Tag Archives: kota makkah

Apa Alasan Rasulullah Sering Bersembunyi di Gua Hira?


Jakarta

Gua Hira adalah gua yang terkenal dalam sejarah Islam. Sebab, di dalam gua inilah, Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul. Bahkan, sebelum menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW menjadikannya sebagai tempat beribadah dan mengasingkan diri dari berbagai kerusakan moral penduduk Makkah. Lantas, apa yang membuat Nabi Muhammad SAW sampai mengasingkan diri di Gua Hira?

Menurut buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, letak Gua Hira berada di puncak Jabal Nur, di bagian utara kota Makkah, sekitar 5 km dari Masjidil Haram. Tinggi puncak Jabal Nur sekitar 200 m.

Bentuk gunung ini terlihat berdiri tajam. Jika ingin mendekat ke gua hira diperlukan waktu paling tidak setengah jam. Adapun bentuk Gua Hira agak memanjang, pintunya sempit, bisa dilalui hanya oleh satu orang. Di dalam gua, hanya bisa didiami sekitar 5 orang. Tinggi gua hanya sebatas orang berdiri.


Alasan Nabi Muhammad SAW Sempat Bersembunyi di Gua Hira

Dikisahkan dalam buku 20 Kisah Teladan Perjalanan Hidup Nabi Muhammad SAW karya Tim Gema Insani, suatu ketika di kota Makkah, Nabi Muhammad SAW mulai mengajak kaumnya untuk memeluk agama Islam melalui dakwah. Namun yang didapatkan oleh Nabi Muhammad SAW hanya makian dan cercaan. Siksaan tak hentinya menimpa mereka yang beriman kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya semakin menderita hidup di Makkah.

Akhirnya Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk berhijrah ke Madinah. Nabi Muhammad SAW ditemani oleh Abu Bakar, sahabatnya yang setia saat memulai perjalanan. Mereka bersembunyi di Gua Hira, untuk menghindari kejaran kaum Quraisy yang berniat membunuh mereka.

Ketika Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar berada di Gua Hira, seekor merpati dan laba-laba berusaha melindungi Nabi Muhammad SAW dengan membohongi kaum kafir Quraisy, yang berniat ingin membunuh Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW hanya memerlukan waktu delapan hari untuk pergi ke Makkah dan Madinah dengan mengendarai unta. Sedangkan waktu tempuh dari Makkah ke Madinah rata-rata sampai sebelas hari. Padahal, Nabi Muhammad SAW dan rombongannya hanya berjalan pada malam hari, karena siang harinya mereka bersembunyi untuk menghilangkan jejak.

Selama perjalanan, tak henti-hentinya Nabi Muhammad SAW berdoa agar Allah SWT melindungi beliau dan rombongannya.

Berkat pertolongan dari Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan rombongan hampir sampai di kota Madinah. Dari kejauhan tampak pohon-pohon kurma yang menjulang tinggi. Mereka semua kembali mengucap syukur kepada Allah SWT, karena telah selamat dari kejaran musuh.

Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah 40, https://www.detik.com/hikmah/quran-online/at-taubah/tafsir-ayat-40-1275

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Latin: Illâ tanshurûhu fa qad nasharahullâhu idz akhrajahulladzîna kafarû tsâniyatsnaini idz humâ fil-ghâri idz yaqûlu lishâḫibihî lâ taḫzan innallâha ma’anâ, fa anzalallâhu sakînatahû ‘alaihi wa ayyadahû bijunûdil lam tarauhâ wa ja’ala kalimatalladzîna kafarus-suflâ, wa kalimatullâhi hiyal-‘ulyâ, wallâhu ‘azîzun ḫakîm

Artinya: “Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka, Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Nabi Muhammad), memperkuatnya dengan bala tentara (malaikat) yang tidak kamu lihat, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu seruan yang paling rendah. (Sebaliknya,) firman Allah itulah yang paling tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Merujuk kembali buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW, dari dalam Gua Hira, terlihat pemandangan berupa pegunungan dan Kota Makkah. Di antara keistimewaan Gua Hira adalah pemandangan atas berupa langit yang demikian luas dan pemandangan bawah berupa Ka’bah. Namun demikian, perlu upaya cukup besar untuk sampai ke Gua Hira.

