Tag Archives: longsor

Warga Kuningan Sukses Ubah Pembuangan Sampah Liar Jadi Tempat Wisata



Kuningan

Wisata Alam Bantar Delan di Kuningan, dulunya tempat pembuangan sampah, kini jadi objek wisata. Tempat ini mendukung ekonomi lokal dan lingkungan.

Wisata alam yang terletak di Desa Karangtawang, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan ini berlokasi di pinggir jurang sungai Hawangan Landeuh.

Pengelola objek wisata Alam Bantar Delan, Uni (48) memaparkan, bahwa sebelum jadi tempat wisata, Alam Bantar Delan merupakan tempat pembuangan sampah liar. Sampah-sampah tersebut dibuang langsung ke area lembah hingga aliran sungai.


“Sudah puluhan tahun ini jadi tempat buang sampah, masyarakat pada buang sampah di sini, malah sampai longsor sampahnya. Karena resah, terus kakak saya Ehon, yang punya lahan, punya ide bagaimana kalau ubah jadi tempat wisata saja. Kebetulan saya pelaksana lapangannya, asli orang sini. Akhirnya sejak tahun 2022 itu dibersihkan. Untungnya setelah ini dibuat tempat wisata ada TPA khusus buat buang sampah,” tutur Uni.

Uni memaparkan, karena belum terbiasa, awal-awal memang cukup sulit untuk merubah kebiasaan masyarakat agar tidak membuang sampah di bantaran sungai. Bahkan, pembangunan wisata pun sempat mengalami penolakan karena dikhawatirkan bisa menyebabkan longsor.

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, setelah sampah mulai dibersihkan, masyarakat pun mendukung pembangunan objek wisata Alam Bantar Delan. Untuk pembangunan awalnya sendiri adalah dengan membangun area tempat bermain anak-anak seperti ayunan, trampolin, toilet, gazebo, perosotan hingga kantin.

“Tadinya ada yang bilang nggak bisa dijadikan ini, takut longsor. Padahal, kalau sudah bersihkan enak karena yang penting sampahnya hilang aja dulu. Dan orang yang mau buang sampah di sini nggak enak, karena sudah jadi tempat wisata. Alhamdulillah setelah dua tahun berjalan, respon masyarakat bagus, malah pada mendukung,” tutur Uni.

Ke depan, Objek wisata Bantar Delan akan terus dikembangkan dengan menambah beberapa fasilitas baru seperti area kemah dan tempat parkir. Rencananya, dua area tersebut akan bisa digunakan di tahun depan.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar, baca selengkapnya di sini.

(ddn/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Dear Bu Menpar, Pupus Harapan Desa Wisata Hanjeli gegara Jalan Rusak-Berlubang



Sukabumi

Mimpi Desa Wisata Hanjeli di Sukabumi mendatangkan wisatawan mesti terhalang akses jalan rusak dan berlubang, setelah 2 kali dihantam bencana longsor yang parah.

Warga desa wisata Hanjeli di Kecamatan Waluran, Sukabumi, tengah berjuang melewati masa-masa terberatnya. Dua kali bencana longsor menghantam desa wisata itu pada bulan Desember 2024 dan Maret 2025.

Bencana itu membuat akses utama dari Palabuhanratu menuju Waluran porak-poranda. Jalan rusak dan berlubang seakan menjadi penghalang, sekaligus menutup pintu rezeki bagi warga desa wisata Hanjeli yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata.


Sejak saat itu, belasan paket kunjungan wisatawan yang sudah dijadwalkan terpaksa dibatalkan. Rombongan wisatawan yang seharusnya datang belajar budaya dan pangan lokal, urung hadir.

“Pasca bencana Desember 2024 dan Maret 2025 sudah lebih dari 15 paket kunjungan/live in ke Hanjeli dibatalkan karena akses dari Palabuhanratu ke Waluran Desa Wisata Hanjeli masih banyak yang longsor belum diperbaiki,” ungkap penggagas Desa Wisata Hanjeli, Abah Asep Hidayat, Selasa (30/9/2025).

Nilai kerugian yang ditanggung oleh warga desa wisata Hanjeli juga bukan main-main, mencapai ratusan juta rupiah.

“Ini kerugian terbesar kami hingga ratusan juta rupiah karena akses jalan yang sangat buruk,” lanjutnya.

Padahal sejak awal, Desa Wisata Hanjeli digadang-gadang sebagai magnet baru. Targetnya jelas, sekolah-sekolah swasta dari Jabodetabek, Bandung, bahkan rombongan wisatawan nasional hingga internasional.

Mereka biasanya datang untuk program live in, merasakan langsung kehidupan pedesaan, sekaligus mengenal pangan lokal Sukabumi.

“Sejatinya target pasar atau marketing Desa Wisata Hanjeli adalah luar Sukabumi atau area Jabodetabek, Bandung, nasional maupun internasional. Khususnya anak sekolah swasta yang melakukan kegiatan live in,” tutur Abah Asep.

Namun semua itu sering kandas di jalan. Rombongan yang sudah melakukan survei, sudah sepakat dengan harga paket, bahkan merasa nyaman dengan suasana desa, terpaksa membatalkan kunjungan. Alasannya selalu sama, akses jalan tak memberi rasa aman.

