Tag Archives: kisah nabi

Kisah Nabi Syuaib dan Mukjizatnya saat Dakwah pada Kaum Madyan



Jakarta

Nabi Syuaib AS adalah seorang yang memiliki julukan “Khatib al-Anbiya” atau juru bicaranya para nabi. Ia memiliki kisah terkait mukjizatnya ketika melaksanakan perintah Allah SWT untuk membimbing kaumnya yaitu Madyan.

Dikutip dari Qashash al-Anbiyaa tulisan Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa masyarakat Madyan merupakan suku Arab yang menetap di Madyan, sebuah kota yang terletak di wilayah Mu’an tepatnya di perbatasan negeri Syam dan Hijaz. Wilayah ini berdekatan dengan danau kaum Luth.

Ibnu Katsir menjelaskan, Madyan adalah nama sebuah kabilah keturunan dari Madyan bin Madyan bin Nabi Ibrahim. Nabi yang diutus kepada mereka adalah Syuaib bin Misykal bin Yasyjan, seperti yang dikatakan Ibnu Ishaq.


Kisah Nabi Syuaib dan Mukjizatnya

Masih dalam sumber yang sama diceritakan, penduduk Madyan adalah orang-orang kafir yang memiliki kebiasaan buruk. Mereka gemar merampok di tengah jalan dan menakut-nakuti orang yang sedang dalam perjalanan.

Mereka adalah contoh kelompok masyarakat dengan karakter yang paling buruk dalam interaksi sosial. Mereka melakukan kecurangan dalam jual beli, seperti mengurangi timbangan dan mengambil tambahan ketika membeli.

Kaum Madyan menyembah sebatang pohon yang dikelilingi kebun-kebun yang dikenal dengan Aikah. Allah SWT mengutus seorang laki-laki dari kalangan mereka, yakni Nabi Syuaib AS. Dia mengajak kaum Madyan untuk hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

Nabi Syuaib AS juga melarang perbuatan keji dan tercela. Sebagian dari kaumnya beriman, tetapi kebanyakan tetap dalam kekafiran. Hingga akhirnya Allah SWT menimpakan azab yang sangat pedih kepada kaum Madyan.

Berkaitan dengan ini, Allah SWT berfirman,

“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, yaitu Syuaib. Ia berkata: ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia. Sesungguhnya, telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Tuhan kalian.'” (QS Al-A’râf: 85)

Ibnu Katsir menjelaskan, melalui ayat tersebut Allah SWT telah memberikan bukti kebenaran melalui mukjizat yang diberikan kepada Nabi Syuaib AS. “Walaupun berita tentang mukjizat beliau tidak sampai kepada kita secara detail, ayat di atas telah membuktikan adanya mukjizat itu meskipun bersifat umum,” lanjut Ibnu Katsir.

Diceritakan dalam buku Mukjizat Isra Mi’raj dan Kisah 25 Nabi-Rasul karya Winkanda Satria Putra, kaum Madyan tidak mengindahkan peringatan Nabi Syuaib AS bahkan mencemoohnya. Mereka menganggap Nabi Syuaib AS sudah gila dan perkataannya dusta belaka. Mereka juga menantang Nabi Syuaib AS agar Allah SWT menyegerakan azab-Nya seperti yang dikisahkan oleh Nabi Syuaib AS.

Kemudian, Nabi Syuaib AS berdoa kepada Allah SWT agar menurunkan azab kepada kaum Madyan. Akhirnya, Allah SWT mengabulkan doa tersebut dan menurunkan azab yang pedih kepada kaum Madyan sebagai balasan atas dosa dan keingkaran mereka.

Dikatakan, azab tersebut mulanya diturunkan dalam beberapa tahap, seperti hembusan udara panas yang kering dan membuat mereka dahaga, terjadinya gempa dahsyat, hingga akhirnya membinasakan kaum Madyan.

Sementara itu, Nabi Syuaib AS dan orang-orang yang beriman diberi perlindungan oleh Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,

“Ketika putusan Kami tiba, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Sementara orang-orang yang berbuat zalim dihancurkan oleh suara yang menggelegar, sehingga mereka mati berserakan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah tinggal di sana. Ingatlah, begitulah binasa penduduk Madyan, dan seperti yang telah terjadi pada kaum Tsamud juga.” (QS Hud: 94-95)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Idris AS Meninggalkan Sandalnya di Surga


Jakarta

Salah seorang nabi dikisahkan pernah merasakan kenikmatan surga hingga tanpa sengaja meninggalkan sandalnya. Nabi tersebut adalah Nabi Idris AS. Bagaimana kisah Nabi Idris AS meninggalkan sandalnya di surga?

Nabi Idris AS adalah salah satu nabi dan rasul yang memiliki mukjizat atau kejadian luar biasa. Salah satunya, Nabi Idris AS menjadi satu-satunya nabi yang diangkat ke langit keempat untuk melihat indahnya surga.

Allah SWT berfirman dalam surah Maryam ayat 57,


وَّرَفَعْنٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا

Arab Latin: Wa rafa’nāhu makānan ‘aliyyā

Artinya: “Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.”

Ibnu Katsir menjelaskan, ayat tersebut menjelaskan tentang ketinggian martabat Nabi Idris AS. Hal ini turut disebutkan dalam Ash-Shahihain tentang hadits Isra Miraj, bahwasannya Rasulullah SAW pernah bertemu dengan Nabi Idris AS di langit keempat.

Kisah Nabi Idris AS Meninggalkan Sandal di Surga

Kisah Nabi Idris AS ini diceritakan dalam buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi yang ditulis oleh Rizem Aizid.

Pada suatu ketika, malaikat Izrail sangat mengagumi Nabi Idris AS karena ketaatannya kepada Allah SWT dan kepandaiannya. Malaikat Izrail berkeinginan untuk menemui Nabi Idris AS agar lebih mengenal dirinya.

