Tag Archives: kerumunan

Jenis Kelompok Sosial: Pengertian, Ciri, dan Contohnya


Jakarta

Kelompok sosial dipelajari untuk memahami dinamika kehidupan manusia sehari-hari. Sering kali, manusia hidup dalam kelompok tertentu dengan ciri dan tujuan yang sama. Tahukah detikers ada berapa jenis kelompok sosial?

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mampu hidup seorang diri di dunia ini. Sejak lahir manusia sudah terbiasa hidup berkelompok dengan menjadi anggota keluarga.

Kemudian ketika usia sekolah, masuk ke dalam kelompok belajar, kelas dan teman sebaya. Saat dewasa manusia mengikuti organisasi, komunitas kegemaran dan kelompok kerja. Semua itu adalah bentuk nyata dari kelompok yang tak lepas dari kehidupan sehari-hari.


Ilmu sosiologi memandang kelompok sosial sebagai elemen penting dalam kehidupan bermasyarakat. Lalu, apa sebenarnya kelompok sosial itu, apa ciri-cirinya, dan bagaimana jenis-jenisnya? Yuk, simak sampai tuntas di bawah ini.

Pengertian Kelompok Sosial

Dikutip dari Jurnal Riset, Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol. 1 – No. 2 Desember 2023, kelompok sosial merupakan kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling
berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat dan dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.

Secara umum, kelompok sosial dapat dipahami sebagai sekumpulan individu yang saling berinteraksi, memiliki tujuan bersama, dan sadar bahwa dirinya adalah bagian dari kelompok tersebut.

Dalam buku Sosiologi kelas IX karya Fitri Nur Khotimah, disebutkan bahwa tanpa kelompok sosial, manusia akan kesulitan memenuhi kebutuhan, menyalurkan aspirasi, bahkan menjaga identitas dirinya.

1. Soerjono Soekanto menekankan bahwa kelompok adalah himpunan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan secara timbal balik. Artinya, hubungan antar anggota tidak sekadar ada, tetapi juga saling memengaruhi.

2. Paul B. Horton & Chester L. Hunt menjelaskan bahwa kelompok sosial terbentuk dari kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya. Jadi, bukan sekadar kumpulan orang, melainkan kumpulan yang diikat oleh kesadaran sebagai bagian dari kelompok.

3. George Homans menambahkan bahwa kelompok terdiri dari individu yang melakukan kegiatan bersama, saling berinteraksi, serta memiliki perasaan yang mengikat mereka dalam suatu kesatuan yang terorganisasi

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial bukan hanya kumpulan fisik manusia, tetapi juga dilandasi interaksi, kesadaran, dan tujuan yang sama.

Ciri-ciri Kelompok Sosial

Agar sebuah kumpulan orang dapat disebut kelompok sosial, ada sejumlah ciri yang membedakannya dari sekadar kerumunan. Berikut daftarnya.

– Anggota sadar bahwa dirinya bagian dari kelompok. Misalnya, seorang mahasiswa sadar bahwa dirinya anggota organisasi kampus yang ia ikuti.

– Ada hubungan timbal balik antaranggota. Hubungan ini bisa berupa kerja sama, komunikasi, atau bahkan konflik yang tetap memperlihatkan adanya interaksi sosial.

– Ada faktor pemersatu. Faktor ini bisa berupa tujuan, kepentingan, atau bahkan ideologi yang sama. Misalnya, kelompok suporter sepak bola bersatu karena tujuan mendukung tim kebanggaannya.

– Ada struktur, aturan, dan pola perilaku. Setiap kelompok biasanya memiliki peran masing-masing, seperti ketua, anggota, atau divisi khusus.

Selain itu, kelompok sosial juga ditandai oleh norma bersama, kepentingan yang dijalankan secara kolektif, serta dinamika yang terus berkembang.

Jenis-jenis dan Contoh Kelompok Sosial

Kelompok sosial dapat dibagi dalam berbagai kategori. Pembagian ini didasarkan pada kedekatan hubungan, bentuk ikatan, struktur organisasi, maupun fungsi dalam masyarakat.

1. Berdasarkan Kedekatan Hubungan

– Kelompok Primer
Ini adalah kelompok kecil dengan hubungan erat, intim, dan emosional. Contohnya keluarga, sahabat dekat, atau kelompok bermain masa kecil. Dalam kelompok ini, hubungan antaranggota biasanya langgeng dan penuh rasa solidaritas.

