Tag Archives: liar

Viral! Pengunjung Emosi Lempar Tas ke Monyet di Tempat Wisata



Jakarta

Sebuah video di TikTok ramai diperbincangkan setelah memperlihatkan seorang pengunjung mengayunkan tas ke arah seekor monyet. Ia kesal karena hewan itu merebut makanan anaknya.

Diberitakan Straits Times, Jumat (3/10/2025), video itu direkam di Kebun Binatang Singapura dan diunggah pada 28 September. Dalam keterangan video dikatakan pria tersebut tak senang setelah monyet mencuri makanan anaknya.

Dalam video yang viral itu, seekor monyet terlihat sedang mengunyah, bisa jadi kue kering atau roti. Lalu, seorang pria mengayunkan tas biru ke arah monyet tersebut.


Aksinya meleset dari sasaran. Tas itu justru mengenai wajah sang anak yang memperhatikan monyet dari tadi.

@arandompaul Can’t believe I caught this video. The monkey stole the kids food and the dad wasn’t happy. #fyp #singapore #zoo ♬ Almost forgot that this was the whole point – Take my Hand Instrumental – AntonioVivald

Orang-orang di sekitar awalnya tertawa di awal video. Namun setelah melihat aksi agresif pria tersebut, orang-orang menegurnya.

“Kamu tidak boleh melakukan itu!” kata salah satu dari mereka.

Kolam komentar postingan itu juga ramai memperdebatkan aksi pria tersebut. Banyak yang menyalahkan pria itu karena membiarkan anaknya makan sambil berjalan, yang secara jelas dilarang di kebun binatang. Namun, ada juga yang membela pria ini yang bertujuan melindungi anaknya.

Tanggapan Kebun Binatang Singapura

Kebun Binatang Singapura yang tergabung dalam Mandai Wildlife Group mengingatkan kembali wisatawan bahwa kawasan mereka adalah rumah bagi berbagai satwa liar lokal, seperti monyet ekor panjang dalam video tersebut.

“Di taman margasatwa kami, kami memberikan informasi kepada semua pengunjung melalui papan informasi dan imbauan tentang etika umum di sekitar hewan. Kami ingin memastikan bahwa semua tamu kami, dan hewan-hewan di sekitar mereka, merasakan interaksi yang positif,” kata juru bicara tersebut.

Jubir menambahkan hal ini termasuk mengingatkan untuk tidak makan saat berjalan di taman, dan menggunakan tempat sampah anti-monyet, dan hal-hal lainnya.

“Satwa liar asli seperti monyet memiliki cukup makanan di alam liar, dan karena kami berbagi taman dengan mereka, kami dapat secara sadar memastikan tidak ada makanan yang menggoda mereka,” kata juru bicara tersebut.

(sym/fem)





Sumber : travel.detik.com

Fakta-fakta Macan Tutul Masuk ke Hotel Bandung: Asal Usul hingga Evakuasi



Bandung

Kabar seekor macan tutul yang nyasar dan masuk ke dalam sebuah hotel di Bandung bikin warga gempar. Berikut fakta-fakta menarik insiden tersebut:

Seekor macan tutul dilaporkan masuk ke dalam hotel di Kota Bandung. Peristiwa ini terjadi di Hotel Anugerah yang berada di Jalan Padasaluyu, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Senin (6/10/2025).

Tentu saja peristiwa itu bikin heboh masyarakat setempat. Warga pun bertanya-tanya, dari mana asal macan tutul itu dan bagaimana cara mengevakuasi hewan buas itu.


Berikut fakta-fakta insiden macan tutul masuk hotel di Bandung:

1. Macan Tutul Duduk di Depan Pintu Kamar

Dalam video yang beredar di media sosial, hewan yang tubuhnya berwarna gelap dengan totol-totol itu sedang duduk di depan pintu kayu kamar hotel. Macan itu terlihat dalam kondisi yang lemas.

