Tag Archives: letusan

Seru! Main Offroad di Coban Talu Kota Batu



Batu

Coban Talun di Kota Batu menawarkan pengalaman offroad seru dengan mobil jip. Nikmati keindahan alam, air terjun, dan beragam aktivitas seru lainnya!

Pengunjung akan diajak menyusuri jalur ekstrem yang melewati hutan pinus, sungai, hingga perkebunan sayur yang hijau. Kontur jalan yang terjal dan berbatu menjadi tantangan utama yang memacu adrenalin, sekaligus menyuguhkan keindahan alam pegunungan yang menyegarkan mata.

Saat menjajal offroad di kawasan wisata Coban Talun, wisatawan disarankan untuk membawa pakaian ganti. Pasalnya, rute offroad tak hanya melewati jalan ekstrem, tetapi juga melintasi sungai yang mengharuskan pengunjung siap basah-basahan saat menaiki mobil jip.


Selain offroad, Coban Talun di Kota Batu juga menawarkan beragam aktivitas seru lainnya yang cocok untuk dinikmati bersama keluarga maupun rombongan. Pengunjung bisa berfoto di area kebun bunga yang estetik, mengikuti kegiatan outbound, rafting menyusuri sungai, hingga seru-seruan bermain paintball.

Sebagai ikon utama, Coban Talun memiliki air terjun setinggi 50-60 meter dengan aliran air jernih dan menyegarkan. Di sekitar air terjun terdapat formasi bebatuan alami yang terbentuk dari letusan gunung di masa lalu. Bagian bawah air terjun membentuk kolam dangkal yang aman digunakan untuk bermain air atau berenang.

Lokasi Coban Talun berada di Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dari Alun-alun Kota Batu, perjalanan menuju lokasi hanya memakan waktu sekitar 20 menit. Akses jalan menuju Coban Talun cukup mudah dilalui, baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Artikel ini sudah tayang di detikJatim. Klik di sini untuk membaca selengkapnya.

(auh/ddn)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Selo, Gerbang Pendakian ke Gunung Merapi



Boyolali

Selo di Boyolali dikenal sebagai pintu gerbang pendakian ke gunung Merapi. Mari mengenal lebih dekat jalur pendakian ini:

Selo adalah nama salah satu kecamatan di kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Bagi para pendaki, Selo adalah pintu gerbang pendakian ke beberapa gunung sekaligus, mulai dari gunung Merbabu hingga Merapi.

Di Selo, ada basecamp yang kerap disambangi para pendaki sebelum mulai mendaki gunung Merapi. Meski saat ini pendakian gunung Merapi masih ditutup sampai batas waktu yang tidak ditentukan, tapi tidak ada salahnya mengenal jalur pendakian Selo.


Jalur pendakian gunung Merapi via Selo dikenal memiliki lintasan terpendek. Trek awal yang harus pendaki lalui adalah jalan aspal yang tidak begitu panjang, tapi cukup menguras tenaga.

Setelah melewati gardu pandang New Selo, para pendaki akan memasuki jalur pendakian yang didominasi oleh ladang penduduk. Saat sampai batas ladang, kalian akan disambut oleh gerbang pendakian gunung Merapi.

Traveler harus melanjutkan perjalanan sampai ke Patok 1 atau Pos 1 Merapi. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Pos Joglo II di atas desa Plalangan.

Jalur ini punya medan yang terus menanjak dan hanya dapat dilalui oleh satu orang pendaki saja. Di pos 2, para pendaki bisa mendirikan tenda untuk beristirahat.

Selepas pos 2, para pendaki akan sampai di batas vegetasi. Artinya, kalian tidak bisa menjumpai pepohonan, yang ada hanya bebatuan besar. Itu tandanya kalian sudah dekat dengan pos berikutnya yaitu Pasar Bubrah.

Di Pasar Bubrah, para pendaki bisa melihat Puncak Gunung Merapi yang menjulang tinggi. Di pos inilah batas aman pendakian Gunung Merapi. Setelah pasar Bubrah, pendaki akan mendaki sampai ke puncak.

