Tag Archives: laut

Sejarah Unik Pantai Duduk, Ternyata Berasal dari Upeti Kerajaan Lombok



Lombok Barat

Lombok tak hanya punya pantai Kuta Mandalika, ada juga pantai Duduk yang punya sejarah unik tentang upeti zaman kerajaan. Bagaimana kisahnya?

Pantai yang hanya berjarak 20 menit dari Kota Mataram ini terletak di Dusun Duduk, Desa Batu Layar Barat, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lokasi tepatnya berada setelah tikungan Batu Layar di depan Crystal Cafe.

Pantai Duduk memadukan wisata pantai yang penuh dengan ketenangan, keindahan alam, kuliner dan aktivitas wisata yang seru. Dengan segala keunggulan itu, pantai Duduk patut masuk daftar kunjungan jika liburan ke Lombok.


Sejarah Pantai Duduk

Banyak orang mengira bahwa pemberian nama ‘duduk,’ berkaitan dengan tersedianya banyak tempat duduk oleh warung atau lapak yang berjualan di Pantai Duduk.

Namun siapa sangka, nama ‘duduk’ sendiri berasal dari kata ‘dudukan,’ yang bagi warga lokal diartikan sebagai ‘pungutan’ dalam bahasa Indonesia.

Kasirim, salah satu warga lokal, mengatakan bahwa kata ‘Dudukan’ tersebut merujuk pada tindakan kerajaan pada masa lampau.

Pada zaman itu, orang-orang selalu mengambil pungutan terhadap warga yang memasuki kawasan Pantai Duduk setiap kali mereka akan beraktivitas.

“Dudukan itu bagi kami adalah pungutan, ya semacam upeti lah yang dipungut oleh pihak kerajaan pada zaman dulu ke nenek moyang kita yang memasuki kawasan ini, karena ini dulu hutan sebenarnya. Makanya disebut Dusun Duduk, Pantai Duduk Sekarang,” jelas pria berusia sekitar 70 tahun tersebut, Minggu (10/8).

Mantan Kepala Dusun Duduk periode 2003-2018 itu mengatakan, bahwa sejarah penamaan tersebut merupakan cerita yang sudah turun temurun diwariskan dari orang tua zaman dahulu di wilayah itu.

Daya Tarik Wisata Pantai Duduk

1. Sunset dengan View Gunung Agung

Pantai Duduk tidak hanya memberi ruang bagi siapa pun untuk sekadar duduk, menarik napas panjang, dan membiarkan alam bercerita lewat sisiran ombak, pasir, dan langit biru.

Pantai ini menawarkan panorama alam yang memukau. Pesona utamanya adalah pemandangan matahari terbenam yang indah, berpadu dengan siluet megah Gunung Agung di Bali yang terlihat jelas dari bibir pantai.

2. Bisa Sewa Kuda

Jika bosan dengan aktivitas duduk dan hanya menatap senja, tenang! Karena pantai ini juga menyediakan aktivitas lain yang tak kalah serunya.

Pantai duduk sendiri menyediakan tempat penyewaan kuda bagi siapapun yang hendak menjajaki bibir pantai sembari menikmati angin laut. Fasilitas penyewaan ini juga sudah didampingi profesional, sehingga pengunjung tak perlu khawatir jika masih tergolong pemula dalam hal menunggangi kuda.

3. Wisata Kuliner

Kurang afdal rasanya jika hanya duduk dan sekedar menatap senja. Sebab, Pantai Duduk juga menyediakan berbagai macam kuliner yang bisa disantap sembari menikmati suasana.

Mulai dari hidangan laut bakar, kelapa muda segar, kopi hingga jajanan ringan lainnya, siap memanjakan lidah pengunjung.

4. Bisa Kemah di Pantai Duduk

Pantai Duduk sangat dikenal dengan kebersihan lingkungannya, sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati suasana.

Pantai ini juga menyediakan area perkemahan yang dapat digunakan oleh wisatawan yang ingin menikmati suasana hingga malam hari di tepi pantai.

Harga Tiket dan Jam Buka Pantai Duduk

Dengan kombinasi panorama yang memanjakan mata, aktivitas seru, kuliner yang beragam, dan kebersihan yang terjaga. Pantai Duduk layak menjadi salah satu pilihan utama bagi wisatawan.

Suasana pantainya tenang, namun tetap menawarkan pengalaman wisata yang lengkap. Tak seperti pantai Kuta Mandalika yang sudah mainstream, pantai Duduk layak disebut hidden gem.

Cukup dengan membayar tiket masuk Rp 10.000 per mobil dan Rp 5.000 per motor, pengunjung sudah bisa memasuki kawasan pantai ini.

Pantai ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 Wita sampai 21.00 Wita. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari ketika udara masih sejuk dan sore hari menjelang matahari terbenam.

——-

Artikel ini telah naik di detikBali.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Kepulauan Seribu, Surga Tropis Tak Terduga di Utara Jakarta



Jakarta

Tak perlu jauh-jauh untuk merasakan liburan bahari tropis. Cukup menyeberang sekitar satu jam dari Jakarta, wisatawan sudah bisa menikmati laut biru jernih, pasir putih, hingga biota laut yang beragam di Kepulauan Seribu.

Sejak ditetapkan sebagai Taman Nasional pada 2002, Kepulauan Seribu menjadi rumah bagi terumbu karang, hutan mangrove, penyu sisik, hingga elang bondol. Konsep ekowisata berkelanjutan diterapkan agar keindahan alam tetap terjaga, sekaligus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

“Kawasan ini adalah keindahan alam yang dijaga dengan konsep ekowisata berkelanjutan. Beberapa pulau telah berkembang jadi destinasi wisata, sementara sisanya dibiarkan tetap liar agar menjaga harmoni antara manusia dan alam,” tulis Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) dalam keterangan resminya, Selas (25/8/2025).