– Kelompok Sekunder
Kelompok ini bersifat formal dan impersonal. Hubungan antaranggota tidak terlalu dekat, lebih rasional, dan cenderung sementara. Contohnya organisasi kerja, partai politik, atau perkumpulan bisnis.

2. Berdasarkan Kesadaran Keanggotaan

– In-Group
Kelompok saat seseorang merasa menjadi bagian darinya. Misalnya kalimat “keluargaku” atau “negaraku” mencerminkan ikatan emosional yang kuat.

– Out-Group
Kelompok yang dianggap bukan bagian dari dirinya. Rivalitas suporter sepak bola, misalnya, menunjukkan adanya batas antara in-group dan out-group.

3. Berdasarkan Bentuk Ikatan

– Paguyuban (Gemeinschaft)
Ini terbentuk dari ikatan batin yang alamiah dan kekal. Contoh nyata adalah keluarga, rukun tetangga, atau ikatan kekerabatan.

– Patembayan (Gesellschaft)
Kelompok ini memiliki landasan ikatan rasional yang sementara, biasanya untuk kepentingan praktis. Misalnya organisasi dagang atau hubungan antar pedagang di pasar.

4. Berdasarkan Struktur

– Kelompok Formal
Kelompok ini memiliki aturan jelas, struktur organisasi, dan tujuan tertentu. Sekolah, kepolisian, atau partai politik termasuk dalam kategori ini.

– Kelompok Informal
Kelompok ini tumbuh secara spontan dari interaksi sosial sehari-hari. Arisan ibu-ibu atau kelompok nongkrong remaja adalah contoh sederhana.

5. Berdasarkan Fungsi

– Membership Group
Kelompok ini memiliki keanggotaan didasarkan pada keterlibatan fisik, misalnya anggota OSIS atau klub olahraga.

– Reference Group
Kelompok yang dijadikan acuan meski seseorang bukan anggotanya, misalnya komunitas selebritas idola atau tokoh panutan.

– Kelompok Okupasional/Profesi
Kelompok yang terbentuk karena pekerjaan sejenis, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) atau Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

– Kelompok Volunter
Ini muncul karena adanya kepentingan bersama, meski tidak mendapat perhatian besar dari masyarakat. Contohnya kelompok relawan sosial.

6. Kelompok Sosial Tidak Teratur

– Kerumunan (Crowd) adalah kumpulan sementara tanpa ikatan permanen, misalnya penonton konser atau antrian tiket.

– Publik terbentuk melalui media, berlangsung sementara, dan anggotanya tidak saling mengenal, seperti pembaca berita atau penyebar gosip.

– Massa adalah kumpulan besar yang heterogen dan anonim, sering terlihat dalam demonstrasi atau aksi sosial.

Ahli sosiologi Bierstedt membagi kelompok sosial menjadi empat:

– Kelompok Statistik, hanya berupa data, tanpa interaksi (contoh: penduduk usia 10-15 tahun).
– Kelompok Sosial, ada interaksi, tapi tidak berorganisasi (contoh: kelompok kerabat).
– Kelompok Asosiasi, ada interaksi dan organisasi formal (contoh: negara, sekolah, kampus).
– Kelompok Kemasyarakatan, didasarkan pada persamaan tempat tinggal, tanpa organisasi formal (contoh: warga komplek).

Secara tidak langsung, pemahaman akan pengertian, ciri, dan jenis kelompok sosial, memberi kesadaran bahwa keberagaman kelompok di masyarakat bukanlah penghalang, melainkan kekuatan untuk saling melengkapi.

Bagaimana dengan detikers? Kira-kira ada di kelompok sosial mana?

*Penulis adalah peserta magang Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com

Mirip COVID-19, Ini Penyakit yang Lagi Ngegas Hampir 2 Juta Kasus di DKI!


Jakarta

Dinas Kesehatan DKI Jakarta membuka data kenaikan kasus penyakit di balik ramai warga yang merasa tak kunjung sembuh dari gejala batuk, pilek, hingga keluhan lain menyerupai COVID-19.

Kepala Dinkes DKI Ani Ruspitawati menyebut sebetulnya tidak ada peningkatan kasus tertentu yang relatif berbeda dari tahun ke tahun. Di tengah cuaca tak menentu, wajar keluhan semacam itu banyak dilaporkan.

