Tag Archives: magelang

Cara Daftar Mudik Gratis 2025 dari Jasa Marga, Tinggal Kunjungi Link Ini


Jakarta

Bagi kamu yang mencari pendaftaran mudik gratis 2025, PT Jasa Marga (Persero) membuka layanan mudik gratis, loh. Melalui akun Instagram @official.jasamarga, ada beberapa rute yang dibuka.

“Waktu pemberangkatan mudik bersama dilaksanakan pada Kamis, 27 Maret 2025 Pukul 06:00 WIB, dengan lokasi pemberangkatan di Padepokan Pencak Silat TMII. Terdapat 5 kota tujuan utama pada program mudik gratis tahun ini, mulai dari Semarang, Magelang, Yogyakarta, Solo, hingga Surabaya,” bunyi keterangan unggahan tersebut.

Pendaftaran mudik gratis terbuka untuk umum, dengan catatan apabila sudah mendaftar pada program mudik bersama Jasa Marga maka dimohon untuk tidak melakukan pendaftaran kembali pada program mudik BUMN lainnya.


[Gambas:Instagram]

Cara Daftar Mudik Gratis 2025 Jasa Marga

Pendaftaran dilakukan secara online pada Senin (10/3) sampai dengan Senin (17/3), selama kuota masih ada (hanya ada 1.350 tiket). Kamu dapat mengunjungi situs http://mudikgratis.jasamarga.co.id dan menyiapkan scan foto Kartu Keluarga (KK) dan KTP/KIA.

Syarat Daftar Mudik Gratis 2025 Jasa Marga

  • Pendaftar bukan Karyawan Aktif Jasa Marga Group
  • Bersedia melakukan pendaftaran secara online.
  • Mempunyai akun pendaftaran online.
  • Warga Negara Indonesia.
  • Sehat jasmani dan rohani.
  • Mempunyai Kartu Keluarga.
  • Mempunyai Kartu Identitas/KTP/KIA.
  • Pendaftar dan peserta yang didaftarkan harus dalam 1 keluarga dan tidak mendaftarkan KK lainnya.
  • Jumlah pendaftar per KK maksimal 5 orang (bayi dibawah 2 tahun tidak termasuk kuota).
  • Jika sudah berhasil mendaftar mudik di Jasa Marga, mohon untuk tidak mendaftar di program Mudik Gratis BUMN lainnya.
  • Melakukan daftar ulang sebelum keberangkatan sesuai periode yang ditentukan.
  • Jika tidak melakukan daftar ulang maka kuota akan dibatalkan dan blacklist di tahun berikutnya.

Adapun rute perjalanan mudik gratis Jasa Marga Group adalah sebagai berikut:

  1. Yogyakarta I (via jalur Utara) Rute : Jakarta – Ungaran – Bawen – Ambarawa – Secang – Magelang – Yogyakarta (Terminal Giwangan)
  2. Yogyakarta II (via jalur Selatan) Rute : Jakarta – Pejagan – Bumiayu – Purwokerto – Gombong – Kebumen – Kutoarjo – Purworejo – Yogyakarta (Terminal Giwangan)
  3. Semarang Rute : Jakarta – Brebes – Tegal – Pemalang – Pekalongan – Semarang (Terminal Terboyo) Surakarta/Solo Rute : Jakarta – Salatiga – Boyolali – Kartosuro – Solo (Terminal Tirtonadi)
  4. Surabaya Rute : Jakarta – Karanganyar – Sragen – Ngawi – Madiun – Nganjuk – Jombang – Mojokerto – Surabaya (Terminal Bungurasih).

(ask/ask)





Sumber : inet.detik.com

Wisata Murah di Selo Boyolali dengan View Alam Epik Terbaik



Boyolali

Banyak wisata di Selo, Boyolali yang bisa traveler kunjungi untuk liburan akhir pekan. Sejumlah spot wisatanya menyuguhkan panorama alam asri nan memukau.

Selo terletak di antara Gunung Merapi dan Merbabu. Lokasinya inilah yang membuat kecamatan tersebut dikenal memiliki pemandangan alam mempesona. Temukan sederet objek wisata Selo, Boyolali yang indah dan cantik di bawah ini.

Berikut daftar wisata Selo, Boyolali yang patut dikunjungi

1. New Selo


  • Lokasi: Desa Samiran, Selo, Boyolali.
  • Jam buka: 08.00-19.00.
  • Harga tiket masuk: Rp 10.000 per orang.
  • Tarif parkir: Rp 2.000 (motor) dan Rp 5.000 (mobil).

New Selo menawarkan pemandangan Gunung Merbabu menawan dari kejauhan ditambah udara yang menyejukkan. Saat cuaca cerah, kamu dapat melihat puncak gunung beserta hutan lerengnya yang asri cukup jelas. Pas banget dijadikan spot foto Instagramable.

Menikmati panorama indah paling pas ditemani secangkir minuman dan makanan hangat. Traveler bisa kok memesannya di beberapa warung New Selo sambil nongkrong dan ngobrol bareng teman atau keluarga yang datang bersama.

2. Embung Manajar

  • Lokasi: Dusun III, Desa Samiran, Selo, Boyolali.
  • Jam buka: 24 jam.
  • Harga tiket masuk: Rp 5.000 per orang.
  • Tarif parkir: Rp 3.000 (motor).

Embung Manajar adalah objek wisata waduk di Selo Boyolali. Tempat ini ramai dikunjungi lantaran menyuguhkan panorama pedesaan asri serta beberapa gunung seperti Gunung Merapi dan Merbabu.

Lokasi Embung Manajar berada di dataran cukup tinggi, sekitar 1.700 mdpl. Menjadikannya spot terbaik untuk menyaksikan pemandangan sekeliling yang mempesona.

Tempat wisata ini hanya bisa diakses menggunakan kendaraan roda dua lantaran jalan yang sempit. Pastikan kondisi kendaraan fit untuk dibawa ke Embung Manajar. Atau traveler juga bisa menyewa ojek lokal untuk sampai ke lokasi.

3. Bukit Sanjaya

Bukit Sanjaya BoyolaliBukit Sanjaya Boyolali Foto: Dhianna Puspitasari/d’Traveler
  • Lokasi: Dusun IV, Desa Samiran, Selo, Boyolali.
  • Jam buka: 07.30-17.30.
  • Harga tiket masuk: Rp 10.000 per orang.
  • Tarif parkir: Rp 5.000 (motor) dan Rp 10.000 (mobil).

Di Selo, Boyolali juga ada lho wisata yang mirip Pura Lempuyangan Bali, yaitu Bukit Sanjaya. Traveler dapat berfoto di spot gapura dengan background Gunung Merapi yang cantik. Banyak pula titik foto lainnya yang bagus seperti patung-patung unik lho.

Kalau berminat ke sini, kondisi fisik traveler harus prima karena akses ke atasnya perlu menaiki banyak anak tangga terlebih dahulu. Terdapat sejumlah gazebo untuk duduk-duduk atau istirahat. Kamu bisa juga makan atau jajan di resto dan warungnya. Ada pula homestay jika ingin menginap di Bukit Sanjaya.