Pendakian ke puncak gunung Merapi saat ini masih dilarang untuk dilakukan. Gunung Merapi sampai saat ini adalah siaga (level III).

Pada level ini, potensi bahayanya antara lain guguran lava dan awan panas, meliputi Sungai Boyong maksimal 5 km; Sungai Bedog, Krasak, Bebeng maksimal 7 km; Sungai Woro maksimal 3 km; dan Sungai Gendol 5 km.

Di samping itu, lontaran material vulkanik dapat menjangkau sejauh 3 km dari puncak jika ada letusan eksplosif.

Pihak Taman Nasional Gunung Merapi pun sudah memasang papan larangan pendakian di pintu masuk pendakian Selo, serta mengecek berkala jalur pendakian.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Wisata Alternatif yang Bisa Dijajal Traveler di Sekitar Gunung Merapi



Yogyakarta

Kawasan Gunung Merapi memang punya pesonanya sendiri. Sehingga banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke sana.

Meski dikenal sebagai salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, daya tariknya justru terletak pada perpaduan antara keindahan alam, sejarah letusan yang dramatis, hingga kehidupan masyarakat yang tetap berdiri tegak di sekitarnya.

Namun, sebelum traveler tergoda menyusun rencana liburan ke sana, ada baiknya menyimak perkembangan terkini. Hingga September 2025 ini, status Gunung Merapi masih berada di siaga level III.


Pendakian ke puncak melalui jalur seperti Selo dan Sapu Angin masih ditutup total sejak 2018, dan belum ada tanda-tanda akan dibuka kembali dalam waktu dekat. Kondisi ini dipertegas oleh laporan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) serta sejumlah media nasional.

Nah jangan khawatir traveler, sebagai alternatifnya, di sekitar kaki Gunung Merapi juga ada banyak pilihan destinasi yang bisa dikunjungi tanpa harus menantang bahaya. Kawasan seperti Kaliurang, Kaliadem, dan Cangkringan tetap menyimpan segudang pengalaman seru yang aman dinikmati oleh wisatawan.

Salah satu yang paling populer tentu saja adalah Lava Tour Merapi. Naik jeep terbuka, kamu akan diajak menyusuri bekas aliran lava erupsi 2010. Di sepanjang perjalanan, pemandangan dramatis bekas rumah-rumah yang luluh lantak, sungai kering yang jadi jalur lahar, hingga batu-batu besar yang terlontar dari kawah menjadi saksi bisu dahsyatnya Merapi.

Jika ingin suasana yang lebih tenang, Kaliurang bisa jadi pilihan tepat. Udaranya sejuk, banyak penginapan bergaya klasik Jawa, dan cocok untuk wisata keluarga. Di sana juga ada Ullen Sentalu Museum, tempat yang tak hanya menyimpan benda-benda bersejarah dari Dinasti Mataram, tapi juga menghadirkan pengalaman budaya yang begitu mendalam.

Tak jauh dari sana, ada juga Bunker Kaliadem. Tempat ini dulu digunakan sebagai tempat perlindungan saat erupsi, namun sekarang menjadi spot favorit wisatawan untuk menikmati panorama Merapi dari kejauhan. Saat cuaca cerah, puncak Merapi terlihat jelas berdiri megah di balik kabut tipis.

Selain itu, buat traveler yang ingin menikmati sisi edukatif dari bencana Merapi, ada Museum Sisa Hartaku di Desa Petung. Museum kecil itu menampilkan sisa-sisa rumah, motor, peralatan rumah tangga, hingga kerangka hewan ternak yang tak sempat diselamatkan saat erupsi.

Semuanya ditata secara apa adanya, membuat pengunjung bisa merasakan langsung bagaimana dahsyatnya letusan Merapi saat itu.

Jangan lupa, kawasan ini berada di zona rawan bencana, dan cuaca di pegunungan bisa berubah cepat. Maka dari itu, selalu cek prakiraan cuaca sebelum berangkat, dan ikuti arahan dari petugas atau pemandu lokal.

