Tag Archives: koncoturu

Hijabers Ini Raup Omzet Ratusan Juta dari Bisnis Daster, Awalnya Jual Pulsa

Jakarta

Devi Septrianingsih, seorang hijabers inspiratif, membuktikan bahwa ketekunan dan keberanian untuk mencoba bisa membawa kesuksesan. Berawal dari berbagai usaha kecil-kecilan seperti menjual cupcake dan pulsa, kini ia berhasil membangun bisnis busana rumahan-daster dan piyama print-yang laris manis di pasaran.

Wanita kelahiran 28 september 1991 ini mengaku memulai semuanya dari nol, tanpa gengsi mencoba berbagai jenis usaha. Latar belakang keluarga yang sederhana membuatnya terbiasa berjuang sendiri sejak muda. Ia percaya bahwa asal dijalani dengan niat dan usaha sungguh-sungguh, setiap peluang bisa mendatangkan hasil. Kini, produk-produknya tidak hanya dikenal karena motif yang menarik, tapi juga karena kualitas yang terus ia jaga.

“Pertama banget jualan itu cupcake, pulsa, jualan apa saja yang bisa dijual. Karena aku berasal dari orang yang berada, jadi kita lakukan sebisa mungkin jualan yang bisa menghasilkan uang,” ungkap Devi Septrianingsih saat ditemui Wolipop di acara Srawungayu Koncoturu di Rise n Roll Cake, Jakarta Timur, Minggu (10/8/2025).


.

Foto Devi Septrianingsih pemilik brand Deav Hijab dan Koncoturu.Foto Devi Septrianingsih pemilik brand Deav Hijab dan Koncoturu. Foto: Dok. pribadi Devi Septrianingsih.

Kemudian, Devi beralih menjual tanktop dan baju lengan pendek. Saat mulai hijrah dan berhijab, Devi Septrianingsih menjual hijab.

“Awalnya dari pre order (produk) dari Tanah Abang. Jualan hijab itu oke ya sudah punya market. Jualan awal aku di Twitter, pertama di Blackberry dan langsung ke Instagram. Aku terus bangun Deav Hijab, awalnya juga bukan Deav namanya lalu re-branding,” tuturnya.

Setelah Deav Hijab mulai berjalan, ia berpikir untuk membuat koleksi baju tidur dengan target market yang berbeda dengan Deav Hijab. Ia lalu membuat brand baru dengan nama Koncoturu.

Foto koleksi Koncoturu saat acara Srawungayu Koncoturu berlangsung di Rise & Roll Cake, Jakarta Timur (10/8/2025).Foto Devi Septrianingsih. Foto: Dok. pribadi Devi Septrianingsih.

“Masya Allah ternyata banyak banget yang butuh piyama dan daster sekitar tahun 2021 pas pandemi. Dulu sistemnya pre order, kalau sekarang sudah ready stock terus. Alhamdulillah malah semakin meningkat,” jelasnya haru.

Modal awal, Devi mengaku mendapatkan subsidi dari brand sebelumnya Deav Hijab. Pada awal merintis brand Koncoturu, Devi membuka pemesanan setiap awal bulan.

“Biasanya stok 100 piece untuk awal dan habis semua dalam waktu beberapa menit. Range harga bukan yang murah-murah gitu Rp 75 Ribu awalnya piyama Rp 150 Ribu dan busui friendly. Ada bukaan di samping dada kanan dan kiri. Kita marketnya itu untuk wanita yang sudah menikah dan ibu menyusui,” kisah Devi.

Devi Septrianingsih yang membangun brand daster wanira yang berkualitas. Suasana produksi brand Koncoturu.Devi Septrianingsih yang membangun brand daster wanira yang berkualitas. Suasana produksi brand Koncoturu. Foto: Dok. pribadi Devi Septrianingsih.

“Pertama banget aku mencoba dua size, sampai akhirnya sudah roll-rollan. Daster aja dulu awal tiga pieces per motif. Aku beli meteran yang penting motifnya aku suka dan tambahin lace. Kita jual dengan model yang ada dan tidak pakai model, flatlay biasa aja, tanpa perlu dipakai model,” lanjutnya lagi.

Menciptakan baju daster, Devi tidak mengeluarkan koleksi setiap saat. Ia hanya membuat produk yang seriesnya laris manis di pasaran.

“Kita hanya punya 6-7 produk sampai saat ini. Dari awal terbentuk. Alhamdulillah best seller banget, karena kita fokus untuk busui,” saut Devi.