4. Merapi Garden Selo

Merapi Garden Selo, BoyolaliMerapi Garden Selo, Boyolali Foto: dok. Instagram @merapigardenselo
  • Lokasi: Dusun IV, Desa Samiran, Selo, Boyolali.
  • Jam buka: 09.00-18.00.
  • Harga tiket masuk: Rp 5.000 per orang.
  • Tarif parkir: Rp 3.000 (motor) dan Rp 5.000 (mobil).

Merapi Garden Selo menyuguhkan hamparan beragam jenis bunga cantik berwarna-warni dengan latar belakang Gunung Merapi. Di sini bisa ditemukan juga ornamen kincir angin, gazebo, dan ayunan. Taman bunga ini cocok banget dijadikan spot foto aesthetic.

Bisa singgah ke D’Garden Cafe kalau ingin menikmati panorama alam lebih lama sambil menyeruput kopi dan makan hidangan lezat lainnya. Aktivitas seperti paralayang, outbond, dan jeep wisata dapat pula direservasi di kafe tersebut.

5. Bukit Gancik

  • Lokasi: Dukuh Selo Nduwur, Dusun I, Selo, Boyolali
  • Jam buka: 24 jam.
  • Harga tiket masuk: Rp 5.000 per orang.
  • Tarif parkir: Rp 3.000 (motor) dan Rp 5.000 (mobil).

Bukit Gancik terletak di kaki Gunung Merbabu. Objek wisata ini menawarkan panorama alam yang asri sekitar dari ketinggian. Traveler bisa berfoto di sejumlah spot yang tersedia. Di sini juga bisa jadi spot bagus menyaksikan matahari terbit lho.

Akses jalan ke lokasi ini menanjak curam. Jika naik motor harus sangat berhati-hati ya. Di samping itu, para pendaki yang akan mendaki Gunung Merbabu bisa melalui jalur Bukit Gancik ini.

6. Wisata Gunung Nganten Desa Lencoh

  • Lokasi: Jl. Magelang-Boyolali, Dusun I, Desa Lencoh, Selo, Boyolali.
  • Jam buka: 24 jam.
  • Harga tiket masuk: Rp 5.000 per orang.
  • Tarif parkir: Rp 3.000 (motor) dan Rp 5.000 (mobil).

Kalau ingin camping low budget di Selo, Boyolali, dapat mengunjungi Wisata Gunung Nganten Desa Lencoh. Area yang cukup luas ditambah view Gunung Merapi memukau benar-benar daya tarik camping ground satu ini.

Kamu bisa menyewa tenda yang sudah dipasang sekitar Rp 100.000 saja. Traveler dapat mengajak keluarga atau teman untuk camping di sini.

7. Bukit Kinasih

  • Lokasi: Dusun I, Desa Senden, Selo, Boyolali
  • Jam buka: 24 jam.
  • Harga tiket masuk: Rp 5.000 per orang.
  • Tarif parkir: Rp 3.000 (motor) dan Rp 5.000 (mobil).

Lagi-lagi spot foto epic di Selo, Boyolali, yaitu Bukit Kinasih. Dari bukit, kamu dapat melihat panorama alam asri yang terhampar di sekelilingnya. Kalau ingin naik ke atas bisa trekking tipis-tipis, menaiki sepeda, atau mengendarai motor. Namun, pastikan tubuh serta kendaraan dalam kondisi prima untuk menanjaknya.

8. Desa Wisata Samiran

  • Lokasi: Dusun IV, Desa Samiran, Selo, Boyolali
  • Jam buka: 24 jam atau bergantung paket wisata yang diambil.
  • Harga tiket masuk: gratis.
  • Tarif parkir: Rp 3.000 (motor) dan Rp 5.000 (mobil) atau bergantung homestay atau penginapan yang dipilih.

Desa Wisata Samiran atau yang terkenal dengan sebutan Dewi Sambi bisa jadi tujuan wisata di Selo, Boyolali. Pengelola desa menawarkan paket wisata unik, mulai dari soft tracking dan hard tracking ke Gunung Merapi serta Merbabu, tour wisata ke seluruh area Selo, berburu sunrise, hingga aktivitas outbond maupun edukasi.

Kalau ingin bermalam di desa wisata ini mudah kok. Terdapat deretan homestay di sepanjang jalannya dengan harga sewa terjangkau. Desa Wisata Samiran sangat cocok menjadi tempat healing dengan suasana rileks dan udara sejuk.

9. Simpang Paku Buwono VI

  • Simpang PB VI di Selo, Boyolali. (Jarmaji/detikJateng)
  • Lokasi: Jl. Blabak-Boyolali, Desa Samiran, Boyolali
  • Jam buka: 09.00-22.00.
  • Harga tiket masuk: gratis.
  • Tarif parkir: gratis.

Simpang Paku Buwono VI disebut juga dengan Alun-Alun Selo. Lokasi ini tak kalah indah dari spot wisata lainnya nih, karena traveler dapat menyaksikan view Gunung Merapi yang jelas dari sana jika cuacanya cerah.

Di sekitar lokasi kamu dapat menyewa sepeda listrik untuk berkeliling, menunggang kuda, maupun menaiki delman. Kalau perut keroncongan, banyak pedagang makanan yang menjajakan berbagai menu enak-enak lho.

10. Omah Kita Selo

Omah Kita SeloOmah Kita Selo Foto: dok. Instagram @omahkitaselo
  • Lokasi: Citakan, Desa Samiran, Selo, Boyolali
  • Jam buka: Setiap hari, 10.00-19.00
  • Harga tiket masuk: gratis.

Omah Kita menyediakan penginapan dan kafe untuk nongkrong. Ada sejumlah kamar yang dapat direservasi kalau minat bermalam di sini. Tarif sewanya pun terjangkau, sekitar Rp 400.000-600.000 per malamnya. Dari sini traveler bisa menikmati view Gunung Merapi beserta pedesaan dan hutan di lerengnya.

Di kafenya terdapat banyak menu lezat yang siap mengganjal perut keroncongan. Tersedia ramen katsu, nasi cumi goreng, hingga makanan ringan seperti otak-otak. Kalau datang rombongan, bisa pesan paket sukiyaki steambot untuk menghangatkan tubuh di suhu Selo yang sejuk.

(sym/wsw)



Sumber : travel.detik.com

7 Wisata Populer di Muntilan Magelang, Tempat Syuting Gadis Kretek



Muntilan

Muntilan merupakan kecamatan kecil di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Punya banyak destinasi, Muntilan bisa jadi rekomendasi liburan di akhir pekan.

Muntilan memiliki keindahan alam yang beragam, berada di lereng Gunung Merapi membuat tanahnya subur akibat hujan abu vulkanik. Tak cuma alam, budaya dan kultur dari zaman raja-raja pun mengakar di sini.

Peninggalan demi peninggalan ditemukan di Muntilan, jejak leluhur membuat namanya kuat sebagai salah satu kota budaya. Bergulirnya waktu semua itu menjadi atraksi wisata edukasi yang populer.


Baru-baru ini Muntilan menjadi pencarian liburan teratas di berbagai platform setelah muncul sebagai latar dalam serial Netflix yang berjudul ‘Gadis Kretek’. Tempat syutingnya pun diburu sebagai destinasi wisata.

