Tag Archives: malaikat maut

Kisah Sakaratul Maut Rasulullah SAW yang Tetap Ingat Umatnya



Jakarta

Tiap makhluk yang bernyawa juga akan melewati sakaratul maut. Peristiwa ini juga dialami oleh Rasulullah SAW saat didatangi oleh malaikat maut yang mengabarkan hendak mencabut nyawa Beliau.

Menurut buku Makna Kematian Menuju Kehidupan Abadi karya KH. Muhammad Sholikhin, Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa sakaratul maut adalah ungkapan rasa sakit yang menyerang inti jiwa dan menjalar ke seluruh bagian jiwa sehingga tiada satu pun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit tersebut.

Kisah Sakaratul Maut Nabi Muhammad SAW

Ada sejumlah riwayat yang mengisahkan tentang kebiasaan Malaikat Maut meminta izin masuk rumah untuk menemui para nabi sebelum mencabut nyawanya. Salah satunya kepada Nabi Muhammad SAW.


Kisah perjumpaan Malaikat Maut dengan Rasulullah SAW ini diceritakan oleh Guru Besar Universitas Al-Azhar Kairo, Mustofa Murod, dalam buku Dialog Malaikat Maut dengan Para Nabi AS yang bersandar pada hadits riwayat dari Aisyah RA. Ada yang menyebut, Rasulullah SAW sedang bersama Aisyah, ada pula yang menyebut Beliau bersama Ali bin Abi Thalib di ujung ajalnya.

Malaikat Maut meminta izin masuk di depan pintu. Lalu, Malaikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, itu Malaikat Maut. Ia meminta izin masuk menemuimu. Ia tidak pernah meminta izin masuk kepada manusia sebelumnya. Dan, ia tidak akan meminta izin masuk kepada seorang manusia pun setelah ini.”

Beliau bersabda, “Izinkanlah ia masuk.”

Maka, Malaikat Maut pun masuk dan duduk di hadapan Nabi Muhammad SAW, lalu berkata, “Sesungguhnya, Allah mengutusku untuk menemuimu dan memerintahkanku untuk mematuhimu. Jika engkau memerintahkanku mencabut nyawamu maka akan kucabut. Jika engkau tidak suka maka akan kutinggalkan.”

Beliau bertanya, “Engkau akan melakukannya, wahai Malaikat Maut?”

Malaikat Maut menjawab, “Ya, itulah yang diperintahkan kepadaku.”

Jibril kemudian mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW, “Sesungguhnya, Allah telah rindu bertemu denganmu.”

Rasulullah SAW pun bersabda, “Segera lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu.”

Sementara itu, dalam kisah lainnya, dikutip dari buku Kisah-kisah Islami Inspiratif for Kids tulisan A. Septiyani, kisah ini dapat diketahui saat ada yang bertamu ke kediaman Rasulullah SAW tapi Fatimah, putri nabi, tidak mengetahui siapa dia.

“Aku mohon maaf, tapi aku tidak bisa membiarkanmu masuk karena ayahku sedang demam,” kata Fatimah sambil menutup pintu.

Fatimah segera mendekati ayahnya, dan Rasulullah SAW bertanya, “Wahai anakku, siapa tamu itu?”

Fatimah menjawab dengan lembut, “Aku tidak tahu, Ayah. Tapi sepertinya ini pertama kalinya aku bertemu dengannya.”

Rasulullah SAW menatap putri tercintanya dengan tatapan yang menggetarkan. Beliau berkata, “Wahai anakku, ketahuilah bahwa orang yang kamu lihat adalah yang mengakhiri kenikmatan sesaat. Dia yang memisahkan pertemuan di dunia. Dia adalah Malaikat Maut.” Mendengar itu, Fatimah tidak bisa menahan tangisnya.

Kemudian, Malaikat Maut mendekati Rasulullah SAW. Karena Rasulullah SAW menanyakan keberadaan Malaikat Jibril, Malaikat Maut memanggil Malaikat Jibril untuk menemani Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Jibril, katakan padaku apa hakku di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala?”

Malaikat Jibril menjawab, “Wahai Rasulullah, pintu-pintu langit akan terbuka dan para malaikat sudah menantikanmu di sana. Semua pintu surga telah terbuka lebar menantikan kedatanganmu.”

Meskipun mendengar kabar gembira dari Malaikat Jibril, Rasulullah SAW masih terlihat cemas.