Beberapa pulau populer seperti Pulau Tidung dengan jembatan cintanya, Pulau Pari dengan Pantai Perawan yang tenang, serta Pulau Harapan yang cocok untuk island hopping ke pulau-pulau kecil di sekitarnya, menjadi favorit wisatawan.

Akses ke kawasan ini dapat ditempuh dengan kapal cepat dari Dermaga Marina Ancol atau kapal tradisional dari Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke.

Selain itu, wisatawan tak perlu cuti panjang atau transit di bandara, Kepulauan Seribu menawarkan liburan laut praktis. Dalam satu akhir pekan, wisatawan bisa snorkeling, diving, atau sekadar bersantai menikmati senja dari penginapan terapung.

Aktivitas snorkeling dan diving menjadi daya tarik utama. Perairannya yang relatif tenang membuat kegiatan ini aman bagi pemula hingga anak-anak.

Sejumlah titik favorit di antaranya Pulau Pramuka dengan pusat konservasi penyu, Pulau Sepa yang dijuluki ‘Little Bali’, Pulau Macan dengan eco resort sehingga area perairannya juga kaya biota laut, hingga Pulau Kotok yang ideal untuk fotografi bawah laut.

Selain itu, wisatawan juga bisa mengikuti program transplantasi karang. Kegiatan ini tidak hanya memberi pengalaman berbeda, tetapi juga meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kelestarian laut.

Ekowisata bukan hanya tren, melainkan kebutuhan. Di era perubahan iklim dan tekanan lingkungan yang semakin tinggi, Kepulauan Seribu menjadi contoh bagaimana destinasi wisata bisa tetap lestari dan ramah lingkungan tanpa mengorbankan kenyamanan wisatawan.

Dinas Parekraf juga mengingatkan wisatawan untuk memesan penginapan lebih awal saat musim liburan, membawa uang tunai karena tidak semua pulau memiliki ATM, serta menggunakan sunscreen dan perlengkapan snorkeling ramah lingkungan.

Dengan lebih dari 100 pulau kecil, Kepulauan Seribu menawarkan pilihan liburan singkat yang praktis, terjangkau, sekaligus berkelanjutan. Surga tropis di utara Jakarta ini menyimpan pesona alam yang layak dijaga bersama.

Menjelajah Kepulauan Seribu bukan hanya soal memanjakan mata dengan laut biru dan pasir putih, tetapi juga tentang menumbuhkan kepedulian terhadap alam. Setiap kunjungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran turut membantu menjaga kelestarian ekosistem, sehingga generasi mendatang juga dapat merasakan keindahan yang sama.

(akd/akd)



Sumber : travel.detik.com

Berjalan di Dasar Laut Tanpa Berenang


Badung

Traveler yang ingin menikmati keindahan bawah laut Bali, tapi tidak bisa berenang dan menyelam, sepertinya harus mencoba kegiatan sea walker ini. Sesuai namanya, kamu akan berjalan di dasar laut sembari melihat ikan-ikan berwarna-warni.

Aktivitas sea walker ini bisa kamu rasakan di Bintang Dive & Watersport yang berada di Tanjung Benoa, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali. Selain melayani sea walker, banyak aktivitas menarik lainnya di sini misal banana boat, jet ski, fly board, snorkling, diving, dan lainnya.

Weekend lalu, detikTravel berkesempatan mencoba sea walker bersama teman-teman. Sebelum masuk ke laut, kami menerima briefing dari instruktur.


“Nanti saat turun jangan kaget ya jika kuping tiba-tiba sakit seperti saat pesawat mau landing. Memang tekanannya seperti itu. Nah, untuk mengurangi sakit bisa kalian lakukan beberapa cara, salah satunya mengangkat dagu sedikit lalu goyangkan rahang ke kiri dan kanan. Atau nanti buka mulutnya seperti sedang menguap,” jelas instruktur.

Aktivitas sea walker di Nusa Dua, BaliAktivitas sea walker di Nusa Dua, Bali (dok. Syanti Mustika/detikcom)

Kami juga diajari bahasa isyarat yang nanti digunakan di dalam laut untuk berkomunikasi. Mulai dari jempol yang bergerak ke atas yang berarti ingin naik ke atas, nunjuk ke telinga yang mengisyaratkan ada masalah dengan kuping, hingga isyarat yang artinya ada masalah.

“Jika terjadi apa-apa misalnya ingin naik ke permukaan, ada masalah dengan kuping, ingin berjalan, berdiri, dan lainnya silahkan gunakan bahasa isyarat untuk memberi tahu instruktur selam yang mendampingi,” lanjutnya.

Info lain yang disampaikan adalah, kami akan menggunakan helm yang beratnya lebih dari 40 kg. Namun, helm terasa lebih ringan dan tidak menjadi beban tubuh saat berada di dalam air untuk melakukan sea walker.

Saat berada di dasar laut, kami diingatkan untuk berpegangan ke pagar yang sudah ditancapkan dan ditata sedemikian rupa hingga wisatawan bisa melakukan sea walker dengan aman dan nyaman. Setelah sesi briefing selesai, kami bersiap menuju kapal.

Kami hanya melakukan perjalanan selama lima menit, sebelum pindah ke kapal yang lebih besar. Kapal ini mengapung di tengah laut dan menjadi seperti stasiun bagi turis yang akan menyelam dan berjalan di dasar laut.