Ini 7 Rekomendasi wisata populer di Muntilan:

1. Pasar Kayu Muntilan

Pasar Kayu Muntilan Kini Jadi Destinasi Wisata Karena Gadis KretekPasar Kayu Muntilan Kini Jadi Destinasi Wisata Karena Gadis Kretek Foto: Lintia Elsi

Destinasi yang satu ini viral baru-baru ini setelah serial Gadis Kretek tayang. Diketahui bahwa Pasar Kayu Muntilan merupakan salah satu tempat syuting dari Gadis Kretek yang mana dijadikan sebagai pasar jadul.

Di sini masih bisa dilihat beberapa properti syuting yang belum dilepas para penjual kayu, diantaranya adalah papan nama warung dan poster Kretek Merah. Sekarang banyak pengunjung yang datang untuk berfoto di spot-spot ini.

Pasar Kayu Muntilan terletak di komplek pasar kayu, Jumleng, Tamanagung, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

2. Candi Ngawen

Bangunan candi peninggalan wangsa Syailendra di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bukan hanya Candi Borobudur. Ada juga Candi Ngawen, yang patut untuk dikunjungi pula.Bangunan candi peninggalan wangsa Syailendra di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bukan hanya Candi Borobudur. Ada juga Candi Ngawen, yang patut untuk dikunjungi pula. Foto: Eko Susanto/detikJateng

Candi Ngawen merupakan candi Buddha peninggalan Dinasti Syailendra yang terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Candi ini ditemukan pada masa kolonial Belanda sekitar tahun 1927.

Candi Ngawen terdiri dari lima candi yang berjejer sama rata dan menghadap arah timur, namun dari kelima candi tersebut hanya candi II yang masih berdiri utuh, empat lainnya hanya berupa sisa kaki-kaki candi.

Uniknya di Candi Ngawen ini terdapat empat patung singa yang terletak di sudut-sudut kaki candi.

Candi Ngawen bisa dikunjungi setiap hari jam 08.00 – 16.00 WIB dengan tiket masuk seharga Rp 3.000 saja.

3. Klenteng Hok An Kiong

Perayaan Imlek tahun ini digelar di masa pandemi COVID-19. Guna cegah Corona, warga keturunan Tionghoa berdoa di klenteng dengan terapkan protokol kesehatan.Perayaan Imlek tahun ini digelar di masa pandemi COVID-19. Guna cegah Corona, warga keturunan Tionghoa berdoa di klenteng dengan terapkan protokol kesehatan. Foto: Pius Erlangga/Detikcom

Satu lagi wisata religi yang ada di Muntilan adalah Klenteng Hok An Kiong, klenteng ini merupakan klenteng tua yang sudah ada sejak tahun 1878. Lokasinya ada di pusat kota Muntilan, tepatnya di Jalan Pemuda No. 100, Balerejo, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.

Komplek klenteng ini memiliki bangunan utama yang berfungsi sebagai tempat peribadatan yang terdiri dari dua ruang doa. Selain bangunan utama, di sini juga ada kantor dan ruang pertemuan.

Klenteng Hok An Kiong memiliki hio lo terbesar di Asia Tenggara yang dibuat pada tahun 2002. Hio lo ini terbuat dari perunggu dengan panjang 158 cm, diameter 188 cm, dan berat 3,8 ton.

4. Museum Misi Muntilan

Muntilan dikenal dengan julukan Betlehem van Java. Hal ini karena besarnya pengaruh dari Romo van Lith, pastor dari Belanda yang menyebarkan agama Katolik di Jawa. Ia menjadi tokoh penting atas berdirinya Gereja Santo Antonius dan Sekolah Pangudi Luhur Van Lith. Gereja dan Sekolah ini berada dalam satu kompleks, yaitu Kompleks Misi Muntilan. Di sini juga berdiri Museum Misi Muntilan yang menyimpan kisah perjalanan dan peninggalan jejak penyebaran agama Katolik, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta.Muntilan dikenal dengan julukan Betlehem van Java. Hal ini karena besarnya pengaruh dari Romo van Lith, pastor dari Belanda yang menyebarkan agama Katolik di Jawa. Ia menjadi tokoh penting atas berdirinya Gereja Santo Antonius dan Sekolah Pangudi Luhur Van Lith. Gereja dan Sekolah ini berada dalam satu kompleks, yaitu Kompleks Misi Muntilan. Di sini juga berdiri Museum Misi Muntilan yang menyimpan kisah perjalanan dan peninggalan jejak penyebaran agama Katolik, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Foto: Lintia Elsi

Berbeda dari museum biasanya, Museum Misi Muntilan ini berdiri khusus di bawah kepemilikan Keuskupan Agung Semarang untuk menyimpan sejarah dan peninggalan penyebaran agama Katolik di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Museum ini berada dalam Komplek Misi Muntilan yang di dalamnya juga ada Gereja Santo Antonius dan Sekolah Pangudi Luhur Van Lith. Romo van Lith menjadi tokoh penting dari adanya komplek ini, sehingga patungnya dibangun di depan museum ini.

Museum Misi Muntilan berlokasi di Jalan Kartini No.3, Balemulyo, Muntilan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pengunjung bisa masuk secara gratis dan nantinya akan ditemani staf museum yang akan memberikan tur singkat.

5. Makam Gunungpring

Jika kamu menyukai wisata religi, maka tempat yang satu ini bisa kamu kunjungi saat di Muntilan. Namanya Makam Gunungpring, komplek pemakaman tokoh-tokoh ulama Jawa Tengah seperti Kyai Raden Santri, KH. Abdurrohman, KH. Dalhar, Kyai Krapyak Kamaludin, dan yang lainnya.

Komplek pemakaman ini terletak di atas bukit dengan ketinggian 400 mdpl, sehingga untuk mencapai makam, pengunjung harus menaiki ratusan anak tangga terlebih dahulu. Di sepanjang sisi tangga terdapat toko-toko yang menjual makanan, pernak-pernik, pakaian, dan oleh-oleh.

Komplek pemakaman ini juga sudah dilengkapi dengan fasilitas toilet, mushola, warung makan, dan tempat beristirahat. Makam Gunungpring ini bisa dikunjungi kapan saja tanpa dipungut biaya, letaknya di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

6. Taman Seribu Cinta

Taman Seribu Cinta, MagelangTaman Seribu Cinta, Magelang Foto: Eko Susanto/detikcom

Taman Seribu Cinta ini terletak di perbatasan antara Kecamatan Muntilan dan Kecamatan Salam, di tepi aliran Kali Blongkeng. Dulunya di sini merupakan tempat pembuangan sampah yang kumuh.

Di satu sisinya terdapat tebing yang bertuliskan “Welcome to Muntilan Adipura”. di sisi lainnya ada taman bertingkat penuh bunga warna-warni dan spot-spot berbentuk love. Di sini juga disediakan tempat duduk untuk menikmati aliran kali yang jernih dan tenang.

Taman Seribu Cinta ini bisa diakses secara gratis, pengunjung hanya perlu membayar biaya parkir saja.