Namun di akhir video berdurasi 6 detik, macan tampak menyeringai. Taringnya tajam seperti hendak menyerang.

Beberapa orang terlihat mendekat dan mengabadikan macan itu dengan ponselnya. Belakangan diketahui, macan tutul itu berada di hotel Anugerah yang terletak di Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung.

2. Penjaga Hotel Kaget Bukan Main

Sekitar pukul setengah tujuh, Nasimah, penjaga hotel, berjalan seperti biasa memeriksa area belakang bangunan. Tak disangka, langkahnya terhenti oleh pemandangan tak biasa, seekor macan tutul tiba-tiba muncul dari arah belakang hotel.

“Kejadian tadi jam setengah 7 pagi, macannya dari bawah, naik ke atas,” kata Nasimah.

Nasimah sempat terpaku. Tubuh satwa itu besar, langkahnya tenang namun sigap. Ia mengira sekilas hanya seekor kucing besar, sebelum akhirnya sadar itu adalah predator liar yang sesungguhnya.

“Kaget, dia lagi jalan, kaya kucing gitu, enggak melawan (menerkam),” ujarnya.

Tanpa membuat suara keras, macan tutul itu terus melangkah menaiki tangga hotel, menyusuri lorong menuju lantai dua. Napas Nasimah tercekat ketika melihat hewan itu berhenti di depan salah satu kamar.

“Langsung masuk ke kamar, ini hotel, tapi sudah kosong,” ucapnya.

3. Akhirnya Petugas Evakuasi Datang

Proses evakuasi berlangsung cepat, namun petugas membutuhkan waktu lebih lama untuk mengangkat dan menurunkan kandang besi karena jalur menuju lokasi cukup sempit.

Setelah berhasil diamankan, satwa liar dilindungi itu akan menjalani observasi di Lembang Park and Zoo, sebelum kemudian direhabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) Sukabumi.

4. Asal-usul Macan Tutul

Meski demikian, pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat belum dapat memastikan apakah macan tutul tersebut merupakan satwa yang sebelumnya dilaporkan kabur dari Lembang Park and Zoo.

“Belum, kita nggak sampai ke situ dulu ya. Karena dilihat dari lokasi dan rentang waktu itu terlalu jauh ya,” kata Humas BBKSDA Jabar, Ery Mildranaya kepada wartawan.

Ery menegaskan, identitas satwa itu masih perlu diteliti lebih lanjut.

“Jadi kita belum bisa pastikan apakah itu macan tutul yang sama atau sejenis, kita belum bisa pastikan,” ujarnya.

5. Macan Tutul Dibawa ke Lembang

Ery menjelaskan, setelah berhasil diamankan, macan tutul tersebut akan dibawa lebih dulu ke Lembang Park and Zoo untuk menjalani observasi.

“Jadi untuk tindakan selanjutnya kami akan lakukan observasi terlebih dahulu karena bagaimanapun ini satwa liar, dia pun akan mengalami stres sama seperti kita ya,” ungkapnya.

“Jadi akan diobservasi terlebih dahulu, setelah diobservasi direncanakan sesuai arahan pimpinan,” tambahnya.

6. Direhabilitasi di Sukabumi

Observasi dilakukan untuk memastikan kondisi fisik dan psikologis satwa dalam keadaan stabil. Setelah tahap itu selesai, macan tutul akan dipindahkan ke Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) di Sukabumi untuk menjalani proses rehabilitasi.

“Kita akan lakukan rehabilitasi sementara di Cikananga,” ujarnya.

——-

Artikel ini telah naik di detikJabar.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Kondisi Macan Tutul Nyasar di Hotel Oke, Kini Direhabilitasi di PPS Cinangka



Jakarta

Seekor macan tutul nyasar di sebuah hotel di Kecamatan Sukasari, Bandung dan sudah ditangkap. Macan itu dikirim ke Pusat Pelestarian Satwa Cikananga (PPSC) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bagaimana kondisinya kini?

