Tag Archives: kisah

Kisah Wafatnya Khalid bin Walid, Panglima Perang Islam yang Tidak Pernah Kalah


Jakarta

Khalid bin Walid adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal akan kepiawaiannya dalam peperangan. Khalid termasuk panglima perang Islam yang tersohor pada masanya.

Mengutip buku Para Panglima Perang Islam susunan Rizem Aizid, kehebatan Khalid bin Walid ini dibuktikan dengan tidak adanya kekalahan dalam perang yang ia pimpin. Khalid bahkan dijuluki sebagai Pedang Allah yang Terhunus.

Taktik perangnya yang jitu dan ide-idenya yang luar biasa membuat sosok Khalid bin Walid sangat hebat. Ia juga menjadi juru tulis Nabi Muhammad SAW dengan gelar Abu Sulaiman.


Khalid bin Walid lahir pada 592 M. Ia adalah anak dari pasangan Walid bin Mughirah dan Lababah ash-Shaghri binti al-Harits bin Harb. Sang ayah berasal dari Bani Makhzhum, marga terkemuka di kalangan suku Quraisy.

Khalid masuk Islam usai Perang Uhud. Semenjak menjadi panglima Islam, dirinya terus memperluas wilayah Islam dan membuat pasukan Romawi serta Persia kalang kabut.

Beberapa perang yang dipimpin Khalid bin Walid seperti Perang Mu’tah, Fatu Makkah, Perang Riddah, Perang Yamamah, dan penaklukan Persia-Romawi.

Wafatnya Khalid bin Walid Akibat Sakit

Menukil buku Dahsyatnya Ibadah, Bisnis, dan Jihad Para Sahabat Nabi yang Kaya Raya susunan Ustaz Imam Mubarok Bin Ali, Khalid bin Walid wafat di Hims pada 21 Hijriah. Diriwayatkan dari Abu az-Zinad, ketika ajal hendak menjemputnya ia menangis sambil berkata,

“Aku telah mengikuti perang ini dan itu dengan gagah berani, hingga tidak ada sejengkal bagian pun di tubuhku, kecuali ada bekas sabetan pedang atau tusukan anak panah. Namun, mengapa aku mati di atas kasurku, tanpa bisa berbuat apa-apa, seperti halnya seekor keledai? Mata para pengecut tidak bisa terpejam,”

Dikisahkan dalam buku Khalid bin Walid: Panglima Perang Termasyhur tulisan Indah Julianti, meski Khalid bin Walid dikenal sebagai panglima perang Islam tersohor, ia meninggal akibat sakit yang dideritanya. Pada awal 18 Hijriah, wabah epidemik menyebar di Syria dan menyerang para penduduk, termasuk Khalid.

Bahkan, anak-anak Khalid bin Walid ikut terkena wabah tersebut dan menyisakan tiga orang putra, yaitu Sulaiman, Muhajir dan Abdurrahman. Khalid menghembuskan napas terakhir di kediamannya.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Sosok Umar bin Abdul Aziz, Khalifah yang Sering Mengingat Kematian



Jakarta

Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu khalifah Bani Umayyah. Ia merupakan keturunan dari Umar bin Khattab dari ibunya.

Menurut buku Sejarah Peradaban Islam susunan Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, nama lengkapnya adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abu Al-Ash bi Umayyah bin Abd Syams bin Manaf. Ayahnya bernama Abdul Aziz bin Marwan yang tak lain seorang gubernur Mesir.

Ia lahir pada 61 H di Madinah, tepatnya pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah dan memiliki 4 saudara kandung serta 6 saudara lain ibu.


Dikisahkan dalam buku Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi susunan Siti Nurlaela, jabatan khalifah yang diperoleh Umar bin Abdul Aziz didasarkan atas wasiat sang sepupu, Sulaiman bin Abdul Malik yang merupakan khalifah Bani Umayyah sebelumnya.

Meski demikian, mulanya Umar bin Abdul Aziz menolak menjadi khalifah. Ia ingin agar rakyat memilih sendiri pemimpinnya sehingga diadakan pemungutan suara.

Hasilnya, Umar bin Abdul Aziz mendapat suara yang bulat dari rakyatnya. Setelah itu, barulah ia menerima jabatan khalifah.

“Wahai, rakyatku! Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dalam memimpin kalian. Jangan sekali-kali kalian patuhi aku jika aku telah melenceng dari ajaran-Nya.
Sesungguhnya, aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Akan tetapi, aku adalah orang yang paling berat tanggung jawabnya di antara kalian!” serunya lantang.

Umar bin Abdul Aziz menganggap jabatannya sebagai amanah dari rakyat. Kelak, ia akan dimintai pertanggungjawaban dari Allah SWT.

Bahkan, Umar bin Abdul Aziz sering menangis apabila mengingat tanggung jawabnya. Selain itu, ia merupakan sosok yang kerap mengingat kematian.

Setiap malam, Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan para ulama. Di sana, mereka membicarakan kematian dan keadaan di akhirat kelak.

Apabila larut dalam percakapan tersebut, mereka menangis seolah-olah ada jenazah di dekat mereka. Pada waktu lain, Umar bin Abdul Aziz tengah duduk di sisi sahabatnya.

“Aku selalu merenung setiap malam, sampai-sampai aku sulit tidur,” kata Umar bin Abdul Aziz.

“Apa yang engkau renungkan?” tanya sahabatnya.

“Tentang kubur dan penghuninya,” jawab sang khalifah.

Ia lalu menjelaskan, ketika seseorang wafat maka tiga hari setelah dimakamkan tubuhnya mulai membusuk. Bau tak sedap meruap di dalam liang diikuti belatung dan cacing yang berpesta pora menyantap jasad dengan nikmat. Kemudian, kafan yang semula putih berubah menjadi kotor hingga berujung rusak.

“Andai aku menyaksikan semua itu,” katanya. Belum sempat ia menyelesaikan kalimat, Umar bin Abdul Aziz pingsan.

Suatu ketika ia melihat iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Matahari pada saat itu bersinar terik, angin pun bertiup kencang hingga debu-debu beterbangan.