7. Javanica Park

Javanica Park merupakan tempat wisata yang menggabungkan suasana alam dengan nuansa Bali. Terletak di Jalan Javanica Nomor 8 Sabrangs, Muntilan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Javanica Park menawarkan konsep kedai dengan beragam spot selfie.

Ada beberapa aktivitas yag bisa dinikmati oleh pengunjung yaitu kolam renang, gazebo dan wisata kuliner. Pengunjung bisa masuk ke tempat wisata ini dengan membayar biaya sukarela. Jika ingin berenang akan dikenakan biaya Rp 3.000 per orang.

(bnl/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Kisah Sukses Ngargogondo Bersama Pegadaian



Jakarta

Desa Ngargogondo di lereng Gunung Menoreh, Magelang, Jawa Tengah, tidak hanya menyublim menjadi desa wisata, namun menjadi penanda lahirnya perubahan. Desa binaan Pegadaian itu melengkapi dengan pertanian organik, UMKM hijau, dan tata kelola yang berpihak pada warga.

Pemandangan mewah sebuah desa disuguhkan Desa Ngargogondo. Sebuah amfiteater dan pendopo yang cukup luas menjadi sajian Balkondes Ngargogondo The Gade Village. Juga, lapangan bola komplet dengan jogging trek di sekelilingnya menjadi poin plus desa yang berjarak sekitar 2,5km dari Candi Borobudur itu.

Area itu semakin menyenangkan dengan pohon kelengkeng. “Kalau pas panen, wisatawan bisa menikmati kelengkeng. Warga akan membuka warung kelengkeng di sekitar balkondes atau balai ekonomi desa,” kata Aryan Subekti, 42, pengelola Balkondes Ngargogondo, dalam perbincangan dengan detiktravel, Selasa (30/9/2025).


Musim kelengkeng itu datang pada periode ini. Nah, akhir pekan lalu, Desa Ngargogondo The Gade Village mereka yang mengikuti Borobudur Jemparingan Festival atau festival panah tradisional bisa menikmati kelengkeng berkilo-kilo di sana.

Andalan lain dari kebun warga di Desa Ngargogondo adalah singkong, pepaya, dan cabai. “Yang istimewa cabai. Cabai yang kami hasilkan ini cabai organik. Pupuknya organik, pengolahan tanahnya kami upayakan tanpa bahan kimia,” kata Aryan.

Balkondes Ngargogondo The Gade VillageBalkondes Ngargogondo The Gade Village (dok. Balkondes Ngargogondo The Gade Village)

Aryan menceritakan bahwa pertanian organik cabai ini merupakan hasil pendampingan dari Pegadaian. Bukan hanya penanaman cabai, namun mulai dari pembuatan pupuk organik.

“Dari Pegadaian mendampingi kelompok tani di desa Ngargogondo dengan pembuatan pupuk organik. Itu dimulai sejak 2022. Semua proses, mulai dari pembuatan pupuk, praktik menanam, kemudian disewakan lahan oleh Pegadaian untuk menanam cabai. Kami jamin, cabai dari Desa Ngargogondo adalah produk cabai organik,” kata Aryan.

Untuk menjadikan Desa Ngargogondo memiliki pembeda sebagai penghasil pertanian organik itu, Aryan mengatakan, Pegadaian menggandeng asosiasi atau komunitas yang menghimpun petani, nelayan, pelaku UMKM, akademisi, dan swasta Intani, juga bekerja sama dengan perguruan tinggi Universitas Jenderal Soedirman.

“Kerja sama itu termasuk untuk membangun demplot, uji pupuk, sertifikasi untuk kelompok petani untuk pembuatan pupuk. Harapannya kampung kami bisa jadi desa produsen tanaman pangan organik dan jangka panjangnya mendukung program untuk ketahanan pangan. Program ini juga sekaligus cara Pegadaian mengEMASkan Indonesia. Buat kami program ini menjadi cara mengurangi pembelian pupuk kimia,” kata Aryan.

Bagi Aryan dan warga Desa Ngargogondo, pertanian organik dulu terasa mustahil. Mereka hanya melihat kisah sukses petani organik lewat televisi, berita, atau media sosial. Sebelum 2018, desa yang terletak di kaki Bukit Menoreh itu mayoritas dihuni petani sawah tadah hujan, dengan keterbatasan sumber air karena sedikitnya mata air di sekitar perbukitan.

“Dulu tiap musim kemarau kami terkendala air. Dulu, 80-90 persen penduduk berprofesi sebagai petani, petani sawah tadah hujan,” kata Aryan.

Balkondes Ngargogondo The Gade VillageBalkondes Ngargogondo The Gade Village (dok. Balkondes Ngargogondo The Gade Village)

Aryan menjelaskan bahwa pendapatan Desa Ngargogondo terus meningkat setelah mendapat pembinaan dari Pegadaian. Seiring berjalannya waktu, jumlah tamu dan acara di Balkondes Ngargogondo terus bertambah. Jika semula pada 2020 cuma ada 32 event dan 5.747 orang serta menjadi 70 event dan 8.026 orang pada 2024. Pada 2020, desa itu hanya memperoleh sekitar Rp 26 juta, namun dalam beberapa tahun naik pesat hingga mencapai Rp 229 juta.

Dia pun menyadari, sebagai pengelola Balkondes, laporan keuangan harus disajikan secara transparan. Transparansi inilah yang menjadi salah satu pilar penting dalam penerapan ESG (Environmental, Social, and Governance).

“Dengan pendapatan ini, kas desa otomatis meningkat. Warga juga jadi memiliki pendapatan lain,” ujar Aryan.

Bermula dari Tanah Bengkok

Dalam tujuh tahun terakhir ini, mata pencaharian warga Desa Ngargogondo masih sama. 80-90 persen petani, petani tadah hujan. Namun, kini mereka tidak lagi hanya mengandalkan pemasukan dari bertani tadah hujan itu.

“Ada pendapatan lain. Selain dari cabai organik itu, kami lebih dulu dibukakan pintu melalui balkondes. Balkondes Ngargogondo The Gade Village ini,” kata Aryan.

Aryan menjelaskan semua itu bermula pada 2018. Saat itu, BUMN untuk memberikan bantuan balkondes untuk 20 desa di Borobudur, program satu desa satu balkondes. Nah, Desa Ngargogondo salah satunya. Oleh BUMN, adalah Pegadaian yang ditugaskan untuk mendampingi desa Ngargogondo. Peresmian dilakukan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama PT Pegadaian Sunarso.

“Dulu, ini tanah bengkok desa. Dulu ilalang, enggak menghasilkan. Luasnya 3.500 meter persegi. Kemudian, dialihkan menjadi balkondes. Istimewanya, ada lapangan di sebelah balkondes ini,” kata Aryan.

Balkondes Ngargogondo The Gade VillageMushola di Balkondes Ngargogondo The Gade Village (dok. Balkondes Ngargogondo The Gade Village)

Sementara itu, Reggy Nouvan, ESG Spesialis PT Pegadaian, mengatakan bahwa Pegadaian menempatkan pembangunan desa wisata sebagai bagian dari tanggung jawab sosial korporasi (CSR) dan strategi pemberdayaan ekonomi lokal.