Malaikat Izrail lantas meminta izin kepada Allah SWT untuk turun ke bumi. Secara diam-diam Malaikat Izrail menyamar menjadi laki-laki yang tampan dan bertamu ke rumah Nabi Idris AS.

Nabi Idris AS pun mempersilahkan tamunya yang mengetuk pintu rumahnya untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah, Malaikat Izrail mengungkapkan kepada Nabi Idris bahwa dirinya ingin mengenal lebih dekat.

Nabi Idris AS lantas mengajak Malaikat Izrail untuk menginap dirumahnya. Kegiatan di dalam rumah tidak banyak dihabiskan untuk berbincang, melainkan dihabiskan untuk terus beribadah kepada Allah SWT.

Malaikat Izrail pun diajak untuk makan oleh Nabi Idris AS yang kemudian dia tolak dengan alasan dirinya ingin melanjutkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal yang sama terjadi ketika Nabi Idris AS mengajaknya untuk tidur karena sudah malam, namun tamunya tersebut tetap menolak dan ingin melanjutkan ibadahnya.

Keesokan harinya, kejadian yang sama berulang yang membuat Nabi Idris AS terheran-heran. Lantas Nabi Idris AS pun bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya tamunya itu. Dengan hati-hati, beliau pun menanyakan hal itu.

“Saya adalah malaikat maut,” kata sang tamu.

Nabi Idris AS pun sangat kaget mendengar pernyataan Malaikat Izrail. Ia mengira malaikat itu datang untuk mencabut nyawanya namun dibantah oleh Malaikat Izrail karena tujuannya datang adalah untuk mengenal Nabi Idris AS lebih jauh.

Setelah itu Malaikat Izrail dibuat kaget dengan permintaan Nabi Idris AS yang menyatakan bahwa dirinya ingin merasakan dicabut nyawanya. Lalu atas izin Allah SWT, nyawa Nabi Idris AS pun dicabut oleh Malaikat Izrail dengan selembut- lembutnya.

Nabi Idris AS juga meminta untuk ditunjukkan surga dan neraka dan diizinkan oleh Allah SWT. Beliau sangat terkejut ketika melihat neraka yang sangat menyeramkan itu.

Sebaliknya, ketika di surga ia menunjukkan rasa kekaguman yang sangat besar. Sebab, ia bisa melihat sungai-sungai yang mengalirkan air jernih, pohon-pohon rindang, buah-buah yang lezat, serta pemandangan indah lainnya.

Berkali-kali dirinya mengucapkan, “Subhanallah, subhanallah, subhanallah,” dan juga menunjukkan rasa syukurnya terhadap apa yang dirasakannya dan dilihatnya sambil terus berucap, “Alhamdulillah, alhamdulillah,”

Saat sudah waktunya keluar surga, beliau teringat bahwa sandalnya masih tertinggal di dalam surga. Beberapa sumber menyebutkan sandal Nabi Idris AS berada di bawah pohon yang rindang. Lalu dirinya masuk lagi untuk mengambilnya.

Selang beberapa saat, Malaikat Izrail kebingungan karena Nabi Idris AS tidak segera keluar dari sana. Ternyata, Nabi Idris AS tidak ingin meninggalkan surga Allah SWT tersebut dan ingin tetap berada di sana.

Atas izin Allah SWT, akhirnya Nabi Idris AS diperbolehkan oleh Allah SWT untuk tetap tinggal di surga keempat tanpa menunggu datangnya hari kiamat. Sejumlah riwayat menyebutkan bahwa Nabi Idris AS dicabut nyawanya oleh Malaikat Izrail di langit keempat. Wallahua’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Dibunuh 70 Kali tapi Masih Hidup, Ini Sosok Nabi Utusan Allah



Jakarta

Allah SWT mengutus nabi-Nya kepada seorang raja zalim penyembah berhala yang bernama Dardiyanah. Salah satu kisah yang populer dari nabi tersebut adalah tatkala ia dibunuh 70 kali tapi masih hidup.

Nabi yang dibunuh 70 kali tapi masih hidup ini adalah Nabi Jirjis AS. Ia tidak masuk dalam daftar 25 nabi dan rasul yang wajib diimani umat Islam. Namun, beberapa riwayat menceritakan tentang kisahnya.

Diceritakan dalam buku Diabadikan Qur’an Dipelihara Bumi karya TGH. Lalu Ibrohim, Nabi Jirjis AS diutus Allah SWT kepada penduduk sebuah kerajaan di Ba’labakka. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang bernama Dardiyanah.


Dardiyanah merupakan penyembah berhala bernama Ba’l. Berhala tersebut dikatakan terbuat dari emas yang tingginya mencapai sekitar 10 m. Berhala ini memiliki empat wajah yang masing-masing menghadap tiap penjuru mata angin.

Saat Nabi Jirjis AS diutus, tentu ia enggan sujud kepada berhala itu. Dengan tegas ia mengatakan, “Hai raja kenapa kau menyembah benda mati yang tidak bisa melihat ataupun mendengar?”

Dengan bangga raja itu menjawab, “Sejak aku menyembah berhala ini, aku bisa menjadi raja. Aku menjadi kaya raya dan memiliki nikmat yang tak terhitung banyaknya. Tetapi engkau menyembah Tuhan yang tidak pernah kelihatan, apa yang kamu peroleh dari Tuhanmu itu sebagai imbalannya?”

“Kekayaan dan kesenangan dunia akan sirna. Allah akan memberiku nikmat akhirat yang kekal di surga,” ujar Nabi Jirjis AS.

Hingga akhirnya terjadilah perdebatan antara Dardiyanah dan Nabi Jirjis AS. Karena lawannya adalah utusan Allah SWT, Dardiyanah kalah berdebat. Dia lantas menggunakan kekuasaannya untuk menyiksa Nabi Jirjis AS dengan 70 macam siksaan yang pedih–ada juga riwayat yang menyebut 100 siksaan.