Beberapa orang menyingkir, mereka mencari tempat berteduh agar terhindar dari debu dan sengatan terik matahari. Menyaksikan hal tersebut, Umar bin Abdul Aziz tampak sedih dan bersyair:

Barang siapa takut akan cacat dan kusut
ketika matahari atau debu menimpa keningnya
dan ia berteduh di bawah naungan agar tetap rupawan
suatu hari kelak ia akan hina dan tinggal dalam kubur

Dalam ruangan yang gelap berdebu dan menakutkan
ia akan lama berada dalam ruangan itu di bawah tanah
Wahai jiwa, bersiap-siaplah sebelum mati dengan perbekalan
yang menyampaikanmu padanya
Tidaklah engkau diciptakan sia-sia begitu saja

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Ketabahan Urwah bin Zubair dalam Menghadapi Musibah yang Menimpanya



Jakarta

Ada banyak kisah-kisah Islami dari orang-orang beriman di masa lalu yang menunjukan sisi positif sehingga bisa diteladani. Seperti kisah seorang yang tetap sabar dan tabah saat ditimpa sakit dan anaknya meninggal. Inilah kisah Urwah bin Zubair.

Mengutip buku Cahaya Abadi Muhammad Saw. 3 karya M. Fethullah Gulen disebutkan bahwa Urwah bin Zubair adalah putra dari sahabat Rasulullah SAW bernama Zubair bin Awwam RA yang merupakan anak dari bibi Rasulullah SAW bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib.

Sementara itu, ibu Urwah bin Zubair bernama Asma’ RA yang merupakan saudara kandung dari Sayyidah Aisyah RA, putri Abu Bakar As-Siddiq. Maka Urwah tumbuh besar diantara orang-orang mulia membuatnya memiliki keimanan dan keutamaan.


Kisah Urwah bin Zubair

Mengutip buku Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi karya Imron Mustofa keutamaan Urwah bin Zubair juga dijelaskan oleh anaknya bernama Hisyam yang menuturkan:

“Ia (Urwah bin Zubair) terkena penyakit kanker pada kakinya, dan seseorang pernah berkata, ‘Maukah Anda aku panggilkan tabib?’ Ia berkata, Jika kamu berkenan.’ Lalu, sang tabib datang dan berkata, ‘Aku akan memberikan minuman kepada Anda dan minuman itu menghilangkan kesadaran Anda untuk beberapa saat.’ Mendengar itu, Urwah berkata, ‘Urus saja dirimu, aku tidak yakin kalau ada seseorang yang mau meminum obat yang menghilangkan kesadarannya, sehingga ia tidak ingat lagi kepada Tuhannya.”

Ia berkata, “Kemudian sang tabib itu akhirnya memotong lutut- nya tanpa obat bius, dan kami semua berada di sekelilingnya me- nyaksikan. Hebatnya, ia tidak mengeluh sedikitpun. Ketika kakinya telah terpotong, ia berkata, ‘Kalaulah memang Engkau Ya Allah telah mengambil kakiku, Engkau pun telah menyisakan hidup kepadaku. Kalaulah engkau memberikan cobaan sakit kepadaku, Engkau pun telah memberikan kesembuhannya. Dan hebatnya, pada malam itu juga ia tidak meninggalkan rutinitasnya, yaitu melakukan shalat malam dengan membaca seperempat al-Qur’an.”

Dari ‘Am bin Shalih dari Hisyam bin Urwah mengatakan bahwa ayahnya pergi menghadap Khalifah al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan. Ketika sampai di lembah Qura, ia mendapati kakinya terkena sesuatu dan terluka. Kemudian, ia pun merasakan sakitnya semakin parah.

Sesampainya di hadapan Khalifah al-Walid, ia (al-Walid) berkata, “Wahai Abu Abdillah, potong saja kakimu itu!” Urwah berkata, “Boleh saja.” Lalu, sang khalifah memanggilkan tabib untuknya. Tabib itu berkata, “Minumlah ramuan yang mengandung obat tidur.” Namun ia (Urwah) tidak mau meminumnya. Kemudian, tanpa obat bius, tabib itu memotongnya sampai sebatas lutut dan tidak lebih.”

Setelah itu, Urwah berkata, “Cukup, cukup!” Al-Walid berkata, “Aku sama sekali belum pernah melihat orang tua yang kesabarannya seperti ini.”

Apalagi disaat Urwah melakukan perjalanan, ia ditimpa musibah sebeba putranya bernama Muhammad meninggal dunia (Diserang keledai saat berada di kandang) namun dia tidak berkomentar apapun hingga di lembar Qura, Urwah bin Zubair pun berkata (Kutipan surah Al-Kahfi ayat 62):

لَقَدْ لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هٰذَا نَصَبًا ٦٢

Artinya: “Bawalah kemari makanan kita. Sungguh, kita benar-benar telah merasa letih karena perjalanan kita ini.”

Selanjutnya urwah bin Zubair pun berkata, “Ya Allah, aku telah mempunyai tujuh keturunan dan Engkau telah mengambil satu dari mereka dan Engkau masih meninggalkan yang enam. Aku juga mempunyai anggota tubuh yang empat, dan Engkau telah mengambil salah satunya, dan Engkau masih tinggalkan yang tiga. Jikalau Engkau memberikan cobaan sakit, Engkau pun telah menyembuhkannya. Jikalau Engkau telah mengambilnya (kaki), Engkau masih memberikan hidup.”

Hikmah Kisah Urwah bin Zubair

Mengutip buku 88 Kisah Orang-Orang Berakhlak Mulia karya Harlis Kurniawan hikmah yang bisa dipetik dari kisah ketabahan Urwah bin Zubair adalah.

Siapa saja yang ridha dengan takdir Allah SWT, maka dia adalah hamba yang bersyukur. Karena dia senantiasa melihat nikmat Allah SWT yang banyak daripada melihat berkurangnya nikmatnya yang sedikit.

Demikianlah kisah ketabahan Urwah bin Zubair dalam menghadapi cobaan yang diberikan Allah SWT.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Prajurit Muslim yang Menjadi Ahli Neraka



Jakarta

Di zaman Rasulullah SAW, hidup seorang pemuda yang berjuang di jalan Allah SWT dengan menjadi prajurit perang. Sayangnya, ia justru menjadi seorang ahli neraka.