Humas BBKSDA Jabar Ery Mildrayana mengatakan bahwa satwa liar dilindungi itu diberangkatkan ke Sukabumi, Senin (6/10) malam dan tiba di Sukabumi, Selasa (7/10) pagi.

“Berdasarkan hasil observasi dokter hewan dan Balai Besar KSDA Jabar, serta koordinasi dengan dokter hewan PPSC, macan tutul dinyatakan cukup fit dan sanggup untuk menempuh perjalanan, kemudian pada pukul 22.15 WIB macan dievakuasi dan dititip rawat ke PPS Cikananga dan tiba pada pukul 05.42 WIB,” kata Ery dilansir detikjabar.


Ery mengatakan perjalanan dilakukan sehati-hati mungkin dengan kecepatan rendah dan secara berkala kendaraan berhenti untuk melakukan checking kesehatan, posisi aman macan tutul, memberi minum atau memastikan air diminum di dalam kandang.

“Berdasarkan pemantauan tim sepanjang perjalanan, macan tutul dalam kondisi normal, namun demikian perjalanan panjang tetap beresiko terhadap kesehatan di antaranya letih dan stres,” kata dia.

Pemantauan pada pukul 10.00 WIB kondisi macan tutul membaik dengan indikasi di antaranya saturasi dan respon terhadap gerakan. Pada pukul 12.14 WIB kondisi macan tutul cenderung menurun namun pada pukul 13.50 WIB setelah macan tutul diberikan vitamin, kondisinya berangsur membaik.

“Hingga pukul 14.26 WIB hasil pemantauan berangsur membaik,” kata dia.

“Per pukul 16.30 WIB dilaporkan tim dokter posisi satwa masih tertidur dan sempat berganti posisi, pergantian posisi dengan pemindahan kaki depan, belum terlihat bisa berdiri dengan kaki belakang. Indikasi banyaknya pergerakan menandakan macan tutul membaik,” ujar dia.

Macan tutul itu ditemukan berada did alam hotel pada Senin oleh staf hotel. Macan itu tidak melukai siapapun.

Oleh tim gabungan macan tutul itu berhasil ditangkap setelah pencarian selama tiga jam.

***

Selengkapnya klik di sini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Traveler Wajib Tahu! Tips dari Panji Petualang Saat Bertemu Ular Kobra di Alam Liar



Jakarta

Panji Petualang, sosok yang dikenal sebagai penjelajah satwa liar, mengingatkan traveler agar tidak panik dan tidak bertindak gegabah saat berhadapan dengan ular king kobra di alam liar. Dia menegaskan bahwa hewan itu sebenarnya tidak akan menyerang manusia kecuali merasa terancam.

Belum lama ini, tragedi yang menimpa Abah Ocang (73), warga Sukabumi, yang tewas usai berduel dengan king kobra sepanjang empat meter di kebunnya, kembali membuka mata publik tentang bahaya interaksi langsung dengan satwa liar tanpa keahlian khusus. Panji menyampaikan rasa duka mendalam sekaligus memberikan edukasi penting agar masyarakat lebih berhati-hati.

Kondisi serupa berpotensi ditemui traveler saat berwisata di alam liar atau bahkan di tempat-tempat yang tidak terduga. Panji mengatakan king kobra bukan hewan yang secara alami agresif terhadap manusia, namun bisa berubah defensif jika merasa terancam.


Panji sekaligus menyampaikan sejumlah tips buat traveler saat menghadapi king kobra. Apa saja?

Berikut pesan Panji buat traveler andai menjumpai king kobra:

1. Jangan Panik, Tetap Tenang dan Jaga Jarak

Panji mengatakan langkah pertama ketika bertemu ular, khususnya king kobra, adalah tidak panik. Ular akan cenderung menyerang jika merasa disudutkan.

“King cobra itu sebenarnya takut sama manusia. Mereka jadi agresif kalau diganggu atau diusik. Sifatnya defensif, bukan agresif,” ujarnya.