“Pilihan lokasi Ngargogondo didasarkan pada potensi kultural, lingkungan, dan peluang ekonomi masyarakat setempat untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata yang inklusif. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan warga, menciptakan mata pencaharian alternatif (ekonomi pariwisata), serta memperkuat reputasi Pegadaian sebagai BUMN yang berkontribusi pada pembangunan daerah berkelanjutan,” kata Reggy.

Reggy sekaligus menyampaikan bahwa Desa Ngargogondo disiapkan sebagai desa yang ramah lingkungan. Strategi yang disiapkan untuk mewujudkannya antara lain dengan desain dan pembangunan berkelanjutan, yakni memprioritaskan material lokal, arsitektur yang sesuai kearifan lokal, dan minim dampak lingkungan.

Kemudian, pengelolaan jejak lingkungan dengan mengadopsi praktik pengelolaan air, energi, dan limbah yang efisien. Lantas, menggandeng komunitas dan menggelar pelatihan untuk pengelola dan masyarakat agar menjalankan operasional yang berwawasan lingkungan.

“Kami juga menggandeng pihak ketiga, mulai dari akademisi, NGO, dan mitra teknis untuk menerapkan praktik ramah lingkungan,” kata dia.

Reggy juga mengatakan Desa Ngargogondo mengedepankan tata kelola yang melibatkan BUMDes dan kolaborasi dengan Pegadaian, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal.

“Penciptaan lapangan pekerjaan untuk warga lokal juga oke sejauh ini. Ada warga yang mengelola secara penuh dan warga yang direkrut secara kasual tiap ada event besar berjalan dengan baik,” kata Reggy.

Aryan mengatakan saat ini ada lima orang yang mengelola Balkondes Ngargogondo. “Tetapi, kami juga menggunakan sistem kasual warga sesuai kebutuhan. Kalau sedang banyak tamu, kami rekrut warga, baik itu ibu-ibu, bapak-bapak, pemuda desa, sampai Gen Z, kami ajak bergabung,” kata dia.

Fasilitas di Balkondes Ngargogondo The Gade Village

Balkondes Desa Ngargogondo The Gade Village memiliki berbagai fasilitas untuk menunjang kenyamanan pengunjung. Selain dua pendopo besar dengan kapasitas 300 orang, balkondes ini juga memiliki amfiteater dengan kapasitas 80 penonton, homestay, toilet, musala, serta lapangan dengan lintasan jogging.

“Di sini juga langganan buat festival, event running, wedding. Sudah ada yang booking untuk wedding sampai Januari,” kata Aryan.

Selain itu, balkondes ini memiliki restoran dan 17 kamar, yang terdiri dari 5 kamar dengan double bed, 3 kamar dengan twin bed, serta 3 family room yang masing-masing memiliki tiga kamar.

Balkondes Ngargogondo The Gade VillageAmfiteater Balkondes Ngargogondo The Gade Village (dok. Balkondes Ngargogondo The Gade Village)

Tarif penginapan per malamnya adalah Rp 500 ribu untuk kamar double dan twin, serta Rp 1,5 juta untuk kamar family. Setiap kamar telah dilengkapi dengan AC, TV, air panas, dan sarapan.

“Semoga Balkondes Ngargogondo The Gade Village ini menjadi satellite destination yang memperkaya pengalaman pengunjung Borobudur dengan atraksi budaya dan ekowisata lokal,” ujar Reggy.

“Selain itu, juga menyediakan rute wisata terpadu yang memperpanjang durasi tinggal wisatawan di wilayah, sehingga mendatangkan manfaat ekonomi lebih besar ke komunitas setempat, serta meningkatkan kapasitas pemasaran regional dan kerja sama lintas-stakeholder untuk memaksimalkan nilai tambah pariwisata berkelanjutan,” kata Reggy.

Reggy menambahkan Pegadaian juga mengintegrasikan literasi keuangan dengan pengembangan desa wisata, di antaranya mengenalkan produk-produk seperti Pegadaian tabungan emas, khususnya bagi pelaku UMKM dan pekerja sektor pariwisata.

Dengan cara itu, masyarakat desa wisata tidak hanya memperoleh manfaat ekonomi dari kegiatan wisata, tetapi juga memiliki sarana finansial yang berkelanjutan untuk menghadapi risiko di masa depan untuk mewujudkan misi PT Pegadaian #mengEMASkan Indonesia.

(fem/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Kisah Sukses Ngargogondo Bersama Pegadaian



Jakarta

Desa Ngargogondo di lereng Gunung Menoreh, Magelang, Jawa Tengah, tidak hanya menyublim menjadi desa wisata, namun menjadi penanda lahirnya perubahan. Desa binaan Pegadaian itu melengkapi dengan pertanian organik, UMKM hijau, dan tata kelola yang berpihak pada warga.

Pemandangan mewah sebuah desa disuguhkan Desa Ngargogondo. Sebuah amfiteater dan pendopo yang cukup luas menjadi sajian Balkondes Ngargogondo The Gade Village. Juga, lapangan bola komplet dengan jogging trek di sekelilingnya menjadi poin plus desa yang berjarak sekitar 2,5km dari Candi Borobudur itu.

Area itu semakin menyenangkan dengan pohon kelengkeng. “Kalau pas panen, wisatawan bisa menikmati kelengkeng. Warga akan membuka warung kelengkeng di sekitar balkondes atau balai ekonomi desa,” kata Aryan Subekti, 42, pengelola Balkondes Ngargogondo, dalam perbincangan dengan detiktravel, Selasa (30/9/2025).


Musim kelengkeng itu datang pada periode ini. Nah, akhir pekan lalu, Desa Ngargogondo The Gade Village mereka yang mengikuti Borobudur Jemparingan Festival atau festival panah tradisional bisa menikmati kelengkeng berkilo-kilo di sana.

Andalan lain dari kebun warga di Desa Ngargogondo adalah singkong, pepaya, dan cabai. “Yang istimewa cabai. Cabai yang kami hasilkan ini cabai organik. Pupuknya organik, pengolahan tanahnya kami upayakan tanpa bahan kimia,” kata Aryan.

Balkondes Ngargogondo The Gade VillageBalkondes Ngargogondo The Gade Village (dok. Balkondes Ngargogondo The Gade Village)

Aryan menceritakan bahwa pertanian organik cabai ini merupakan hasil pendampingan dari Pegadaian. Bukan hanya penanaman cabai, namun mulai dari pembuatan pupuk organik.

“Dari Pegadaian mendampingi kelompok tani di desa Ngargogondo dengan pembuatan pupuk organik. Itu dimulai sejak 2022. Semua proses, mulai dari pembuatan pupuk, praktik menanam, kemudian disewakan lahan oleh Pegadaian untuk menanam cabai. Kami jamin, cabai dari Desa Ngargogondo adalah produk cabai organik,” kata Aryan.

Untuk menjadikan Desa Ngargogondo memiliki pembeda sebagai penghasil pertanian organik itu, Aryan mengatakan, Pegadaian menggandeng asosiasi atau komunitas yang menghimpun petani, nelayan, pelaku UMKM, akademisi, dan swasta Intani, juga bekerja sama dengan perguruan tinggi Universitas Jenderal Soedirman.