Setiap mendapat satu siksaan hingga meninggal, Allah SWT menghidupkan kembali Nabi Jirjis AS. Lalu, Nabi Jirjis AS datang lagi kepada Dardiyanah dengan seruan yang sama untuk menyembah Allah SWT.

Kisah Nabi Jirjis AS ini tidak banyak dibahas di kalangan ulama tafsir seperti Ibnu Katsir. Para ulama tafsir dan sejarah menyebutkan banyak nama nabi dengan menukil dari bani Israil atau berpegang pada sejumlah pendapat. Dalam kitab Fathu al-Bari sebagaimana dinukil Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam Al-Madkhal ila Dirasal Al-Akidah Al-Islamiyyah, dikatakan Jirjis adalah nabi setelah Nabi Isa AS.

Namun, Umar Sulaiman Al-Asyqar menolak pendapat ini. Ia berdasar pada hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang menyebut bahwa antara Nabi Isa bin Maryam dan Rasulullah SAW tidak ada seorang nabi.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yaqub saat Kehilangan Nabi Yusuf dan Menangis hingga Buta



Yogyakarta

Nabi Yaqub AS pernah kehilangan sang putra, Nabi Yusuf AS. Saking sedihnya, ia kemudian menangis dan bersedih dalam waktu yang lama hingga matanya menjadi buta.

Nabi Yaqub AS memiliki nama lengkap Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim AS. Ia adalah putra dari Nabi Ishaq AS.

Nabi Yaqub memiliki saudara kembar yang bernama Aish. Namun, karena keduanya kurang akur, Nabi Ishaq meminta Yaqub untuk merantau ke A’ram (Irak).


Disebutkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Dr. H. Ridwan Abdullah Sani, M.Si. dan Muhammad Kadri, S.Si., M.Sc. bahwa ketika Nabi Yaqub dalam perjalanan merantau, ia bermimpi akan memperoleh rezeki yang banyak, kehidupan yang aman damai, memiliki keluarga dan anak cucu yang saleh dan berbakti, serta memiliki kerajaan yang besar dan makmur.

Dalam buku Islam on the Spot disebutkan bahwa Nabi Yaqub memiliki 4 istri dan 12 anak laki-laki. Terdapat satu anak yang tampan dan merupakan putra kesayangan Nabi Yaqub, yaitu Nabi Yusuf.

Dona Ningrum Mawardi dan Atin Sumaryani dalam bukunya yang berjudul Meneladani Kesalehan Ayah dalam Al-Qur’an, disebutkan Nabi Yusuf pernah bermimpi melihat 11 bintang, bulan, dan matahati bersujud kepadanya.

Ketika beliau menceritakan mimpinya kepada sang ayah, ia justru melarangnya untuk tidak bercerita kepada siapapun. Karena Nabi Yaqub mengartikan mimpi tersebut bahwa suatu hari, Nabi Yusuf akan menjadi seorang yang besar dan semua anggota keluarganya akan tunduk hormat kepadanya.

Karena Nabi Yaqub menunjukkan betapa sayangnya ia kepada Nabi Yusuf, saudara-saudara Nabi Yusuf merasa cemburu dan berencana untuk mencelakainya. Kisah ini termaktub dalam Al-Qur’an.

Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 15,

فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Masih dengan sumber yang sama, diceritakan bahwa sesampainya di rumah, para saudara Nabi Yusuf ini mengatakan kepada ayahnya jika Nabi Yusuf telah diterkam binatang buas.

Allah SWT berfirman dalam QS Yusuf ayat 17,

قَالُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَاَكَلَهُ الذِّئْبُۚ وَمَآ اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ ١٧

Artinya: “Mereka berkata, “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu serigala memangsanya. Engkau tentu tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar.”

Setelah mendapati kabar tersebut, Nabi Yaqub sangat sedih dan menangis berkepanjangan sehingga membuat kedua matanya buta.

Dijelaskan dalam buku terjemahan Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an karya Adil Musthafa Abdul Halim Nabi Yaqub menghadapi musibah terebut dengan penuh kesabaran dalam menghadapi tipu daya dan kebohongan putra-putranya.

Allah SWT memberikan kekuatan kepada Nabi Yaqub sehingga ia dapat melewati ujian dan dapat menyaksikan kebenaran.

Setelah sekian lama, Allah SWT mengembalikan penglihatan Nabi Yaqub sehingga ia dapat kembali melihat. Nabi Yaqub juga akhirnya mengetahui fakta bahwa sang anak, Nabi Yusuf, masih hidup.

Nabi Yaqub kemudian memohon ampun atas perbuatan putra-putranya seperti yang tertera dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Seperti yang dijelaskan dalam buku Menengok Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Ust. Fatih bahwa Nabi Yaqub memberikan contoh kesabaran dalam menghadapi segala hal.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Hud AS Berdakwah kepada Kaum ‘Ad yang Sombong



Jakarta

Nabi Hud AS memiliki garis keturunan yang sama dengan Nabi Nuh AS. Allah SWT mengutus Hud AS kepada kaum Ad. Kaum Ad adalah kelompok yang musyrik dan ingkar kepada Allah SWT. Sebab mereka menyembah 3 berhala, yaitu Shamda, Shamud, dan Hira.

Mengutip buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul susunan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, kaum Ad dikaruniai oleh Allah SWT berbagai kekayaan. Mulai dari tanah yang subur, sumber-sumber air yang mengalir dari berbagai penjuru dan memudahkan mereka bercocok tanam, serta tempat tinggal mereka yang dikelilingi dengan kebun bunga.

Kaum Ad hidup dengan makmur, sejahtera, serta bahagia. Mereka bahkan menjadi suku terbesar di antara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.