“Jujur, kami dengan susah payah harus mencari klien atau customer paket wisata sendiri agar bisa datang ke kampung kami. Yang paling sedih adalah mereka sudah survei langsung ke hanjeli, harga paket kunjungan sudah deal bahkan mereka merasa nyaman. Lagi-lagi digagalkan oleh akses yang belum memberikan rasa aman dan keselamatan untuk dilalui,” ujarnya lirih.

Harapan Warga Desa Wisata Hanjeli Cuma Satu

Kini harapan warga desa wisata Hanjeli hanya satu, yaitu perbaikan jalan sehingga wisatawan bisa datang.

“Semoga pemerintah bisa lebih cepat tanggap memperbaiki area yang longsor sehingga bus besar bisa normal dan aman dilalui yang pasti perekonomian masyarakat lokal bisa tumbuh kembali dengan baik,” katanya.

Abah Asep juga mengingatkan, pariwisata tak bisa hidup hanya dengan atraksi. Ia menegaskan ada tiga pilar yang harus diperhatikan.

“Pariwisata yang baik adalah harus ditunjang dengan atraksi wisata, amenitas yang lengkap dan aksesibilitas yang baik,” tegasnya.

Abah Asep HidayatAbah Asep Hidayat di desa wisata Hanjeli Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Selain aksesibilitas, ia menilai fasilitas di desa wisata pun penting untuk diperhatikan pemerintah.

“Pemerintah harus bisa memperhatikan desa wisata. Selain aksesibilitas juga amenitas yaitu sarana dan prasarana di desa wisata,” imbuhnya.

Meski kerap kecewa, Abah Asep tetap optimistis. Ia mengajak sekolah-sekolah di Sukabumi sendiri untuk datang lebih sering, tak hanya menunggu rombongan dari luar kota.

“Sekolah-sekolah yang ada di Sukabumi bisa berkunjung. Jangan hanya yang jauh saja dari luar Sukabumi, agar bisa mengenal edukasi unggulan Sukabumi,” pungkasnya.

——-

Artikel ini telah naik di detikJabar.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Viral Meteor Jatuh di Langit Cirebon, Pakar Bilang Begini


Jakarta

Viral video warga yang merekam cahaya terang serupa bola api dan dentuman keras di media sosial. Suara dentuman itu terdengar hingga belasan kilometer.

Melansir detikJabar, fenomena tersebut muncul di langit wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu (5/10/2025) sekitar pukul 19.00 WIB.


Meteor Jatuh di Langit Cirebon

Merespons fenomena ini, Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan bola api tersebut merupakan meteor dengan ukuran cukup besar.

Berdasarkan analisisnya terhadap pemantauan tangkapan gambar dan data, termasuk dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Thomas menjelaskan meteor tersebut melintasi Kota Kuningan dan Kabupaten Cirebon.

“Analisis berdasarkan kesaksian adanya dentuman yang terdengar di wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon, terdeteksi adanya getaran oleh BMKG Cirebon (ACJM) pada pukul 18:39:12 WIB pada azimut 221, ada yang menyaksikan bola api yang meluncur dan ada rekaman CCTV pukul 18.35 (WIB),” terang Thomas dalam unggahan di akun Instagramnya, Senin (6/10/2025), dikutip dengan izin oleh detikcom.

“Saya menyimpulkan itu adalah meteor cukup besar yang melintas memasuki wilayah Kuningan-Kabupaten Cirebon dari arah barat daya sekitar pukul 18.35-18.39 (WIB),” ucapnya.

Mengapa Meteor Jatuh Mengeluarkan Dentuman?

Thomas menambahkan, suara dentuman keras dapat bersumber dari meteor saat memasuki atmosfer yang lebih rendah.

“Ketika memasuki atmosfer yang lebih rendah menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman dan terdeteksi oleh BMKG Cirebon pukul 18.39.12 WIB. Meteor jatuh di laut Jawa,” terangnya.

Terpisah, Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati Muhammad Syifaul Fuad di Cirebon sebelumnya mengatakan suara dentuman dari sisi meteorologi dapat terjadi saat ada sambaran petir, aktivitas gempa bumi, dan longsor.

Syifaul mengatakan pihaknya masih mengumpulkan data fenomena tersebut. Hingga saat ini, tidak ada aktivitas getaran signifikan di Cirebon maupun cuaca ekstrem.

Ia menggarisbawahi, fenomena terkait meteor merupakan kewenangan lembaga yang membidangi antariksa, seperti BRIN. Sementara itu, BMKG tidak memiliki instrumen khusus untuk mendeteksi pergerakan meteor dan benda langit.

“Terkait fenomena meteor atau benda antariksa merupakan kewenangan lembaga yang membidanginya seperti BRIN,” ucapnya, melansir Antara.

(twu/nwk)



Sumber : www.detik.com

Warga Kuningan Sukses Ubah Pembuangan Sampah Liar Jadi Tempat Wisata



Kuningan

Wisata Alam Bantar Delan di Kuningan, dulunya tempat pembuangan sampah, kini jadi objek wisata. Tempat ini mendukung ekonomi lokal dan lingkungan.

Wisata alam yang terletak di Desa Karangtawang, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan ini berlokasi di pinggir jurang sungai Hawangan Landeuh.