Ia menyarankan agar siapa pun yang menjumpai ular besar di kebun atau rumah segera mundur perlahan dan tidak melakukan gerakan tiba-tiba.

2. Tidak Menangkap atau Menyerang

Kebiasaan sebagian warga memukul ular karena takut justru bisa berakibat fatal. Menurutnya, jangan pernah mencoba membunuh atau menangkap ular, apalagi jika tidak punya pengalaman sebagai pawang atau rescuer satwa.

“Kalau melihat ular di alam, jauhi saja. Jangan coba evakuasi sendiri kalau enggak bisa handle ular. Karena mereka hidup di habitatnya, dan kita manusia itu tamu di alam mereka,” katanya.

3. Berhati-hati Ketika Melangkah

King Kobra dikenal pandai berkamuflase, sehingga sering tak terlihat oleh orang yang lewat di kebun atau hutan.

“Bisa jadi korban ini sebelumnya menginjak ular tersebut di bagian ekor atau tubuhnya, karena kalau di alam ular ini pandai kamuflase. Jadi ketika beliau sedang berjalan di sekitar kebun itu bisa jadi keinjak ularnya lalu menyerang,” katanya.

4. Hubungi Petugas atau Pawang Terlatih

Panji menekankan pentingnya melibatkan pihak berpengalaman jika ditemukan ular di sekitar pemukiman.

Menurutnya, masyarakat bisa menghubungi BPBD, Damkar, atau komunitas reptil setempat yang sudah berpengalaman menangani evakuasi satwa berbisa.

***

Selengkapnya klik di sini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Macan Tutul yang Masuk Hotel di Bandung Itu Bakal Dilepasliarkan



Bandung

Seekor macan tutul bikin heboh setelah masuk gedung hotel di kawasan Sukasari, Kota Bandung pada Senin (6/10/2025). Macan itu akan dilepasliarkan ke habitat aslinya.

Macan tutul tersebut saat ini tengah dirawat di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC), Sukabumi setelah dievakuasi. Kondisinya disebut terus membaik karena sebelumnya sempat diberi obat bius saat proses evakuasi.

“Alhamdulillah sampai dengan hari ini sudah berubah. Kesehatannya sudah mulai membaik. Mulai melakukan penyesuaian. Ya akhirnya sudah terjadi peningkatan terhadap kondisinya di lokasi rehab yang ada saat ini,” ujar Kepala BBKSDA Jawa Barat, Agus Arianto, dilansir detikJabar Sabtu (11/10/2025).


Agus mengatakan satwa dilindungi yang masuk ke area hotel itu merupakan jenis macan tutul jawa dengan panjang tubuh antara 1-1,5 meter. Agus menyebut macan tutul itu merupakan satwa endemik yang banyak tersebar di Pulau Jawa.

“Jadi kalau morfologi macan tutul Jawa kan dia spesies macan tutul endemik yang ada di Pulau Jawa. Kalau panjang tubuh ya sekitar 100-150 sentimeter di luar ekor,” kata dia.

Agus menyatakan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) No. 17 Tahun 2025, macan tutul itu harus dikembalikan ke alam liar. Namun dia belum bisa memastikan lokasi mana yang akan dipilih untuk melepas macan tutul itu.

“Ya pastinya akan dilepasliarkan kembali kalau memang sudah benar-benar pulih kondisinya,” kata Agus

Agus mengungkapkan saat ini BKSDA juga tengah melakukan pendataan populasi macan tutul Jawa di berbagai wilayah konservasi. Upaya ini dilakukan bersama lembaga konservasi SINTAS Indonesia, guna memetakan persebaran spesies langka tersebut.

“Jadi yang sudah selesai enam kantong. Kantong itu maksudnya habitat macan tutul yang sudah kita lakukan populasi-nya bersama teman-teman dari SINTAS,” kata Agus.