Tak sampai di situ, Allah SWT bahkan menganugerahkan kaum Ad tubuh yang kuat dan kekar sehingga memudahkan mereka untuk bekerja keras. Mereka juga memiliki pengetahuan dan kebudayaan yang tinggi.

Dengan ragam kenikmatan yang Allah SWT berikan, mereka tidak pernah bersyukur. Tingginya ilmu pengetahuan dan kebudayaan tidak membuat mereka percaya akan keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Esa.

Kaum Ad meyakini bahwa patung-patung yang mereka sembah merupakan Tuhan mereka. Nabi Hud AS diutus pada kaum yang banyak menyimpang dari nabi-nabi sebelumnya.

Allah SWT menugaskan Hud AS untuk mengingatkan kembali ajaran-ajaran nabi yang sebelumnya agar mereka kembali ke jalan yang benar. Sebab, kaum Ad sudah tidak menyembah Allah SWT dan melakukan berbagai perbuatan syirik serta tahayul.

Dakwah Nabi Hud AS ditolak oleh kaum Ad dengan ragam alasan, bahkan mereka tak segan melontarkan tuduhan, ejekan, serta hinaan kepada sang nabi. Sebagai utusan Allah, Hud AS bersabar atas apa yang dikatakan oleh kaumnya.

Kaum Ad berdalih tidak akan mengubah kebiasaan mereka menyembah berhala karena hal itu merupakan warisan nenek moyang mereka. Bahkan, mereka mengatakan seharusnya Nabi Hud AS kembali kepada aturan nenek moyang dan menyembah berhala.

Meski tidak menyerah dalam menyampaikan dakwah, kaum Ad tidak menggubris Nabi Hud AS. Mereka menghina dan merendahkan Hud AS hingga mengatakan beliau tidak memiliki kelebihan apapun dibanding mereka.

Nabi Hud AS lalu berkata bahwa Allah akan segera menurunkan azabnya bagi kaum Ad yang tidak beriman kepada-Nya. Alih-alih percaya pada peringatan Hud AS, kaum Ad justru semakin sombong dan kufur sambil menyebut mereka tidak akan ditimpa azab.

Azab Allah SWT kepada Kaum Ad

Merujuk pada sumber yang sama, Allah menurunkan azab kepada kaum Ad melalui dua tahap. Pertama, ladang-ladang dan kebun mereka mengalami kekeringan.

Pada keadaan itu, Nabi Hud AS berusaha meyakinkan kaumnya bahwa kekeringan tersebut merupakan azab yang Allah berikan. Namun tetap saja, perkataan Nabi Hud AS tidak digubris oleh kaum Ad, mereka bahkan berdoa dan memohon perlindungan kepada berhala-berhala yang mereka sembah.

Selanjutnya, tahapan kedua dari azab yang Allah timpa pada kaum Ad adalah munculnya gumpalan awan dan awan hitam yang tebal di atas mereka. Melihat hal itu, kaum Ad sempat gembira karena menganggap akan turun hujan dan membasahi ladang mereka yang mengalami kekeringan.

Menyaksikan hal itu, Nabi Hud AS lalu berkata bahwa awan hitam tersebut bukanlah awan rahmat, melainkan membawa kehancuran sebagai balasan Allah yang dijanjikan. Dalam surat Al Ahqaf ayat 24, Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا۟ هَٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا ٱسْتَعْجَلْتُم بِهِۦ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya: “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,”

Allah SWT memberikan kaum Ad azab berupa angin topan dan badai hebat. Saking dahsyatnya, bencana itu berlangsung hingga 8 hari 7 malam yang berujung melenyapkan kaum Ad tanpa sisa.

Dalam peristiwa itu, Nabi Hud AS beserta sahabatnya yang beriman mendapat perlindungan dari Allah SWT. Setelah cuaca tenang, Hud AS pergi hijrah ke Hadramaut dan menghabiskan sisa hidupnya di sana hingga wafat.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ibrahim Melawan Raja Namrud yang Mengaku Tuhan


Jakarta

Raja Namrud adalah raja yang memiliki kekuasaan selama 400 tahun lamanya dan wilayah yang sangat besar hampir seluruh dunia. Hal ini menyebabkan dirinya berlaku sombong, kafir, dan menyamakan dirinya dengan Tuhan.

Menurut para ahli tafsir, ulama ahli nasab, dan pakar sejarah, Raja Namrud adalah raja Babilonia yang memiliki nama lengkap Namrud bin Kan’an bin Kausy bin Sam bin Nuh. Sementara itu, ulama lainnya mengatakan namanya adalah Namrud bin Falih bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.

Mujahid dan para ulama lainnya mengatakan, kecongkakkan Raja Namrud semakin jadi karena ia termasuk dalam empat raja yang pernah menguasai hampir seluruh muka bumi. Dua raja merupakan dari golongan orang mukmin, Raja Dzul Qarnain dan Sulaiman, lalu dua lainnya dari golongan kafir termasuk, Raja Namrud.


Raja Namrud hidup pada masa Nabi Ibrahim AS. Karena kecongkakkannya, Nabi Ibrahim AS pun menantang Raja Namrud dengan mengeluarkan bukti-bukti bahwa dirinya keliru dan bukanlah Tuhan sebagaimana yang diklaimnya.

Kisah Nabi Ibrahim AS Melawan Raja Namrud

Dikutip dari Kisah Para Nabi oleh Imam Ibnu Katsir, Nabi Ibrahim AS mengajak Raja Namrud untuk mengakui bahwa satu-satunya Tuhan adalah Allah SWT dan beribadah hanya kepada-Nya. Namun, Raja Namrud menolak dan malah mengklaim dirinya sebagai Tuhan.