Pengelola objek wisata Alam Bantar Delan, Uni (48) memaparkan, bahwa sebelum jadi tempat wisata, Alam Bantar Delan merupakan tempat pembuangan sampah liar. Sampah-sampah tersebut dibuang langsung ke area lembah hingga aliran sungai.


“Sudah puluhan tahun ini jadi tempat buang sampah, masyarakat pada buang sampah di sini, malah sampai longsor sampahnya. Karena resah, terus kakak saya Ehon, yang punya lahan, punya ide bagaimana kalau ubah jadi tempat wisata saja. Kebetulan saya pelaksana lapangannya, asli orang sini. Akhirnya sejak tahun 2022 itu dibersihkan. Untungnya setelah ini dibuat tempat wisata ada TPA khusus buat buang sampah,” tutur Uni.

Uni memaparkan, karena belum terbiasa, awal-awal memang cukup sulit untuk merubah kebiasaan masyarakat agar tidak membuang sampah di bantaran sungai. Bahkan, pembangunan wisata pun sempat mengalami penolakan karena dikhawatirkan bisa menyebabkan longsor.

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, setelah sampah mulai dibersihkan, masyarakat pun mendukung pembangunan objek wisata Alam Bantar Delan. Untuk pembangunan awalnya sendiri adalah dengan membangun area tempat bermain anak-anak seperti ayunan, trampolin, toilet, gazebo, perosotan hingga kantin.

“Tadinya ada yang bilang nggak bisa dijadikan ini, takut longsor. Padahal, kalau sudah bersihkan enak karena yang penting sampahnya hilang aja dulu. Dan orang yang mau buang sampah di sini nggak enak, karena sudah jadi tempat wisata. Alhamdulillah setelah dua tahun berjalan, respon masyarakat bagus, malah pada mendukung,” tutur Uni.

Ke depan, Objek wisata Bantar Delan akan terus dikembangkan dengan menambah beberapa fasilitas baru seperti area kemah dan tempat parkir. Rencananya, dua area tersebut akan bisa digunakan di tahun depan.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar, baca selengkapnya di sini.

(ddn/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Ada Lahan tapi Susah Air dan Rentan Bencana


Jakarta

Rencana pembangunan Bandara Bali Utara kembali menuai sorotan. Meski lahan telah disiapkan, tantangan besar menghadang. Di antaranya, ketersediaan air bersih yang minim dan potensi bencana alam yang tinggi mengancam kelayakan proyek senilai triliunan rupiah itu.

Pemerintah mempercepat proses pembangunan sejumlah infrastruktur di Bali demi memaksimalkan potensi pariwisata di pulau yang dijuluki sebagai the last paradise tersebut. Dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 12 tahun 2025, provinsi ini bakal mempunyai bandara kedua bertaraf internasional.

Arsip berita detikcom menyebutkan bahwa lokasi Bandara Internasional Bali Utara belum jelas. Sebelumnya Bandara Internasional Bali Utara disebutkan bakal berlokasi di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng area Bali Utara.


Dokumen Ringkasan Eksekutif Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Buleleng tahun 2022 menjelaskan, secara umum daya dukung lahan di wilayah tersebut masih berkategori belum terlampaui dengan luasan lebih dari 80%.

“Artinya, pada wilayah Kabupaten Buleleng masih minim pengembangan kegiatan atau aktivitas masyarakat. Wilayah ini masih membuka peluang pemanfaatan sumber daya alam yang besar,” tulis dokumen tersebut yang diakses detiktravel pada Rabu (8/10/2025).

Di Kecamatan Kubutambahan, yang pernah disebut sebagai lokasi Bandara Bali Utara, lokasi dengan daya dukung lahan mencukupi berada di zona Kubutambahan-Pegunungan Vulkanik sebesar 98,61%. Kecamatan Kubutambahan didominasi Wilayah Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (WPPLH).

Wilayah Kabupaten Buleleng juga menghadapi masalah ketersediaan air bersih. Dokumen tersebut menyebutkan, wilayah ini umumnya berstatus sudah terlampaui dan berkelanjutan. Artinya, kemampuan lingkungan menyediakan air bersih sudah melebihi batas maksimum.

“Status sudah terlampaui dan berkelanjutan juga menandai ada usaha manusia untuk menopang kemampuan lingkungan menyediakan air bersih. Namun usaha ini masih harus lebih besar sehingga daya dukung bisa kembali seimbang dan berkelanjutan,” tulis situs Kementerian Lingkungan Hidup.

Di wilayah Kecamatan Kubutambahan, status tersebut umumnya berada di zona Kubutambahan-Pegunungan Vulkanik dengan cakupan mencapai 96,54%. Adapun, zona Kubutambahan-Fluvio-Marin kebanyakan berstatus belum terlampaui dan tidak berkelanjutan. Lingkungan masih bisa memenuhi kebutuhan air bersih manusia dan ekosistem, namun penggunaan dan pengelolaan cenderung tidak efisien.

Risiko Bencana Kabupaten Buleleng

Selain ketersediaan lahan dan air bersih, dokumen ini menjelaskan risiko bencana di Kabupaten Buleleng yang berkategori tinggi hingga sangat tinggi. Risiko bencana meliputi peluang terjadinya longsor, banjir, dan abrasi.