Kisah prajurit ini diceritakan dalam buku 115 Kisah Menakjubkan Dalam Hidup Rasulullah yang ditulis Fuad Abdurrahman.

Suatu ketika pasukan muslimin yang dipimpin Rasulullah berhadapan dengan pasukan musyrik dalam sebuah peperangan. Ketika sebagian orang beristirahat, Rasulullah SAW pergi ke markas pasukan muslim.


Di antara banyaknya pasukan muslim saat itu, ada seorang laki-laki yang tampak sangat bersemangat dalam peperangan. Ia tidak membiarkan seorang musuh pun lepas dari sabetan pedangnya.

Melihat kegigihan dan keberaniannya, para sahabat berkomentar tentang orang ini, “Betapa besar pahala si fulan itu pada hari ini dibandingkan kita.”

Mendengar komentar para sahabat, Rasulullah SAW menanggapinya, “Sesungguhnya ia termasuk ahli neraka.”

Mendengar perkataan Rasulullah SAW, banyak yang kemudian heran karena tidak percaya. Mereka yakin bahwa setiap yang berjuang di jalan Allah SWT untuk membela agama Islam maka akan mendapatkan keutamaan.

Karena heran mendengar ucapan Rasulullah SAW, salah seorang sahabat berkata, “Aku adalah temannya dan aku akan mengikuti gerak-geriknya.”

Kemudian, ia pergi memperhatikan segala gerak-gerik pemuda yang disebut sebagai ahli neraka itu. Jika pemuda itu maju, ia pun maju, dan jika temannya itu berhenti, ia juga berhenti.

Selang beberapa waktu, pemuda yang disebut ahli neraka itu mendapat luka yang sangat parah akibat tebasan senjata musuh. Namun, alih-alih bersabar, ia malah mempercepat kematiannya dengan menancapkan pangkal pedangnya ke tanah dan mengarahkan hulu pedangnya yang runcing ke ulu hatinya, dan ia hempaskan tubuhnya ke pedang itu. Ternyata, ia memilih jalan pintas untuk bunuh diri.

Setelah melihat apa yang dilakukan pemuda itu, sahabat yang tadi mengawasi dan mengikutinya segera menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Aku bersaksi, engkau adalah utusan Allah.”

Rasulullah SAW bertanya, “Ada apa?”

“Tentang laki-laki yang engkau sebutkan sebagai ahli neraka tadi sehingga orang-orang terkejut mendengarnya. Aku mengatakan kepada mereka bahwa aku akan mengikutinya dan mengabarkan keadaannya. Maka, aku mengawasi gerak-geriknya hingga ia terluka parah. Namun, ia mempercepat kematiannya dengan cara menancapkan pedangnya ke tanah dan mengarahkan hulunya ke ulu hatinya, lalu menghempaskan tubuhnya ke pedang itu hingga ia tewas akibat bunuh diri.”

Mendengar cerita sahabat itu, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya ada laki-laki yang tampak oleh manusia melakukan amal ahli surga, tetapi sebenarnya ia termasuk ahli neraka. Dan sesungguhnya ada laki-laki yang tampak oleh manusia melakukan amal ahli neraka, tetapi sebenarnya ia termasuk ahli surga.”

Bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An Nisa ayat 29,

…وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا –

Artinya: “… Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Zaid Tsabit bin Adh-Dhahhak Al-Anshari, Rasulullah SAW bersabda,

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ، عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu.” (Muttafaq Alaih)

Neraka adalah tempat kembali bagi orang-orang yang putus asa dan melakukan bunuh diri.

Rasulullah SAW mengatakan dalam hadits riwayat Abu Hurairah, “Barang siapa membunuh dirinya dengan menggunakan besi, maka besi tersebut akan ditempelkan pada perutnya di neraka jahanam selama-lamanya. Dan barang siapa membunuh dirinya dengan menggunakan racun maka racun yang berada di tangannya akan ia rasakan selama-lamanya di neraka jahanam. Dan barang siapa menjatuhkan diri dari puncak gunung sehingga ia meninggal dunia maka ia akan dijatuhkan di neraka jahanam selama-lamanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Wallahu ‘alam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

4 Kisah Seorang Ibu yang Diceritakan dalam Al-Qur’an


Jakarta

Al-Qur’an adalah petunjuk untuk umat manusia, didalamnya terdapat berbagai kisah-kisah masa lalu yang menjadi pelajaran untuk umat selanjutnya. Di bawah ini kisah tentang ibu yang ada dalam Al-Quran.

Terdapat kisah-kisah luar biasa dari seorang perempuan sekaligus ibu dari para nabi mulia, kisah-kisah ini diabadikan langsung oleh Allah SWT untuk menjadi pengingat kepada hambanya bahwa kasih sayang Allah tidak terbatas hanya karena gender dan usia saja.

Seperti empat kisah ibu yang tertulis dalam Al-Qur’an ini yakni: kisah Siti Hajar ibu Nabi Ismail AS, kisah Milyanah ibu Nabi Musa AS, kisah Hanah ibu Siti Maryam, dan kisah Siti Maryam ibu Nabi Isa AS.


1. Kisah Siti Hajar Ibu Nabi Ismail AS

Mengutip buku Kisah Teladan dalam Al-Qur’an karya Ahmad Laudzai dahulu dikisahkan Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar (Istrinya) telah menikah lama, namun mereka belum diberikan seorang anak pun oleh Allah SWT.

Setia waktunya Nabi Ibrahim AS tidak luput berdoa seperti ini, “Ya Allah aku berani mengorbankan apa saja, asalkan pintaku terpenuhi.” Hingga akhirnya Allah mengabulkan keinginan keduanya, Siti Hajar berhasil mengandung seorang anak yang diberi nama Ismail.

Suatu hari Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan Ismail kecil ke sebuah lembah yang nantinya menjadi kota Makkah. Ketika sampai Ibrahim berpesan kepada keduanya, “Wahai istriku, tinggalah engkau bersama Ismail, di tempat ini sementara waktu, Tunggu sampai aku selesai.”