Melihat kecemasan Rasulullah SAW, Malaikat Jibril bertanya, “Mengapa engkau masih cemas seperti itu? Apakah engkau tidak bahagia mendengar kabar ini, ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW kembali bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, bagaimana nasib umatku kelak?”

Malaikat Jibril menjawab, “Jangan khawatirkan nasib umatmu, ya Rasulullah. Aku mendengar Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kepadaku: ‘Aku telah mengharamkan surga bagi selain umat Muhammad, hanya umatmu yang berhak memasukinya.'”

Rasulullah SAW merasa sedikit tenang. Tak terasa, saat-saat kepergian sang rasul semakin dekat. Malaikat Izrail terlihat sedang menjalankan tugasnya. Perlahan-lahan, ruh Nabi Muhammad SAW diambil. Tubuh Rasulullah SAW basah karena keringat.

Urat-uratnya tampak tegang. Sambil merasakan rasa sakit, Rasulullah SAW berkata, “Wahai Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”

Melihat Rasulullah SAW dalam kesakitan, Malaikat Jibril hanya bisa memalingkan wajahnya. Ia tidak tega melihat Rasulullah SAW dalam penderitaan seperti itu.

“Wahai Malaikat Jibril, apakah engkau merasa jijik melihatku sehingga kau memalingkan wajahmu?” tanya Rasulullah SAW.

Malaikat Jibril menjawab, “Siapakah yang akan tega melihat kekasih Allah menghadapi ajalnya?”

Dikutip dari Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah karya Syekh Nawawi Al-Bantani, hingga di saat menjelang akhir hayatnya, sang penghulu rasul itu tetap memikirkan nasib umatnya.

Bahkan ketika merasakan dahsyatnya rasa sakit sakaratul maut, Rasulullah masih sempat berdoa untuk keselamatan umatnya. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan (timpakan) kepada umatku,” doa Nabi Muhammad SAW.

Tubuh Rasulullah SAW semakin dingin. Bibirnya bergetar seolah ingin mengucapkan sesuatu. Ali bin Abi Thalib mendekati beliau, dan Rasulullah SAW berbisik, “Jagalah salat dan peliharalah orang-orang lemah di antara kalian.”

Tangisan terdengar di sekeliling dan Fatimah menutup wajahnya dengan tangannya. Ali bin Abi Thalib mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW, dan Beliau berbisik, “Ummatii, ummatii, ummatii… (Umatku, umatku, umatku…).”

Rasulullah SAW pun wafat pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah. Duka itu menyelimuti umat Islam di Madinah hingga kesedihan mendalam bagi para sahabat seperti Umar bin Khattab dan Abu Bakar Ash Shiddiq.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Detik-detik Malaikat Izrail Mencabut Nyawa Sang Rasul



Jakarta

Meski Rasulullah SAW merupakan utusan Allah SWT, beliau tetap merasakan sakitnya sakaratul maut. Setiap makhluk yang hidup akan mengalami pencabutan nyawa.

Nabi Muhammad SAW wafat pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah. Abu Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi melalui Sirah Nabawiyah menjelaskan bahwa sang rasul mulai jatuh sakit pada akhir bulan Safar tahun ke-11 Hijriah.

Dikatakan oleh Aisyah RA, Rasulullah SAW jatuh sakit setelah mengunjungi pemakaman para sahabat di Baqi’ al Gharqadd. Setelah itu,belia menemui Aisyah di rumah.


Nabi Muhammad SAW kemudian memanggil istri-istrinya dan meminta izin tinggal di rumah Aisyah selama sakit. Di rumah Aisyah inilah Rasulullah wafat.

“Maut datang kepada Rasulullah ketika kepala Beliau berada di pangkuanku,” kata Aisyah.

Sebelum wafat, Rasulullah sempat pingsan sebentar, lalu tersadar. Saat sadar pandangan Nabi Muhammad mengarah ke atap rumah dan berkata, “Allahumma Ar-Rafiqal A’la (Ya Allah Dzat yang Maha Tinggi).” Setelah mengucapkan kalimat itu, Rasulullah wafat.

Mengutip dari buku Kisah-kisah Islami Inspiratif for Kids oleh A. Septiyani, kisah tersebut diketahui saat ada yang bertamu ke kediaman Rasulullah SAW namun Fatimah, putri nabi, tidak mengetahui siapa dia.

