Tag Archives: labuan bajo

6 Kota Favorit untuk Liburan Slow Travel di Indonesia


Jakarta

Slow travel jadi tren liburan terkini yang ingin lebih menikmati pesona destinasi wisata. Slow travel identik dengan kegiatan yang lebih mengenal (ngeblend) kebiasaan, kebudayaan, dan karakter masyarakat sekitar. Penikmat slow travel biasanya tinggal lebih lama di kota tujuan.

Kota Favorit Slow Travel

Destinasi wisata populer ternyata menjadi tujuan utama penikmat slow travel. Berikut rekomendasi kota tujuan slow travel

Kalegowa, Sulawesi Selatan

Lahan sawah di CirebonIlustrasi sawah Kalegowa (dok. Fahmi Labibinajib)

Kota ini dinobatkan sebagai kota terbaik kedua untuk slow travel di Asia versi Agoda. Kalegowa terkenal dengan sejarahnya yang panjang sebagai lokasi pertama benteng kerajaan Gowa. Kota ini juga punya pesona sawah hijau, pohon rindang, arsitektur Bugis masih lestari, serta warga lokal yang hangat dan ramah.


Yogyakarta, DI Yogyakarta

Tahukah traveler ada yang unik jika berkunjung ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Setiap pengunjung yang datang akan diperlakukan selayaknya tamu raja.tempat penyambutan pengunjung Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Foto: Arawinda Dea Alisia

Penikmat slow travel bisa memilih destinasi wisata dan lokasi menginap yang jauh dari pusat. Selain Yogya, kamu bisa memilih lokasi wisata di Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan daerah lagi di Yogyakarta. Untuk lokasi wisata, kamu sebaiknya memilih museum, candi, situs sejarah dan budaya lain yang bisa dinikmati tanpa harus buru-buru.

Purwokerto, Jawa Tengah

Wisata Baturaden, Baturraden, PurwokertoWisata Baturaden, Baturraden, Purwokerto Foto: Ari Saputra

Ibu kota Kabupaten Banyumas ini kerap disebut mirip Yogya, namun tidak seramai kota tersebut. Purwokerto terkenal dengan hawa sejuk, adem, minim macet, masyarakat ramah, dan biaya hidup murah. Kendati begitu, Puwokerto tidak sulit diakses internet dan sangat adaptif pada perkembangan teknologi.

Bandung, Jawa Barat

Suasana Braga, Kota Bandung di momen libur panjang Waisak 2025.Suasana Braga, Bandung Foto: Rifat Alhamidi

Kota Bandung secara umum adalah destinasi wisata populer karena dekat Jabodetabel dan mudah diakses. Namun, Bandung menyediakan tempat bagi penikmat slow travel yang ingin berlama-lama meniknati keindahannya. Kamu bisa memilih destinasi wisata alam, sejarah, dan budaya yang tidak terlalu ramai pengunjung.

Raja Ampat, Papua Barat Daya

Laguna berbentuk bintang di Raja AmpatLaguna berbentuk bintang di Raja Ampat Foto: Johanes Randy

Potongan surga dunia ini sangat disayangkan jika tidak bisa dinikmati berlama-lama. Slow travel sangat direkomendasikan agar bisa menikmati keberagaman flora dan fauna Raja Ampat, hewan endemik, pasir putih, air laut biru hijau yang jernih. Selain itu, sungguh disayangkan jika harus meninggalkan Raja Ampat tanpa tahu kekayaan budaya dan sejarah masyarakatnya.

Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

Kapal-kapal wisata di perairan Labuan Bajo yang digunakan wisatawan kala berkunjung ke Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, NTT.Kapal-kapal wisata di perairan Labuan Bajo Foto: Ambrosius Ardin/detikBali

Destinasi wisata ini adalah gerbang menuju habitat asli komodo di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Di sini ada beragam spot wisata yang bisa kamu nikmati tanpa harus terburu-buru yaitu Goa Rangko, Air Terjun Cunca Rami, Bukit Sylvia, Sawah Lingko, dan Kampung Compang To’e Melo untuk mengenal budaya lokal Labuan Bajo.

Sebelum memilih destinasi wisata untuk slow travel, pastikan kamu sudah menyusun itinerary yang tepat sehingga waktu liburan terasa lebih efisien.

(row/fem)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Labuan Bajo Hanya Ramai di Libur Musim Panas, Perlu Event Besar



Manggarai Barat

Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTT, Oyan Kristian, menyoroti kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo yang cenderung ramai hanya pada bulan Juni hingga Agustus setiap tahunnya. Ia menyebut kondisi ini menjadi pekerjaan rumah bersama bagi semua pihak.