(upd/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Wisata Islandia Makin Hits, Berujung Mau Naikkan Pajak Turis



Reykjavik

Islandia mencatat 1,8 juta kunjungan internasional dalam 9 bulan pertama di tahun 2025. Melihat ini, Islandia mau kenakan pajak turis.

Islandia merupakan salah satu destinasi terbaik untuk melihat Nothern Lights dan midnight sun di musim panasnya. Terkenal sebagai tanah api dan es, negara nordik ini punya wisata alam luar biasa seperti mata air panas geotermal, gletser dan air terjun.

Dikutip dari Euronews pada Jumat (17/10), data statistik Islandia menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara meningkat sebesar 2,2 persen dari tahun 2023 hingga 2024, sementara 12 bulan terakhir hingga September 2025 mengalami lonjakan tambahan sebesar 3,5 persen.


Dari Januari hingga September tahun ini, Islandia telah menyambut 1,792 juta wisatawan mancanegara, meningkat dari tahun 2024 (1,743 juta) dan lonjakan signifikan dari tahun 2019 (1,597 juta).

Delapan bulan pertama tahun 2025 juga mencatat jumlah pesanan kamar hotel dan B&B tertinggi sejauh ini, sementara omzet di sektor terkait pariwisata sangat tinggi dari tahun 2023 hingga 2025.

Ledakan pariwisata ini tetap terlihat meskipun negara ini sempat tutup karena letusan gunung api. Bahkan, makin banyak yang penasaran.

Menurut European Travel Information and Authorisation System (EITIAS), Islandia memberlakukan kembali pajak akomodasi bagi wisatawan pada 1 Januari 2024, untuk mengurangi dampak lingkungan dari pariwisata.

Hotel dan wisma kini mengenakan biaya tambahan ISK 600 (Rp 82 ribu) per kamar, sementara perkemahan dan rumah mobil mengenakan setengah harga.

Terdapat juga pajak sebesar ISK 1.000 (Rp 137 ribu) bagi penumpang kapal pesiar yang singgah di pelabuhan Islandia.

Jóhann Viðar Ívarsson, seorang analis di Badan Pariwisata Islandia Ferðamálastofa, mengatakan bahwa pajak itu tidak memberikan pemasukan yang besar bagi kas pemerintah. Ia juga mengatakan bahwa hubungan antara perpajakan dan kontribusi terhadap keberlanjutan pariwisata bisa jadi sulit karena pajak tersebut masuk ke dalam anggaran pemerintah secara keseluruhan.

Ia menambahkan bahwa pemerintah saat ini berencana untuk mengusulkan pajak pariwisata yang jauh lebih tinggi dalam beberapa minggu mendatang.

(bnl/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Gunung Api Iran ‘Bangkit’ Lagi Setelah Tidur 700 Ribu Tahun


Jakarta

Sebuah gunung berapi di Iran selatan yang diperkirakan telah punah sekitar 710 ribu tahun telah muncul kembali.

Penelitian baru yang diterbitkan pada 7 Oktober di jurnal Geophysical Research Letters menemukan bahwa area tanah di dekat puncak gunung berapi Taftan naik 9cm selama 10 bulan antara Juli 2023 hingga Mei 2024. Pengangkatan tersebut belum surut, menunjukkan adanya peningkatan tekanan gas di bawah permukaan gunung berapi.


Temuan ini menunjukkan perlunya pemantauan lebih ketat terhadap gunung berapi tersebut, yang sebelumnya tidak dianggap berisiko bagi manusia, kata penulis senior studi Pablo González, seorang ahli vulkanologi di Institute of Natural Products and Agrobiology, pusat penelitian Spanish National Research Council (IPNA-CSIC).

Gunung berapi dianggap punah jika belum meletus pada era Holokon, yang dimulai 11.700 tahun yang lalu. Mengingat aktivitasnya baru-baru ini, kata González, Taftan mungkin lebih tepat disebut sebagai gunung berapi dorman.

