Tag Archives: malaikat

Kisah Uwais Al Qarni, Sosok Pemuda yang Terkenal di Langit


Jakarta

Pelajaran tentang ketakwaan, keimanan, dan kebaktian seseorang juga bisa dicontoh hanya dari seorang pemuda biasa bernama Uwais Al Qarni. Ia merupakan pemuda yang terkenal di langit karena keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Uwais Al-Qarni adalah seorang pemuda dari Yaman yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Akhmad Mahmudi, Uwais bukan orang yang kaya, melainkan hanya seorang fakir dan yatim yang hanya hidup berdua dengan ibunya yang lumpuh dan buta.

Sehari-hari, Uwais hidup dengan mengandalkan penghasilannya dari menggembala domba. Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan ibunya. Sedangkan apabila ada kelebihan, terkadang ia gunakan untuk menolong tetangganya yang juga kesusahan.


Selebihnya Uwais sering berpuasa. Hidupnya hanya ia gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT dan berbakti kepada ibunya, karena ayahnya sudah lama meninggal.

Uwais Al Qarni Datangi Nabi Muhammad SAW

Uwais merasa sangat sedih setiap kali melihat tetangganya yang lepas pergi menemui Nabi Muhammad SAW. Ia belum pernah menemui beliau padahal dirinya sangat ingin bertemu. Namun, di saat yang sama ibunya tidak bisa ia tinggalkan.

Saking cintanya kepada Nabi Muhammad SAW, ketika ia mendengar ada yang melempari Rasulullah SAW hingga membuat giginya patah, Uwais turut mematahkan giginya dengan batu hingga patah.

Hal ini ia lakukan sebagai bentuk kecintaannya yang mendalam kepada Nabi Muhammad SAW yang bahkan belum pernah ia temui itu. Ia selalu bertanya-tanya, kapankah ia bisa bertemu dan memandangi wajah beliau dari dekat.

Akhirnya, pada suatu hari ia ungkapkan semua isi hatinya kepada ibunya dan meminta izin untuk bisa bertemu dengan Nabi Muhamamd SAW. Ibunya pun mengizinkannya untuk pergi ke Madinah.

Ibunya berpesan kepada Uwais, “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Dengan hati yang sangat gembira, ia akhirnya tiba di Madinah. Di depan pintu rumah Nabi Muhammad SAW, ia mengetuknya. Setelah pintu dibuka, ternyata yang menyambutnya bukan Rasulullah SAW sendiri, melainkan Aisyah RA. Saat itu nabi sedang berada dalam peperangan sehingga beliau tidak bisa menemuinya.

Uwais sangat kecewa. Bahkan ketika sampai di rumah nabi ia belum juga bisa menemui beliau. Ia ingin sekali menunggu nabi pulang dari medan perang, namun ia teringat dengan pesan ibunya yang menyuruhnya segera pulang ketika sudah bertemu beliau.

Dengan berat hati, akhirnya Uwais memilih untuk mematuhi ibunya dan kembali pulang tanpa pernah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW.

Ketika Nabi Muhammad SAW pulang dari pertempuran, beliau menanyakan kepada Aisyah RA tentang orang yang mencarinya dan ia pun menceritakannya kepada nabi.

Aisyah RA menjelaskan bahwa ada seorang pemuda dari Yaman yang datang ingin berjumpa dengan Rasulullah SAW. Namun, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan, ia tidak bisa menunggu kedatangan nabi dan memilih untuk pulang.

Nabi Muhammad SAW lalu menjelaskan bahwa pemuda itu adalah penghuni langit. Beliau juga menceritakan kepada para sahabat, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.”

Beliau juga menyarankan untuk meminta doa dan istighfar darinya, sebab ia adalah penghuni langit dan bukan penduduk bumi.