“Kita melihat trennya sama dari tahun ke tahunnya, bahwa destinasi kita ini kunjungan hanya terfokus di bulan Juni, Juli, Agustus atau kalaupun di September. Ini PR besar, kita hidup bukan hanya di bulan itu,” kata Oyan dalam Musyawarah Cabang (Muscab) Asita Manggarai Barat di Labuan Bajo, Sabtu (21/6/2025).

Kegiatan itu dihadiri Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi, Kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Manggarai Barat Stefanus Jemsifori, Plt. Direktur BPOLBF, Kepala Balai Taman Nasional Komodo Hendrikus Rani Siga, serta sejumlah asosiasi pelaku pariwisata.


Menurut Oyan, pelaku pariwisata, pemerintah daerah, BPOLBF, dan seluruh pemangku kepentingan harus duduk bersama mencari solusi. Salah satunya dengan menggelar event besar di luar periode musim panas wisatawan Eropa.

“Jadi kita perlu duduk bersama membahas. Asita, Pemda, BPOLBF mungkin kita perlu membuat event besar, kegiatan yang menginisiasi destinasi ini agar tidak hanya ramai dikunjungi pada periode summer holiday itu,” ujarnya.

Oyan menjelaskan wisatawan Eropa masih menjadi pasar utama Labuan Bajo. Mereka cenderung datang saat musim liburan musim panas di Eropa, yakni antara Juni hingga September. Karena itu, perlu ada upaya mengisi kekosongan kunjungan di luar periode tersebut.

“Pariwisata kita ini marketnya Eropa, katakanlah yang menjadi main market. Jadi mereka akan datang di periode Juni, Juli, Agustus dan September, paling tinggi Juli dan Agustus,” jelas Oyan.

Ia mendorong agar upaya promosi dan pengembangan event juga menyasar bulan-bulan lain seperti Januari hingga Maret, agar okupansi hotel, kapal wisata, hingga restoran tetap terisi.

“Kita perlu duduk bersama bagaimana agar Januari, Februari, Maret dan bulan-bulan lain itu keterisian hotel, kapal-kapal wisata, restoran itu tetap ramai,” lanjutnya.

Artikel ini sudah tayang di detikBali. Klik di sini untuk membaca selengkapnya.

(dpw/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Labuan Bajo, Pesona Surga Tersembunyi di Indonesia



Manggarai Barat

Terletak di ujung barat pulau besar Flores di Nusa Tenggara Timur, Labuan Bajo adalah permata tersembunyi yang mendapat banyak puji.

Labuan Bajo berawal dari desa nelayan kecil, alam dan budaya yang indah membuat kawasan ini menjadi pusat wisata NTB yang mulai mendapat banyak perhatian.

Yang membuat desa ini begitu menonjol adalah reptil purba komodo yang tinggal di Pulau Komodo. Sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO, Pulau Komodo terus bersolek untuk mempertahankan statusnya.


Kamu yang mau liburan ke Labuan Bajo, bisa intip destinasinya berikut ini:

1. Wisata Perahu Pulau Komodo

komodo di Loh Liangkomodo di Loh Liang (Bonauli/detikcom)

Perjalanan ke Pulau Komodo adalah daya tarik utama kawasan ini. Pulau ini merupakan taman nasional yang terletak di sebelah barat Labuan Bajo. Komodo adalah reptil terbesar di dunia dan melihat salah satu makhluk luar biasa ini dari dekat adalah pengalaman yang istimewa dan mengesankan.

Yang paling populer adalah Live on Board Phinisi, wisatawan bisa staycation di kapal sambil berlayaar ke beberapa pulau di sekitar taman nasional.

Turun dari perahu di Loh Liang di Taman Nasional Komodo seperti melakukan perjalanan kembali ke masa lalu, ke zaman ketika kadal purba menguasai planet ini. Pemandu lokal dalam safari berjalan kaki akan mengajak kamu untuk melihat langsung kehidupan rusa, babi hutan, dan banyak spesies burung di alam liar.

Destinasi populer lainnya adalah Pink Beach. Pantai ini memiliki pasir pink dan sangat cantik. Airnya jenih, terumbu karangnya sangat indah. Kamu bisa melakukan beberapa kegiatan seperti snorkeling, berjemur atau banana boat.

2. Gua Pangkat

Gua di Labuan Bajo.Gua di Labuan Bajo. (eko_tarnando/d’Traveler)

Sekitar 10-15 km timur laut Labuan Bajo terdapat Gua Rangko yang menakjubkan. Gua ini terkenal dengan perairan biru kehijauan yang mencolok, diterangi oleh sinar matahari yang menembus langit-langit gua. Di dalam gua bisa menjadi sangat hangat, membuat berenang yang menyegarkan di air yang jernih dan sejuk menjadi lebih menarik.

Saat berada di dalam air, pastikan untuk mengagumi formasi batu kapur yang rumit dan menikmati permainan cahaya dan bayangan yang mempesona. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah saat matahari tengah hari ketika efeknya paling kuat.