Kisah ini terabadikan dalam surah Al-Baqarah ayat 258-260,

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِى حَآجَّ إِبْرَٰهِۦمَ فِى رَبِّهِۦٓ أَنْ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّىَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحْىِۦ وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأْتِى بِٱلشَّمْسِ مِنَ ٱلْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ ٱلْمَغْرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِى كَفَرَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” Orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

Raja Namrud mengaku sebagai Tuhan yang dapat menghidupkan atau mematikan orang. Hal yang dimaksud olehnya adalah ia bisa menentukan nasib orang lain dengan membiarkannya hidup atau memberinya hukuman mati.

Namun tentunya bukan ini yang dimaksud oleh Nabi Ibrahim AS. Allah SWT dapat menghidupkan orang dari yang tidak ada menjadi ada dan mematikan yang ada menjadi tidak ada.

Pada ayat berikutnya dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang bisa mengatur tata surya dan mengatur siang dan malam. Lalu beliau menantang Raja Namrud untuk menunjukkan kemampuannya menerbitkan Matahari dari barat.

Dengan kesesatan, kebodohan, dan kebohongan dakwahnya, ia tidak bisa berkata apa-apa untuk menjawab Nabi Ibrahim AS. Barulah Allah SWT berfirman seperti di ayat yang terakhir bahwa Allah SWT tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

Kekejaman Raja Namrud kepada Nabi Ibrahim AS

Abdurrazaq telah meriwayatkan dari Ma’mar, dari Zaid bin Aslam, bahwa suatu waktu Raja Namrud mengadakan sebuah jamuan makan yang dihadiri oleh rakyatnya. Nabi Ibrahim AS pun datang memenuhi undangan tersebut.

Namun, hari itu terjadi perdebatan antara Nabi Ibrahim AS dengan Raja Namrud. Akhirnya Nabi Ibrahim AS tidak diberi makanan sedikitpun hingga pesta itu selesai.

Saat perjalanan pulang, Nabi Ibrahim AS mengambil pasir lalu ditaruhnya di kedua kantongnya, seraya berkata, “Kehadiranku akan membuat repot keluargaku.”

Sesampainya dirumah ia tertidur karena terlalu lelah dan lemas. Saat bangun betapa terkejutnya dirinya sebab menemui Sarah, istrinya sudah memasak. Sarah mengatakan bahwa bahan masakan itu ditemukannya di kantong-kantong suaminya.

Padahal seingat Nabi Ibrahim AS, dirinya hanya membawa pasir di kedua kantongnya. Namun, akhirnya Nabi Ibrahim AS menyadari bahwa hal tersebut adalah rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.

Laknat Allah SWT untuk Raja Namrud

Zaid bin Aslam berkata, “Allah mengutus malaikat kepada raja yang sombong itu agar ia beriman kepada Allah, tetapi ia menolaknya. Malaikat mengajaknya untuk yang kedua kali, tetapi ia menolaknya hingga malaikat mengajaknya untuk yang ketiga kali dan lagi-lagi ia tetap menolaknya. Akhirnya malaikat berkata: ‘Kumpulkan bala tentaramu dan aku akan mengumpulkan bala tentaraku’.”

Esoknya, Raja Namrud benar-benar mengumpulkan bala tentaranya dan seluruh pasukan. Namun, yang datang bukanlah tentara perang melainkan pasukan nyamuk yang sangat banyak.

Nyamuk-nyamuk itu lantas menghisap darah bala tentara Raja Namrud dan bahkan mengoyak daging-daging mereka hingga tersisa hanyalah tulang belulang.

Salah satu nyamuk datang kepada Raja Namrud yang tidak ikut berperang dan masuk ke hidungnya selama 400 tahun. Selama 400 tahun itu jugalah Raja Namrud selalu memukuli kepalanya dengan tongkat besi agar nyamuk itu keluar.

Itulah azab yang dikirim oleh Allah SWT untuk Raja Namrud hingga akhirnya binasa karena seekor nyamuk. Naudzubillahi min dzalik.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yusuf AS Digoda Istri Tuannya dan Dituduh Bermaksiat



Jakarta

Nabi Yusuf AS adalah utusan Allah yang berasal dari keturunan Nabi Yaqub AS. Kisah mengenai dirinya diceritakan dalam Al-Qur’an pada surat Yusuf.

Mengutip kitab Qashash al-Anbiya susunan Ibnu Katsir, dikatakan ketika kecil Nabi Yusuf AS diberi banyak perhatian oleh sang ayah. Karenanya, saudara kandungnya merasa dengki.

Mereka berencana membuang Nabi Yusuf AS ke dasar sumur agar dipungut oleh musafir. Benar saja, setelah rencana itu berhasil Nabi Yusuf duduk di dalam sumur sambil menunggu pertolongan.


Lalu datanglah musafir ke sumur tersebut yang merupakan rombongan pedagang dari Syam dan hendak pergi ke Mesir. Salah satu dari mereka mengambil air sumur dengan mengulurkan tali timba ke dalam lalu menariknya kembali.

Di saat itu juga, Nabi Yusuf AS menggelantungkan diri pada tali tersebut. Melihat hal itu, para musafir merasa senang karena dapat menjadikan beliau sebagai barang dagangan.

Akhirnya, para pedagang itu menjual Yusuf AS sebagai budak sesampainya di Mesir dengan harga murah. Namun, yang membeli Nabi Yusuf justru merupakan seseorang yang terkenal dan terhormat yaitu seorang menteri dengan jabatan tinggi bernama al-Aziz dan istrinya Zulaikha.

Usai dibeli, Yusuf AS tinggal di rumah tuannya untuk melayani mereka. Ketika usianya dewasa, ketampanan Nabi Yusuf AS mulai terlihat.

Satu waktu, istri tuannya yang bernama Zulaikha itu merayu dan mengajak Yusuf AS untuk melakukan hal yang tidak senonoh. Padahal, Zulaikha merupakan wanita cantik, berkedudukan tinggi, dan kaya raya.