Bahan yang ia gunakan dari berbagai pusat kain lokal yang berada di Pasar Cipadu, Tanah Abang dan Bandung. “Aku tidak mencari motif dan pilih-pilih motif juga. Di Koncoturu motifnya tidak ada yang norak. Sudah terfilter motifnya,” jelasnya.

Foto Devi Septrianingsih pemilik brand Deav Hijab dan Koncoturu.Foto Devi Septrianingsih pemilik brand Deav Hijab dan Koncoturu. Foto: Dok. pribadi Devi Septrianingsih.

Berawal dari dua orang saat membentuk Koncoturu, kini Devi memiliki enam orang karyawan yang bekerja di kantor dan sembilan penjahit. Ada juga freelance lainnya. Koleksi daster Koncoturu dijual dengan harga mulai dari Rp 95 Ribu dan piyama Rp 195 Ribu.

“Terakhir omzetnya Rp 250 Juta per bulan. Kalau Deav beda seasonnya, dia naik di Ramadan dan Lebaran. Alhamdulillah ada Koncoturu jadi bisa subsidi,” ucap Devi.

Di pasaran beredar koleksi daster wanita dengan harga yang murah meria, Devi mengaku tak takut dengan persaingan harga. Dia meyakini memiliki produk daster yang berkualitas.

“Kalau kita selalu selipin lace, ada piyama baru juga lacenya. Kita itu identik dengan baju busui, ada resleting yang berkualitas,” tutur Devi.

Intimate Event untuk Pelanggan Setia

Foto Devi Septrianingsih pemilik brand Deav Hijab dan Koncoturu.Foto suasana acara intimate event bertajuk Srawungayu Koncoturu. Foto: Dok. pribadi Devi Septrianingsih.

Alumnus Universitas Gunadarma, Fakultas Teknik Industri, Jurusan Teknik Informatika ini mengucapkan rasa terima kasih dengan cara membuat intimate event Koncoturu yang bertajuk Srawungayu Koncoturu pada Minggu (10/8/2025). Ia mengundang pelanggan setia Koncoturu, Influencer, sesama pemilik usaha hijab dan modest.

“Acara perdana Koncoturu bahkan Deav Hijab belum pernah bikin acara. Aku mau bikin daster dan bisa keren juga lho. Aku ingin membuktikan itu dan memperkenalkan brand Koncoturu,” jelas Devi.

Acara tersebut memperkenalkan beragam koleksi Koncoturu yang laris manis di pasaran. Seluruh tamu undangan yang hadir menggunakan koleksi Koncoturu.

Foto koleksi Koncoturu saat acara Srawungayu Koncoturu berlangsung di Rise & Roll Cake, Jakarta Timur (10/8/2025).Foto koleksi Koncoturu saat acara Srawungayu Koncoturu berlangsung di Rise & Roll Cake, Jakarta Timur (10/8/2025). Foto: Dok. pribadi Devi Septrianingsih.

Ada juga kegiatan pottery clas bersama Titik Semesta yang membuat suasana semakin hangat. Devi menuturkan acara seperti ini akan ia adakan kembali secara berkala tiga bulan hingga enam bulan ke depan.

“Harapannya yang datang bisa lebih kenal dengan Koncoturu. Aku ingin brand ini tidak dipandang daster kok mahal banget? Semua tidak hanya harga, daster ini kan kualitasnya bagus dan ingin mendongkrak stigma jika daster itu murah lewat kualitas,” pungkasnya.

Foto koleksi Koncoturu saat acara Srawungayu Koncoturu berlangsung di Rise & Roll Cake, Jakarta Timur (10/8/2025).Foto koleksi Koncoturu saat acara Srawungayu Koncoturu berlangsung di Rise & Roll Cake, Jakarta Timur (10/8/2025). Foto: Dok. pribadi Devi Septrianingsih.

(gaf/eny)



Sumber : wolipop.detik.com

Omzet Turun Usai TikTok Live Ditutup, Brand Fashion Lokal Buka Suara

Jakarta

Pemadaman fitur siaran langsung atau live di aplikasi TikTok berdampak besar bagi pelaku usaha fesyen, khususnya penjual hijab dan busana siap pakai yang mengandalkan siaran langsung untuk menjangkau pembeli.

Mulai Sabtu (30/8/2025) malam pengguna TikTok tidak bisa menikmati layanan live. Hal ini disampaikan TikTok melalui juru bicaranya yang diterima detikINET, Sabtu (30/8/2025). Mereka mengatakan terkait dengan kondisi keamanan nasional, maka mereka menangguhkan fitur ini untuk sementara waktu.