Aktivitas sea walker di Nusa Dua, BaliAktivitas sea walker di Nusa Dua, Bali (dok. Syanti Mustika/detikcom)

Saat naik ke kapal besar, kami melihat beberapa helm besar dan sandal karet yang nantinya akan digunakan di dalam air. Jujur kami semua merasa deg-degan karena takut, khawatir, tapi juga excited menyambut pengalaman baru sea walking.

Setelah menggunakan sandal karet dan peralatan lain, kami bersiap masuk laut didampingi instruktur. Setelah berdoa, perlahan saya menuruni anak tangga yang melekat di kapal hingga hanya kepala yang muncul di permukaan air.

Kemudian petugas memakaikan helm besar itu hingga seluruh kepala saya tertutup rapat. Selanjutnya, instruktur sea walker perlahan menarik saya ke dasar laut. Benar saja, kuping terasa makin sakit seiring kedalaman kami menyelam. Rasa sakit ini mengingatkan saya dengan kondisi saat pesawat hendak landing.

Ketika sampai di spot sea walker, saya sempat panik karena kuping seperti akan meledak. Lalu saya memberikan instruksi kepada penyelam untuk menarik saya menuju ke atas permukaan. Instruktur tidak langsung menarik saya ke permukaan, ketika sudah siap untuk jalan di dasar laut.

Dia bertanya dengan bahasa isyarat, apakah telinga terasa sakit yang langsung saya respon dengan anggukan. Kemudian, instruktur memberi instruksi untuk memasukkan tangan ke dalam helm dan menutup hidung. Setelah mengikuti arahan, perlahan rasa perih itu berkurang dan saya mulai tenang.

Instruktur kembali menanyakan keadaan saya dan saya menjawab ‘ok’ dengan bahasa isyarat. Saya pun mencoba bernafas dengan normal sembari menenangkan diri dan beradaptasi dengan keadaan di bawah laut.

Saya di arahkan ke arah pagar yang ada di dasar laut untuk pegangan selama berjalan di dasar laut. Oh iya, di dalam helm kita bisa bernafas layaknya di darat kok, jadi kamu tak perlu panik ya. Momen saya berada di bawah air mengenakan helm besar ini mengingatkan saya pada karakter Sandy temannya Spongebob.

Saya hampir melupakan rasa takut di awal setelah melihat banyak ikan berlenggak-lenggok di depan helm besar ini. Momen favorit saya adalah bisa melihat ikan nemo berenang di terumbu karang. Sungguh menggemaskan! Setelah sekitar 20 menit di dalam air, kami didorong instruktur kembali menuju ke permukaan dan diantar kembali ke daratan.

Berapa Biaya Sea Walker?

Salah satu staf Bintang Water Sport, Devi, mengatakan biaya sea walker adalah Rp 1,2 juta per orang dengan durasi 30 menit. Tarif ini mencakup sewa skin suit untuk menyelam, biaya kapal, dan dokumentasi di dalam air.

Bagi yang tertarik mencoba wahana ini, bisa datang langsung ke Bintang Water Sport seperti yang saya lakukan. Mereka mulai buka pukul 09.00-17.00 WITA dengan batas pemesanan untuk sea walker hanya sampai pukul 16.00 WITA.

Soal kelengkapan fasilitas, kamu nggak perlu khawatir. Di sini juga kamar bilas dan toilet yang bisa kamu gunakan setelah beraktivitas di laut dengan aman dan nyaman.

(sym/row)



Sumber : travel.detik.com

Pesona Gunung Geulis di Sumedang, Cantik Sekaligus Berisiko Gempa


Jakarta

Gunung Geulis di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat ini seperti menyimpan pesona dua mata pedang. Terletak di area hutan perbatasan Kecamatan Jatinangor, Cimanggung, dan Tanjungsari, hutan di Gunung Geulis sangat layak untuk dicicipi para pendaki. Tentunya dengan panduan dari pendaki yang punya kompetensi.

Gunung Geulis Sumedang sisi barat tahun 2021Gunung Geulis Sumedang sisi barat tahun 2021 (dok. Irvan Ary Maulana/wikimedia commons)

Berada di ketinggian 1.282 meter di atas permukaan laut (mdpl), Gunung Geulis punya hutan yang sangat rimbun dengan vegetasi beragam. Seperti namanya, Gunung Geulis punya alam yang sangat cantik dan kaya biodiversitas bahkan menjadi sarana pendidikan ITB Kampus Jatinangor serta diharapkan menjadi hutan pendidikan universitas ini.

Gunung Geulis juga punya fungsi penting bagi keseimbangan alam dan lingkungan di wilayah Jatinangor. Kawasan ini adalah hutan lindung dengan peran utama sebagai penyangga kehidupan yang mengatur tata air. Peran hutan lindung ini bisa mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Keberadaan hutan Gunung Geulis sangat penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat setempat.


Pesona Gunung Geulis di Sumedang, Jawa Barat

Keindahan Gunung Geulis telah lama diolah masyarakat lokal menjadi destinasi wisata. Awalnya pada tahun 2022, pemerintah Desa Jatiroke membangun Teras Gunung Geulis di kawasan lembahnya. Pembangunan flying fox, kolam renang, tempat wisata, dan spot Instagramabel ini melibatkan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Teras Gunung Geulis Sumedang.Teras Gunung Geulis Sumedang (dok. Nur Azis)

Area tempat wisata di kaki gunung ini awalnya adalah lahan bekas galian yang ditinggalkan begitu saja. Teras Gunung Geulis menawarkan pemandangan kota yang sangat mempesona ketika disaksikan malam hari. Lampu-lampu kota bikin wilayah sekitar Gunung Geulis terlihat sangat mempesona dan jangan sampai dilewatkan.