Surah Ibrahim ayat 37:

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Selayaknya manusia umumnya, Siti Hajar bernama, ” Mengapa aku bersama Islamil harus menetap di tempat yang gersang dan tandus ini”

Nabi Ibrahim menjawab, “Sesungguhnya ini semua adalah perintah Allah SWT.” Siti Hajar pun ikhlas menerimanya.

Hari demi hari berlalu, Ibrahim AS tidak kunjung datang, padahal persediaan makanan dan minuman mereka sudah habis. Ditambah Ismail kecil menangis.

Sambil menenangkan anaknya, Siti Hajar berlari mendaki dua bukit yang berseberangan, yakni bukit Safa dan bukit Marwah untuk mencari sumber air. Meskipun sudah berkali-kali melalui dua bukit tersebut masih belum mendapatkan sumber air.

Sampai Siti Hajar kelelahan dan tergeletak di samping anaknya, tetapi akhirnya Allah SWT membantu Siti Hajar dan Ismail dengan memberikannya Air Zam-Zam.

2. Kisah Milyanah Ibu Nabi Musa AS

Suatu ketika Firaun memerintahkan pasukannya untuk menyembelih anak laki-laki. Surah Al-Qasas ayat 4:

اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ ٤

Artinya: “Sesungguhnya Firʻaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah. Dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil). Dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuannya. Sesungguhnya dia (Firʻaun) termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Bersamaan dengan perintah Firaun lahir seorang bayi laki-laki keturunan Israil. Allah berkata kepada Milyanah Ibu Nabi Musa AS.

“Susuilah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai. Janganlah kamu khawatir dan janganlah bersedih hati karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya rasul.”

Kemudian Milyanah pun meletakan bayinya di sebuah tempat. Lalu dia hanyutkan bayi tersebut ke sungai. Atas kuasa Allah SWT bayi itu ditemukan oleh Siti Aisah istri Firaun.

3. Kisah Hanah Ibu Maryam

Ibu Maryam diceritakan langsung oleh Allah SWT dalam Surah Al-Imran Ayat 35:

اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرٰنَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ٣٥

Artinya: “(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di Baitulmaqdis). Maka, terimalah (nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Mengutip buku Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka dijelaskan bahwa Imran adalah pria shaleh pada masanya menikah dengan Hanah yang juga amat beriman, sesuai ayat di atas istri Imran bernazar jika mempunyai anak, nantinya anak tersebut akan dijadikan abdi Allah atau menyelenggarakan Baitul Maqdis seperti saudaranya Nabi Zakaria AS.

Allah SWT pun mengabulkan keinginannya dengan memberikan seorang anak, namun ternyata anak yang lahir adalah perempuan (Siti Maryam), padahal yang diharapkan adalah anak laki-laki karena yang menyelenggarakan rumah suci adalah anak laki-laki.

Hanan pun lanjut berdoa berisi memohon perlindungan kepada anaknya karena dia tahu laki-laki tidak sama dengan perempuan, dan juga untuk keturunanya. Surah Al-Imran ayat 36:

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَآ اُنْثٰىۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْۗ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْاُنْثٰى ۚ وَاِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَاِنِّيْٓ اُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ ٣٦

Artinya: “Ketika melahirkannya, dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal, Allah lebih tahu apa yang dia (istri Imran) lahirkan. “Laki-laki tidak sama dengan perempuan. Aku memberinya nama Maryam serta memohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari setan yang terkutuk.”

Allah SWT segera mengabulkannya. Surah Al-Imran ayat 37:

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَّاَنْۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًاۖ وَّكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۗ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَۙ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ قَالَ يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَكِ هٰذَا ۗ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ٣٧

Artinya: “Dia (Allah) menerimanya (Maryam) dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemui di mihrabnya, dia mendapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam, dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada sesiapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”

4. Kisah Maryam Ibu Nabi Isa AS

Allah SWT mengkisahkan Siti Maryam sebagai wanita yang beriman dan taat kepadanya. Surah Al-imran ayat 42 – 43:

وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفٰىكِ عَلٰى نِسَاۤءِ الْعٰلَمِيْنَ ٤٢

يٰمَرْيَمُ اقْنُتِيْ لِرَبِّكِ وَاسْجُدِيْ وَارْكَعِيْ مَعَ الرّٰكِعِيْنَ ٤٣

Artinya: “(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam (pada masa itu). Wahai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujudlah, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”

Demikianlah kisah tentang ibu yang ada di dalam Al-Qur’an. Semoga menjadi pelajaran berharga untuk detikers.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Apa yang Dilakukan Rasulullah SAW Sehari sebelum Wafat?


Jakarta

Rasulullah SAW merupakan sosok teladan bagi seluruh umat Islam di dunia. Wafatnya nabi dan rasul terakhir tersebut meninggalkan duka yang amat mendalam bagi kaum muslim. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW sehari sebelum beliau wafat?

Diceritakan dalam buku Pengantar Sejarah Dakwah karya Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni Polah, Rasulullah SAW menderita demam selama 13 atau 14 hari sebelum akhirnya wafat pada 12 Rabiul Awal 11 Hijriah atau 8 Juni 632 Masehi.

Hal yang Dilakukan Rasulullah SAW Sehari sebelum Wafat

Masih dari sumber yang sama, Rasulullah SAW wafat pada hari Senin. Sehari sebelumnya yaitu Ahad, beliau memerdekakan budak-budak lelakinya, menyedekahkan tujuh dinar dari harta yang dimilikinya, dan menghibahkan senjata-senjatanya kepada kaum muslim.


Diceritakan dalam Ar-Rahiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri yang diterjemahkan oleh Abu Ahsan, pada malam Senin, Aisyah RA meminjam minyak lampu dari tetangganya.

“Berikanlah kepada kami sedikit dari minyak yang kamu miliki pada lampu kami ini,” kata Aisyah RA.

Saat itu, baju besi Rasulullah SAW masih digadaikan kepada orang Yahudi senilai 30 sha’ gandum.

Adapun mengutip Tafsir al-Azhar karya Hamka, Rasulullah SAW masih sempat menyampaikan pidato sehari sebelum beliau wafat. Beliau berpidato kepada sahabat-sahabat tercinta dari kaum Muhajirin dan Anshar.