“Kerja sama itu termasuk untuk membangun demplot, uji pupuk, sertifikasi untuk kelompok petani untuk pembuatan pupuk. Harapannya kampung kami bisa jadi desa produsen tanaman pangan organik dan jangka panjangnya mendukung program untuk ketahanan pangan. Program ini juga sekaligus cara Pegadaian mengEMASkan Indonesia. Buat kami program ini menjadi cara mengurangi pembelian pupuk kimia,” kata Aryan.

Bagi Aryan dan warga Desa Ngargogondo, pertanian organik dulu terasa mustahil. Mereka hanya melihat kisah sukses petani organik lewat televisi, berita, atau media sosial. Sebelum 2018, desa yang terletak di kaki Bukit Menoreh itu mayoritas dihuni petani sawah tadah hujan, dengan keterbatasan sumber air karena sedikitnya mata air di sekitar perbukitan.

“Dulu tiap musim kemarau kami terkendala air. Dulu, 80-90 persen penduduk berprofesi sebagai petani, petani sawah tadah hujan,” kata Aryan.

Balkondes Ngargogondo The Gade VillageBalkondes Ngargogondo The Gade Village (dok. Balkondes Ngargogondo The Gade Village)

Aryan menjelaskan bahwa pendapatan Desa Ngargogondo terus meningkat setelah mendapat pembinaan dari Pegadaian. Seiring berjalannya waktu, jumlah tamu dan acara di Balkondes Ngargogondo terus bertambah. Jika semula pada 2020 cuma ada 32 event dan 5.747 orang serta menjadi 70 event dan 8.026 orang pada 2024. Pada 2020, desa itu hanya memperoleh sekitar Rp 26 juta, namun dalam beberapa tahun naik pesat hingga mencapai Rp 229 juta.

Dia pun menyadari, sebagai pengelola Balkondes, laporan keuangan harus disajikan secara transparan. Transparansi inilah yang menjadi salah satu pilar penting dalam penerapan ESG (Environmental, Social, and Governance).

“Dengan pendapatan ini, kas desa otomatis meningkat. Warga juga jadi memiliki pendapatan lain,” ujar Aryan.

Bermula dari Tanah Bengkok

Dalam tujuh tahun terakhir ini, mata pencaharian warga Desa Ngargogondo masih sama. 80-90 persen petani, petani tadah hujan. Namun, kini mereka tidak lagi hanya mengandalkan pemasukan dari bertani tadah hujan itu.

“Ada pendapatan lain. Selain dari cabai organik itu, kami lebih dulu dibukakan pintu melalui balkondes. Balkondes Ngargogondo The Gade Village ini,” kata Aryan.

Aryan menjelaskan semua itu bermula pada 2018. Saat itu, BUMN untuk memberikan bantuan balkondes untuk 20 desa di Borobudur, program satu desa satu balkondes. Nah, Desa Ngargogondo salah satunya. Oleh BUMN, adalah Pegadaian yang ditugaskan untuk mendampingi desa Ngargogondo. Peresmian dilakukan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama PT Pegadaian Sunarso.

“Dulu, ini tanah bengkok desa. Dulu ilalang, enggak menghasilkan. Luasnya 3.500 meter persegi. Kemudian, dialihkan menjadi balkondes. Istimewanya, ada lapangan di sebelah balkondes ini,” kata Aryan.

Balkondes Ngargogondo The Gade VillageMushola di Balkondes Ngargogondo The Gade Village (dok. Balkondes Ngargogondo The Gade Village)

Sementara itu, Reggy Nouvan, ESG Spesialis PT Pegadaian, mengatakan bahwa Pegadaian menempatkan pembangunan desa wisata sebagai bagian dari tanggung jawab sosial korporasi (CSR) dan strategi pemberdayaan ekonomi lokal.

“Pilihan lokasi Ngargogondo didasarkan pada potensi kultural, lingkungan, dan peluang ekonomi masyarakat setempat untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata yang inklusif. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan warga, menciptakan mata pencaharian alternatif (ekonomi pariwisata), serta memperkuat reputasi Pegadaian sebagai BUMN yang berkontribusi pada pembangunan daerah berkelanjutan,” kata Reggy.

Reggy sekaligus menyampaikan bahwa Desa Ngargogondo disiapkan sebagai desa yang ramah lingkungan. Strategi yang disiapkan untuk mewujudkannya antara lain dengan desain dan pembangunan berkelanjutan, yakni memprioritaskan material lokal, arsitektur yang sesuai kearifan lokal, dan minim dampak lingkungan.

Kemudian, pengelolaan jejak lingkungan dengan mengadopsi praktik pengelolaan air, energi, dan limbah yang efisien. Lantas, menggandeng komunitas dan menggelar pelatihan untuk pengelola dan masyarakat agar menjalankan operasional yang berwawasan lingkungan.

“Kami juga menggandeng pihak ketiga, mulai dari akademisi, NGO, dan mitra teknis untuk menerapkan praktik ramah lingkungan,” kata dia.

Reggy juga mengatakan Desa Ngargogondo mengedepankan tata kelola yang melibatkan BUMDes dan kolaborasi dengan Pegadaian, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal.

“Penciptaan lapangan pekerjaan untuk warga lokal juga oke sejauh ini. Ada warga yang mengelola secara penuh dan warga yang direkrut secara kasual tiap ada event besar berjalan dengan baik,” kata Reggy.

Aryan mengatakan saat ini ada lima orang yang mengelola Balkondes Ngargogondo. “Tetapi, kami juga menggunakan sistem kasual warga sesuai kebutuhan. Kalau sedang banyak tamu, kami rekrut warga, baik itu ibu-ibu, bapak-bapak, pemuda desa, sampai Gen Z, kami ajak bergabung,” kata dia.

Fasilitas di Balkondes Ngargogondo The Gade Village

Balkondes Desa Ngargogondo The Gade Village memiliki berbagai fasilitas untuk menunjang kenyamanan pengunjung. Selain dua pendopo besar dengan kapasitas 300 orang, balkondes ini juga memiliki amfiteater dengan kapasitas 80 penonton, homestay, toilet, musala, serta lapangan dengan lintasan jogging.

“Di sini juga langganan buat festival, event running, wedding. Sudah ada yang booking untuk wedding sampai Januari,” kata Aryan.

Selain itu, balkondes ini memiliki restoran dan 17 kamar, yang terdiri dari 5 kamar dengan double bed, 3 kamar dengan twin bed, serta 3 family room yang masing-masing memiliki tiga kamar.

Balkondes Ngargogondo The Gade VillageAmfiteater Balkondes Ngargogondo The Gade Village (dok. Balkondes Ngargogondo The Gade Village)

Tarif penginapan per malamnya adalah Rp 500 ribu untuk kamar double dan twin, serta Rp 1,5 juta untuk kamar family. Setiap kamar telah dilengkapi dengan AC, TV, air panas, dan sarapan.

“Semoga Balkondes Ngargogondo The Gade Village ini menjadi satellite destination yang memperkaya pengalaman pengunjung Borobudur dengan atraksi budaya dan ekowisata lokal,” ujar Reggy.