Gua Rangko dapat diakses dengan naik perahu singkat menuju pantai di depan gua. Titik keberangkatan kapal ditandai di Google Maps sebagai “Mulai Kapal ke Gua Rangko” (pada koordinat: -8.455861, 119.951083). Biaya perahunya adalah Rp 100.000 per orang dan ada biaya masuk sebesar Rp 50k (sekitar $3,25) per orang untuk gua.

Untuk opsi bebas repot, kamu juga dapat memesan kombinasi Perjalanan Gua Rangko dan Snorkeling dengan penjemputan dan pengantaran ke hotel.

3. Batu Cermin Cave – Mirror Stone Cave

Gua di Labuan BajoGua di Labuan Bajo (Johanes Randy)

Sebuah keajaiban geologis, Gua Batu Cermin (atau Batu Cermin) mendapatkan namanya dari kilauan dinding kalsit di bawah sinar matahari pagi. Pertunjukan cahaya menawan ini memberikan ilusi cermin besar yang memantulkan sinarnya.

Gua ini ditutupi pola rumit yang terbentuk dari fosilisasi karang dan makhluk laut lainnya. Tiket masuknya seharga Rp 50 ribu per orang dan tur berpemandu dikenakan biaya tambahan Rp 50 ribu per grup, yang sangat kami rekomendasikan. Sebagai permulaan, informasi tambahan meningkatkan pengalaman gua, dan kedua, banyak hal menarik yang mudah terlewatkan oleh mata yang tidak terlatih.

(bnl/fem)



Sumber : travel.detik.com

Wings Air Buka Rute Baru Bali-Jember Mulai 5 Desember



Jember

Wings Air membuka penerbangan langsung Bali (DPS) – Jember (JBB) mulai 5 Desember 2025 nanti. Rute ini membuka akses menuju Jember dan wilayah sekitarnya yaitu Lumajang, Bondowoso, Probolinggo, Situbondo dan Banyuwangi.

“Rute penerbangan langsung Bali (Denpasar/DPS) – Jember (JBB), memberikan pengalaman perjalanan yang lebih praktis tanpa transit serta koneksi ke lebih dari 15 kota domestik dan internasional,” ujar Corporate Communications Strategic of Wings Air Danang Mandala Prihantoro, Senin (24/11/2025).

Rute Nomor Terbang Jadwal Berangkat Jadwal Tiba Frekuensi
Bali (DPS) – Jember (JBB) IW – 1902 11.40 WITA 12.00 WIB Senin, Rabu, Jumat
Jember (JBB) – Bali (DPS) IW – 1903 13.00 WIB 15.20 WITA Senin, Rabu, Jumat


Selama ini, masyarakat di wilayah Tapal Kuda harus menempuh perjalanan darat berjam-jam atau transit berulang ketika bepergian ke berbagai kota di Indonesia dan luar negeri.

Kini, cukup terbang ke Bali, lalu melanjutkan perjalanan dengan Wings Air menuju Jember, sehingga lebih cepat, lebih nyaman, dan lebih hemat waktu.

Penerbangan ini dilayani dengan pesawat ATR 72 berkapasitas 72 kursi, ideal untuk rute antarpulau dan memastikan pengalaman terbang yang nyaman.

Dengan adanya pembukaan rute ini ada beberapa manfaat besar bagi masyarakat Jember, Lumajang, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi:

1. Mobilitas Lebih Cepat dan Praktis

Terhubung langsung melalui Bali, pelanggan bisa menjangkau kota-kota besar seperti Jakarta, Makassar, Lombok, Labuan Bajo, Kupang, Balikpapan, Banjarmasin, dan lainnya hanya dengan 1x transit.

2. Akses Luas ke Kota-Kota Internasional

Bali membuka pintu koneksi ke Kuala Lumpur, Singapura, Bangkok, Perth, Melbourne, Sydney, hingga Brisbane. Kini perjalanan luar negeri menjadi semakin mudah dan terencana.

3. Dorongan Ekonomi dan Pariwisata

Akses udara langsung akan mempercepat pertumbuhan sektor perdagangan, UMKM, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata di seluruh wilayah Tapal Kuda.

4. Fleksibel dan Mudah Mengatur Perjalanan

Melalui aplikasi BookCabin, pelanggan bisa mengatur perjalanan sendiri secara mandiri mencakup pesan tiket, hotel/akomodasi, check-in online dan lainnya hanya dalam satu aplikasi.

(ddn/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Kuota 1.000 Wisatawan TN Komodo Tuai Polemik, Berpotensi Monopoli



Jakarta

Rencana pembatasan kuota 1.000 wisatawan per hari di Taman Nasional Komodo menuai pro dan kontra. Kebijakan yang dimaksudkan untuk menjaga konservasi justru dinilai berpotensi dimonopoli oleh pihak tertentu yang memiliki akses dan modal besar.