Dalam pidatonya, Rasulullah SAW menyampaikan bahwa sekalipun masa berpisah sudah dekat, kelak mereka akan bertemu kembali di tempat perjanjian, yaitu telaga bernama Haudh. Dengan kata-katanya tersebut, Rasulullah SAW pun memberi pengharapan kepada umat-umatnya yang tidak sempat melihat wajah beliau.

Kisah Wafatnya Rasulullah SAW

Diceritakan dalam kitab Asy-Syamail al-Muhammadiyah karya Imam At-Tirmidzi yang diterjemahkan Rusdianto, Rasulullah SAW wafat pada usia 63 tahun. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad bin Mani, dari Rauh bin Ubadah, dari Zakariya bin Ishaq, dari Amr bin Dinar, dari Ibnu Abbas. Ia berkata,

“Rasulullah SAW tinggal di Makkah setelah menerima wahyu selama 13 tahun. Beliau wafat dalam usia 63 tahun.” (HR Tirmidzi)

Kisah wafatnya Rasulullah SAW dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Nashr bin Ali al-Jahdhami, dari Abdullah bin Dawud, dari Nubaith bin Syarith, dari Salim bin Ubaid. Ia berkata,

“Rasulullah SAW jatuh pingsan setelah beliau sakit, lalu beliau sadar dan bersabda, ‘Apakah waktu salat telah tiba?’

Para sahabat menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah SAW pun bersabda, ‘Perintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan, dan perintahkan Abu Bakar untuk memimpin orang-orang dalam salat.’

Kemudian, beliau kehilangan kesadaran, dan ketika pulih, beliau bersabda, ‘Apakah waktu salat telah tiba?’ Para sahabat menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah SAW lalu bersabda, ‘Perintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan, dan perintahkan Abu Bakar untuk memimpin orang-orang dalam salat.’

Mendengar itu, Aisyah RA berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Sesungguhnya, ayahku adalah orang yang melankolis. Jika ia diberi tanggung jawab untuk menjadi imam salat, ia akan menangis dan kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Jadi, kalau saja engkau menunjuk orang lain.’

Namun, Rasulullah SAW pingsan kembali. Selang beberapa saat, beliau sadarkan diri dan bersabda, ‘Perintahkan Bilal mengumandangkan azan dan perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam salat. Sungguh, kalian layaknya sahabat-sahabat Yusuf.’

Bilal pun mengumandangkan azan, lalu Abu Bakar mengimami salat bersama para sahabat. Saat itu, Rasulullah SAW merasakan sakitnya sudah mulai membaik. Beliau pun bersabda, ‘Carikan untukku orang yang bisa memapahku.’ Maka datanglah Barirah dan seorang laki-laki lainnya. Kemudian, Rasulullah SAW dipapah oleh dua orang tersebut.

Saat melihat beliau dipapah keluar rumah, Abu Bakar hendak mundur, tetapi beliau memberi isyarat agar Abu Bakar tetap di tempatnya sampai menyelesaikan salatnya. Kemudian, Rasulullah SAW wafat.

Umar bin Khattab berkata, ‘Demi Allah, jika aku mendengar seseorang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW telah wafat, maka aku akan menebas orang itu dengan pedangku ini!’

Sebelumnya, para sahabat adalah kaum yang ummi, dan tidak ada nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, sekarang mereka diam saja. Lalu mereka berkata, ‘Wahai Salim, pergilah kepada sahabat Rasulullah SAW (Abu Bakar) dan panggillah ia kemari.’ Maka, aku pun pergi menemui Abu Bakar yang sedang berada di masjid sambil menangis sesenggukan.

Ketika melihat kedatanganku, Abu Bakar bertanya kepadaku, ‘Apakah Rasulullah SAW telah wafat?’ Aku menjawab, ‘Akan tetapi, Umar bin Khattab berkata, ‘Demi Allah, jika aku mendengar seseorang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW telah wafat, maka aku akan menebas orang itu dengan pedangku ini!’ Abu Bakar berkata, ‘Mari, kita pergi.’ Aku pun segera pergi bersamanya.

Ketika kami datang, orang-orang sudah banyak yang masuk ke kamar Rasulullah SAW. Lalu Abu Bakar berkata, ‘Wahai manusia, menyingkirlah dari jalanku.’ Mereka pun memberinya jalan.

Abu Bakar pun masuk ke kamar Rasulullah SAW, lalu memeluk beliau, kemudian memegang beliau sambil berkata,

اِنَّكَ مَيِّتٌ وَّاِنَّهُمْ مَّيِّتُوْنَ ۖ

Artinya: “Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad akan) mati dan sesungguhnya mereka pun (akan) mati.” (QS Az-Zumar: 30)

Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kedermawanan Rasulullah Rela Berikan Bajunya saat Ada yang Minta


Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam kedermawanan. Terdapat sejumlah kisah kedermawanan Rasulullah SAW semasa beliau hidup.

Gambaran kedermawanan Rasulullah SAW diceritakan dalam hadits. Diriwayatkan Musa bin Anas dari ayahnya, dia berkata, “Rasulullah tidak pernah dimintai sesuatu pun atas nama Islam kecuali beliau memberikannya.”

Perawi menambahkan bahwa ketika Nabi didatangi seseorang yang meminta sedekah, maka beliau memberi orang tersebut kambing yang banyaknya di antara dua bukit.


Kemudian orang itu kembali ke kaumnya dan berseru, “Wahai kaumku! Hendaknya kalian memeluk Islam, karena sesungguhnya Muhammad akan memberikan suatu pemberian, orang yang tidak takut fakir kepada kalian.”

Serta hadits dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasulullah adalah manusia paling dermawan. Dan, sesungguhnya puncak kedermawan beliau adalah ketika bulan Ramadan tatkala Malaikat Jibril mengujungi beliau. Jibril mengunjungi Nabi setiap malam di bulan Ramadan untuk menyimak bacaan Al-Qur’an beliau. Sungguh, kedermawanan Rasulullah melebihi angin yang berhembus sepoi-sepoi.”