Di dalam Gua Hira, aktivitas Nabi Muhammad SAW tak lain adalah duduk sambil mengamati, merenung, dan bertanya, “Siapakah yang menciptakan langit, bintang, dan seluruh makhluk ini?”

Itulah ibadah yang dilakukan beliau sejak usia 30-40 tahun. Seolah-olah, itu merupakan persiapan bagi beliau untuk menjadi nabi.

Di tempat inilah, Gua Hira, beliau menerima ayat pertama Al-Qur’an, dan tempat Malaikat Jibril menyampaikan bahwa beliau harus mengumumkan pada dunia bahwa hanya ada satu Tuhan. Dan, beliau, harus menyebarkan pesan ini.

Ibnu Ishaq menyatakan dari Wahab bin Kaisan bahwa Ubaid berkata, “Pada bulan itu (bulan Ramadan), Rasulullah SAW menetap di Gua Hira. Beliau memberi makan kepada orang- orang miskin yang datang kepada beliau.

Hingga pada bulan di mana Allah SWT berkehendak memuliakan beliau dengan mengutus sebagai nabi pada bulan Ramadan. Pada bulan tersebut, beliau pergi ke Gua Hira seperti biasanya dengan diikuti keluarganya. Pada suatu malam, Allah SWT memuliakan beliau dengan memberi risalah dan merahmati hamba-hamba-Nya dengan beliau.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Maimunah binti Al Harits, Istri Terakhir Rasulullah SAW



Jakarta

Maimunah binti Al Harits adalah salah seorang istri Rasulullah SAW yang dinikahi terakhir kalinya. Ia merupakan adik dari Ummu Fadl, istri paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib. Maimunah juga termasuk dalam golongan ummahatul mukminin atau ibu dari orang-orang yang beriman.

Disebutkan dalam buku Kisah pahlawan Muslimah Dunia karya Hafidz Muftisany, Maimunah termasuk seorang wanita mukminah yang menyerahkan dirinya dalam Islam dan kepada Rasulullah SAW di saat keluarganya masih hidup dalam kepercayaan jahiliyah.

Keimanan Maimunah yang menyerahkan jiwa dan raganya dalam Islam dicatat oleh Allah SWT melalui firmannya, Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 50:


… وَامْرَاَةً مُّؤْمِنَةً اِنْ وَّهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ اِنْ اَرَادَ النَّبِيُّ اَنْ يَّسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَّكَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۗ …

Artinya: “…dan perempuan mukminat yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya sebagai pengkhususan bagimu, bukan semua orang mukmin (yang lain)…” (QS Al-Ahzab: 50).

Kisah Maimunah binti Al Harits Menjadi Istri Rasulullah SAW

Maimunah Menikah dengan Rasulullah SAW dalam keadaan janda. Sebelumnya, Maimunah pernah memiliki suami yang bernama Abu Rahm bin Abdul Uzza yang kemudian meninggal saat Maimunah berusia 36 tahun dalam keadaan mempersekutukan Allah.

Dikisahkan dalam buku Dahsyatnya Ibadah Para Sahabat Rasulullah karya Yanuar Arifin, saat Rasulullah SAW diperbolehkan masuk ke Kota Makkah dan tinggal selama tiga hari untuk menunaikan haji, orang-orang musyrik segera menuju bukit dan gunung-gunung sebab tidak kuasa melihat kedatangan Rasulullah SAW.

Penduduk Makkah yang tersisa hanyalah para laki-laki dan perempuan yang menyembunyikan keimanan mereka, salah satunya adalah Maimunah binti Al Harits. Sebenarnya Maimunah tidak ingin menyembunyikan keimanannya dan ingin agar dapat masuk Islam dengan sempurna.