Bertahun-tahun kemudian, khalifah Umar RA ingat dengan sabda Nabi SAW tentang pemuda yang terkenal di langit. Sejak saat itu, Umar RA selalu mencari kehadirannya dalam rombongan kalifah yang datang dari Yaman. Hingga suatu saat ia benar-benar bertemu dengan pemuda tersebut.

Khalifah Umar RA dan Ali RA datang ke perkemahan Uwais dan datang menemuinya. Keduanya lalu membuktikan perkataan Nabi SAW tentang tanda di telapak tangan Uwais. Dan benar saja, tanda putih itu ada padanya.

Umar RA dan Ali RA lantas meminta Uwais untuk membacakan doa dan istighfar untuk mereka, namun ditolak oleh Uwais, seraya berkata, “Sayalah yang harus meminta doa pada kalian.” Lalu, Umar RA dan Ali RA tetap meminta untuk didoakan. Akhirnya Uwais melakukannya.

Setelah itu, Umar RA hendak memberikan jaminan hidup kepada Uwais. Namun lagi-lagi tawaran itu ditolak olehnya. Ia berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Wafatnya Uwais Al Qarni

Beberapa tahun kemudian, Uwais meninggal dunia. Anehnya, proses pemakamannya dihadiri oleh ribuan orang yang berebut untuk merawat jenazahnya.

Penduduk Kota Yaman tercengang. Orang-orang yang mendatangi pemakaman Uwais bukanlah orang yang mereka kenal. Padahal semasa hidupnya, ia sangat miskin dan tidak memiliki apa-apa. Lantas bagaimana bisa ribuan manusia ini datang untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.

Berita tentang keanehan pemakaman Uwais Al Qarni ini menyebar dengan luas. Akhirnya penduduk Yaman tahu bahwa Uwais Al Qarni ternyata bukanlah penduduk bumi, ia adalah pemuda yang terkenal di langit. Dan manusia-manusia tadi adalah malaikat yang dikirim oleh Allah SWT kepadanya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kelahiran Fatimah Az Zahra yang Didampingi Malaikat dan Bidadari Surga


Jakarta

Fatimah Az Zahra RA anak dari Nabi Muhammad SAW dan Khadijah RA. Ketika masih di dalam kandungan, Fatimah sudah berperan sangat besar untuk menenangkan hati ibunya, Khadijah RA dari segala kesedihan yang menerpa. Seperti apa kisahnya?

Disebutkan dalam buku Murthadha Muthahhari Fathimah Azzahra Wanita Teladan Sepanjang Masa karya Ibrahim Amini, Imam Ja’far Ash-Shadiq pernah berkata,

“Sesungguhnya ketika Khadijah menikah dengan Rasulullah SAW, ia diejek oleh wanita-wanita Makkah. Mereka tidak mau masuk ke tempatnya, tidak mengucapkan salam kepadanya, dan tidak membiarkan seorang wanita pun masuk ke tempatnya, sehingga Khadijah menjadi risau karenanya. Ia berduka dan bersedih hati jika Rasulullah keluar rumah. Maka ketika ia mengandung Fatimah, bayi dalam kandungannya itu menjadi temannya.”


Begitulah peran Fatimah RA yang sudah membawa kebahagiaan bahkan ketika masih di dalam kandungan. Khadijah RA ibunya pun juga sering mengajaknya berbincang. Bahkan sampai Rasulullah SAW bertanya kepada istrinya itu.

“Wahai Khadijah, siapa yang berbicara denganmu itu?

“Janin yang berada dalam perutku. Ia berbicara kepadaku dan menyenangkanku.” Jawab Khadijah RA.

“Malaikat Jibril memberi kabar gembira bahwa bayi itu perempuan. Ia orang yang suci dan diberkahi. Allah akan menjadikan keturunanku darinya dan Ia akan menjadikan dari keturunannya para imam umat, yang Ia jadikan mereka itu sebagai khalifah-Nya di bumi-Nya setelah terputus wahyu-Nya.”