Ketua DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Manggarai Barat, Aloysius Suhartim Karya, melihat ada celah pada kebijakan itu. Dia khawatir terjadi pemesanan tiket fiktif dalam jumlah besar di aplikasi SiOra, lalu menjual kembali kuota tersebut kepada pihak lain.

Ya, pembelian tiket masuk TNK hanya dilakukan melalui aplikasi SiOra milik Balai Taman Nasional Komodo (BTNK).


“Yang dimaksud monopoli adalah bagaimana seseorang mengambil alih kuota karena kita tahu dalam satu wisatawan hanya boleh mengunjungi satu site itu 1.000 wisatawan. Kalau seandainya satu perusahaan dia memesan dengan data fiktif yaitu 500 wisatawan ke SiOra lalu kemudian dia mengomersialkan atau menggadaikan itu, menjual lagi,” kata Aloysius, dilansir dari detikBali, Senin (20/10/2025).

Aloysius mengatakan praktik seperti itu bisa merugikan pelaku wisata lain karena kuota di aplikasi sudah habis diborong oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Ini kan menutup potensi yang lain,” ujarnya.

Aloysius meminta BTNK menyiapkan langkah mitigasi agar penerapan kuota kunjungan tidak hanya menguntungkan segelintir pihak. Dia bilang semua pelaku wisata harus mendapat kesempatan yang sama.

“Ini yang kami tanyakan, pihak BTBK harus miliki metode yang betul-betul dapat dipertanggungjawabkan untuk kemudian ini nanti tidak dapat memberikan dampak kerugian kepada orang lain, dan kemudian asas pemerataan kegiatan kepariwisataan ini itu terjadi,” kata Aloysius.

“Kita tidak ingin di kemudian hari ketika ini diaplikasikan hanya satu dua orang yang menguntungkan atau diuntungkan,” dia menambahkan.

Dia juga mendorong BTNK melakukan verifikasi terhadap pembeli tiket di SiOra. Saat ini, pembelian tiket bisa dilakukan oleh siapa saja, mulai dari wisatawan perorangan, pemilik kapal wisata, hingga tour operator.

“Traveler, siapapun bisa membeli tiket di SiOra, pemilik kapal dan tour operator dan travel agent. Ini berpotensi menjelimet dan ruwet terkait monitoring pembelian tiket-tiket ini,” katanya.

Aloysius menyarankan agar akses pembelian tiket di SiOra dibatasi hanya untuk tour operator atau travel agent resmi yang terdaftar di asosiasi terkait.

“Saran kami, SiOra sebagai pintu masuk TNK ini harus dibuka satu orang yang memiliki akses. Mereka itu di bawah naungan tour operator atau travel agent, juga yang terdaftar resmi di Asosiasi. Dengan demikian mereka ini orang-orang yang terpercaya, yang mempunyai kredibilitas dan secara legal usahanya jelas,” ujar dia.

Apa Kata BTNK?

Koordinator Urusan Kerja Sama, Humas, dan Pelayanan BTNK, Maria Rosdalima Panggur, mengakui adanya potensi monopoli kuota melalui pemesanan fiktif di aplikasi SiOra. Pihaknya berencana membahas persoalan ini bersama pengembang aplikasi.

“Itu akan kita bahas selanjutnya dengan pengembang,” kata Maria.

Ia juga menekankan pentingnya memiliki basis data pelaku usaha wisata di Labuan Bajo untuk memperkuat pengawasan.

“Kita akan dapatkan database pelaku wisata dari dinas-dinas, kapal dari KSOP, kita harus punya database,” ujar Maria.

Sebelumnya, BTNK mengumumkan pembatasan kunjungan wisatawan ke TNK maksimal 1.000 orang per hari mulai diberlakukan pada April 2026. Saat ini, kebijakan tersebut masih dalam tahap sosialisasi, simulasi, dan uji coba.

“Kita mau mengatur kunjungan ke TNK, saat ini masih proses sosialisasi, juga simulasi dan uji coba nanti. Kemungkinan April 2026 diaplikasikan. Januari-Maret sudah mulai proses uji cobanya,” kata Maria seusai sosialisasi rencana penerapan kuota kunjungan wisatawan ke TNK di Labuan Bajo, Senin (6/10).

Dia mengatakan kuota 1.000 orang per hari ke TN Komodo itu berdasarkan kajian pada 2018 tentang daya dukung dan daya tampung (carrying capacity) TN Komodo. Pembatasan itu juga dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Pengawasan kuota akan dilakukan sepenuhnya melalui aplikasi SiOra.

***

Selengkapnya klik di detikBali.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com