Di tempat yang tidak jauh dari Teras Gunung Geulis berdiri kafe Teras Kopi Geulis. Tempat nongkrong dan ngobrol bareng teman atau keluarga ini menawarkan suasana tenang dan hangat dilengkapi dengan alunan musik. Kafe dengan konsep alam dan outdoor ini menyediakan cukup banyak meja dan kursi, serta saung untuk lesehan.

Sesar Gunung Geulis

Di balik pesonanya yang serba hijau dan rimbun, Gunung Geulis menyimpan risiko terjadinya bencana tektonik. Wilayah ini memiliki sesar atau patahan dengan ukuran normal, yang ditemukan di daerah Tanjungkerta dengan nama Sesar Gunung Geulis. Patahan ini aktif bergerak, meski saat ini belum terjadi gempa dengan kekuatan cukup berbahaya.

Sesar Gunung Geulis terletak memanjang di sekitar puncak Gunung Geulis. Patahan Gunung Geulis ini adalah sesar normal dengan lokasi retakan terdapat pada satu blok dinding batuan. Gerakan batuan berlawanan dengan blok di bawahnya yang berada tepat di bawahnya. Pergerakan sesar Gunung Geulis disebabkan tegangan akibat kerak bumi yang makin panjang.

Dengan kondisi ini, warga sekitar Gunung Geulis dan wisatawan harus punya pengetahuan terkait mitigasi bencana. Warga wajib menjaga keseimbangan lingkungan dan tahu langkah yang diambil jika terjadi bencana. Mitigasi wajib diketahui untuk menekan jumlah korban dan kerugian.

(row/row)



Sumber : travel.detik.com

Pulau Merak Kecil, Permata Tersembunyi di Ujung Barat Banten


Jakarta

Terletak tak jauh dari riuhnya kapal-kapal yang bersandar di Pelabuhan Merak, Pulau Merak Kecil hadir sebagai oase tersembunyi untuk liburan singkat.

Dalam beberapa tahun terakhir, pulau ini kian dilirik sebagai destinasi alternatif bagi wisatawan yang ingin sejenak melepaskan penat dari rutinitas kota.

Pulau mungil itu memanjakan mata dengan pasir putih yang lembut, air laut jernih kebiruan, serta gugusan karang kecil yang menjadi latar menarik untuk berfoto. Panorama tersebut menjadikan tempat ini sebagai spot yang Instagramable, terutama bagi pemburu foto estetik di alam terbuka.


Tak hanya indah di siang hari, Pulau Merak Kecil juga menawarkan pengalaman menyaksikan matahari terbenam yang dramatis. Saat cuaca cerah, khususnya di awal tahun pengunjung bisa menikmati pemandangan sunset point yang memukau dari bibir pantai.

Liburan Seru, Dompet Tetap Aman

Bagi traveler yang ingin menikmati liburan dengan aktivitas menyenangkan tanpa harus mengeluarkan banyak biaya, Pulau Merak Kecil bisa jadi pilihan tepat. Suara debur ombak yang tenang dan semilir angin laut menjadi teman ideal untuk bersantai, berenang, atau sekadar duduk menikmati suasana.

Traveler yang ingin menyelami keindahan bawah laut, tersedia paket snorkeling dengan biaya sekitar Rp 420.000 per grup berisi lima orang. Sementara itu, pecinta adrenalin bisa mencoba wahana permainan air seperti banana boat, donat boat, dan speedboat keliling pulau, dengan tarif mulai dari Rp 30.000 per orang.

Tak hanya aktivitas siang hari, traveler juga diperbolehkan berkemah di pulau tersebut. Tarif camping bervariasi, mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 125.000 per orang, tergantung fasilitas yang digunakan. Malam hari di pulau ini menawarkan pengalaman yang jarang didapat: tidur beratapkan langit penuh bintang, dengan suara ombak sebagai pengantar.

Suasana Tenang untuk Liburan Singkat

Meski mulai ramai dikunjungi, suasana Pulau Merak Kecil tetap terjaga tenangnya, terutama di hari kerja. Perpaduan pasir putih, laut biru, serta siluet kapal feri di kejauhan menciptakan pemandangan bak lukisan hidup.

Pulau Merak Kecil ini bukan sekadar titik kecil di peta, melainkan tempat sempurna untuk short escape tanpa harus bepergian jauh dari ibu kota. Dengan biaya terjangkau dan akses yang mudah, Pulau Merak Kecil menjadi pilihan menarik bagi siapa pun yang mendambakan ketenangan, keindahan alam, dan pengalaman berbeda.

(upd/row)



Sumber : travel.detik.com

Pantai Klotok, Permata Tersembunyi di Timur Bali yang Mempesona



Jakarta

Jauh dari gemerlapnya Kuta dan riuhnya Canggu, ada pantai dengan pesona alam yang masih asri dan belum banyak tersentuh wisatawan. Pantai Klotok namanya.

Pantai Klotok atau yang juga dikenal sebagai Pantai Watu Klotok, terletak di Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali. Destinasi ini cocok untuk para pencari ketenangan yang ingin merasakan keindahan Bali dalam versi yang lebih sunyi dan sakral.

Nama Watu Klotok diambil dari bahasa Bali; watu berarti batu dan klotok merujuk pada suara ketukan atau dentingan. Konon, pantai itu dinamai berdasarkan batu unik yang saat digoyang mengeluarkan suara nyaring, yang hingga kini dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi oleh masyarakat sekitar.