Mendengar kabar dari Rasulullah SAW ini, Khadijah RA pun diselimuti dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Hatinya penuh dengan kesenangan dan suka cita. Sehingga ia menjadi lebih mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Kisah Kelahiran Fatimah Az Zahra

Waktu demi waktu berlalu. Perut Khadijah RA yang mengandung janin itu juga Nampak begitu besar. Membuatnya yakin sebentar lagi adalah saat di mana bayi itu akan lahir.

Khadijah RA meminta salah satu pelayannya untuk datang ke tempat wanita-wanita Quraisy dan Bani Hasyim agar mereka datang dan membantu persalinannya, sebagaimana yang biasa mereka lakukan pada wanita-wanita lain.

Tapi bukannya datang untuk menolong, mereka malah memberi pesan lewat pelayan tadi dengan perkataan yang menyedihkan hati. Mereka berkata,

“Kamu telah membantah kami dan tidak mau mendengar omongan kami. Kamu telah menikah dengan Muhammad, anak yatim Abu Thalib, seorang yang miskin dan tak punya harta. Maka kami tak akan datang dan kami tak akan mengurus urusanmu, apa saja.”

Tentu saja Khadijah RA menjadi sedih dengan perkataan dan perlakuan mereka itu.

Namun, di saat dirinya dilanda kesedihan dan duka, turunlah wanita-wanita dari surga dan para malaikat dari langit ke rumahnya. Khadijah RA merasa takut. Lalu salah seorang dari mereka berkata,

“Jangan sedih, wahai Khadijah. Kami diutus Tuhanmu kepadamu, dan kami adalah saudara-saudaramu.”

Atas pertolongan Allah SWT dan utusan-Nya yang menemani persalinan Khadijah RA, akhirnya bayi perempuan itu pun lahir dengan selamat. Saat keluar, ia diselimuti oleh cahaya yang amat terang. Tak ada satu tempat pun di bumi, di sebelah timur maupun barat, melainkan bersinar dengan cahaya itu.

Bayi perempuan itu pun diberi nama Fatimah Az Zahra oleh kedua orang tuanya. Sungguh, Allah SWT Maha Kuasa, Maha Besar.

Disebutkan dalam sejarah Islam, mayoritas ulama sepakat Fatimah RA dilahirkan pada hari Jumat, 20 Jumadil Akhir, tahun kelima setelah kenabian.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kenapa Malaikat Malu kepada Utsman bin Affan?



Jakarta

Khulafaur Rasyidin adalah julukan kepada empat sahabat yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun diantara para sahabat Rasulullah SAW, ada salah satu sahabat membuat malaikat menjadi malu. Kenapa malaikat malu kepada Utsman bin Affan?

Riwayat dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, yang paling jujur dan malu adalah Utsman, yang paling tahu halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling ahli qira’ah adalah Ubay, dan yang paling mengetahui faraidh (ilmu tentang warisan) adalah Zaid bin Tsabit. Tiap-tiap umat ada orang yang terpercayanya dan orang yang terpercaya umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarah.”


Dari buku Rasulullah SAW: The Untold Story karya Ali Abdullah, Utsman adalah sahabat pilihan Rasulullah SAW, diantara para sahabat yang dijamin masuk Surga, maka Utsman adalah salah satunya.

Suatu kisah Abu Bakar As-Siddiq datang ke rumah Rasulullah SAW, beliau bersikap biasa saja. Umar bin Khattab pun datang kepada Rasulullah SAW, tetapi beliau juga tetap bersikap biasa saja.

Ketika Utsman bin Affan datang, Rasulullah SAW tampak memberikan perhatian khusus. Beliau duduk dan membenarkan pakaian yang beliau kenakan.