“Selain itu, juga menyediakan rute wisata terpadu yang memperpanjang durasi tinggal wisatawan di wilayah, sehingga mendatangkan manfaat ekonomi lebih besar ke komunitas setempat, serta meningkatkan kapasitas pemasaran regional dan kerja sama lintas-stakeholder untuk memaksimalkan nilai tambah pariwisata berkelanjutan,” kata Reggy.

Reggy menambahkan Pegadaian juga mengintegrasikan literasi keuangan dengan pengembangan desa wisata, di antaranya mengenalkan produk-produk seperti Pegadaian tabungan emas, khususnya bagi pelaku UMKM dan pekerja sektor pariwisata.

Dengan cara itu, masyarakat desa wisata tidak hanya memperoleh manfaat ekonomi dari kegiatan wisata, tetapi juga memiliki sarana finansial yang berkelanjutan untuk menghadapi risiko di masa depan untuk mewujudkan misi PT Pegadaian #mengEMASkan Indonesia.

(fem/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Cerita Rakyat dan Transportasi Umum Menuju Gunung Sindoro

Temanggung

Siapa yang tidak mengenal Gunung Sindoro, gunung api berstatus strato aktif dengan ketinggian 3.153 meter di atas permukaan laut yang terletak diantara dua perbatasan Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah.

Gunung Sindoro sendiri memiliki karakter jalur pendakian yang terkenal cukup menantang namun ramah bagi pendaki pemula. Pemandangan yang menakjubkan membuat para pendaki ingin mengunjunginya.

Selain itu, Gunung Sindoro juga memiliki beberapa mitos yang perlu kalian ketahui. Antara lain, cerita masyarakat tentang kabut hitam, Kerajaan Mataram, dan lain lain.


1. Kabut Hitam

Dari cerita masyarakat dan pendaki kabut hitam kadang dijumpai dan menjadi kewaspadaan untuk para pendaki. Karena kabut tersebut bisa membuat pendaki kehilangan arah dengan batas pandangan yang gelap.

2. Kerajaan Mataram

Dari berbagai sumber yang berhasil dihimpun, peninggalan artefak kuno peninggalan kerajaan Mataram kuno yang terkubur ditemukan di lereng Gunung Sindoro, dan disebut Situs Liyangan karena ditemukan di Dusun Liyangan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung. Konon bangunan bangunan tersebut terkubur akibat letusan Gunung Sindoro pada abad ke 11.

Setelah sedikit belajar tentang mitos dan sejarah Gunung Sindoro, kali ini kita akan membahas bagaimana tips transportasi dari Jakarta dan sekitarnya menuju Gunung Sindoro menggunakan transportasi angkutan umum bagi kalian yang ingin mendaki ke sana.

Transportasi Bus

Dari Terminal Kp. Rambutan Jakarta kalian bisa menggunakan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), banyak pilihan armada bus menuju Terminal Mendolo Wonosobo, tiket bus bervariasi diantara 150 – 350 ribu tergantung kalian ingin memilih bus tipe apa.

Sesampainya di Terminal Mendolo Wonosobo, kalian harus naik angkutan Mikro Bus tujuan Magelang dan turun di Basecamp Kledung Sindoro (Via Kledung) dengan tarif 15-20 ribu.

Transportasi Kereta Api

  • Dari Pasar Senen kalian bisa naik kereta tujuan Stasiun Purwokerto, ada banyak kereta yang bisa kalian pilih dengan tarif 67 – 500 ribu tergantung kelas kereta yang ingin kalian naiki. Jangan lupa untuk kelas ekonomi memesan tiket kereta dari jauh hari.
  • Sesampainya di Stasiun Purwokerto, kalian bisa menaiki bus tujuan Terminal Mendolo Wonosobo dengan tarif sekitar ±215 ribu.
  • Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan kalian akan sampai Terminal Mendolo dan harus melanjutkan naik bus mikro tujuan Magelang dengan tarif 15-20 ribu hingga base camp Sindoro via Kledung.

Estimasi Biaya dari Jakarta

– Base Camp Kledung Gunung Sindoro*

1.) Bus AKAP

• Jakarta – Terminal Wonosobo Rp 150.000,

• Terminal Wonosobo – Base Camp Kledung Rp 20.000,

Total Rp 170.000,- untuk sekali jalan.

2.) Kereta Api

• Stasiun Pasar Senen Jakarta – Stasiun Purwokerto Rp 67.000, (KA Serayu)

• Stasiun Purwokerto – Terminal Mendolo ± Rp 215.000,

• Terminal Mendolo – Base Camp Kledung Sindoro Rp 20.000.

Total Rp 302.000.

Estimasi biaya perjalanan dihitung dari ongkos rata-rata, tidak menjadi patokan karena bisa berbeda tergantung kebijakan perusahaan transportasi dan waktu keberangkatan. Dan jangan lupa pesan tiket keberangkatan jauh jauh hari.

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel. Anda bisa berbagi pengalaman perjalanan Anda melalui tautan ini.



Sumber : travel.detik.com

Wisata Sunrise Candi Borobudur Dibuka Lagi nih, Segini Harga Tiketnya



Jakarta

Traveler bisa lagi nih menikmati magisnya keindahan sunrise di Candi Borobudur. PT Taman Wisata Borobudur (PT TWB) resmi membuka akses kunjungan Borobudur Sunrise dan naik struktur Candi Borobudur setiap hari bagi wisatawan reguler maupun pelajar.

Dalam siaran persnya, Minggu (19/10/2025), kebijakan ini merupakan bagian dari strategi penguatan pengalaman wisata berbasis warisan budaya yang berkelanjutan dan inklusif, sekaligus mendukung peningkatan perekonomian di kawasan melalui aktivasi pariwisata yang berkualitas. Reaktivasi Borobudur Sunrise serta kunjungan naik candi tiap hari ini berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Museum dan Cagar Budaya Kementerian Kebudayaan RI, Pemerintah Kabupaten Magelang, serta ASITA dan segenap pelaku wisata lainnya.


Direktur Utama InJourney Destination Management, Febrina Intan menyampaikan bahwa pembukaan akses Borobudur Sunrise dan kunjungan naik candi harian ini merupakan respons atas tingginya antusiasme wisatawan secara global. Program yang masih dalam tahap uji coba akan terus dievaluasi secara berkala.

“Kami ingin memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk merasakan pengalaman yang lebih bermakna melalui program Borobudur Sunrise serta kunjungan naik struktur candi. Selain menjadi daya tarik utama, hal ini juga memperkuat misi pelestarian melalui pendekatan yang lebih akrab dan substantif serta diharapkan bisa memberikan multiplier effect bagi pelaku UMKM dan pegiat wisata di kawasan,” kata Febrina.

Sunrise di Candi BorobudurSunrise di Candi Borobudur Foto: (dok PT Taman Wisata Candi Borobudur)

Reaktivasi akses sunrise ke Candi Borobudur merupakan bentuk konkret menyatukan pelestarian dengan pengembangan pariwisata yang komprehensif. Pengelola akan mengukur dampak fisik, persepsi pengunjung, dan feedback publik sebelum menetapkan jadwal reguler. Semua berbasis data dan konservasi.