“Aku mohon maaf, tapi aku tidak bisa membiarkanmu masuk karena ayahku sedang demam,” kata Fatimah seraya menutup pintu.

Fatimah segera mendekati ayahnya, dan Rasulullah SAW bertanya, “Wahai anakku, siapa tamu itu?”

“Aku tidak tahu, Ayah. Tapi sepertinya ini pertama kalinya aku bertemu dengannya.” jawab Fatimah.

Rasulullah SAW menatap putri tercintanya dengan tatapan yang menggetarkan. Beliau berkata, “Wahai anakku, ketahuilah bahwa orang yang kamu lihat adalah yang mengakhiri kenikmatan sesaat. Dia yang memisahkan pertemuan di dunia. Dia adalah Malaikat Maut.” Mendengar itu, Fatimah tidak bisa menahan tangisnya.

Lalu, Malaikat Maut mendekati Rasulullah SAW. Karena Rasulullah SAW menanyakan keberadaan Malaikat Jibril, Malaikat Maut memanggil Malaikat Jibril untuk menemani Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Jibril, katakan padaku apa hakku di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala?”

Malaikat Jibril menjawab, “Wahai Rasulullah, pintu-pintu langit akan terbuka dan para malaikat sudah menantikanmu di sana. Semua pintu surga telah terbuka lebar menantikan kedatanganmu.”

Meskipun mendengar kabar gembira dari Malaikat Jibril, Rasulullah SAW masih terlihat cemas.

Melihat kecemasan sang rasul, Malaikat Jibril bertanya, “Mengapa engkau masih cemas seperti itu? Apakah engkau tidak bahagia mendengar kabar ini, ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW kembali bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, bagaimana nasib umatku kelak?”

Malaikat Jibril menjawab, “Jangan khawatirkan nasib umatmu, ya Rasulullah. Aku mendengar Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kepadaku: ‘Aku telah mengharamkan surga bagi selain umat Muhammad, hanya umatmu yang berhak memasukinya.'”

Mendengar itu, Rasulullah SAW merasa sedikit tenang. Tak terasa, saat-saat kepergian sang rasul semakin dekat.

Malaikat Izrail terlihat menjalankan tugasnya. Dengan perlahan, ruh Nabi Muhammad SAW diambil. Tubuh beliau dibanjiri oleh keringat.

Urat-uratnya sang nabi tampak tegang. Sembari merasakan sakit yang tiada tara, Nabi Muhammad SAW berkata, “Wahai Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”

Melihat Rasulullah SAW kesakitan, Malaikat Jibril hanya bisa memalingkan wajahnya. Ia tidak tega melihat beliau dalam penderitaan.

“Wahai Malaikat Jibril, apakah engkau merasa jijik melihatku sehingga kau memalingkan wajahmu?” tanya Rasulullah SAW.

Malaikat Jibril menjawab, “Siapakah yang akan tega melihat kekasih Allah menghadapi ajalnya?”

Dikisahkan dalam Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah susunan Syekh Nawawi Al-Bantani, hingga di penghujung hidupnya, Nabi Muhammad SAW tetap memikirkan nasib umatnya. Ketika merasakan dahsyatnya sakit sakaratul maut, Rasulullah SAW masih sempat berdoa untuk keselamatan umatnya.

“Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan (timpakan) kepada umatku,” doa Nabi Muhammad SAW.

Tubuh beliau semakin dingin. Bibirnya bergetar seolah ingin mengucapkan sesuatu. Ali bin Abi Thalib mendekati beliau, dan Rasulullah SAW berbisik, “Jagalah salat dan peliharalah orang-orang lemah di antara kalian.”

Tangisan terdengar di sekeliling dan Fatimah menutup wajahnya dengan tangannya. Ali bin Abi Thalib mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW, dan Beliau berbisik, “Ummatii, ummatii, ummatii… (Umatku, umatku, umatku…).”

Mustofa Murod melalui bukunya yang berjudul Dialog Malaikat Maut dengan Para Nabi AS yang bersandar pada hadits riwayat dari Aisyah RA menceritakan terkait perjumpaan Malaikat Maut dengan Nabi Muhammad SAW. Sebagian menyebut Rasulullah tengah bersama Ali bin Abi Thalib di ujung ajalnya, sebagian lagi mengatakan bersama dengan Aisyah RA.