“Entah bagaimana ia harus meletus di masa mendatang, entah dengan dahsyat atau lebih pelan. Tidak ada alasan untuk khawatir akan letusan yang akan segera terjadi. Tetapi gunung berapi tersebut perlu dipantau lebih ketat,” ujar González seperti dikutip dari Live Science.

Gunung berapi Taftan adalah gunung berapi stratovolkano setinggi 3.940 meter di tenggara Iran, terletak di antara pegunungan dan gunung berapi yang terbentuk oleh subduksi kerak samudra Arab di bawah benua Eurasia.

Saat ini, gunung berapi ini memiliki sistem hidrotermal aktif dan lubang-lubang penghasil sulfur berbau yang disebut fumarol, tetapi belum diketahui apakah gunung berapi ini pernah meletus dalam sejarah manusia.

Ketika Mohammadhossein Mohammadnia, seorang mahasiswa doktoral yang bekerja di bawah bimbingan González di IPNA-CSIC, pertama kali memeriksa citra satelit gunung berapi tersebut pada 2020, ia tidak melihat bukti adanya aktivitas gunung berapi tersebut.

Namun kemudian, pada 2023, orang-orang mulai melaporkan emisi gas dari gunung berapi tersebut di media sosial. Emisi tersebut dapat tercium dari kota Khash yang berjarak sekitar 50 kilometer.

Mohammadnia kembali mengamati citra satelit dari misi Sentinel-1 milik Badan Antariksa Eropa, ESA. Taftan terpencil dan tidak memiliki sistem pemantauan GPS seperti yang terdapat di gunung berapi seperti Gunung St. Helen. Wilayah ini juga berbahaya karena aktivitas kelompok pemberontak dan konflik perbatasan antara Iran dan Pakistan. Citra satelit menunjukkan sedikit peningkatan permukaan tanah di dekat puncak, yang menunjukkan peningkatan tekanan di bawah.

Mohammadnia menghitung bahwa pendorong pengangkatan ini berada 490 hingga 630 meter di bawah permukaan. Mustahil untuk mengetahui secara pasti apa yang terjadi, tetapi para peneliti mengesampingkan faktor eksternal seperti gempa bumi atau curah hujan di dekatnya.

Reservoir magma gunung berapi ini berada lebih dari 3,5 km di bawah permukaan, jauh lebih dalam daripada apa pun yang mendorong pengangkatan tersebut.

Sebaliknya, pengangkatan tersebut disebabkan oleh perubahan pada jaringan hidrotermal di bawah gunung berapi yang menyebabkan penumpukan gas, atau sejumlah kecil magma mungkin telah bergeser di bawah gunung berapi, yang memungkinkan gas untuk menggelembung ke dalam bebatuan di atas, meningkatkan tekanan dalam pori-pori dan retakan batuan, dan menyebabkan tanah sedikit terangkat.

Tahap selanjutnya dalam penelitian ini, menurut González, adalah berkolaborasi dengan ilmuwan yang melakukan pemantauan gas di gunung berapi. “Studi ini tidak bertujuan untuk menimbulkan kepanikan di masyarakat. Studi ini merupakan seruan bagi pihak berwenang di kawasan Iran untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya guna meninjau hal ini,” tutupnya.

(rns/rns)



Sumber : inet.detik.com

Bumi ‘Diserang’ dari Luar Angkasa? Pakar IPB Ingatkan Pertahanan Planet


Jakarta

Jatuhnya meteor di Cirebon, Jawa Barat menjadi pengingat bahwa ruang angkasa tidak sekosong dan setenang yang orang kira. Ada potensi bahaya dari ruang angkasa yang bisa sewaktu-waktu berdampak pada manusia di Bumi.

Hal tersebut diungkapkan Guru Besar Fisika Teori IPB University, Prof Husin Alatas.

“Ruang angkasa dipenuhi objek yang bergerak dalam kecepatan tinggi. Ketika salah satu di antaranya keluar dari orbit stabilnya dan kemudian tertarik oleh gravitasi Bumi, maka potensi tumbukan menjadi nyata,” jelasnya, dikutip dari laman IPB University, Kamis (16/10/2025).


