celah dan ditambah dengan sedikit memanfaatkan rem. Ini bahaya! Jika ada hambatan, maka dia tidak mampu mengambil keputusan yang benar,” ujar Sony.

Untuk memastikan kondisi aman, lanjut Sony, paling tidak harus memenuhi tiga komponen, yaitu kecepatan yang selaras dengan arus lalulintas, jaga jarak aman dan tidak menggunakan bahu jalan tol.

“Boleh buru-buru, tetapi tetap kontrol emosi. Ketika emosi terkontrol maka akal sehat akan memandu pengemudi dalam mengambil keputusan yang teraman,” ucapnya.

Di Tol Cipularang dan beberapa ruas jalan tol lain yang hanya tersedia dua lajur, pengendara mungkin akan sedikit ‘terganggu’ dengan adanya truk yang melaju pelan. Agar tidak terjadi kecelakaan serupa dengan truk, sebaiknya pengendara tetap fokus dan kontrol kecepatan.

“Truk di depan kan terbaca mata pengemudi. Langkah yang umum dilakukan adalah mendahului. Tapi sebelum itu dilakukan, yang pertama kurangi dulu kecepatan, terus jaga jarak untuk mendapatkan visibilitas di depan truck, cek kaca spion. Jika di belakang clear, nyalakan lampu sign kanan dan menyusul dengan manuver yang lembut,” saran Sony.

(rgr/dry)



Sumber : oto.detik.com

Tips Merawat Mobil, Kapan Sebaiknya Ganti Ban?



Jakarta

Merawat mobil menjadi suatu keharusan, sebab kondisi ini akan menentukan kondisi mobil dalam jangka panjang.

Hasil studi yang dilakukan oleh Automotive Aftermarket Industry Association, kendaraan yang dirawat secara rutin dapat menempuh jarak hingga 300.000 kilometer, sedangkan sedangkan kendaraan yang diabaikan biasanya hanya mencapai sekitar 100.000 km.

Hankook Tire membagikan insight perawatan mobil yang sebaiknya diketahui setiap pengendara baru.


“Merawat mobil seharusnya sudah dilakukan sejak awal pembelian, bukan menunggu ada masalah, karena kebiasaan ini akan menentukan kondisi mobil jangka panjang, menekan risiko kecelakaan, sekaligus menghindarkan dari biaya perbaikan yang tidak perlu,” kata National Sales Manager Passenger Car Radial (PCR) Hankook Tire Sales Indonesia, Apriyanto Yuwono.

Berikut ini tips merawat mobil:

Pertama, rutin ganti oli mesin.

Oli berfungsi melumasi komponen mesin agar tidak cepat aus, membantu menjaga suhu mesin tetap stabil saat macet, hingga membersihkan kotoran logam dan sisa pembakaran. Untuk mencegah kerusakan pada mesin, sebaiknya ganti oli setiap 6 bulan atau 10.000 km, tergantung mana yang tercapai lebih dahulu. Jika mesin mengeluarkan suara kasar atau indikator oli pada speedometer menyala, segera lakukan penggantian oli untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.

Kedua, cek air radiator dan sistem pendinginan.

Air radiator berperan penting dalam menjaga kestabilan suhu mesin. Dengan sirkulasi yang terus-menerus menyerap dan melepaskan panas, cairan ini mencegah terjadinya overheat, yang dapat merusak komponen mesin secara permanen. Idealnya, kuras air radiator setiap 2 tahun atau 40.000 km, tergantung mana yang tercapai lebih dulu. Jika warnanya mulai keruh atau kecokelatan, tandanya air radiator sudah terkontaminasi dan perlu segera diganti. Hindari penggunaan air biasa karena dapat menyebabkan karat pada sistem pendingin.

Ketiga, cek kondisi kampas rem.

Kampas rem memiliki ukuran minimum yang aman yaitu 3 mm untuk bagian depan dan 2 mm untuk bagian belakang. Secara umum, kampas rem sebaiknya diganti setelah mobil menempuh 60.000-70.000 km untuk transmisi manual, sementara pada transmisi otomatis sebaiknya dilakukan lebih cepat, yakni setelah 35.000-40.000 km. Selain jarak tempuh, tanda-tanda kampas rem perlu segera diganti antara lain muncul suara berdecit dan berkurangnya daya cengkeram saat pengereman. Penggantian kampas rem sebelum habis penting untuk menjaga efektivitas pengereman dan keselamatan.

Keempat, periksa ban mobil.

Posisi ban yang kurang presisi bisa menyebabkan mobil terasa tidak stabil, keausan ban menjadi tidak merata, hingga mengurangi kenyamanan berkendara. Untuk itu, lakukan spooring dan balancing secara rutin agar performa ban tetap optimal. Spooring adalah penyetelan sudut roda agar kembali sejajar sesuai standar pabrik sehingga ban mobil tetap stabil dan lurus. Sedangkan balancing adalah menyeimbangkan bobot kendaraan pada ban dan velg, fungsinya mengurangi getaran, serta memperpanjang umur ban dan suspensi. Tanda kendaraan membutuhkan spooring dan balancing umumnya terasa dari getaran pada setir saat melaju di kecepatan tertentu, mobil cenderung menarik ke satu sisi, atau terasa kurang stabil saat dikendalikan. Lakukan spooring & balancing setiap 10.000 km hingga maksimal 20.000 km.

Kelima, isi tekanan angin ban yang sesuai.

Tekanan angin yang tepat sangat penting untuk menjaga kestabilan, kenyamanan, dan efisiensi bahan bakar. Tekanan yang kurang bisa membuat ban cepat aus di bagian samping, sedangkan tekanan berlebih berisiko membuat ban lebih keras dan daya cengkeram berkurang. Tekanan angin ideal bervariasi sesuai jenis mobil, yakni MPV (33-36 Psi), City Car (30-36 Psi), Sedan (30-33 Psi), dan SUV (35-40 Psi), atau sesuai dengan rekomendasi pabrikan.

“Salah satu aspek penting dalam preventive maintenance adalah memperhatikan kondisi ban, sebagai satu-satunya komponen kendaraan yang bersentuhan langsung dengan aspal. Banyak pengendara menganggap ban masih layak pakai selama belum bocor atau rusak parah, padahal usia dan jarak tempuh juga menentukan. Idealnya, ban diganti setiap 2-3 tahun atau setelah menempuh 40.000 km, dan saat pola telapak sudah mencapai batas thread wear indication (TWI).” jelas Apriyanto.

(riar/lua)



Sumber : oto.detik.com