Jakarta –
Karbohidrat utama yang dikonsumsi orang Asia, termasuk Indonesia adalah nasi. Namun, banyak isu menyebut makan nasi bisa menyebabkan batuk. Apa benar?
Nasi merupakan salah satu karbohidrat utama masyarakat di negara Asia. Makanan pokok ini seringkali dilengkapi dengan berbagai macam lauk pauk.
Banyak orang merasa puas ketika makan besar dengan menu utama nasi. Nasi memang mengenyangkan dan bisa menjadi sumber energi utama bagi tubuh manusia.
Pasalnya, nasi putih merupakan karbohidrat kompleks yang akan diubah tubuh menjadi glukosa secara perlahan, kemudian menjadi bahan bakar tubuh.
Namun, takarannya perlu diperhatikan. Terlalu banyak makan nasi putih sering dikaitkan dengan masalah peningkatan gula darah, mencegah penyerapan vitamin dan mineral, hingga memengaruhi metabolisme glukosa dalam tubuh.
Selain itu, banyak juga perdebatan yang menyebut makan nasi bisa menyebabkan batuk. Namun, apakah benar nasi bisa berpengaruh terhadap penyakit flu dan batuk?
Dr. Jamal A.Khan, seorang spesialis terapi sel dendritik di India, memberi penjelasan terkait hubungan antara nasi dan penyakit batuk.
Untuk mengetahui apakah benar ada pengaruhnya atau tidak, simak penjelasannya seperti dilansir dari indianexpress.com (26/06/2024).
1. Benarkah makan nasi bikin batuk?
Ada gagasan menyebut makan nasi bisa bikin batuk. Apakah benar? Foto: Getty Images/iStockphoto/motosuke_moku |
Selain air dingin atau es, banyak orang menghindari konsumsi nasi. Mereka menganggap sumber karbohidrat penambah energi ini menyebabkan mereka terserang flu dan batuk.
Namun, Dr. Jamal A.Khan mengungkap jika nasi tidak menyebabkan atau memperparah batuk. Hal ini tidak seperti yang diyakini sebagian orang.
Menurutnya nasi adalah bahan makanan yang menyehatkan. Tidak akan menyebabkan batuk dan alergi apapun. Beda dari gandum yang bisa menyebabkan alergi gluten pada sebagian orang.
2. Apa hubungan nasi dan batuk?
Banyak perdebatan terkait hubungan makan nasi dan batuk ini. Foto: Getty Images/PonyWang |
Dr. Shweta Bansal, konsultan senior pulmonologi dan pengobatan tidur dari Rumah Sakit Narayana juga menyebut kalau nasi tidak menyebabkan batuk.
Namun, dalam beberapa kasus, batuk dapat disebabkan oleh alasan tertentu. Misalnya, jika nasi tidak dimasak dengan benar atau mengandung kontaminan. Hal itu berpotensi mengiritasi tenggorokan.
Menghirup partikel nasi halus saat makan atau memasak juga bisa memicu batuk.
Dr. Bansal juga menyatakan perlunya memperhatikan kebiasaan makan. Hindari makan nasi terlalu cepat karena bisa tersangkut di tenggorokan, dan dapat menyebabkan batuk.
Namun, kejadian seperti ini jarang terjadi sehingga nasi pun dianggap sebagai makanan yang aman bagi kebanyakan orang.
Sependapat dengan itu, Dr. Neeti Sharma, kepala ahli gizi Rumah Sakit Marengo Asia Faridabad menekankan pentingnya mengunyah secara perlahan.
Dr. Neeti Sharma menyebut tidak ada hubungannya nasi dengan pilek dan batuk.
“Jika sudah batuk, Anda perlu berkumur dengan baik dan membersihkan tenggorokan. Nasi tidak dapat menyebabkan batuk,” ujarnya.
Hal yang harus diperhatikan saat makan nasi bisa dilihat pada halaman selanjutnya!
3. Hal yang perlu diperhatikan
Nasi tergolong makanan yang lembut dan mudah ditelan.
Oleh karena itu, Dr Sharma menunjukkan kondisi ketika seseorang sakit dan menikmati makanan hangat lembut, seperti nasi, maka hal itu tidak akan membuat tenggorokan sakit. Sebab, nasi mudah ditelan dan memberikan nutrisi yang menenangkan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah cara makannya. Disarankan makan nasi secara perlahan dan mengunyahnya dengan benar. Jangan ditelan begitu saja.