Di Kecamatan Kubutambahan yang ternyata berkategori tinggi, risiko bencana terdiri dari:

  • Kubutambahan-Fluvio-Marin 91,68%
  • Kubutambahan-Pegunungan Vulkanik 67,48%
  • Kubutambahan-Perbukitan Vulkanik 89,23%

Pembangunan infrastruktur memang diperlukan untuk meningkatkan perputaran roda ekonomi dan memaksimalkan potensi. Kendati begitu, daya dukung lingkungan patut dipertimbangkan agar tak menyesal di kemudian hari. Bali jangan sampai kembali menghadapi banjir dan bencana lain akibat pembangunan yang mengesampingkan isu lingkungan.

(row/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Mitos yang Menyelamatkan Warga Kampung Gepolo dari Bencana Alam Dahsyat



Sleman

Bencana alam dahsyat melanda sebuah perkampungan di sisi selatan Candi Prambanan, 70 tahun silam. Namun warga di sana selamat berkat mitos. Apa mitosnya?

Bencana tanah longsor menelan Kampung Gepolo yang luasnya sekitar 1,5 hektar di Sleman, DIY. Ajaibnya, 20 keluarga yang tinggal di kampung tersebut semuanya selamat dari petaka.

Konon, mitos yang diceritakan secara turun temurun oleh para leluhur itu menjadi kunci, sehingga warga berhasil menyelamatkan diri dari bencana dahsyat.


Kampung Gepolo diduga merupakan permukiman kuno. Sekitar abad ke-9 kampung itu menjadi bengkel arca untuk pembangunan candi di sekitar Prambanan.

Hal itu membuat sejumlah arca raksasa banyak ditemukan di kampung itu saat masih dihuni warga. Bahkan, hingga kini, masih ada beberapa arca yang tersisa di bekas permukiman tersebut.

“Namanya Gepolo, dulu kampungnya dari sana, dekat bukit yang dibelah untuk jalan itu. Di sini (sekitar situs arca gupolo) dulu juga ada beberapa rumah,” kata Carik Kalurahan Sambirejo, Mujimin saat berbincang, Rabu (17/9) lalu.

Mujimin yang juga merupakan salah satu tokoh masyarakat di Kalurahan Sambirejo menceritakan, Kampung Gepolo secara administratif merupakan bagian dari Padukuhan Gunungsari. Dulu Gepolo masuk wilayah RT 2 Gunungsari.

Kampung ini berada di area perbukitan. Dekat dengan Tebing Breksi, di bawah Candi Ijo serta di atas Situs Tinjon. Dengan ujung menghadap bibir jurang.

Haryanta, salah satu tokoh masyarakat Padukuhan Gunungsari menceritakan cuaca buruk menimpa Kampung Gepolo di 1955. Hujan lebat melanda berhari-hari.

“Itu hujan selama tiga hari. Ini tanahnya ikut bergerak menuju ke tebing ini,” kata Haryanta.

Arca Ganesha Itu Jatuh ke Tebing

Pada awalnya, penduduk Kampung Gepolo yang terdiri dari 20 keluarga masih mencoba bertahan. Hingga akhirnya sebuah arca berbentuk Ganesha yang ada di kampung tersebut terseret jatuh ke tebing.

Peristiwa itu menjadi perhatian oleh seisi kampung. Sebuah mitos turun temurun menyebut jika arca Ganesha itu runtuh maka kampung itu akan dilanda bencana. Jatuhnya arca itu ke tebing membuat warga berbondong-bondong mengungsi.

“Ada cerita yang melegenda dari orang tua ke anak keturunannya. Itu ceritanya bahwa suatu saat apabila nanti Ganesha itu jatuh ke jurang itu kampung akan ikut,” kata Haryanta.

Benar saja. Tak lama setelah warga mengungsi, permukiman itu akhirnya terbawa longsor.

“Jadi menurut Mbah Jaimin (tetua kampung) itu ada hujan selama tiga hari itu terus ternyata betul, Ganesha yang gede itu jatuh. Selang beberapa hari ini (menunjuk bekas Kampung Gepolo) ikut jalan, tanahnya bergerak,” ujar dia.

Bencana yang melanda di 1955 itu memang melenyapkan Kampung Gepolo. Namun semua penghuninya selamat.

Kini, warga Kampung Gepolo yang waktu itu terdampak telah berpindah dan menetap di tempat lain. Haryanta bilang selain di Glundeng, mereka bergeser ke RT lain di Padukuhan Gunungsari.

“Ada juga yang ke Sumatera,” tandas dia.

——–

Artikel ini telah naik di detikJogja.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

BPBD Jateng Beberkan Upaya Penanganan Banjir di Tengah Curah Tinggi


Jakarta – Tingginya curah hujan yang merata di beberapa daerah di Jawa Tengah (Jateng), mengakibatkan genangan dan banjir melanda di sejumlah titik lokasi di Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Bergas C Penanggungan, menjelaskan, pihaknya telah mengerahkan tim untuk mendampingi penanganan banjir di kantor BPBD Jateng, Semarang.

“Sudah dari kemarin, sejak kejadian bencana atau kejadian banjir, teman-teman BPBD provinsi sudah membantu. Istilahnya sebagai pendamping teman-teman BPBD Kota Semarang beserta rekan-rekan relawan, TNI, Polri, juga masyarakat,” katanya, dalam keterangan tertulis, Kamis (23/10/2025).