Dikisahkan, Zulaikha menutup pintu kamar yang di dalamnya hanya ada Yusuf AS dan dirinya. Ia kerap menggoda namun Nabi Yusuf AS terus menghindar dan pergi dari kamar tersebut.

Ketika lari menuju pintu untuk menjauh, istri dari tuannya itu justru menarik baju Yusuf AS dari belakang hingga robek. Pada saat yang bersamaan pula, al-Aziz datang dan memergoki keduanya.

Zulaikha yang enggan diketahui perbuatannya lantas menuduh Nabi Yusuf AS. Merasa terpojok dengan tuduhan tersebut, Yusuf AS membela diri dan berkata sejujurnya.

Suasana itu membuat al-Aziz bingung, kemudian ada seorang yang berpendapat, “Jika baju gamisnya (Yusuf AS) koyak di depan, wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta,”

Maksudnya, Yusuf AS berusaha melarikan diri. Sementara istrinya terus mengejar hingga menarik baju Yusuf AS dari belakang.

Mendengar hal tersebut dan melihat baju Yusuf AS yang robek, al-Aziz menegur sang istri. Ia lalu meminta Nabi Yusuf AS tidak menceritakan peristiwa itu kepada siapa pun.

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Mualaf Dua Pemuka Kafir Quraisy yang Hendak Membunuh Rasulullah



Jakarta

Shafwan ibn Umayyah dan Umair ibn Wahab termasuk dua orang sahabat Rasulullah SAW. Tak banyak yang tahu bahwa keduanya adalah mantan pemuka kafir Quraisy yang pernah berniat membunuh Rasulullah SAW sebelum akhirnya memutuskan memeluk Islam.

Mengutip buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW oleh Fuad Abdurahman, diceritakan bahwa semasa Rasulullah SAW menyebarkan agama Islam, banyak kalangan yang membenci dan menentang. Termasuk kaum kafir Quraisy yang mengingkari adanya Allah SWT dan tidak percaya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya.

Tidak sedikit pula yang berkeinginan membunuh Rasulullah SAW.


Suatu hari, dua pemuka kafir Quraisy duduk berbincang-bincang di samping Kakbah. Mereka adalah Shafwan ibn Umayyah dan Umair ibn Wahab.

Dengan sangat hati-hati Shafwan berkata, “Hai Umair, Muhammad telah membunuh ayah, paman, dan saudara kita dalam Perang Badar. Apakah kau siap pergi ke Madinah dan membunuhnya?”

“Aku ingin melakukannya, tetapi bagaimana dengan keluargaku jika aku mati atau tertangkap?” tanya Umair bimbang.

“Tenang saja. Demi Latta dan Uzza, akulah yang akan menjaga anak-anak dan keluargamu. Aku akan memenuhi kebutuhan mereka. Aku binasa jika mereka binasa. Darah mereka adalah darahku. Hidup mereka adalah hidupku. Begitu juga mati mereka adalah matiku,” beber Shafwan yang meyakini bahwa keluarga Umair akan aman bersamanya.

Umair berkata, “Baiklah kalau begitu, aku siap membunuhnya. Besok aku akan pergi ke Madinah. Aku minta, jangan bocorkan rencana ini kepada siapa pun. Hanya kita berdua yang tahu.”

“Ya, aku tidak akan mengatakannya kepada siapa pun,” kata Shafwan.

Setelah bersepakat dan berjabat tangan, Umair beranjak pergi meninggalkan Shafwan. la segera mempersiapkan hewan tunggangan dan perbekalan untuk pergi ke Madinah.

Sebagai senjata yang akan digunakan untuk membunuh Rasulullah, Umair tak lupa membaluri pedangnya dengan racun yang mematikan. Saking bahaya racun ini, pedang yang mengilap itu berubah warna menjadi abu-abu kehitaman.

Keesokan harinya, Umair pergi ke Madinah untuk melampiaskan dendamnya yang membara. la akan mencari Muhammad dan menebaskan pedangnya ke tubuh beliau.

Umair sama sekali tidak tahu bahwa saat keduanya merundingkan rencana jahat itu, Allah SWT mewahyukan kepada Rasulullah SAW tentang apa yang mereka rencanakan di samping Kakbah. Ini adalah janji Allah SWT yang akan senantiasa menjaga nabi dan Rasul utusan-Nya.

Setelah menempuh perjalanan jauh yang melelahkan, Umair tiba di Madinah. Tanpa buang waktu, ia segera mencari-cari Rasulullah SAW, tak sabar untuk segera
menebaskan pedang beracunnya pada tubuh beliau. Namun setelah berkeliling Madinah, ia tidak kunjung menemukan Rasulullah SAW. Maka Umair pun berjalan menuju Masjid Nabawi.

Dalam perjalanan menuju Masjid Nabawi, Umar ibn Khathab melihatnya dan mencurigai gerak-gerik Umair sehingga ia langsung menghunuskan pedangnya dan menghadang Umair.

Umar menanyai maksud kedatangannya ke Madinah. Karena gerak-gerik dan jawabannya mencurigakan, Umar lantas meringkus dan menyeretnya ke hadapan Rasulullah SAW yang tengah berada di masjid.

Rasulullah bertanya, “Hai Umair, apa tujuanmu datang ke sini?”

“Aku datang untuk menebus kerabatku yang tertangkap dalam Perang Badar” jawab Umair seraya berbohong.

“Kamu dusta! Sepuluh hari yang lalu kau dan Shafwan duduk di samping Kakbah merencanakan keburukan terhadapku. Shafwan berkata kepadamu begini dan begini. Kau bilang kepadanya ini dan itu. Aku tahu, saat ini kau datang untuk membunuhku Sungguh, Allah tidak akan menguasakanmu untuk membunuhku,” ujar Rasulullah SAW yang sudah tahu semua rencana jahat Umair.