Wallahu a’lam bishawab.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Ibrahim AS, Dikuburkan Disamping Makam Istrinya



Jakarta

Nabi Ibrahim AS adalah salah satu utusan Allah SWT yang kisahnya termaktub dalam Al-Qur’an. Ia dijuluki sebagai bapaknya para nabi atau Abul Anbiya.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, Nabi Ibrahim AS memiliki nama lengkap Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Shrug bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Beliau berdakwah kepada penduduk Babilonia yang menyembah berhala.

Wafatnya Nabi Ibrahim AS disebabkan oleh sakit yang ia derita. Dikisahkan dalam buku Lentera Kematian tulisan Hakim Muda Harahap, Ibrahim AS didatangi malaikat maut di rumahnya dengan wajah rupawan.


Nabi Ibrahim AS yang melihat itu kemudian bertanya siapa yang menyuruhnya datang ke rumah. Malaikat maut mengatakan bahwa ia diminta Allah SWT untuk menyampaikan Ibrahim AS telah diangkat menjadi kekasih Allah SWT.

Kemudian, Nabi Ibrahim AS meminta kepada malaikat maut untuk menunjukkan cara dia mencabut nyawa manusia. Malaikat maut lalu menjawab bahwa Nabi Ibrahim AS tidak akan kuat melihatnya.

Ibrahim AS bersikeras kepada malaikat maut untuk memperlihatkannya.Tiba-tiba, Nabi Ibrahim AS melihat wajah yang sangat hitam, kepalanya mencapai langit dan dari mulutnya keluar jilatan api. Pada tubuhnya, tidak ada sehelai rambut kecuali api menyala-nyala.

Menyaksikan itu, Ibrahim AS pingsan. Ketika sadar, ia berkata:

“Wahai malaikat maut, seandainya orang kafir tidak mendapat siksa, dengan melihatmu saja dengan rupa demikian sudah cukup baginya itu sebagai penderitaan,”

Selanjutnya, Nabi Ibrahim AS meminta malaikat maut untuk menunjukkan bagaimana ia akan mencabut ruh muslim yang beriman. Lalu, malaikat maut menunjukkan dirinya dengan rupa yang tampan dan berpakaian putih bersih.

Ruh Nabi Ibrahim AS lalu dicabut sesudah melewati beberapa hari dari sakitnya. Ia lalu dikuburkan dalam sebuah gua di daerah Habrawan di samping istrinya, Sarah.

Sebagian berpendapat Nabi Ibrahim AS meninggal pada usia 175 tahun, ada juga yang menyebut 190 tahun. Riwayat lain mengatakan Ibrahim AS hidup selama 200 tahun.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Cerita Uzair Hidup Lagi setelah Mati 100 Tahun



Jakarta

Ada satu kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan sosok Uzair hidup lagi usai 100 tahun mati. Kisah ini menjadi bukti tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

Kisah mengenai Uzair diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 259. Allah SWT berfirman:

أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


Artinya: “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Menukil buku Ia Hidup Kembali Setelah Mati 100 Tahun yang ditulis Ustaz Ahmad Zacky El-Syafa, Uzair adalah seorang pemuda saleh dan bijak. Suatu hari ia pulang ke kampung halamannya setelah mengembara.

Saat Uzair melewati sebuah bangunan yang sudah rusak, ia memutuskan masuk ke dalam bangunan itu untuk beristirahat. Setelah itu, Uzair memeras anggur dan meletakkannya dalam bejana, ia juga mengeluarkan roti dan memasukkannya dalam bejana yang isinya perasan anggur lalu memakannya.

Kemudian, Uzair merebahkan punggungnya dan meletakkan kedua kakinya pada dinding bangunan. Seraya memandangi atap rumah dan sekitarnya, Uzair menyaksikan bahwa penghuni rumah itu sudah hancur dan binasa, karena di sana terdapat tulang belulang manusia yang berserakan.

Uzair berpikir, bagaimana cara Allah SWT menghidupkan kembali negeri yang sudah hancur? Pikiran tersebut bukan keraguan, melainkan wujud kontemplasi atas kekuasaan Sang Khalik. Sebab, Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Kuasa.

Mendengar pikiran Uzair, maka Allah SWT memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawa Uzair. Pemuda itu lalu tertidur selama seratus tahun lamanya.

Setelah bangun, Allah SWT kembali menghidupkan Uzair. Malaikat lalu bertanya kepadanya, “Berapa lamakah engkau tinggal di sini?”