Ancaman Langit

Kepunahan Massal

Ia mencontohkan, 66 juta tahun lalu, asteroid raksasa yang menghantam Semenanjung Yucatan, Meksiko menyebabkan kepunahan dinosaurus.

Merespons peristiwa tersebut, lembaga-lembaga angkasa luar dunia seperti Badan Antariksa AS (NASA) mengembangkan sistem pertahanan planet agar dampaknya tidak terulang.

“Misi Double Asteroid Redirection Test (DART) yang berhasil mengubah orbit asteroid pada 2022 menjadi tonggak utama dalam upaya perlindungan Bumi,” kata Husin.

Kelumpuhan Listrik dan Sistem Komunikasi

Sementara itu, aktivitas Matahari seperti letupan besar atau solar flare yang mengirimkan partikel bermuatan tinggi dapat melumpuhkan jaringan listrik serta sistem komunikasi di Bumi. Salah satunya terjadi di Quebec, Kanada, sehingga mengalami listrik padam massal berjam-jam pada 1989. Ia mengatakan, kendati medan magnet Bumi melindungi manusia, kekuatannya tebatas.

“Angin Matahari ekstrem bisa menembus dan memicu kerusakan sistem teknologi modern,” jelasnya.

Sistem Navigasi Terganggu

Sampah antariksa yang bertambah setiap tahun juga menurutnya menjadi salah satu ancaman. Berdasarkan data Badan Antariksa Eropa (ESA), ada sekitar 26.000 puing besar berukuran lebih dari 10 cm di antariksa, sedangkan 1,2 juta objek sampah lainnya berukuran lebih dari 1 cm, yang juga dapat menimbulkan kerusakan.

Husin menjelaskan, ribuan serpihan logam dan puing satelit di orbit dapat menabrak wahana antariksa aktif. Alhasil, tabrakan ini mengganggu sistem navigasi global.

Radiasi Kosmik

Ledakan bintang supernova atau fenomena galaksi jauh bisa memicu radiasi kosmik dengan energi tinggi. Kendati jauh, Husin mengatakan, partikel berenergi sangat tinggi dari ledakan atau fenomena tersebut tetap menimbulkan bahaya bagi astronaut dan satelit di luar orbit rendah.

Pengampu mata kuliah teori relativitas tersebut menambahkan, berdasarkan keterangan sejumlah astronom, bintang Betelgeuse di konstelasi Orion menunjukkan tanda-tanda akan meledak.

Dikutip dari laman Science NASA, bintang super raksasa merah-oranye ini adalah bintang terbesar di alam semesta. ‘Letusan’ Betelgeuse pada 2019 memuntahkan massa ke angkasa luar dengan bobot beberapa kali lipat Bulan.

Pada musim gugur 2019 tersebut, cahaya Betelgeuse sempat tiba-tiba meredup drastis sekitar 60 persen, kendati cerah lagi pada April 2020. Momen peredupan itu diduga astronom sebagai fase pra-supernova atau sebelum meledak.

Pentingnya Riset Pertahanan Planet

Dari ancaman di atas, ia menegaskan potensi ancaman dari langit dalam waktu dekat dapat berupa tumbukan asteroid berukuran sedang, badai Matahari ekstrem, serta paparan radiasi kosmik.

Husin menilai, kemajuan teknologi pemantauan dan kolaborasi internasional saat ini mampu mendeteksi risiko lebih dini. Selaras dengan peningkatan kesadaran global terhadap ancaman luar angkasa tersebut, ia mengajak masyarakat ilmiah dan pemerintah untuk memperkuat riset pertahanan planet.

“Perlindungan Bumi bukan hanya dilakukan dari dalam, tetapi juga dari luar. Menjaga rumah kita berarti memahami dan mengantisipasi ancaman dari semesta,” ucapnya.

(twu/nwk)



Sumber : www.detik.com