“Sehubungan dengan meningkatnya kekerasan dalam aksi unjuk rasa di Indonesia, kami mengambil langkah-langkah pengamanan tambahan untuk menjaga TikTok tetap menjadi ruang yang aman dan beradab. Sebagai bagian dari langkah ini, kami secara sukarela menangguhkan fitur TikTok LIVE selama beberapa hari ke depan di Indonesia,” kata perwakilan dari TikTok.


Selain itu, TikTok mengatakan pihaknya menghapus konten-konten yang melanggar panduan komunitas. “Kami juga terus menghapus konten yang melanggar Panduan Komunitas dan memantau situasi yang ada,” pungkas Jubir TikTok.

Dampak Bagi Brand Lokal

Wolipop berbincang dengan tiga pengusaha hijab dan modest fashion lokal yang konsisten siaran langsung di TikTok untuk menjual produk. Siaran langsung melalui TikTok, selama ini menjadi salah satu kanal utama untuk interaksi real-time, membangun kepercayaan, sekaligus menawarkan promo langsung kepada calon pembeli.

Tanpa fitur live di TikTok ini, pelaku usaha harus mencari strategi baru agar tetap bisa bersaing di pasar online yang sangat bergantung pada kecepatan dan pengalaman visual. Hal tersebut disampaikan Eras Pragitha sebagai salah satu pendiri brand hijab dan busana siap pakai, Gamaleea.

“Off sekitar jam 21.00 WIB, tiba-tiba Live Streaming keluar, ternyata lainnya mengalami hal yang sama. Dampaknya ke bisnis kita pendapatan kita melalui Live Streaming dan berasa banget dampaknya. Beberapa ini sudah tidak kondusif dan sekarang tidak sesuai ekspetasi akan diberhentiin dan kita tidak tahu sampai kapan,” ungkap Eras lewat pesan suara kepada Wolipop, Sabtu (30/8/2025).

Eras menuturkan penutupan fitur TikTok Live berpotensi menurunkan omzet penjualan secara drastis. Ia menjelaskan bahwa mekanisme penjualan di TikTok berbeda dengan platform seperti Shopee.

“Pastinya akan ada penurunan omzet, apalagi pushnya TikTok bukan kayak Shopee. Kalau di TikTok, orang bukan mencari tapi memang orang membeli rekomendasi video dan Live Streaming,” jelasnya.

Zahra sebagai pemilik brand Dyalodya sedang melakukan sesi siaran langsung di TikTok.Zahra sebagai pemilik brand Dyalodya sedang melakukan sesi siaran langsung di TikTok. Foto: Dok. brand Dyalodya.

Saat fitur siaran langsung TikTok tidak aktif, Siti Zahra sebagai pemilik brand daily wear Dyalodya langsung buka suara di Instagram. Melalui unggahan di akun Instagram @stzzahra, dia mengaku terkejut saat fitur tersebut sudah tidak aktif.

“Ada yg sama gak brand owner? Sakit bgt bgt! Lusa gajian pak, Tanggungan banyak pak. Sakittt pak lagi live tiba2 kayak ke shutdown gitu #deletesoon,” tulis keterangan postingan Zahra.

Wolipop kemudian menghubungi Zahra, pemilik brand Dyalodya, untuk menanyakan dampak dari pemadaman fitur siaran langsung di TikTok. Dalam unggahan pribadinya, Zahra mengungkapkan kesedihannya.

“Tadi (30/8/2025) jam 18.00 aku masih Live amp kantor dari Bandung baru mulai, jam 20.00 WIB aku pulang tiba-tiba off kirain kena pelanggaran tahu-tahunya dimatiin. Benar-benar kayak shutdown ilanggg gitu aja,” jelasnya, menggambarkan betapa tiba-tiba dan mengejutkannya pemadaman tersebut bagi para penjual seperti dirinya.

Dampaknya langsung dirasakan oleh Zahra dan tim Dyalodya. “Gak bisa live gak ada pemasukan. Padahal ini awal bulan kita banyak campaign. Host live aku 6, besok tanggal 1 traffic lagi bagus. AM TikTok aku juga gak bisa kasih jawaban apa-apa,” kata Zahra pasrah.

Penurunan Omzet dan Strategi Brand Berubah

Tim brand Kamila Wardrobe sedang melakukan sesi siaran langsung di E-Commerce.Tim brand Kamila Wardrobe sedang melakukan sesi siaran langsung di E-Commerce. Foto: Dok. Kamila Wardrobe.

Pemadaman fitur live di TikTok turut dirasakan dampaknya oleh Rizka Alfiani, pendiri Kamila Wardrobe. Ia menceritakan bahwa pada pukul 21.45, siaran langsung yang sedang berlangsung tiba-tiba berhenti.