Gagasan makan nasi menyebabkan batuk tidak didukung oleh penelitian ilmiah. Meskipun batuk dapat dipicu dari berbagai faktor, termasuk alergi dan infeksi pernapasan, tetapi tidak ada bukti menunjukkan konsumsi nasi secara langsung menyebabkan batuk.
Namun, kepekaan dan alergi masing-masing individu harus selalu dipertimbangkan. Jika mengalami reaksi yang tidak diinginkan setelah makan nasi, sebaiknya konsultasi dengan ahli kesehatan untuk evakuasi dan mendapat panduan tepat.
(aqr/adr)
![]() |
Source : unsplash.com / Lily Banse
Makan Nasi Bagusnya Pagi, Siang, atau Malam Hari? Ini Jawabannya Jakarta – Mengonsumsi nasi ternyata ada waktu idealnya menurut pakar. Lebih baik makan nasi pada pagi, siang, atau malam hari? Begini penjelasannya dari sisi kesehatan. Nasi merupakan makanan pokok mayoritas orang Asia. Umumnya nasi dimakan saat siang hari untuk mengisi energi. Namun ada juga yang suka makan nasi sebagai menu sarapan atau makan malam. Lantas, adakah waktu ideal makan nasi? Dikutip dari Onlymyhealth (31/1/2025), jawaban mengenai pertanyaan tersebut ternyata dapat berbeda. Hal ini tergantung dari metabolisme tubuh seseorang, tujuan pola makan, serta pilihan gaya hidupnya.
Pakar kesehatan Pooja Singh menjelaskan, waktu makan nasi dapat memengaruhi kondisi kesehatan. Bagi yang punya gaya hidup aktif, makan nasi disarankan pada pagi atau siang hari. Berikut alasannya: 1. Pemanfaatan energi yang lebih baik Nasi merupakan makanan tinggi karbohidrat yang memberikan energi cepat. Oleh karena itu, nasi dapat dikonsumsi saat pagi atau siang hari. Tubuh bakal memanfaatkan energi secara efektif dan mencegah rasa lesu. 2. Bantu meminimalisir penyimpanan lemak Metabolisme tubuh meningkat setiap harinya. Oleh karena itu, karbohidrat dapat dicerna dan diserap lebih baik. Hal ini meminimalkan kemungkinan penyimpanan lemak. 3. Menghindari keinginan ngemil malam hari Makan nasi dengan porsi seimbang di pagi hari dapat membantu memuaskan rasa lapar dan mencegah keinginan ngemil tengah malam. Lalu, bolehkah makan nasi pada malam hari? Jawabannya boleh saja makan nasi pada malam hari, meski banyak orang khawatir praktik ini dapat meningkatkan berat badan dan memperlambat metabolisme tubuh. “Namun, mengonsumsi nasi secukupnya di malam hari bukanlah hal yang buruk,” kata Pooja. Ia menyarankan beberapa hal untuk dipertimbangkan, seperti berikut: 1. Porsi Makan nasi berlebihan di malam hari, terutama nasi putih, dapat menyebabkan asupan kalori berlebih. Solusinya, makan nasi putih dalam porsi yang terkontrol. Kemudian padukan dengan protein dan sayuran kaya serat untuk menghasilkan makanan bergizi seimbang. 2. Jenis nasi Alih-alih nasi putih, pilihlah biji-bijian utuh seperti nasi merah, nasi cokelat, atau quinoa. Jenis bijian ini memiliki indeks glikemik lebih rendah dan menjaga kadar gula darah tetap stabil. 3. Tingkat aktivitas Jika kamu memiliki gaya hidup yang tidak banyak bergerak, sebaiknya tidak makan nasi pada malam hari. Berat badan sangat mungkin bertambah karena kelebihan karbohidrat mungkin tidak dimanfaatkan sepenuhnya oleh tubuh. Kesimpulannya, jika ingin menurunkan berat badan, sebaiknya makan nasi pada pagi atau siang hari. Sebab kalori berlebihan dapat digunakan sepanjang hari. Bagi atlet dan orang yang ingin membentuk otot, mengonsumsi nasi usai latihan fisik dapat mengisi kembali simpanan glikogen. Pada prinsipnya, konsumsi konsumsi nasi dalam porsi seimbang kapan pun sepanjang hari, disertai protein rendah lemak, sayuran, dan lemak sehat, merupakan indikasi pola makan yang baik. (adr/adr) Sari Berita Penting |