Mengutip buku Agar di Surga Bersama Nabi karya Mohammad Mufid terdapat beberapa kisah kedermawanan Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan karakter hebatnya sebagai panutan dan teladan umat Islam.

Kisah Kedermawanan Rasulullah

Suatu ketika Rasulullah SAW berangkat ke pasar untuk membeli sesuatu dengan membawa 8 dirham. Namun, di tengah jalan beliau berpapasan dengan seorang wanita tua yang sedang menangis.

Tanpa ragu Rasulullah SAW menghampiri perempuan tua tersebut, dan menanyakan perihal alasan kenapa dia menangis. Ternyata perempuan tua itu kehilangan uangnya sejumlah 2 dirham.

“Terimalah uang 2 dirham ini sebagai gantinya,” ucap Rasulullah SAW, kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke pasar.

Sesampainya di pasar, Rasulullah SAW membeli gamis seharga 2 dirham, memakainya, dan langsung kembali ke rumah.

Saat dalam perjalanan pulang, Rasulullah SAW bertemu dengan lelaki tua yang tidak mengenakan pakaian. Lelaki tua itu berkata, “Siapa saja yang mau memberikan pakaian kepada ku, semoga Allah memberikan kepadanya pakaian dari sutra hijau di surga nanti.”

Rasulullah SAW yang mendengar perkataannya segera melepas gamis yang baru saja beliau beli di pasar, lalu menyerahkannya kepada orang tersebut.

Rasulullah SAW yang masih memiliki 4 dirham kembali ke pasar untuk membeli gamis baru seharga 2 dirham.

Dalam perjalanan pulang, Rasulullah SAW kembali bertemu dengan perempuan tua yang sebelumnya telah beliau berikan uang dua dirham, kali ini perempuan tua itu kembali menangis.

“Apalagi yang menyebabkan kamu menangis?” tanya Rasulullah SAW.

“Wahai Rasulullah, aku ini pelayan yang disuruh belanja ke pasar oleh majikanku. Aku takut dimarahi karena terlambat, padahal keterlambatan itu disebabkan oleh uang yang hilang tadi. Aku takut pulang jangan-jangan mereka memarahiku,” jawab perempuan tua itu.

“Pulanglah, aku akan mengantarmu,” kata Rasulullah SAW.

Perempuan tua itu diantar oleh Rasulullah SAW kepada keluarganya di perkampungan sahabat Anshar.

Sesampai di rumah majikan perempuan tua itu, Rasulullah SAW berkata, “Pelayan wanitamu ini terlambat datang. Ia takut kalau kau marah atau menyiksanya. Kalau kau mau marah atau menyiksanya, silakan kepadaku saja,” kata Rasulullah SAW kepada majikan wanita itu.

“Kami telah menerima bantuanmu, wahai Rasulullah. Kami telah membebaskan perempuan ini. Karena dialah Rasulullah berkunjung ke rumah ini dan memberi salam kepada kami tiga kali. Dia merdeka untuk Allah Yang Maha Agung,” kata mereka.

“Sungguh, aku tidak pernah melihat perkara yang lebih berkah daripada sekadar uang delapan dirham ini,” kata Rasulullah SAW sambil melangkah pulang.

Kisah kedermawanan Rasulullah SAW juga terlihat saat beliau diberi makanan, hadiah atau semacamnya. Diceritakan dalam buku Kehebatan Sedekah Kisah-Kisah Seru Tentang Kedermawanan dan Kemurahan Hati karya Fuad Abdurrahman, apabila menerima pemberian itu, beliau akan membalasnya dengan yang lebih bagus dari apa yang diterimanya.

Anas RA menceritakan sosok Rasulullah SAW, “Tidak pernah Rasulullah SAW diminta sesuatu, melainkan beliau pasti memberikannya. Suatu ketika, datanglah seorang peminta kepada beliau. Maka, diberinya kambing yang berada di antara dua bukit. Kemudian, orang itu kembali kepada kaumnya.” (HR Muslim)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Keajaiban Bismillah yang Dibacakan Istri Membuat Suami Munafik Bertobat



Jakarta

Ada kisah keajaiban basmallah yang dibacakan oleh istri hingga membuat suami munafiknya bertobat kepada Allah SWT. Kisah tersebut mengajarkan kepada kita mengenai perilaku orang-orang beriman ketika ditimpa suatu ujian.

Islam senantiasa mengajarkan kepada muslim dan mukmin untuk mencari pasangan hidup yang baik agamanya. Seperti dalil berikut ini.

Dilansir buku Nabila, Mutiara Halalku yang ditulis Taufik Shopi menuliskan cerita mengenai seorang istri shalehah yang menikah dengan wanita munafik.


Istri shalehah tidak merasa hidup dalam tahanan, tapi merasa hidup dalam perlindungan. Ada kisah wanita shalehah yang bersuami jelek akhlaknya (munafik). Suatu hari, suaminya bermaksud jahil terhadap istrinya.

Katanya, “Saya akan berbuat sesuatu yang membuatmu malu”. Setelah itu, sang suami menyerahkan sebuah kendi dan berpesan untuk disimpan dengan baik.

Waktu berlalu, ternyata sang suami tidak pernah menanyakan kendi itu. Dia memang sengaja agar sang istri lupa akan pesan suaminya. Bahkan kendi itu diambil suaminya, lalu dibuang ke dalam sumur.

Setelah itu ia pura-pura bertanya, “Mana kendi yang kamu simpan?”. Sang istri segera beranjak ke tempat dimana kendi itu disimpan.

Pertolongan Allah SWT segera datang. Malaikat Jibril datang untuk mengembalikan kendi itu ke tempat semula. Sehingga, tepat pada saat istrinya sampai ke tempat penyimpanan, kendi itu sudah ada lagi seperti semula, posisinya tidak berubah sama sekali.

Diambilnya kendi tersebut dengan membaca bismillah, lalu dibawanya ke hadapan sang suami. Sang suami geleng-geleng kepala; ia takjub atas keajaiban tersebut. Maka, setelah kejadian itu, sang suami bertobat.

Begitulah kehidupan wanita shalehah, selalu dalam lindungan Allah SWT. Jika Allah SWT meridhoi makhlukNya, maka la akan menjaganya dari kejahatan yang mengancam.