Di Kota Semarang sendiri, banjir terjadi di kawasan Kaligawe dan Genuk, sejak Rabu malam, 22 Oktober 2025. Hujan deras yang mengguyur sejak sore membuat air cepat naik. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sigap melakukan penanganan.

Sehingga sejumlah dapur umum dan titik pengungsian juga telah disiapkan, meski hingga Rabu malam belum banyak warga yang mengungsi.

“Yang penting, bantuan logistik sudah kami distribusikan sejak tadi malam,” kata Bergas.

Selain bantuan logistik, BPBD Jateng juga melakukan penanganan jangka pendek berupa mengerahkan mobil pump di Rumah Pompa Tenggang dan Sringin, Kota Semarang.

Di Kali Tenggang, mobile pump telah digunakan. Sedangkan di Sringin, saat ini sedang dilakukan lantaran aksesnya sulit.

“Akses ke Sringin agak sulit, jadi mobilisasi pompa ke sana masih kami upayakan,” tuturnya.

Jelaskan, kondisi geografis Kota Semarang yang berada di cekungan membuat wilayah itu sangat bergantung pada sistem pompa air.

“Andalan utama untuk antisipasi banjir di Semarang adalah pompa. Sebenarnya pompa sudah ada. Untuk sekitar Kaligawe menggunakan pompa di Rumah Pompa Tenggang. Kalau daerah Genuk itu menggunakan pompa Rumah Pompa Sringin,” ujar Bergas.

Menurutnya, di Rumah Pompa Tenggang ada enam mesin pompa. Adapun di Rumah Pompa Sringin, ada lima unit mesin pompa. Dari masing-masing rumah pompa, hanya dua yang aktif. Sisanya sedang dilakukan proses peningkatan kapasitas (upgrading) dari mesin berbahan bakar solar menjadi bahan bakar listrik.

“Tujuannya (upgrading) biar saat terjadi sesuatu, enam pompa ini bisa berjalan maksimal. Bisa on (aktif) semuanya. Dengan dilakukan upgrading ini, enam pompa yang ada di Tenggang dan lima pompa di Sringin, bisa aktif semuanya. Jadi tidak tidak ada on off-nya, begitu,” ujarnya.

Bergas menyampaikan adapun antisipasi supaya banjir tidak meluas, saat ini semua itu tidak terlepas dari kemampuan pompa sudah bekerja, hanya memang ini perlu menunggu, termasuk juga tergantung pada cuaca.

Menurut Bergas, persoalan mendasar banjir tahunan di Kota Semarang atau wilayah daerah cekungan, yakni terletak pada kapasitas pompa yang belum maksimal. Ia menyebut, proses peningkatan kapasitas mesin oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) sedang dilakukan sebagai solusi jangka panjang, agar sistem pompa bisa beroperasi optimal.

Selain di Semarang, BPBD Jateng juga memantau banjir di Grobogan dan Demak, serta beberapa kejadian tanah longsor akibat hujan lebat di wilayah Jawa Tengah bagian timur.

BPBD Jateng mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menghadapi masa peralihan musim dari kemarau ke hujan. Tentunya ada akan tanda-tanda alam yang berkaitan dengan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, dan angin kencang.

“Harapan kami teman-teman di wilayah, khususnya BPD, para relawan, agar bisa menginformasikan informasikan kepada masyarakat untuk selalu waspada,” imbaunya.

Salah satu sopir truk, Saefudin (50), warga asal Jepara yang baru tiba dari Pangkalan Bun, Kalimantan, saat ditemui di Jalan Kaligawe Semarang mengatakan, ia terjebak banjir saat hendak menuju Kudus. Meski begitu, ia menilai pemerintah sudah berupaya menangani situasi.

“Harapannya ya tetap lancar, biar pemerintah cepat mengatasi kendala seperti ini. Sekarang kan sudah mulai disedot, itu sudah bagus. Sudah ada perhatian dari pemerintah,” ujar Saefudin.

Lihat juga Video ‘Jalan Pantura Semarang-Demak Banjir, Motor Tak Bisa Lewat’:



(prf/ega)



Sumber : news.detik.com

Ramai Protes Jembatan Balboa Estate Ciputat, Warga Sebut Banjir Makin Parah



Jakarta

Warga di Perumahan Pondok Hijau, Ciputat, Tangerang Selatan memprotes pembangunan jembatan yang dilakukan oleh pengembang perumahan Balboa Estate. Sebab, pembangunan jembatan itu dinilai telah merusak lingkungan dan berdampak buruk bagi warga sekitar.

Pembangunan jembatan oleh Balboa Estate digunakan untuk menghubungkan akses pintu masuk dengan kompleks perumahan. Jembatan tersebut melintasi kali kecil yang lebarnya kurang lebih 5 meter.

Meski jembatan sangat pendek, tetapi warga Pondok Hijau tetap menolak pembangunan jembatan yang dilakukan oleh pihak pengembang Balboa Estate. Sebab, pembangunan ini telah berdampak terhadap lingkungan di sekitar Perumahan Pondok Hijau.