Tepat di bibir pantai berdiri megah Pura Watu Klotok, tempat suci umat Hindu yang rutin digunakan dalam berbagai upacara keagamaan seperti melukat (ritual pembersihan diri secara spiritual) dan pujawali (peringatan hari suci pura). Pura itu juga diyakini berkaitan erat dengan Dewa Brahma, dewa pencipta dalam kepercayaan Hindu.

Punya Panorama yang Eksotis

Pantai Klotok menyuguhkan pemandangan yang memukau dengan hamparan pasir hitam berkilau yang terlihat memesona saat tersapu cahaya matahari. Laut biru yang membentang luas dengan ombak yang cukup tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi para peselancar, termasuk wisatawan asing yang ingin merasakan tantangan ombak khas pantai timur Bali.

Bagi traveler yang hanya ingin bersantai, Pantai Klotok menawarkan suasana yang tenang. Menikmati hembusan angin laut, berjalan menyusuri bibir pantai, atau sekadar duduk di tepi sambil menatap cakrawala bisa menjadi pengalaman yang menyegarkan, jauh dari kebisingan kota.

Mengutip Antara, pada pertengahan tahun 2020 Pantai Klotok mencatat temuan mengejutkan, yakni sekitar 2.900 telur penyu ditemukan bertelur di sepanjang garis pantai itu hingga ke Pantai Sidayu.

Menyadari potensi besar tersebut, Pemerintah Kabupaten Klungkung segera merancang pembangunan tempat konservasi penyu, tidak hanya sebagai sarana pelestarian lingkungan, tetapi juga sebagai objek edukatif dan wisata ramah keluarga.

Telur-telur yang berhasil menetas dirawat dengan baik sebelum dilepas ke habitat aslinya di laut, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem laut yang kini semakin terancam. Menariknya, penyu-penyu tersebut juga memiliki nilai penting dalam konteks keagamaan masyarakat setempat.

Tak hanya untuk bersenang-senang, Pantai Klotok juga menjadi lokasi penting dalam sejumlah upacara adat Bali. Setiap perayaan Saraswati dan Banyu Pinaruh, Pantai Klotok dipadati umat Hindu yang melakukan ritual melukat untuk membersihkan diri secara lahir dan batin.

Kehadiran pura di tepi pantai memperkuat nuansa religius yang kental, menjadikan tempat tersebut bukan sekadar objek wisata, melainkan ruang spiritual.

Fasilitas Lengkap dan Akses Mudah

Meskipun dikenal sebagai destinasi tersembunyi, Pantai Klotok sudah dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Setelah melalui proses revitalisasi pada akhir 2023, kawasan ini kini memiliki jalur pedestrian yang nyaman, gazebo untuk bersantai, toilet bersih, area parkir luas hingga mushola bagi pengunjung Muslim.

Biaya masuk pun sangat terjangkau, hanya sekitar Rp 5.000 per orang. Dengan harga tersebut, wisatawan sudah bisa menikmati panorama alam yang memesona sekaligus fasilitas yang layak.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com

Pesona Keanekaragaman Hayati Indonesia Timur, Cocok untuk Traveler dan Patut Dijaga



Waisai

Indonesia Timur dikenal sebagai salah satu kawasan dengan kekayaan alam paling luar biasa di dunia. Dari bawah laut Raja Ampat yang sering dijuluki sebagai surga dunia hingga lebatnya hutan Papua yang menyimpan banyak flora dan fauna langka.

Wilayah itu menawarkan pengalaman yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga sangat penting untuk kelestarian lingkungan.

Tak heran jika banyak pelancong, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadikan kawasan ini sebagai destinasi impian. Raja Ampat yang terletak di Papua Barat Daya, dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia.


Di sana, hamparan terumbu karang menjadi rumah bagi ratusan spesies ikan dan biota laut lainnya yang jarang ditemukan di tempat lain. Menyelam di perairan tersebut seperti masuk ke dunia lain yang menakjubkan.

Keindahan serupa juga bisa dinikmati di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kawasan ini kini berkembang menjadi pusat penelitian kelautan dan destinasi edukasi ekowisata yang semakin menarik perhatian traveler.

Tak hanya bawah lautnya yang memesona, daratan Indonesia Timur pun menyimpan sejuta keindahan. Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu ikon pariwisata yang menggabungkan panorama savana, bukit-bukit eksotis, serta laut jernih berwarna biru kehijauan.

Namun yang paling terkenal tentu saja adalah Komodo, kadal raksasa purba yang hanya bisa ditemukan di sana. Sementara itu, Papua menyuguhkan hutan hujan tropis yang menyimpan kekayaan hayati luar biasa.

Burung cenderawasih, yang dikenal dengan bulunya yang indah, serta beragam tanaman endemik, menjadikan wilayah ini sangat penting bagi upaya pelestarian alam secara global.

Sayangnya, pesona alam yang luar biasa ini tidak lepas dari berbagai ancaman. Aktivitas pertambangan, penangkapan ikan berlebihan, serta dampak negatif dari pariwisata massal menjadi tantangan besar.

Contohnya, penolakan terhadap tambang nikel di sekitar Raja Ampat beberapa waktu lalu menjadi pengingat bahwa ekosistem di kawasan tersebut sangat rentan. Traveler yang datang ke Indonesia Timur diharapkan tak hanya menikmati keindahan alamnya, tapi juga ikut menjaga keberlanjutannya.

Mulai dari memilih operator wisata yang peduli lingkungan, mematuhi aturan konservasi, hingga menghormati budaya lokal. Semua ini adalah langkah sederhana yang bisa memberi dampak besar.