“Nanti ada beberapa kantong lagi yang masih dilanjutkan sampai 2026, dan beberapa sedang kita analisis untuk mengetahui populasi macan tutul yang ada di wilayah tersebut,” kata dia.

***

Selengkapnya klik di sini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Mengintip Uniknya Penguin yang Hidup Tanpa Cuaca Dingin



Jakarta

Siapa sangka, penguin tak selalu hidup di tempat bersalju. Di Marine Safari Bali (MSB), traveler bisa melihat langsung penguin yang nyaman hidup di iklim tropis-tanpa perlu suhu dingin ekstrem seperti di kutub.

Penguin yang hidup di suhu yang dingin itu adalah penguin sub-Antartik dan penguin yang bisa hidup di cuaca tropis adalah temperate. Nah, jenis yang kedua lah yang jadi koleksi di MSB.

Education Manager of MSB and Taman Safari Bali, Muhammad Khoiri Habibullah, menjelaskan bahwa penguin yang ada di MSB ini adalah penguin yang habitatnya berasal dari wilayah Amerika Selatan.


“Ini adalah salah satu jenis penguin yang tidak membutuhkan es ataupun salju (cuaca dingin) ketika mereka hidup karena aslinya dari Amerika Selatan, tepatnya di Chile dan Peru,” kata Khoiri saat mendampingi rombongan detikTravel dan media, Sabtu (11/10/2025).

“Karena di dunia ini ada dua tipe penguin: ada yang sub-Antartik dan juga yang temperate. Jadi yang temperate kita bisa lihat di sebelah sana yang tidak membutuhkan es atau salju,” dia menjelaskan sembari menunjuk ke penguin.

Taman Safari Indonesia bukan sekadar tempat rekreasi tapi juga jadi tempat edukasi sekaligus tempat konservasiPenguin humboldt di MSB. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Khoiri menjelaskan perbedaan yang ketara dari dua tipe penguin sub-Antartik dan temperate. Menurutnya untuk ukuran badan, penguin sub-Antartik cenderung lebih besar daripada penguin temperate.

Dan jenis yang menjadi penguin koleksi di MSB ini adalah penguin humboldt. Dibanding dengan jenis-jenis penguin temperate lainnya, penguin humboldt ini salah satu yang memiliki ukuran yang paling besar.

Taman Safari Indonesia bukan sekadar tempat rekreasi tapi juga jadi tempat edukasi sekaligus tempat konservasiUkuran jenis penguin temperate. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

“Penguin ini sangat unik karena mereka punya kamuflase, jadi mereka tuh bagian putih sama hitamnya bukan semata-mata warna saja. Tapi ketika mereka di alam liar, warna putih ini nge-blend dengan air, sedangkan ini (hitam) menyatu dengan warna lautan yang lebih gelap,” katanya.

Hal tersebutlah yang membuat penguin humboldt bisa samar terlihat ketika di dalam laut untuk menghindari predator. Penguin humboldt juga mampu berenang dengan kecepatan 40 kilometer per jam.

MSB punya 6 penguin humboldt, lima jantan dan satu betina. Dan penguin humboldt yang berada di MSB merupakan hasil captive breeding dari Taman Safari Bogor.

“Jadi kalau di Taman Safari Indonesia, kita ini saling transfer atau saling berbagi koleksi. Karena kita sebagai lembaga konservasi, kita tidak mengambil dari alam liar,” ujar Khoiri.

Pengunjung di MSB ada tiga area untuk bisa melihat penguin ini. Jadi tak sekadar melihat dari aquariumnya saja, tapi juga ada area interaksi yang dibuat untuk pengunjung bisa bersentuhan dengan penguin secara langsung.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com

Predator Super Paling Ditakuti Melebihi Singa, Siapa Dia?


Jakarta

Singa dijuluki sebagai Si Raja Hutan. Akan tetapi, masih ada satu super predator yang lebih ditakuti oleh banyak spesies melebihinya. Siapa predator tersebut?