Salah satu warga yang memprotes pembangunan jembatan tersebut adalah Moch Aminullah. Ia mengatakan pembangunan jembatan itu telah menyebabkan banjir di lingkungan Perumahan Pondok Hijau. Bahkan, banjir tersebut telah menggenangi sejumlah RT yang berada di RW 9, Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

“Masalah banjir ini bukan berimbas ke RT 08 saja, tapi RT lain juga pernah kena imbas. Di RT 01 pernah, terus RT 07, lalu RT 06 dan RT 09 juga kena banjir. Total 650 kepala keluarga terdampak,” kata Aminullah atau kerap disapa JQ kepada detikcom, Kamis (16/10/2025).

JQ juga mempermasalahkan pihak Balboa Estate yang membangun tembok pembatas perumahan di atas bantaran kali. Ia menuturkan beberapa bulan lalu pagar tersebut roboh dan menyebabkan aliran air jadi tersumbat. Kondisi itu menyebabkan air kali meluap dan membanjiri perumahan warga.

“Ini yang masalah lagi, bikin pagar di atas bantaran kali. Harusnya itu mundur sekitar 1,5 sampai 2 meter. Akhirnya tembok yang pertama kali dibangun roboh dan kena warga, masuk juga ke kali,” paparnya.

Menurut JQ, pembangunan jembatan tersebut juga menyebabkan kali menjadi dangkal dan lebarnya sempit. Kondisi ini dapat memengaruhi aliran air terutama saat hujan deras, sehingga kali jadi cepat meluap dan bisa membanjiri Perumahan Pondok Hijau.

Dari pantauan tim detikProperti di lokasi, Jumat (17/10/2025), terlihat tembok pembatas rumah sudah kembali dibangun pasca roboh akibat longsor beberapa waktu lalu. Kondisi bantaran kali terbilang cukup aman walau dibangun tembok pembatas yang tingginya sekitar 2,5 meter.

Tepat di seberang kali terdapat rumah-rumah warga di Pondok Hijau. Dari pengamatan tim detikProperti, tinggi tanah di kompleks Balboa Estate memang sedikit lebih tinggi sekitar 2 meter daripada perumahan Pondok Hijau.

Kondisi akses jalan dan jembatan menuju Balboa Estate yang diprotes warga Pondok HIjau, Ciputat, Tangerang Selatan.Kali yang membatasi antara perumahan Pondok Hijau dan Balboa Estate di Ciputat, Tangerang Selatan. Foto: Ilham Satria Fikriansyah/detikcom

Jembatan yang diprotes oleh warga selama beberapa bulan tersebut kini sudah dibeton bagian atasnya, tapi belum diaspal. Terlihat juga ada pos satpam yang telah dibangun di depan pintu masuk utama.

Selain mempermasalahkan pembangunan jembatan, warga setempat juga memprotes akses pintu masuk melalui Jalan Duta Darma yang masuk ke dalam kompleks Perumahan Pondok Hijau. JQ berujar pihak Balboa juga tidak melakukan izin terlebih dahulu kepada masyarakat, sehingga mereka menolak Jalan Duta Darma digunakan oleh kompleks perumahan lain.

“Kalau misalnya masuk buat akses masuk lewat Pondok Hijau, kan harus melalui prosedur dulu. Selain mendapat izin dari dinas terkait, mereka juga harus minta izin sama warga setempat agar bisa lancar. Tapi mana? Orang warga (Pondok Hijau) saja nggak setuju kalau lewat sini,” ujar JQ.

Ditemui secara terpisah, Manager Operasional Balboa Estate Yohanes Setiawan mengatakan Perumahan Pondok Hijau disebut memang sudah banjir sejak lama, bahkan sebelum ada pembangunan jembatan dan kompleks Balboa Estate. Bahkan, jika memang kawasan tersebut rawan banjir tentu pihaknya tidak akan membangun rumah di kawasan tersebut.

“Memang problem-nya kan sudah sering banjir dari dulu, sebelum ada ini (Balboa Estate) juga sudah banjir. Tapi sekarang ini warga menyalahi kita, rumahnya saja belum ada gimana kita menyebabkan banjir? Banjirnya juga sudah dari zaman dulu,” papar Yohanes saat ditemui di Balboa Estate Ciputat, Jumat (17/10/2025).

Meski begitu, Yohanes mengakui jika tembok pembatas perumahan milik Balboa Estate pernah roboh akibat dinding bagian bawah longsor. Hal itu dipicu oleh aliran air kali yang sangat deras dan konstruksi dinding yang tidak kuat.

“Itu kejadiannya beberapa bulan lalu, jadi dinding bawah tembok ikut keseret. Bukan roboh dan menimpa perumahan ya, tapi jatuh ke air dan airnya meluap hingga ke aliran sungai yang ada di tengah Pondok Hijau,” ujar Yohanes.

Kini, akses pintu masuk yang dibuat oleh pihak Balboa telah ditutup oleh seng setinggi kurang lebih 4 meter. Di depan pintu masuk juga dipasangi patok-patok oleh warga Pondok Hijau sebagai bentuk protes karena pembangunan jembatan dan akses pintu masuk yang tanpa melalui izin dengan penduduk setempat.

(ilf/das)



Sumber : www.detik.com

Dua Gempa Besar Diramal Akan Terjadi Bersamaan, Indonesia Aman?