Membawa botol minum sendiri, menghindari penggunaan plastik sekali pakai, serta membeli produk kerajinan lokal juga merupakan bagian dari perjalanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Musim kemarau, yang biasanya berlangsung dari Mei hingga September, disebut sebagai periode terbaik untuk berkunjung. Cuaca cenderung cerah dan laut lebih tenang, sehingga aktivitas wisata pun lebih nyaman.

Namun, mengingat setiap daerah memiliki karakter cuaca yang berbeda, ada baiknya traveler selalu mengecek prakiraan cuaca terkini sebelum berangkat.

(upd/wsw)



Sumber : travel.detik.com

5 Pantai di Jawa Tengah dengan Pemandangan Paling Cantik



Kebumen

Jawa Tengah dan pantai-pantai eksotisnya, pantas masuk dalam daftar liburanmu. Baca artikel ini untuk tahu rekomendasinya!

Provinsi Jawa Tengah menyimpan banyak wisata alam untuk dijelajahi, salah satunya kawasan pantai. Pemandangan lepas ke lautan, deru ombak yang memecah kepenatan dan suasana sekitar yang masih asri, menjadikan pantai-pantai Jawa Tengah sebagai destinasi Vitamin Sea.

Berikut 5 Pantai Jawa Tengah dengan pemandangan paling cantik:


1. Pantai Menganti-Kebumen

Wisatawan berdiri sambil memotret di bebatuan karst kawasan geosite Pantai Menganti, Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Rabu (9/7/2025). Pantai Menganti merupakan salah satu geosite di kawasan Geopark Kebumen yang resmi diakui sebagai UNESCO Global Geopark pada April 2025 dengan keistimewaan pantainya terletak pada keberadaan bebatuan columnar joint (struktur basalt kolumnar) yang menandakan proses pendinginan lava kuno di tebing pantai. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/tom.Wisatawan berdiri sambil memotret di bebatuan karst kawasan geosite Pantai Menganti, Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Rabu (9/7/2025). Pantai Menganti merupakan salah satu geosite di kawasan Geopark Kebumen yang resmi diakui sebagai UNESCO Global Geopark pada April 2025 dengan keistimewaan pantainya terletak pada keberadaan bebatuan columnar joint (struktur basalt kolumnar) yang menandakan proses pendinginan lava kuno di tebing pantai. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/tom. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Yang satu ini kerap disebut sebagai Pantai Terindah di Jawa Tengah. Pantai Menganti berlokasi di Tanjung Karangboto, Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen.

Begitu menginjakkan kaki di pantai ini, siapa pun pasti setuju. Pantai dengan tebing hijau dengan pemandangan laut yang biru sungguh sangat eksotis. Pemandangan favoritnya adalah sunrise di atas tebing karang.

2. Pantai Bandengan-Jepara

Pantai BandenganPantai Bandengan Foto: (Dian Utoro Aji/detikcom)

Jika berkunjung ke Jepara tidak lengkap rasanya jika belum datang ke Pantai Bandengan. Pantai ini dikenal sebagai salah satu pantai cocok untuk keluarga karena memiliki ombak tenang dan landai, aman untuk anak-anak yang ingin bermain di sekitar pantai namun tetap dalam pengawasan.

Pantai ini memiliki daya tarik seperti pasir putih, pemandangan Pulau Panjang yang menawan hingga banyak wahana seru yang dapat dinikmati seperti aktivitas banana boat hingga jetski. Fasilitasnya yang terdapat di pantai ini berupa gazebo, penginapan, banana boat, ATV, penyewaan kano hingga warung lokal.

3. Pantai Nampu-Wonogiri

Suasana Pantai Nampu Wonogiri. Foto diambil sebelum pandemi Corona.Suasana Pantai Nampu Wonogiri. Foto: (Aris Arianto/detikcom)

Bagi yang berada di Wonogiri, kamu wajib mampir ke Pantai Nampu di kawasan Gunturharjo, Paranggupito. Pantai dengan air laut berwarna biru jernih ini agak berbeda dari pantai-pantai di Jawa Tengah lainnya. Selain pasir pantai berwarna putih, Pantai Nampu juga dipenuhi dengan banyak batu karang di area bibir pantai yang membuat pemandangannya semakin unik.

Pantai Nampu juga dikelilingi oleh perbukitan yang biasanya dimanfaatkan oleh beberapa pengunjung untuk mendirikan tenda dan menginap. Namun jika kamu tidak berniat untuk bermalam, sebaiknya datanglah pada sore hari karena Pantai Nampu ini menyajikan pemandangansunsetyang akan memanjakan mata.

4. Pantai Karang Pandan-Nusa Kambangan

Nusa Kambangan memang dikenal sebagai Pulau Penjara karena di sinilah Lembaga Permasyarakatan Nusa Kambangan berada. Lebih dari itu, Pulau Nusa Kambangan sebenarnya dapat menjadi destinasi wisata yang mengasyikkan. Di sini, terdapat sebuah pantai dengan pemandangan indah bernama Pantai Karang Pandan. Pasirnya berwarna putih dan air lautnya tampak begitu jernih.

Area pantainya dikelilingi oleh pepohonan lebat berwarna hijau, sehingga menciptakan suasana yang sejuk dan asri. Di dekat pantai juga terdapat dua pulau karang bernama Pulau Majeti yang semakin menambah daya tarik pantai. Menariknya, Pantai Karang Pandan juga kerap dijadikan tempat larung sesaji oleh masyarakat adat Jawa yang tinggal di sekitar.