“Aktivitas menikmati momen menunggu matahari terbit yang terhenti sejak tahun 2020 ini merupakan langkah strategis perusahaan dalam menghadirkan kembali salah satu ikon wisata unggulan yang dinanti wisatawan dengan pendekatan yang lebih terkurasi, terbatas dan istimewa, berbasis pada prinsip pelestarian warisan budaya yang tetap terjaga,” lanjutnya.

Cara menikmati sunrise di Candi Borobudur

Alur kedatangan pengunjung Borobudur Sunrise ini melalui Kantor Unit Borobudur dengan memasuki akses Pintu 7 Taman Wisata Candi Borobudur pada pukul 04.00 WIB. Pengunjung menerima sejumlah perlengkapan khusus, antara lain senter, upanat, pemandu wisata, souvenir, dan voucher sarapan.

InJourney Candi Borobudur Foto: InJourney

Pada pukul 05.00 WIB wisatawan menikmati panorama sunrise dari lantai 9 Candi Borobudur. Setelahnya, pengunjung diajak untuk menikmati sarapan pagi di Bukit Dagi. Hidangan otentik lokal nan nikmat sambil menikmati pemandangan Candi Borobudur dan jajaran bukit Menoreh di kejauhan, menjadi sajian pagi yang tak terlupakan.

Berapa harga tiketnya?

Reservasi tiket Borobudur Sunrise bisa dilakukan melalui whatsapp +62 857 2758 7800 atau melalui link resmi ticket.injourneydestination.id dengan harga tiket sebesar Rp 1 juta bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik dengan kuota maksimal 100 orang per hari.

Pengunjung tetap diwajibkan menggunakan upanat untuk mengurangi gesekan langsung pada struktur batu candi. Pengelola juga mengatur sirkulasi agar tidak menimbulkan tekanan berlebih pada bagian-bagian yang rentan.

(sym/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Cerita Ustaz Fakhrurrazi yang Ingin Berangkatkan Umrah Penjual Es Teh



Jakarta

Ustaz Muhammad Fakhrurrazi Anshar berhasil menyentuh hati banyak orang. Ia adalah sosok di balik kebahagiaan Sunhaji, sang penjual es teh yang diolok oleh Gus Miftah.

Kepada detikHikmah, Ustaz Muhammad Fakhrurrazi Anshar menceritakan awal mula dirinya ingin memberangkatkan Sunhaji untuk umrah. Hatinya terluka ketika melihat video Sunhaji viral di media sosial.

“Qadarallah saya kemarin pas lagi pake kain ihram, lagi di stasiun kereta, kereta cepet di Madinah ngelihat itu tuh sedih banget, ngeliat video itu tuh. Responnya sedih banget. Langsung saya bikin videonya (untuk Sunhaji),” kata Ustaz Fakhrurrazi melalui sambungan telepon, Rabu (4/12/2024).


Karena menurut Fakhrurrazi, umroh adalah hadiah yang sangat berkesan. Ia ingin mengobati luka Sunhaji dengan kebahagiaan yang tak terbayangkan.

“Niat saya cuman pengen ngebahagiain Bapak itu. Titik. Nggak ada yang lain,” ujarnya.

Namun siapa sangka, video Fakhrurrazi yang ingin memberangkatkan Sunhaji umrah ikut viral. Instagramnya pun dibanjiri ucapan terima kasih dari para netizen.

“Saya nggak pernah nyangka. Dan saya umrohin orang bukan pertama kali, udah banyak. Tapi ini viralnya luar biasa,” ungkap Fakhrurrazi.

Followers akun media sosialnya pun bertambah seiring berjalannya waktu. Ia pun takjub dengan kekuasaan Allah yang langsung membalas niat baiknya.

“Itu followers saya nambah luar biasa itu. Nggak tahu dari mana orang- orang itu. Semua, Facebook, TikTok, tapi paling cepet Instagram itu nambahnya nggak tahu berapa tuh. Sebelumnya 80 ribu sekian gitu lah,” papar Fakhrurrazi.

“Tapi mungkin Allah yang ngatur saya yang bikin video dan saya yang viral. Kita nggak tahu juga kenapa, itu udah pengaturan Allah juga. Lagi-lagi kembali ke niat sih kalau saya ngelihatnya. Mungkin saya pun merasa saya nggak ada kebutuhan apa-apa sama nih bapak waktu bikin video,” tukasnya.

Jika tak ada halangan, Ustaz Muhammad Fakhrurrazi Anshar akan memberangkatkan Sunhaji penjual es teh umrah pada bulan Ramadan. Tepatnya tanggal 3 Maret 2025.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

Penjual Es Teh Viral dan Istri Akan Berangkat Umrah Saat Bulan Ramadan



Jakarta

Ustaz Muhammad Fakhrurrazi Anshar akan memberangkatkan umrah Sunhaji, penjual es teh di Magelang, Jawa Tengah, pada bulan Ramadan 2025. Tak tanggung-tanggung, Sunhaji akan diberi fasilitas mewah dengan penginapan bintang 5.

“Saya kasih bintang 5. Apa lagi Ramadan, harga hotel naik. Mahal,” kata Ustaz Muhammad Fakhrurrazi Anshar, kepada detikHikmah, Rabu (4/12/2024).

“Ada yang nanya berapaan? Mungkin hampir Rp 50 juta (biaya umrahnya). Karena bulan Ramadan nih umrahnya, hotel bintang 5,” sambungnya.


Beliau bahkan berencana agar keduanya bisa sekamar selama di Tanah Suci. Fakhrurrazi akan membimbing langsung sang penjual es teh dalam menjalani ibadah umrah.

“Saya niatnya dia sekamar sama saya. Saya niatnya kayak gitu,” tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat yang ingin mengikuti jejak kebaikan Ustaz Muhammad Fakhrurrazi Anshar. Diantaranya ada yang ingin memberikan uang saku untuk Sunhaji selama berada di Tanah Suci. Ada pula yang ingin membiayai istri Sunhaji untuk berangkat umrah.

“Jadi memang luar biasa. Masya Allah. Video ajakan saya yang untuk umroh itu memang viral banget. Luar biasa. Tanpa pernah saya berniat juga,” ungkap Fakhrurrazi.

Melihat animo masyarakat yang begitu besar, Fakhrurrazi berencana ingin menggalang dana untuk memberangkatkan kedua anak Sunhaji umrah. Ia ingin memfasilitasi niat baik orang-orang yang ingin berbagi kebahagiaan untuk Sunhaji.

“Saya tentu mengetahui bahwa namanya kejadian itu nggak akan terus begitu. Paling seminggu lagi reda. Jadi mumpung masih hangat, kalau saya bikin galang dana anaknya dua orang bisa ikut juga ini. Udah lah sekalian aja dibahagiain sekeluarga. Karena belum tentu momentum ini datang lagi, keulang lagi sama dia,” beber Fakhrurrazi.

Sebelumnya, Ustaz Muhammad Fakhrurrazi Anshar prihatin dengan kejadian yang menimpa Sunhaji. Ia dihina oleh Gus Miftah di depan banyak orang karena jualan es tehnya masih banyak yang belum laku.

Untuk membahagiakan Sunhaji, Ustaz Muhammad Fakhrurrazi Anshar akhirnya membuat video di Instagram. Isinya berupa ajakan pergi umrah gratis untuk Sunhaji.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com