Uzair menjawab, “Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari,”

Malaikat berkata, “Sesungguhnya engkau telah tinggal di sini selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu,”

Makanan yang berupa roti dan minuman itu masih berupa seperti semula, tidak mengalami perubahan meski seratus tahun telah berlalu. Ini sesuai dengan firman Allah SWT pada surah Al Baqarah ayat 259.

Selanjutnya, malaikat meminta Uzair melihat ke arah keledainya atau hewan yang ia tunggangi. Hewan tersebut telah berubah menjadi tulang belulang.

Kemudian, malaikat menyeru kepada tulang belulang keledai itu sampai akhirnya kembali hidup atas kuasa Allah SWT. Uzair yang menyaksikan hal itu sangat terkejut.

Setelah itu, Uzair bersama keledainya berjalan menuju rumahnya yang lama. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Uzair melihat banyak orang asing yang tidak mengenalnya.

Sesampainya di rumah, Uzair menemui seorang wanita tua yang usianya sekitar 120 tahun. Berbeda dengan Uzair yang usianya 140 tahun tapi wujud tubuhnya masih seperti pemuda berusia 40 tahun.

Uzair bertanya kepada wanita tua itu apakah benar ia berada di rumahnya. Wanita itu menjawab, “Benar, ini memang rumah Uzair,”

Ia lalu menangis dan berkata, “Aku tidak pernah menemukan seorang pun yang masih mengingat Uzair.”

“Akulah Uzair. Allah SWT mematikan aku selama seratus tahun, kemudian Dia membangkitkan aku kembali,” ujar Uzair.

Wanita itu berkata, “Maha Suci Allah. Sesungguhnya kami telah kehilangan Uzair sejak seratus tahun lalu dan kami tidak pernah mendengar namanya.”

“Aku ini adalah Uzair,” kata Uzair menegaskan.

Wanita itu mengatakan, “Sesungguhnya Uzair adalah orang yang doanya dikabulkan oleh Allah. Ia senantiasa mendoakan untuk kesembuhan bagi orang yang tengah sakit. Maka doakan aku agar Allah menyembuhkan dan mengembalikan pandangan mataku sehingga aku dapat melihatmu. Jika engkau benar-benar Uzair, tentu aku akan mengenalmu.”

Uzair pun lantas berdoa kepada Allah dan mengusapkan tangannya pada kedua kelopak mata wanita itu. Dengan kuasa Allah SWT, mata wanita tersebut yang sebelumnya tidak bisa melihat tiba-tiba sembuh dan melihat kembali. Uzair berkata, “Bangunlah dengan izin Allah.”

Wanita itu bangkit dan berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau benar-benar Uzair.”

Dikisahkan dalam buku Agar Doa Dikabulkan Allah karya Manshur Abdul Hakim, wanita tua itu pergi ke tempat bani Israil berkumpul dan bermain. Anak Uzair sudah berusia 118 tahun dan cucu-cucunya sudah tua.

“Ini Uzair telah datang kepada kalian,” kata wanita tersebut.

Mulanya, mereka tidak percaya. Wanita tua itu kembali berkata, “Aku budak perempuan kalian. Ia telah berdoa untukku kepada Tuhan sehingga penglihatanku kembali seperti sedia kala dan kakiku dapat berjalan kembali. Ia mengaku bahwa Allah telah mematikannya selama 100 tahun dan menghidupkannya kembali.”

Mendengar itu, orang-orang melihat Uzair dengan takjub. Sebab, wujud Uzair kembali muda padahal usianya sudah seratus lebih.

Lalu, salah satu anak Uzair berkata, “Bapakku memiliki tanda hitam di antara dua bahunya.”

Uzair kemudian menyingkap bahunya dan tanda itu ada. Akhirnya, Uzair hidup dalam keadaan muda bersama anak-anak dan cucu-cucunya yang sudah tua.

Sebagian mengatakan Uzair seorang nabi. Namun disebutkan dalam Ensiklopedia Al-Qur’an & Hadis Per Tema susunan Yusni Amru Ghazali dkk, terdapat hadits yang menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW tidak tahu menahu mengenai apakah Uzair seorang nabi atau bukan.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Aku tidak tahu apakah Tubba’ adalah orang yang terlaknat atau tidak, dan aku tidak tahu apakah Uzair adalah seorang nabi atau bukan.” (HR Abu Daud)

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com