Jawabannya adalah kita, manusia. Dalam lebih dari 10.000 rekaman satwa liar di sabana Afrika, 95% spesies yang diamati merespons dengan jauh lebih ngeri terhadap suara manusia.

“Rasa takut terhadap manusia sudah mengakar dan menyebar luas. Ada anggapan bahwa hewan-hewan akan terbiasa dengan manusia jika tidak diburu. Namun, kami telah menunjukkan bahwa kenyataannya tidak demikian,” kata ahli biologi konservasi Michael Clinchy dari Western University, Kanada.


Dalam penelitian yang dipublikasikan tahun lalu, ahli ekologi dari Western University, Liana Zanette dan rekan-rekannya memperdengarkan serangkaian vokalisasi dan suara kepada hewan-hewan di lubang-lubang air di Taman Nasional Kruger Raya Afrika Selatan dan merekam respons mereka.

Kawasan lindung ini merupakan rumah bagi populasi singa (Panthera leo) terbesar yang tersisa di dunia, sehingga mamalia lain sangat menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh karnivora ini.

Melansir Science Alert, para peneliti menyiarkan suara percakapan manusia dalam bahasa lokal, termasuk Tsonga, Sotho Utara, Inggris, hingga Bahasa Afrika lainnya. Ada juga suara perburuan manusia, termasuk gonggongan anjing dan tembakan. Mereka juga memutar suara singa yang berkomunikasi satu sama lain.

“Kuncinya adalah vokalisasi singa tersebut berupa geraman dan geraman, seolah-olah sedang ‘berbicara’, bukan saling mengaum. Dengan begitu, vokalisasi singa tersebut dapat dibandingkan secara langsung dengan suara manusia yang sedang berbicara,” ucap Clinchy.

Hasilnya mengejutkan, hampir semua 19 spesies mamalia yang diamati dalam eksperimen dua kali lebih mungkin meninggalkan kubangan air ketika mendengar manusia berbicara dibandingkan dengan singa atau bahkan suara berburu. Mamalia tersebut meliputi badak, gajah, jerapah, macan tutul, hyena, zebra, dan babi hutan, beberapa di antaranya dapat menimbulkan bahaya tersendiri.

“Mendengar vokalisasi manusia secara khususlah yang memicu rasa takut terbesar,” tim menjelaskan dalam makalah mereka.

“(Ini) menunjukkan bahwa satwa liar mengenali manusia sebagai bahaya yang sebenarnya, sedangkan gangguan terkait seperti gonggongan anjing hanyalah proksi yang lebih kecil,” sambungnya.

Zanette mengatakan bahwa meluasnya rasa takut di seluruh komunitas mamalia sabana merupakan bukti nyata dampak lingkungan yang ditimbulkan manusia.

“Bukan hanya melalui hilangnya habitat, perubahan iklim, dan kepunahan spesies, yang semuanya merupakan hal-hal penting. Tetapi kehadiran kita di lanskap tersebut saja sudah cukup menjadi sinyal bahaya sehingga mereka merespons dengan sangat kuat. Mereka sangat takut pada manusia, jauh lebih takut daripada predator lainnya,” tuturnya.

Penelitian ini telah dipublikasikan di Current Biology.

(ask/ask)



Sumber : inet.detik.com

Singa Vs Harimau, Siapa yang Akan Menang?



Jakarta

Singa dan Harimau dikenal sebagai predator yang mengerikan di alam liar. Tak jarang, mereka sering bersaing menjadi puncak predator meski tidak hidup di wilayah yang sama.

Sebagian besar singa, hidup di wilayah Afrika, sedangkan harimau berada di Asia. Singa dan harimau yang berbagi habitat, hanya bisa ditemukan di sebagian kecil wilayah India dan Timur Tengah.

Ini kenapa, jika alam liar, hampir tidak bisa menemukan singa dan harimau bertarung secara langsung.