Jakarta

Para peneliti yang ingin mengungkap pola pergerakan gempa bumi menemukan fakta yang meresahkan, dua patahan terbesar di dunia terkadang bekerja bersamaan.

Para peneliti gempa bumi di Pantai Barat Amerika Utara menemukan tanda, bahwa gempa bumi di Zona Subduksi Cascadia atau Sesar San Andreas dapat memicu gempa bumi di zona lainnya.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Geosphere, para peneliti dari Oregon State University yang dipimpin oleh Chris Goldfinger, seorang ahli geologi dan geofisika kelautan, menunjukkan bukti yang disebut ‘sinkronisasi parsial’ antara Sesar San Andreas utara dan Zona Subduksi Cascadia.


Sinkronisasi parsial pada dasarnya berarti bahwa suatu peristiwa gempa bumi di satu zona memiliki riwayat pemicu di zona lainnya, dan bukti historis ‘interaksi signifikan’ antara keduanya, serta potensi interaksi yang lebih besar di masa mendatang. Menurut mereka, hal ini perlu dianggap sebagai peringatan.

Bukti inti dari hubungan ini berasal dari dasar laut. Tim menambang 130 inti sedimen yang berasal dari 3.100 tahun yang lalu, dari Persimpangan Tiga Mendocino, tempat pertemuan Lempeng Juan de Fuca dan Lempeng Gorda di bawah Lempeng Amerika Utara, di Zona Subduksi Cascadia dengan Sesar San Andreas di lepas pantai California utara. Di sana, lapisan sedimen menunjukkan aktivitas turbidit yang tidak biasa, lapisan yang terbentuk oleh longsor laut yang menggerakkan dasar laut, yang seringkali merupakan tanda-tanda awal gempa bumi.

“Turbidit pada umumnya memiliki sedimen kasar di bagian bawah, sementara lanau yang lebih halus mengendap di bagian atas. Namun, di Mendocino Triple Junction, struktur tersebut terbalik dan tampak terbalik dengan semua pasir di atasnya. Dan sejauh yang kami ketahui, gravitasi tidak berubah,” ujar Goldfinger dikutip dari Scientific American, Senin (20/10/2025).

Hal ini kemungkinan menyiratkan bahwa formasi turbidit unik tersebut ditumpuk oleh dua gempa bumi, satu dari masing-masing zona, secara berurutan dengan selisih waktu beberapa tahun atau bahkan menit.

Studi ini menunjukkan bahwa delapan tikungan turbidit memiliki ‘tumpang tindih temporal yang substansial’ antara Zona Subduksi Cascadia dan Sesar San Andreas, dan bahwa peristiwa gempa sinkronisasi besar terakhir terjadi sekitar tahun 1700. Goldfinger membandingkan situasi ini dengan menyetel radio untuk mengonversi sinyal masuk.

“Saat menyetel sistem radio lama, pada dasarnya Anda menyebabkan satu osilator bergetar pada frekuensi yang sama dengan yang lainnya. Ketika patahan-patahan ini sinkron, satu patahan dapat menyetel patahan lainnya dan menyebabkan gempa bumi berpasangan,” ujarnya.

Namun, meskipun sudah lebih dari 300 tahun sejak gempa bumi kembar terakhir terjadi, hal itu tidak menutup kemungkinan akan terjadi peristiwa serupa di masa mendatang.

“Kita bisa memperkirakan bahwa gempa bumi di salah satu patahan saja akan menguras sumber daya seluruh negeri untuk meresponsnya,” ujar Goldfinger.

“Jika keduanya terjadi bersamaan, maka kemungkinan San Francisco, Portland, Seattle, dan Vancouver semuanya akan berada dalam situasi darurat dalam jangka waktu yang singkat,” imbuhnya.

Meskipun ‘hanya’ terjadi delapan kejadian besar, bukti menunjukkan kedua wilayah tersebut saling terkait erat sehingga gempa bumi yang terjadi hampir bersamaan bukanlah hal yang jarang terjadi.

“Dalam makalah ini, kami berfokus pada geologi, alih-alih memikirkan potensi bencana. Namun, cukup jelas bahwa jika hal seperti ini terjadi, dan kami yakin buktinya kuat, kami perlu bersiap,” kata Goldfinger.

Dari penelitian tersebut, belum diketahui bagaimana dengan kondisi patahan lain misalnya di Asia termasuk Indonesia. Penelitian mereka baru untuk wilayah Amerika saja.

(rns/fay)



Sumber : inet.detik.com

Perhatian Nyata pada Pendidikan Agama



Pemerintah terus menunjukkan komitmennya terhadap penguatan lembaga pendidikan keagamaan. Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengungkap bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan tambahan anggaran bagi Kementerian Agama untuk mendukung pengembangan madrasah swasta di seluruh Indonesia.

Dilansir dari detikNews, Selasa (14/10/2025) Menag menyampaikan apresiasi atas dukungan tersebut.

“Alhamdulillah dengan perhatian Bapak Presiden Prabowo kemarin juga kami mendapatkan apresiasi dan mendapatkan sedikit anggaran tambahan untuk memperhatikan madrasah yang swasta ini,” ujar Nasaruddin Umar.


Meskipun tidak menyebutkan nominal secara rinci, Nasaruddin menjelaskan bahwa tambahan anggaran tersebut akan difokuskan untuk memperbaiki fasilitas pendidikan, terutama di wilayah yang sulit dijangkau.