Mendengar ucapan Rasulullah SAW, Umair terkejut, sebab rencana mereka itu sangat rahasia. Hanya ia dan Shafwan yang mengetahuinya.

Umair bertanya, “Dari mana engkau mengetahui kejadian dan rencana yang hanya diketahui di antara aku dan Shafwan?”

“Allah Yang Mahatahu telah mengabarkannya kepadaku,” jawab Rasulullah SAW.

Mendengar ucapan Rasulullah SAW ini, Umair kemudian percaya bahwa Rasulullah SAW benar-benar utusan Allah SWT. Maka, tanpa ragu lagi ia mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda bahwa kini ia menjadi orang beriman.

Kelak, beberapa tahun kemudian, Shafwan ibn Umayyah pun ikut memeluk Islam. Kisahnya bermula ketika ia dan Rasulullah SAW melihat-lihat pampasan perang
berupa binatang ternak. Shafwan memandangi ternak (ganimah) yang memenuhi celah bukit.

Rasulullah SAW memperhatikannya, lalu bertanya, “Hai Abu Wahab, sepertinya kau sangat takjub melihat hewan ternak yang memenuhi celah bukit itu?”

“Ya,” jawab Shafwan singkat.

Maka, Rasulullah SAW berkata, “Seluruh ternak itu untukmu beserta apa yang ada di celah bukit itu.”

Mendengar ujaran Rasulullah SAW, Shafwan merasa sangat senang dan hampir tidak percaya. Lalu ia berkata, “Tidak mungkin seseorang memberikan (harta) sebanyak ini,
kecuali seorang Nabi. Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.”

Demikian kisah Shafwan dan Umair yang awalnya sangat membenci Rasulullah SAW namun atas kuasa Allah SWT, keduanya justru menjadi muslim yang beriman. Kisah ini menjadi bukti bahwa Allah SWT Maha Membolak-balikkan Hati dan juga melindungi para nabi dan rasul. Masya Allah!

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Burung Hudhud dan Nabi Sulaiman ‘Taklukan’ Ratu Balqis


Jakarta

Kisah burung hudhud dan Nabi Sulaiman AS salah satu kisah yang menarik untuk disimak. Burung ini berperan dalam penaklukan kerajaan besar di Yaman yang saat itu dipimpin oleh seorang ratu bernama Balqis pada masa Nabi Sulaiman AS.

Cerita ini bahkan diabadikan Allah SWT dalam Al-Qur’an agar bisa menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia di setiap zaman. Kisahnya termuat dalam surah An-Naml ayat 20-28.

Kerja Sama Burung Hudhud dan Nabi Sulaiman AS

Dikutip dari buku Tafsir Qashashi Jilid III oleh Syofyan Hadi, saat itu Nabi Sulaiman AS sedang melakukan pemeriksaan terhadap para pekerja dan pegawainya. Pekerja yang dimaksud tersebut terdiri dari golongan manusia, hewan, maupun jin.


Nabi Sulaiman AS lantas menyadari ketidakhadiran burung Hudhud dalam pertemuan itu. Beliau lalu berkata bahwa pegawai dan pekerja yang tidak hadir dalam pertemuan itu akan dihukum.

Tak lama, burung hudhud datang namun tetap terlambat. Nabi Sulaiman AS lantas bertanya penyebab keterlambatannya tersebut. Burung hudhud pun menjawab bahwa ia membawa sebuah berita penting.

Burung hudhud bersaksi dia baru saja datang dari negeri yang sangat jauh. Tak hanya itu, negeri itu pun juga sangat luas, makmur, dan aman. Diketahui negeri itu bernama Negeri Saba’.

Negeri Saba’ dipimpin oleh seorang ratu bernama Balqis. Sang ratu merupakan seorang yang sesat dimana ia dan penduduknya adalah penyembah matahari.

Ats-Tsa’labi dalam buku Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi mengatakan, Negeri Saba’ dipimpin oleh seorang perempuan setelah kekuasaan yang dipimpin seorang laki-laki sebelumnya menyebabkan kerusakan di mana-mana.

Sehingga menyebabkan diangkatnya anak putri raja sebelumnya, yaitu Ratu Balqis binti as-Sarih al-Had-had, menjadi ratu menggantikan ayahnya.

Mengetahui pengakuan dari burung Hud-Hud, Nabi Sulaiman AS kemudian menulis sepucuk surat kepada ratu dari negeri Saba’ tersebut. Surat itu berisi sebuah perintah agar Ratu Balqis dan seluruh rakyatnya untuk menyerahkan kekuasaan pada Nabi Sulaiman AS serta tunduk kepada aturan Allah SWT dan taubat dari kemusyrikan.

Di sinilah peran Burung Hud-Hud yang kedua ditampakkan. Dirinya selain menjadi pembawa berita adanya kerajaan yang penuh kemusyrikan, ia juga berperan sebagai pengantar surat yang menghubungkan Nabi Sulaiman AS dengan Ratu Balqis.

Negosiasi Nabi Sulaiman AS dan Ratu Balqis

Setelah diberi tahu hal itu, Ratu Balqis menawarkan jalan damai kepada Nabi Sulaiman AS sehingga ia ingin memberi beliau hadiah. Namun, Nabi Sulaiman AS menolaknya.

Nabi Sulaiman AS mengatakan bahwa beliau hanya ingin ratu tersebut beserta rakyatnya mau menyembah Allah SWT dan meninggalkan kemusyrikannya. Apalagi Nabi Sulaiman AS sudah memiliki kerajaan yang sangat kaya, megah, dan besar, membuatnya lebih tidak menginginkan hadiah tersebut.

Mendengar kemegahan kerajaan Nabi Sulaiman AS, Ratu Balqis pun tertarik untuk datang kesana.