Fisik Singa Vs Harimau

Secara fisik, keduanya merupakan jenis kucing terbesar di dunia. Keduanya memiliki warna yang berbeda dengan singa dominan coklat pasir dan kadang ada bulu hitamnya, sedangkan harimau memiliki ciri putih oranye dengan garis hitam.

Panjang singa bisa mencapai 208 cm dan berat bisa mencapai 225 kg. Sementara harimau lebih unggul dengan panjang bisa mencapai 390 cm dan berat 300 kg, demikian dilansir dari AZ Animals.

Jadi bisa dikatakan, secara fisik, harimau lebih unggul karena rata-rata memiliki tubuh yang lebih besar dari singa. Meski begitu, singa dan harimau sama-sama dikenal sebagai predator yang agresif dan berbahaya.

Secara sifat, harimau cenderung hewan yang hidup menyendiri. Berbeda dengan singa yang dikenal sebagai hewan yang berkelompok dan membentuk kawanan.

Di alam liar, singa betina justru yang banyak melakukan perburuan. Dalam kawanan, biasanya terdiri dari satu singa jantan dewasa dengan banyak betina dan anakan singa.

Di sisi lain, harimau sejak muda membangun wilayahnya sendiri hingga dewasa. Mereka terbiasa berburu dan mempertahankan wilayahnya sendiri.

Jika Bertarung, Siapa yang Akan Menang antara Singa Vs Harimau?

Sejauh ini, belum ada laporan mengenai pertarungan langsung antara singa dan harimau. Namun, ada beberapa laporan tentang pertarungan singa dan harimau di penangkaran.

Pada 1914, misalnya, di Kebun Binatang Bronx, New York City, singa dan harimau dilaporkan mengalami pertarungan. Meski dilaporkan pertarungan tidak berlangsung lama, tapi punggung singa mengalami patah karena harimau.

Pertarungan lain pernah terjadi di Binatang Ankara pada 2010. Diketahui, harimau sempat memasuki kandang singa dan berakhir dengan pertarungan.

Namun, pertarungan tidak berlangsung lama, dengan satu serangan harimau yang melukai leher singa sangat parah. Berdasarkan kedua pertarungan yang pernah dilaporkan, harimau unggul dalam menyerang singa.

Secara umum, harimau memegang keunggulan atas singa, salah satunya karena ukuran dan kekuatan. Jika di alam liar, mungkin akan berbeda karena singa datang berkelompok, sedangkan harimau sendirian.

(faz/nah)



Sumber : www.detik.com

Macan Tutul dan Jaguar, Beda atau Sama?



Jakarta

Macan tutul merupakan jenis kucing besar yang dikenal memiliki corak atau bintik khas pada tubuhnya. Namun tak hanya macan tutul, ternyata jaguar memiliki bintik khas. Lantas apa beda macan tutul dan jaguar?

Macan tutul (Panthera pardus) dan jaguar (Panthera onca) merupakan jenis hewan yang berbeda, meski sama-sama memiliki ciri berbintik di tubuh orennya. Sekilas, akan sulit membedakan keduanya, tapi wilayah habitat dan detail ciri fisik menunjukkan perbedaan.


Perbedaan Macan Tutul dan Jaguar

Mengutip AZ Animals, macan tutul banyak ditemukan di Afrika dan Asia. Persebarannya membentang dari utara ke selatan di sebagian besar benua Afrika kecuali Sahara, dan dari timur ke barat di Asia, dari timur Turki hingga barat China dan Rusia, dan hingga ke selatan hingga Indonesia.

Sementara jaguar banyak ditemukan di Amerika Selatan atau Tengah. Persebarannya sampai ke Meksiko utara, bahkan ada beberapa individu di Arizona selatan dan New Mexico di Amerika Serikat, hingga Argentina utara dan sebagian Brasil selatan.