“Kami Insyaallah sudah punya data sebagian tapi yang sebagiannya karena harus menempuh jalan kaki 2 hari 2 malam kadang-kadang harus naik speedboat untuk mengejar pulau-pulau yang di pulau-pulau juga banyak masalah, yang kena ombak dan seterusnya padahal di situ juga ada anak bangsa kita yang sedang belajar, inilah yang menjadi concern kita semuanya,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Menag juga menyinggung langkah-langkah pemulihan pasca musibah robohnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Ia menuturkan bahwa Kementerian Agama telah melakukan pendekatan psikologis kepada para korban dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga keberlangsungan pesantren.

“Saya ingin sampaikan kepada kita semuanya mari kita memelihara bersama pondok pesantren, tidak bisa dilupakan jasa pondok pesantren dalam kemerdekaan Republik Indonesia,” ujarnya.

Menurut Nasaruddin, masih banyak pesantren dan rumah ibadah yang berdiri di lokasi dengan kondisi geografis berisiko tinggi. Ia menyoroti bangunan yang berada di area rawan longsor maupun di puncak bukit.

“Beserta seluruh penyuluh yang bertebaran kurang lebih 300 ribu grup jumlahnya di seluruh Indonesia, ini kami juga ikut mengerahkannya untuk memberikan pendataan gedung-gedung mana, pondok-pondok pesantren mana, rumah ibadah mana yang memiliki tingkat kemiringan, banyak sekali mereka dibangun di tingkat kemiringan yang rawan longsor, bahkan ada juga yang dibangun di puncak bukit yang rawan dengan berbagai macam akibat termasuk longsor,” ujarnya.

Pemerintah Siapkan Renovasi Pesantren di Wilayah Rawan

Sebagai tindak lanjut, pemerintah berkomitmen melakukan renovasi pesantren di kawasan berisiko bencana untuk menjamin keselamatan santri. Program ini resmi dimulai setelah penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Agama, yang disaksikan oleh Menko Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar dan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Dilansir dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag) Menko Muhaimin menegaskan bahwa prioritas renovasi akan diberikan kepada pesantren dengan jumlah santri besar dan kemampuan finansial terbatas.

“Renovasi akan diprioritaskan bagi pesantren yang rawan, berjumlah santri di atas seribu orang, dan yang betul-betul tidak mampu melanjutkan pembangunan. Pemerintah ingin semua santri belajar dalam lingkungan yang aman,” tegas Cak Imin.

Pendataan Menyeluruh dan Keterlibatan Perguruan Tinggi

Sementara itu, Menag Nasaruddin Umar menuturkan bahwa Kementerian Agama telah mengerahkan jajarannya hingga tingkat daerah untuk melakukan pemetaan terhadap seluruh lembaga keagamaan yang berisiko secara struktural.

“Kami bersama seluruh jajaran vertikal Kementerian Agama di daerah, dari Kanwil hingga KUA, sedang melakukan pemetaan gedung-gedung keagamaan yang rawan, termasuk pesantren di wilayah miring, pinggir sungai, atau berusia di atas seratus tahun,” jelas Menag.

Lebih lanjut, Menag menambahkan bahwa perguruan tinggi keagamaan negeri yang memiliki fakultas teknik akan turut dilibatkan dalam proses asesmen bangunan pesantren dan madrasah.

“Kami ingin memastikan setiap pesantren terdata dengan baik. Jangan sampai ada lembaga pendidikan keagamaan yang luput dari perhatian hanya karena statusnya swasta. Semua pesantren adalah aset bangsa yang harus dijaga keselamatannya,” tegas Menag.

Pendampingan Teknis dari Kementerian PUPR

Dalam pelaksanaan teknis di lapangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan berperan aktif melakukan pemeriksaan keandalan bangunan dan mendampingi pengelola pesantren dalam proses perizinan.

Menteri PUPR Dody Hanggodo memaparkan bahwa pihaknya telah melakukan asesmen di sejumlah provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak.

“Kami sudah mulai melakukan asesmen keandalan bangunan di delapan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Aceh, Sumsel, Sulsel, dan Kalsel,” terang Dody.

Ia juga menegaskan bahwa langkah tersebut tidak bertujuan mencari kesalahan, melainkan membangun sistem pembelajaran bersama yang lebih aman.

“Sebanyak 80 pesantren besar dijadikan contoh untuk membangun pembelajaran bersama, bukan mencari kesalahan, tetapi memastikan ruang belajar yang kuat, sejuk, dan aman bagi para santri,” sambungnya.

Pelatihan Konstruksi untuk Santri

Selain pendampingan teknis, Kementerian PUPR membuka layanan hotline 158 dan WhatsApp bagi pemerintah daerah dan pengelola pesantren yang membutuhkan bantuan teknis. Tak hanya itu, PUPR juga menyiapkan pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja konstruksi gratis bagi para santri, agar mereka memiliki keterampilan yang bisa diterapkan langsung di lingkungan pesantren.

“Kami ingin semangat gotong royong di pesantren diperkuat dengan keahlian. Santri akan kami latih agar bisa membangun pesantrennya sendiri dengan standar yang benar dan rasa bangga,” jelasnya.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com