5. Pantai Widarapayung-Cilacap

Gempa bumi guncang Cilacap siang ini. Sementara wisatawan Pantai Widarapayung, Kabupaten Cilacap pada saat libur lebaran, Jumat (4/4/2025).Pantai Widarapayung Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

Sesuai namanya, Pantai Widarapayung berada di Desa Widarapayung, Cilacap. Arus ombaknya yang cukup besar, membuat Pantai Widarapayung menjadi salah satu spot favorit surfer untuk berselancar. Tak perlu repot membawa peralatan berselancar karena di kawasan pantai banyak yang menyewakan papan selancar untuk pengunjung.

Selain itu, pantai berpasir kecokelatan ini juga terkenal akan kuliner pecelnya yang memiliki cita rasa khas. Pecel di Pantai Widarapayung ini menggunakan kecombrang sebagai pelengkapnya.

(bnl/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Goa Purba di Pulau Kunti dan Mitos Anti Jomlo



Sukabumi

Di Pulau Kunti, Geopark Ciletuh ada sebuah goa yang dipercaya bisa mendatangkan jodoh. Goa ini memang sudah lama lekat dengan mitos anti jomlo.

Ombak sore itu datang berulang, memukul sisi perahu kayu yang perlahan mendekati tebing. Anginnya membawa aroma asin dan suara serak burung laut yang melintas rendah.

Dari jauh, tampak rongga hitam di dinding batu mulut gua yang terbuka menghadap laut. Orang-orang di sini menyebutnya Gua Anti Jomblo.


Saman, pemandu wisata lokal yang mengantar ke lokasi tersebut, berdiri di haluan sambil menunjuk ke arah tebing.

“Nah, ke sebelah sananya lagi, ada namanya gua purba Pulau Kunti,” ujarnya, suaranya setengah tenggelam oleh deru ombak, Minggu (5/10).

“Usianya 60 juta tahun, terbentuk dari gunung bibir pantai yang dihantam terus sama gelombang laut, akhirnya ada proposal ke dalam 15 meter, tingginya 9 meter,” katanya menambahkan, matanya tak lepas dari dinding batu di kejauhan.

Ia diam sebentar sebelum menambahkan. “Di dalam gua itu tidak ditemukan batuan selektif atau salak mid karena gua kering, cuman di sini ada mitos siapa aja yang masuk ke gua purba Pulau Kunti, pulangnya suka cepat dapat jodoh katanya,” tuturnya pelan, lalu tertawa kecil. “ini baru mitos,” lirihnya.

Angin sore menampar lembut wajah, sementara sinar matahari jatuh miring ke mulut gua yang tampak keemasan di bawah cahaya senja.

Saman tersenyum kecil sebelum melanjutkan penjelasannya, tangannya menepuk haluan perahu yang basah oleh percikan air.

“Ya setahu saya itu kalau misalkan punten dalam artian yang punya keyakinan, kayaknya saya sering mengantar yang seperti itu, mungkin keyakinannya seperti itu” ujarnya pelan, berhati-hati memberikan penjelasan.

“Cuman kalau yang lain biasanya dia hanya berdoa tapi bukan minta ke batu atau ke gua tapi mintanya ke pemilik batu atau gua, yang setahu saya, memang kalau uang meyakini memang seperti itu, dilaksanakan ritual di sana,” katanya menutup penjelasan.

Cerita soal Gua Anti Jomblo kemudian diperkaya oleh Piat Supriatna, petugas Balawista yang juga Geopark Ranger dari Badan Pengelola Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.

“Ok saya ceritakan dari awal dulu prosesnya, takutnya ada sedikit ini mispersepsi juga dari masyarakat, khususnya pengunjung,” ujarnya membuka percakapan.

Goa Itu Sudah Berusia Jutaan Tahun

“Sebenarnya ini ada gua Pulau Kunti, gua tersebut itu sebetulnya secara ilmiah terbentuknya oleh abrasi laut selama jutaan tahun. Sebenarnya ini kan daratan yang terangkai di dasar samudra ke permukaan nih, dan itu kan ketika terbentuk ke permukaan bebatuan tersebut atau bukit itu belum terbentuk gua sebelumnya dulunya,” tuturnya.

Piat berbicara sambil menatap jauh ke laut, suaranya tenang.

“Nah, selama jutaan tahun tergerus oleh abrasi laut, sehingga terkikis, terbentuklah gua. Makanya gua tersebut disebut Pulau Kunti karena ketika dihantam gelombang setinggi lima meter atau musim badai menggema seperti orang tertawa maka dibilanglah Pulau Kunti,” kisahnya.

Mitos Anti Jomlo

Ia lalu tersenyum kecil, soal gua yang kemudian dikenal dengan nama Gua Anti Jomblo.

“Nah ada cerita dari masyarakat sekitar sini, Pulau Kunti ini banyak yang cerita bahwa bisa dikatakan nih gua jomblo, bisa dikatakan dalam arti jika masuk ke sana katanya bisa punya, dapat pasangan,” katanya sambil mengangkat bahu.

Piat sempat terdiam, menatap ke laut yang mulai memantulkan warna keemasan sore.

“Sebenernya kalau sekarang banyak orang lebih ke modernisasi, tapi ada saja, sampai saat ini,” ujarnya pelan,

“Tapi itu dulu saya sempat ke sana, banyak ditemukan orang simpan sesajen itu kan, ada seperti dupa itu menemukan, tapi sampai saat ini, walaupun karena sudah modernisasi masih ada orang percaya akan hal itu,” katanya menutup pembicaraan.