Dalam mewujudkan keinginanya itu, Maimunah binti Al Harits kemudian menuju ke rumah saudara kandungnya, Ummu Fadhl yang bersuamikan Abbas. Maimunah menceritakan maksud kedatangannya kepada Abbas yang ingin masuk Islam secara terang-terangan dan ingin bersanding dengan Rasulullah SAW.

Mengetahui keinginan saudara iparnya, Abbas tidak sedikit pun ragu untuk segera menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan maksud dan keinginan dari Maimunah binti Al Harits tersebut.

Setelah Rasulullah SAW mengetahui keinginan Maimunah binti Al Harits yang ingin menjadi istri beliau, Rasulullah SAW pun akhirnya menerimanya dengan mahar 400 dirham.

Rasulullah SAW tidak mengadakan pesta pernikahannya dengan Maimunah binti Al Harits di Makkah sebab kaum musyrikin telah memberi penolakan. Beliau kemudian mengizinkan kaum muslimin berjalan menuju Madinah.

Ketika sampai di suatu tempat yang disebut Sarfan, terletak sekitar sepuluh mil dari Makkah, beliau pun memulai malam pertamanya bersama Maimunah. Hari itu terjadi pada bulan Syawal tahun 7 Hijriah.

Setelah sampai di Madinah, Maimunah binti Al Harits menetap di rumah Rasulullah SAW. Di sanalah Maimunah menjadi Ummul Mukminin yang menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri dengan sebaik baiknya, ikhlas, taat, dan setia terhadap suaminya.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Maimunah binti Al Harits masih menjalani hidupnya sekitar lima puluh tahunan. Maimunah wafat di usia 80 tahun di tahun 61 Hijriah pada masa khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Sebelum wafat, beliau berpesan agar dimakamkan di tempat dirinya melaksanakan walimatul ‘ursy atau pernikahan dengan Rasulullah SAW.

Keutamaan Maimunah binti Al Harits

Mengutip dari buku Perempuan-Perempuan Surga karya Imron Mustofa, disebutkan dua keutamaan yang dimiliki Maimunah binti Al Harits, Istri Rasulullah SAW.

1. Perempuan yang Berpengetahuan Luas

Maimunah binti Al Harits dikenal sebagai perempuan yang berpengetahuan luas. Ia senantiasa memberi kontribusi pengetahuan kepada Rasulullah SAW dalam menjalankan dakwahnya.

Maimunah binti Al Harits juga telah meriwayatkan sekitar 76 hadits dari Rasulullah SAW. Beberapa hadits riwayatnya telah ditakhrij dalam kitab Bukhari dan Muslim. Hal itu menunjukkan bahwa Maimunah adalah seorang perempuan cerdas dalam menangkap setiap hadits yang disampaikan Rasulullah.

Maimunah juga dikenal sebagai sosok yang diakui ketsiqahan-nya sehingga banyak orang mempercayai ucapannya. Segala yang keluar dari mulutnya bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.

2. Perempuan yang Berjiwa Patriotik

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Maimunah binti Al Harits merupakan seorang perempuan pemberani dan berjiwa patriotik. Ia tidak segan bersikap tegas kepada orang yang melakukan maksiat dan membenci orang yang memusuhi agama Allah SWT.

Bahkan kepada kerabatnya sendiri, jika ia telah melanggar hukum Allah maka Maimunah tidak akan membela atau mengasihaninya.

Dalam sebuah riwayat, Ibnu Sa’ad menyebutkan dari Yazid bin al-Ahsam, ia berkata, “Pada suatu hari, seorang lelaki kerabat Maimunah datang kepadanya. Dari lelaki tersebut tercium bau minuman keras. Lantas, Maimunah berkata dalam keadaan marah, ‘Demi Allah, mengapa engkau tidak keluar dari tengah-tengah kaum muslimin lalu mereka akan mencambuk mu?”

Itulah kisah dari Maimunah binti Al Harits, istri Nabi Muhammad SAW yang terakhir dinikahinya. Semoga apa yang telah dilakukan oleh Maimunah binti Al Harits dapat menjadi teladan baik bagi umat muslim.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com