Nabi Sulaiman AS lantas menanyakan kepada salah satu pekerjanya siapa yang bisa memindahkan singgasana Ratu Balqis ke kerajaannya sebelum ratu tersebut datang. Jin ifrit pun menyanggupinya bahkan hanya dengan kecepatan kedipan mata.

Ratu Balqis Beriman pada Allah SWT

Setibanya di kerajaan Nabi Sulaiman AS, Ratu Balqis pun amat tercengang melihat kemegahan serta kekayaan yang dimiliki beliau. Lebih terkejutnya Ratu Balqis saat tahu bahwa singgasananya sudah berada di sana.

Setelah melihat segala kelebihan yang berada di kerajaan Nabi Sulaiman AS, Ratu Balqis menyadari bahwa kesombongannya selama ini terhadap kekayaannya tidak berarti apa-apa.

Lalu, dirinya mengakui kekalahannya pada Nabi Sulaiman AS dan bersaksi akan beriman kepada Allah SWT. Setelah itu Nabi Sulaiman AS memperistri Ratu Balqis dan keduanya hidup bahagia bersama.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Musa yang Sempat Tampar Malaikat Maut


Jakarta

Kisah wafatnya Nabi Musa AS adalah salah satu peristiwa yang penting untuk dipelajari umat Islam. Nabi Musa AS wafat di usia 120 tahun. Sebelum wafatnya, Nabi Musa AS sempat menampar Malaikat Izrail hingga disebut matanya sampai terlepas.

Dikutip dari buku Etika Bisnis Islam oleh Dwi Santosa Pambudi, Nabi Musa AS merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim AS dari nasab ayahnya. Nabi Musa AS memiliki istri bernama Shafura yang juga merupakan putri seorang nabi, yakni Nabi Syuaib AS.

Nabi Musa AS adalah nabi yang hidup di zaman kekuasaan raja Mesir, Fir’aun, di mana masyarakatnya penuh dengan kesesatan. Nabi Musa AS diutus oleh Allah SWT untuk menegakkan ketauhidan dan mengajarkan kitab Taurat.


Namun, atas izin Allah SWT, Nabi Musa AS berhasil mengalahkan Fir’aun yang sombong dan sesat dengan mukjizat yang Allah SWT berikan kepadanya yakni, tongkat yang mampu membelah laut merah.

Hingga ajalnya tiba, ada kisah menarik saat menjelang wafatnya Nabi Musa AS yang dipertemukan dengan Malaikat Maut. Seperti apa kisahnya?

Kisah Wafatnya Nabi Musa AS

Kisah wafatnya Nabi Musa AS ini diambil dari buku Kisah-Kisah dalam Hadis Nabi oleh Muhammad Nasrulloh. Saat itu, Nabi Musa AS telah tiba waktunya untuk menghadap Allah SWT. Kemudian Allah SWT mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawa Nabi Musa AS.

Malaikat Izrail lantas diubah bentuknya oleh Allah SWT menjadi sesosok manusia ketika hendak mendatangi Nabi Musa AS. Kedatangan Malaikat Izrail yang tiba-tiba ini mengagetkan Nabi Musa AS. Sebab keterkejutannya itu, Nabi Musa AS pun memukul Malaikat Izrail hingga matanya juling dan terlepas. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Malaikat maut diutus kepada Musa AS. Ketika ia menemuinya, Musa AS mencungkil matanya. Malaikat maut lantas kembali kepada Tuhannya dan berkata, “Engkau mengutusku kepada hamba yang tidak ingin mati.”

Rupanya, Nabi Musa AS mengira bahwa Malaikat Izrail yang menyamar sebagai manusia ini adalah seorang yang tidak dikenal yang hendak menyerangnya. Sehingga Nabi Musa AS berusaha melindungi diri.

Malaikat Izrail pun kembali untuk menghadap Allah SWT. Ia memberitakan bahwa Nabi Musa AS tidak ingin dicabut nyawanya. Kemudian Allah SWT mengutus Malaikat Izrail untuk turun kembali menemui Nabi Musa AS dan menanyakan perihal waktu kematiannya.

Lalu untuk kedua kalinya, Malaikat Izrail mendatangi Nabi Musa AS dalam wujud manusia lagi. Namun, kali ini Nabi Musa AS sudah mengenalinya.

Dalam pertemuan keduanya dengan Malaikat Maut, Nabi Musa AS dipersilakan Malaikat Izrail untuk memilih hidup lama atau dicabut nyawanya. Kemudian, Nabi Musa AS memilih untuk dicabut nyawanya saat itu juga.

Dikisahkan dari Ibnu Katsir dalam buku Kisah Para Nabi, Nabi Musa AS kemudian bertanya kepada Malaikat Izrail. Nabi Musa AS bertanya, “Tanyakanlah kepada Tuhanku, apabila waktu itu telah habis bagaimana selanjutnya?”

Malaikat Izrail pun menjawab, “Kemudian ia harus mati.”

Maka Nabi Musa AS pun berkata, “Kalau begitu hari ini saja, karena waktu tersebut tidak terlalu lama.”

Begitulah kisah Nabi Musa AS wafat. Buku Riwayat 25 Nabi dan Rasul oleh Gamal Komandoko menjelaskan bahwa Nabi Musa AS dicabut nyawanya oleh Malaikat Izrail ketika usianya 120 tahun.

Permintaan terakhir Nabi Musa AS sebelum meninggal adalah menginginkan untuk dimakamkan di dekat Baitul Maqdis. Nabi Musa AS pernah berdoa, “Ya Allah, dekatkanlah aku dengan tanah suci (Baitul Maqdis) hingga sampai sejauh lemparan batu saja.” Hingga Allah SWT mengabulkan permintaan Nabi Musa AS dengan memakamkan Nabi Musa AS tidak jauh dari Baitul Maqdis.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com