Mengutip buku Beli Surga dengan Al-Qur’an karya R. Wahidi dkk. Ketika menceritakan ulang kisah seorang istri selalu membaca Bismillah dari kitab Tuhfah Al-Ikhwan.

Kitab tersebut menceritakan seorang istri yang selalu mengucapkan bismillahir rahmanir rahim setiap akan melakukan sesuatu menikah dengan suami munafik.

Suami munafik itu tidak suka dengan keimanan istrinya, hingga dia selalu membenci setiap istrinya bertawasul kepada kalimat bismillah.

Suatu hari suaminya menguji sang istri dengan memberikannya sekantong emas kecil, “Simpanlah barang ini.” kata suami.

Istrinya pun menerimanya sambil mengucapkan bismillah, kemudian menyimpannya dalam kain sembari mengucapkan bismillah. Lalu dengan membaca bismillah, ia kembali menyimpan barang itu di tempat rahasia.

Suami munafik mengetahui tempat rahasia dan mengambil kantong emas kecil itu tanpa sepengetahuan istrinya, lalu melemparnya ke lautan.

Tujuan dari tindakannya ini supaya sang istri merasa malu, dan meragukan keyakinannya terhadap kalimat bismillah.

Sesudah membuang barangnya ke laut, suami kembali ke toko. Siangnya sebelum pulang ke rumah, ia menyempatkan diri untuk membeli ikan untuk dimasak sang istri.

Kemudian, sesampainnya di rumah ia berikan ikan itu, ketika istrinya akan membelah ikan tadi, ia melihat kantong emas di dalamnya, sambil mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim. Ia mengambilnya dan menyimpannya di tempat semula.

Malam harinya, suami munafik meminta istrinya untuk mengambil kantong emas yang ia titipkan, “Ambilkan kantong emas yang aku amanahkan kepadamu.” pintanya.

Istri lantas bergegas mengambil kantong emas sembari mengucapkan bismillah ia berikan kepada suaminya.

Sang suami pun terkejut ternyata kantong emas yang ia buang di laut ada kembali, lalu ia bersujud dalam hatinya ia bertobat kepada Allah SWT dan menjadi muslim.

Demikianlah dua kisah yang serupa mengenai seorang istri shalehah dengan keyakinan dan kesabarannya mampu membuat suami yang tadinya munafik menjadi tobat dan kembali ke jalan Allah SWT.

Tag:

kisah islami

istri shalehah

hikmah

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Nabi Ibrahim yang Dilindungi Allah SWT saat Digoda Raja



Jakarta

Siti Sarah memiliki paras yang sangat cantik, istri Nabi Ibrahim AS ini pernah dilindungi Allah SWT dari raja yang zalim.

Abu Hurairah bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ibrahim tidak pernah berkata dusta kecuali tiga kali. Dua dusta berkaitan dengan Allah, yaitu perkataannya, ‘Aku sedang sakit,’ ketika diajak menyembah berhala oleh kaumnya, dan perkataannya, ‘Yang melakukan penghancuran berhala adalah berhala yang paling besar ini’.”

Sementara satu dusta lainnya adalah berkenaan dengan Siti Sarah, sang istri tercinta.


Mengutip buku 70 Kisah Teladan yang ditulis Mushthafa Murad diceritakan, suatu ketika Nabi Ibrahim AS datang ke sebuah daerah yang dikuasai oleh seorang raja yang zalim. Ia ditemani sang istri yang cantik jelita, Siti Sarah.

Nabi Ibrahim AS berkata pada sang istri bahwa raja zalim tersebut tidak mengetahui status pernikahan mereka. Sebab jika raja tersebut tahu bahwa Sarah adalah istri Nabi Ibrahim AS, maka ia harus menyerahkannya pada raja tersebut.

Nabi Ibrahim AS ingin melindungi istrinya agar tidak direbut paksa oleh raja zalim.

“Jika nanti dia bertanya kepadamu, kabarkan kepadanya bahwa kamu adalah saudaraku. Sebab, engkau adalah saudariku dalam Islam,” kata Nabi Ibrahim AS.

Ketika Nabi Ibrahim AS memasuki daerah tersebut, para pengikut raja langsung terpesona melihat paras Siti Sarah yang cantik jelita. Mereka lantas menghampiri Nabi Ibrahim AS dan berkata, “Jika engkau memasuki wilayahmu, istrimu adalah milikmu. Tetapi, jika engkau memasuki wilayah ini, istrimu harus engkau lepaskan!”

Siti Sarah kemudian dipaksa untuk dibawa kepada sang raja.

Nabi Ibrahim AS kemudian pergi untuk salat. Ia memohon kepada Allah SWT agar melindungi sang istri dari kejahatan raja zalim.

Ketika Siti Sarah memasuki istana, raja zalim tersebut hendak menyentuhnya. Tiba-tiba tangan raja menjadi lumpuh. Raja itu kemudian berkata pada Siti Sarah, “Berdoalah engkau kepada Allah SWT agar menyembuhkan tanganku ini dan aku tidak akan mengganggu dirimu!”

Maka Siti Sarah berdoa memohon pertolongan Allah SWT. Namun setelah sembuh, ternyata raja ini kembali melakukan niat jahatnya untuk menyentuh tangan Siti Sarah.

Tangan raja ini pun kembali lumpuh dengan keadaan yang lebih parah. Kejadian ini berulang beberapa kali hingga akhirnya raja memerintahkan pengawalnya untuk membawa Siti Sarah ke luar istana.

Dalam buku Air Mata Para Nabi: Kisah-Kisah Inspiratif tentang Ketabahan Para Nabi yang ditulis oleh Tuan Guru Lalu Ibrohim, raja zalim tersebut kemudian berkata, “Tukang sihir yang kamu bawa ini?”

Siti Sarah lantas menjawab, “Saya bukan tukang sihir. Saya istri kekasih Allah. Ia kini sedang melihat saya dari luar, mohon ampunlah padanya, agar engkau selamat.”