Penyakit Apa yang Lagi Melonjak?


Namun, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) tercatat memang tengah melonjak, terlihat sejak periode Juli. Meski begitu, tren ini sebenarnya dilaporkan setiap tahun.

“Total kasus ISPA di DKI Jakarta hingga Oktober 2025 sebesar 1.966.308. Peningkatan kasus terlihat mulai bulan Juli. ISPA merupakan penyakit tertinggi di Puskesmas karena penularannya sangat mudah, yakni melalui droplet dan aerosol,” tutur Ani kepada detikcom Kamis (16/10/2025).

Peningkatan kasus ISPA disebut Ani juga bisa berkaitan dengan imunitas yang turun di masyarakat.

Ani mewanti-wanti gejala ISPA yang kerap muncul yakni batuk, pilek, sakit tenggorokan hingga demam. Gejalanya bisa dibarengi dengan keluhan hidung tersumbat, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, bersin, dan suara serak.

“Pada kasus ISPA yang lebih berat, gejala dapat mencakup sesak napas, yang membutuhkan penanganan segera,” wanti-wantinya.

Meski begitu, masyarakat dinilai tidak perlu khawatir mengingat penyakit saluran napas seperti ISPA dapat dicegah dengan menjalani Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Berikut imbauannya:

  • Mencuci tangan dengan sabun
  • Menghindari kerumunan
  • Memakai masker saat beraktivitas di ruangan padat maupun di luar ruangan dengan banyak orang berkerumun
  • Menerapkan etika batuk dan bersin
  • Segera akses layanan kesehatan jika ada gejala batuk pilek
  • Membatasi aktivitas saat sakit
  • Menghindari asap rokok
  • Meningkatkan imunitas dengan makan makanan bergizi, istirahat cukup, olahraga rutin serta kelola stres.

(naf/up)



Sumber : health.detik.com

Hampir 2 Juta Kasus Penyakit Mirip COVID Hantui DKI, Dokter Bagi Tips Cegah Tertular


Jakarta

Di tengah cuaca panas yang tak kunjung reda, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat lebih dari 1,9 juta kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga Oktober 2025.

Lonjakan mulai terdeteksi sejak Juli, seiring menguatnya paparan polusi dan datangnya musim kemarau basah yang disebut sebagai pemicu utama gangguan pernapasan warga.

Meski jumlah kasus mendekati dua juta, Dinkes DKI memastikan situasi masih dalam kondisi terkendali. Pemerintah terus melakukan monitoring dan evaluasi (monev) melalui Sistem Kewaspadaan dan Respons Dini (SKDR) untuk memantau potensi wabah seperti ISPA dan COVID-19.


“ISPA merupakan penyakit tertinggi di Puskesmas karena penularannya sangat mudah, yakni melalui droplet dan aerosol,” tutur Ani kepada detikcom Kamis (16/10/2025).

Di sisi lain, dokter spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) beberapa waktu lalu menyebut saat ini memang terjadi musim infeksi saluran napas. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh perubahan cuaca dan sirkulasi virus yang tinggi.

Ia membagikan beberapa tips sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga paru-paru tetap bersih dan sehat. Dengan begitu, tubuh bisa menjadi lebih kuat dalam menghadang berbagai penyakit, termasuk batuk pilek.

⁠”Pakai masker dan gizi seimbang, banyak makan sayur dan buah sebagai antioksidan. Serta juga hindari kerumunan,” ujar dr Erlang ketika dihubungi detikcom, Rabu (8/10).

Makanan tinggi antioksidan juga dapat membantu memperkuat sistem imun dengan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Dengan sistem imun yang optimal, tubuh menjadi lebih tahan terhadap serangan virus dan mampu mempercepat pemulihan saat sudah terkena batuk atau pilek.

Menurutnya, masalah infeksi virus yang memicu batuk dan pilek bisa sembuh dengan sendirinya. Meski begitu, ia mewanti-wanti kelompok rentan, seperti lansia dan orang dengan komorbid untuk lebih berhati-hati.

“Kalau tanda bahaya kalau sudah ada perburukan seperti sesak napas, dahak yang sudah berubah warna yang menandakan terjadinya infeksi bakteri, dan demam tinggi perlu ke fasilitas kesehatan,” sambungnya.

(suc/up)



Sumber : health.detik.com