“Jadi jam 21.45 WIB, tiba-tiba live berenti sendiri. Team coba masuk buat ngelanjutin live tapi fitur live nya ga ada. Alternatifnya shift yang shopee kita padatkan. Yang tadi nya 4 sesi, jadi 7 sesi sekarang,” ucap Rizka.

Rizka juga membagikan laporan dari salah satu tim saat fitur siaran langsung di TikTok tiba-tiba menghilang. “Sudah coba mau live lagi, tapi tetep nggak muncul fitur live nya, udah coba pake wifi lain dan juga pake hotspot juga tetep nggak muncul,” papar Rizka.

Ketika timnya mencoba melanjutkan, fitur live sudah tidak tersedia lagi. Untuk menyiasati situasi tersebut, Rizka pun segera memindahkan fokus ke platform lain, dengan memperbanyak sesi siaran langsung.

Namun demikian, strategi ini tetap belum mampu menutupi seluruh kerugian yang ditimbulkan. Rizka mengungkapkan bahwa lini penjualan menjadi sangat terdampak karena live streaming berkontribusi sekitar 60% terhadap total penjualan Kamila Wardrobe.

“Lini penjualan jadi berkurang ka, karena sejujurnya live berkontribusi 60% dari penjualan, sehingga jika dimatikan sangat berpengaruh sekali terhadap brand,” ujarnya.

Ia juga menilai kebijakan ini tidak adil. Menurutnya, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah, tetapi juga turut memengaruhi ekosistem e-commerce secara keseluruhan.

“Ini nggak fair. Kena akses informasi malah dibatasi di saat kita butuh siaran yang langsung dan transparan. Dan efeknya pun ke mana-mana. E commerce jadi terdampak,” tutur Rizka.

Devi Septrianingsih, pemilik brand Deav Hijab dan Koncoturu, juga turut merasakan dampak besar dari pemadaman fitur siaran langsung di TikTok. Ia mengungkapkan bahwa aktivitas live selama ini dilakukan hampir seharian penuh dan menjadi salah satu sumber utama pendapatan brand-nya.

“Sangat banyak dampaknya, karena kami live hampir seharian biasanya. Dan pendapatan juga banyak dari live. Jadi sangat berpengaruh ke pendapatan. Karena belum tahu sampe kapan kami juga belum ambil kebijakan apa apa, host live yang Shopee tetap live. Kami belum ada alternatif lain selain menerima keadaan. Karena mau dialihkan ke platform lain pun akan berbeda hasil closingnya,” ungkap Devi.

Saat ini, timnya tetap menjalankan siaran langsung di Shopee sebagai upaya mempertahankan interaksi dengan konsumen. Namun, ia mengakui bahwa hasil penjualan di platform lain tidak bisa menyamai efektivitas live di TikTok.

Tim brand Koncoturu saat melalukan sesi siaran langsung.Tim brand Koncoturu saat melalukan sesi siaran langsung. Foto: Dok. Koncoturu.

Devi menambahkan bahwa pihaknya baru saja mulai beriklan di TikTok dalam beberapa minggu terakhir dan hasilnya cukup positif. Kehadiran fitur live semakin memperkuat performa penjualan. Namun sejak fitur tersebut dimatikan, ia mengaku omzet brand-nya langsung terdampak.

“Mungkin nanti akan di tambah (durasi live Shopee). Sebenernya beberapa minggu ini kami baru mulai iklan di TikTok, dan lumayan banyak dampak positifnya. Ditambah ada fitur live jadi pendapatan kami semakin membaik di Tiktok. Tapi sejak ada tragedi gini tentu akan berdampak ke omzet,” lanjut Devi.

Dari sisi strategi, Devi menyebut belum banyak perubahan yang dilakukan. Salah satu langkah yang diambil adalah mengalihkan audiens ke event seperti bazar serta memindahkan sebagian anggaran iklan ke platform lain.

“Untuk strategi kami tidak ada banyak perubahan, cuma paling kami alihkan audiencenya ke bazaar dan bugdet iklan dialihkan ke platform lain. Tapi tetep kami gak bisa mematikan iklan kami di tiktok mba karna kalau iklan mati, tentunya akan mulai dari awal lagi. Jadi ibaratnya yaa tetep ngiklan tapi omset gak akan seperti biasanya karna nggak live,” pungkas Devi.

Tim brand Koncoturu saat melalukan sesi siaran langsung.Tim brand Koncoturu saat melalukan sesi siaran langsung. Foto: Dok. Koncoturu.

(gaf/eny)



Sumber : wolipop.detik.com