Macan tutul memiliki jangkauan luas karena mampu beradaptasi dengan beragam habitat. Karena paling melimpah di hutan, padang rumput, sabana, dan hutan, mereka juga dapat hidup di habitat semak belukar, semak belukar, gurun, berbatu, dan bahkan pegunungan pada ketinggian hingga 5.200 meter.

Macan tutul juga telah belajar hidup berdampingan dengan manusia, tidak hanya di daerah pinggiran kota, tetapi juga di daerah perkotaan yang padat. Misalnya, terdapat populasi macan tutul di Mumbai pusat, India, sebuah kota berpenduduk lebih dari 12 juta jiwa dan salah satu dari sepuluh kota terbesar di dunia.

Berbeda dengan macan tutul yang adaptif, jaguar bergantung pada tutupan lahan yang lebat, sumber air, dan cukup mangsa untuk diburu. Namum, mereka mahir berenang, sehingga sering berada di dekat perairan seperti sungai, anak sungai, dan rawa.

Jaguar biasanya menghindari hutan pegunungan, tetapi pernah terdeteksi di ketinggian hingga 3.800 m. Beda dengan macan tutul, jaguar juga belum beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan manusia dan kecil kemungkinannya ditemukan bahkan di daerah pinggiran kota.

Perbedaan Bintik

Jika dilihat dari dekat, bintik di tubuh macan tutul dan jaguar memiliki ‘bintik-bintik’ hitam, yang sebenarnya merupakan roset. Roset ini berbentuk oval dengan batas hitam tebal, tetapi kosong di dalamnya.

Jaguar memiliki bintik-bintik hitam kecil di dalam roset mereka yang lebih besar, sedangkan macan tutul tidak. Meskipun sangat langka, macan tutul telah diamati pada kamera jebak memiliki bintik-bintik di dalam roset mereka yang mirip dengan jaguar.

Namun, secara umum, macan tutul dan jaguar memiliki karakteristik yang sama, yaitu variasi warna dan pola bulu, yang seringkali berkorelasi dengan habitatnya. Misalnya, warna bulu kuning muda cenderung muncul di habitat yang lebih kering, sedangkan warna bulu yang lebih gelap dan lebih kemerahan lebih menonjol di hutan yang lebih lebat.

Setiap macan tutul atau jaguar memiliki pola roset yang unik, yang digunakan para ilmuwan dalam penelitian untuk mengidentifikasi individu dan memperkirakan ukuran populasi.

Berdasarkan fisiknya, jaguar secara keseluruhan lebih besar, tampak lebih kuat, dan lebih berat daripada macan tutul. Sementara macan tutul merupakan spesies kucing besar terkecil, panjang tubuhnya bisa lebih panjang dari jaguar, dari hidung hingga ujung ekor.

Panjang macan tutul berkisar antara 1,6-2,3 meter, sedangkan jaguar bisa mencapai 1,5-1,9 meter. Jaguar bisa dua kali lebih berat daripada macan tutul, antara 68-136 kg, dibandingkan berat macan tutul yang hanya 17-65 kg.

Mangsa Macan Tutul dan Jaguar

Macan tutul dan jaguar merupakan karnivora yang gemar menyergap di lokasi tersembunyi. Bintik-bintik mereka bertujuan untuk kamuflase alami di alam.

Berburu mangsa yang lebih besar, termasuk antelop, rusa, rusa, ternak domestik, babi, dan primata untuk macan tutul, serta pekari, tapir, dan rusa untuk jaguar. Keduanya, secara umum, menjadi korban perburuan manusia untuk diambil bulunya.

Di alam liar, macan tutul cenderung aktif di malam hari, terutama bagi populasi yang hidup lebih dekat dengan manusia. Jaguar lebih krepuskular, paling aktif saat senja dan fajar, tetapi mereka dapat aktif kapan saja sepanjang hari.

Sayangnya, baik macan tutul maupun jaguar dianggap hampir terancam populasinya oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

(faz/nwk)



Sumber : www.detik.com