Raja itu kemudian memohon ampun. Nabi Ibrahim AS memaafkannya, dan kembalilah badan dan tangan raja ini seperti semula. Sayangnya, raja zalim ini justru hendak menyerang Nabi Ibrahim AS.

Pada peristiwa ini, malaikat Jibril turun dan bersabda, “Jangan kamu terlalu mudah memberi maaf. Kalau ia mau menyerahkan seluruh kerajaannya, maafkan, tetapi jika tidak mau, jangan maafkan dia!”

Raja zalim tersebut lantas menyerahkan seluruh kerajaannya. Ia juga menyerahkan seorang budak dari keluarganya yaitu Siti Hajar.

Wallahu a’lam.

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah 3 Orang Bani Israil Diuji Allah dengan Penyakit dan Harta



Jakarta

Ada berbagai ujian dan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Tujuannya untuk melihat kadar keimanan ketika berada di titik terendah dan ketika berada di titik tertingginya.

Salah satu kisahnya menceritakan tiga orang Bani Israil dalam keadaan miskin dan mengidap penyakit. Allah SWT kemudian memberikan mereka rezeki berlimpah dan lalu mengujinya di kemudian hari.

Kisah ini dikutip dari buku Kisah Karomah Para Wali Allah: Sejak Zaman Ibrahim Alaihissalam hingga 1344 Hijriyah yang ditulis Abul Fida’ Abdurraqib bin Ali Al-Ibi, Imam Al-Bukhari RA berkata, “Kami mendapatkan riwayat dari Ahmad bin Ishaq, dari Amr bin Ashim, dari Hammam, dan Ishaq bin Abdullah, dari Abdurrahman bin Abu Umarah, dari Abu Hurairah, sesungguhnya ia mendengar Nabi SAW bersabda:


Ada tiga orang Bani Israil: yang seorang kulitnya belang-belang, yang satunya botak, dan yang satunya lagi buta. Allah SWT ingin menguji mereka. Allah mengirim malaikat mendatangi orang yang berpenyakit belang, lalu bertanya, “Apa yang paling kamu sukai?”

Ia menjawab, “Warna yang bagus, kulit yang indah, dan hilangnya penyakit yang membuat orang jijik padaku.”

Malaikat tersebut mengusap tubuhnya, maka hilanglah penyakit dan ia diberi kulit yang indah dan sehat.

Malaikat bertanya lagi, “Berupa apa harta yang paling kamu senangi?” Orang itu menjawab, “Unta.”

Maka, ia diberi unta yang hampir melahirkan. Malaikat berkata, “Semoga Allah memberkahinya untukmu.”

Kemudian, malaikat mendatangi orang yang botak, lalu bertanya,

“Apa yang paling kamu sukai?'”

Orang itu berkata, “Rambut yang indah dan hilangnya penyakit yang membuat jijik orang kepadaku.”

Malaikat mengusapnya, maka hilanglah penyakitnya dan ia diberi rambut yang indah.

Malaikat bertanya lagi, Berupa apa harta yang paling kamu sukai?” Ia menjawab, “Sapi.”

Maka, ia diberi sapi yang sedang hamil. Malaikat berkata, “Semoga Allah memberkahinya untukmu.”

Kemudian, giliran malaikat mendatangi orang yang buta, lalu bertanya, “Apa yang paling kamu sukai?”

Ia menjawab, “Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku bisa melihat orang-orang.”

Malaikat tadi mengusapnya, maka Allah mengembalikan penglihatannya lagi.

Malaikat itu bertanya lagi, “Berupa apa harta yang paling kamu sukai?” Ia menjawab, “Kambing.”

Maka, ia diberi kambing yang beranak. Selanjutnya, semua binatang yang diberikan tadi beranak-pinak sehingga orang yang berpenyakit belang bisa mempunyai unta satu lembah, yang botak mempunyai sapi satu lembah, dan yang asalnya buta mempunyai kambing satu lembah.

Pada suatu ketika malaikat tadi mendatangi orang yang berpenyakit belang dalam bentuk dan cara seperti dulu, lalu berkata, “Saya orang miskin, telah putus tali peganganku dalam perjalanan. Maka, pada hari ini tiada lagi yang dapat mencukupiku, kecuali Allah, lalu Anda. Demi Zat yang telah mengaruniai Anda warna kulit yang indah dan harta benda, saya minta unta untuk mencukupi kebutuhan saya dalam perjalanan.”

Orang itu berkata, “Hak-hak yang harus ku penuhi juga banyak.”

Maka, malaikat berkata kepadanya, “Saya seperti mengenal Anda. Bukankah Anda dulu berpenyakit belang yang menjijikkan orang-orang? Yang dulu fakir, lalu diberi harta oleh Allah?”

Orang itu berkata, “Aku mewarisi harta ini secara turun-temurun.”

Malaikat berkata, “Kalau Anda berdusta, semoga Allah menjadikan Anda seperti dulu lagi”.

Setelah itu, malaikat mendatangi orang yang dahulu botak dalam bentuknya seperti dulu, lalu berkata kepadanya seperti apa yang dikatakannya kepada orang yang belang, dan orang itu menjawabnya seperti jawaban orang yang belang tadi.

Maka, malaikat berkata, “Jika Anda berdusta, semoga Allah menjadikan Anda seperti dulu lagi”.

Sesudah itu, malaikat mendatangi orang yang dulu buta dalam bentuk dan cara seperti dulu, lalu berkata, “Saya orang miskin yang mengembara.Telah putus tali peganganku dalam perjalanan. Maka, pada hari ini tiada lagi yang dapat mencukupiku, kecuali Allah, lalu Anda. Demi Zat yang telah memulihkan penglihatan Anda, saya minta kambing untuk mencukupi kebutuhan saya dalam perjalanan.”

Orang itu berkata, “Dulu saya buta, lalu Allah memulihkan penglihatan saya. Ambillah apa yang Anda sukai. Demi Allah, pada hari ini saya tidak akan menyusahkan Anda dengan sesuatu yang Anda ambil karena Allah.”

Maka, malaikat berkata, “Tahan saja harta Anda. Kalian hanya diuji, dan Anda telah diridhai Allah, sedangkan kedua teman Anda dibenci.”

Wallahu a’lam

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com