——-

Artikel ini telah naik detikJabar.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Menyusuri Pulau Onrust, Jejak Kelam VOC yang Kini Jadi Museum Arkeologi



Jakarta

Pulau Onrust di Kepulauan Seribu menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah Indonesia sejak masa Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Kini, pulau ini dikenal sebagai Museum Arkeologi Onrust, tempat wisata sejarah yang menyimpan banyak kisah kelam dan peninggalan bersejarah dari abad ke-17 hingga abad ke-20.

Dari Galangan Kapal hingga Benteng Pertahanan

Pada abad ke-17, Pulau Onrust menjadi pusat galangan kapal sebelum Tanjung Priok berdiri. Karena aktivitas kapalnya yang padat, pulau ini dijuluki Pulau Kapal.


VOC membangun benteng pertahanan setinggi sembilan meter dengan bastion yang menjorok keluar sebagai menara pengintai. Di masa itu, Onrust menjadi salah satu pulau tersibuk di Teluk Jakarta.

Bangunan yang ada saat ini sebagian besar berasal dari masa sekitar tahun 1850, dibangun untuk mempertahankan aktivitas pelabuhan kapal-kapal Belanda.

Hasil ekskavasi arkeologi menunjukkan sisa benteng utama dan kincir angin yang dulu digunakan untuk memotong kayu kapal.

Pusat Karantina Haji dan Rumah Sakit Modern di Zamannya

Pada tahun 1911, Pulau Onrust berubah fungsi menjadi rumah sakit karantina bagi para pendatang dari luar negeri, termasuk jemaah haji asal Indonesia sebelum memasuki Batavia.

Rumah sakit ini memiliki luas sekitar 12 hektar dan mampu menampung hingga 3.500 orang. Pulau Onrust menjadi tempat penampungan barang-barang jamaah haji yang berjumlah 35 barang dan 1 barang isinya 100 orang.

“Penampungan barang-barang di Pulau Onrust ada 35 barang penampungan haji, 1 barang isi 100 orang,” ujar Gindo, pemandu wisata Kepulauan Seribu yang menemani detikTravel dalam Agenda Walking Tour Disparekraf DKI Jakarta.

Wisata Pulau Onrust di Kepulauan SeribuWisata Pulau Onrust di Kepulauan Seribu Foto: Qonita Hamidah/detikTravel

Fasilitasnya cukup lengkap, termasuk asrama berukuran 6×30 meter yang bisa menampung 100 orang. Di masa itu, Pulau Onrust juga memiliki penjara dan bunker pertahanan. Jamaah haji yang sehat diobservasi selama lima hari di Onrust, sementara yang sakit dirawat di Pulau Cipir.

Sayangnya, sejarah karantina ini juga meninggalkan kisah kelam. Dulu, penyakit menular seperti leptospirosis (penyakit kencing tikus) sering menyerang akibat buruknya kondisi kapal yang membawa tikus dari luar negeri.

Tragedi, Penjarahan, dan Masa Suram Pulau Onrust

Nama “Onrust” berasal dari bahasa Inggris unrest, yang berarti “tidak istirahat”. Pulau ini menyimpan banyak kisah kelam, termasuk cerita tentang seorang noni Belanda bernama Maria van de Veldes yang meninggal karena depresi dan dimakamkan di sini. Di makamnya ditemukan puisi cinta yang menyentuh hati.

“Pulau Onrust memiliki kisah kelam, diantaranya pulau ini banyak tawanan-tawanan perang yang dipenjarakan di pulau ini, dan pada 1968 pulau ini pernah dijarah batuan dari bangunan disana yang akhirnya hanya sisa beberapa puing,” cerita Gindo.

Pada masa revolusi, Onrust dijadikan tempat pembuangan tahanan politik, termasuk anggota DI/TII. Memasuki tahun 1968, pulau ini dijarah besar-besaran, batu-batu bangunannya diambil sehingga kini hanya tersisa puing-puing.

Pulau Onrust Kini: Situs Arkeologi dan Wisata Edukasi

Setelah lama terbengkalai, pada tahun 1972 pemerintah menetapkan Onrust sebagai Taman Arkeologi Onrust, dan sejak 2024 statusnya resmi menjadi Museum Arkeologi Tipe A.

Di sini, wisatawan bisa menemukan sisa bunker yang telah berisi air payau, reruntuhan bangunan VOC, serta sekitar 50 makam Belanda.

Wisata Pulau Onrust di Kepulauan SeribuWisata Pulau Onrust di Kepulauan Seribu Foto: Qonita Hamidah/detikTravel

Salah satu daya tarik utama pulau ini adalah bunker pendingin amunisi dengan delapan ruangan terpisah. Saat ini bunker ini telah dipenuhi air payau karena kerapuhan dinding bunker yang membuat air laut masuk ke dalam yang kedalamannya sekitar 1,3 meter.

“Bunker ini isinya air payau karena dindingnya pecah jadi airnya masuk. Di dalamnya ada 8 ruangan itu nggak nyambung, masing-masing per 4 ruangan,” kata Rosyadi, pemandu lokal Pulau Onrust.

Pulau ini juga menyimpan berbagai peninggalan dari abad ke-18, seperti batu bata kuno yang semakin kuat ketika terkena air laut. Di sekitarnya tumbuh pohon keben, tumbuhan khas pesisir yang menjadi bagian dari ekosistem alami Onrust.

Cara Menuju ke Pulau Onrust

Akses menuju Pulau Onrust bisa ditempuh dari Dermaga Marina Ancol menggunakan kapal wisata. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar 20 menit saja.

Listrik di pulau ini masih menggunakan genset dan hanya menyala pada jam-jam tertentu, karena pasokan utama difokuskan ke pulau yang berpenghuni.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com