Kisah ini pernah diriwayatkan oleh Aisyah RA:

عَنْ عَائِشَة قالت: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُصْطَجعًا فِي بَيْتِي، كَاشِفَا عَنْ فَخِذَيْهِ، أَوْ سَاقَيْهِ، فَاسْتَأذِنَ أَبُو بَكْرٍ فَأذِنَ لَهُ، وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الحال، فَتَحَدَّثَ ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ، فَأَذِنَ لَهُ، وَهُوَ كَذلِكَ، فَتَحَدَّثَ، ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُثْمَانُ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَسَوَّى ثِيَابَهُ – قَالَ مُحَمَّدٌ: ولا أقولُ ذَلِكَ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَدَخَلَ فَتَحَدَّثَ، فَلَمَّا خَرَجَ قالتْ عَائِشَة دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ تَهْتَشَ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَلَمْ تَهْتَشَ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ فَجَلَسْتَ وَسَوَّيْتَ ثِيَابَكَ فَقَالَ : أَلا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ.

Artinya: “Dari Aisyah, dia berkata, “Suatu ketika Rasulullah SAW., berbaring di rumahku dalam keadaan tersingkap dua paha atau dua betis beliau. Kemudian Abu Bakar meminta izin menemui beliau. Beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau masih dalam keadaan sebagaimana adanya. Lalu Abu Bakar bercakap- cakap dengan beliau. Kemudian Umar datang meminta izin untuk masuk. Beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau tetap demikian keadaannya. Mereka pun berbincang-bincang. Kemudian Utsman datang minta izin untuk menemui beliau. Beliau langsung duduk dan membenahi pakaian beliau. Utsman pun masuk dan berbincang-bincang. Ketika Utsman pulang, Aisyah berkata, ‘Abu Bakar masuk menemui engkau, tapi engkau tidak bersiap menyambut dan tidak mempedulikannya. Begitu pula ketika Umar masuk menemui engkau. Engkau juga tidak bersiap menyambut dan tidak mempedulikannya. Ketika Utsman masuk, engkau segera duduk dan membenahi pakaian engkau.’ Rasulullah saw., menjawab, “Tidakkah aku merasa malu kepada seseorang yang malaikat pun merasa malu kepadanya?” (HR. Muslim).

Kenapa malaikat malu kepada Utsman bin Affan?

Dari buku The Great Figure of Utsman bin Affan Kisah Teladan Sang Ahli Sedekah yang Menjalani Sifat Zuhud karya A.R. Shohibul Ulum dijelaskan Nabi Muhammad SAW menghormati Utsman bin Affan bukan karena usia, sebab Utsman lebih mudah dari Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW menghormati Utsman karena kemuliaan akhlak Utsman yang berada di atas rata-rata manusia umumnya.

Rasa malu Utsman juga bukan malu yang dibuat-buat atau hanya menjaga image saja. Akan tetapi sifat malunya sudah mendarah daging bersatu dengan jiwanya.

Rasa malunya membuat dia takut berbicara, segan berdialog, dan berdebat lama-lama. Tetapi Utsman tetaplah orang yang gigih dan tidak mudah menyerah. Sehingga rasa malunya inilah yang memberikan kebaikan, keberkahan, kelembutan, dan kasih sayang.

Dan sungguh, “Malu kepada Allah, yaitu dengan menjaga apa yang di kepala, menjaga apa isi perut, dan selalu ingat dengan kematian serta meninggalkan gemerlapnya dunia,” tutur Ibnu Mas’ud ketika menjelaskan makna malu yang hakiki.

Selain itu, Al-Junaid rahimahullah berkata, “Rasa malu yaitu melihat kenikmatan dan keteledoran sehingga menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu ialah sikap yang memotivasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.”

Karena rasa malu Utsman bin Affan yang begitu dalam, dan juga telah menjaga dirinya sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang merupakan aurat bisa dilihat orang lain, maka malaikat pun malu kepadanya.

Demikianlah kisah luar biasa dari Utsman bin Affan yang dapat membuat para malaikat merasa malu terhadapnya. Karena rasa malu membuatnya terhindar dari keburukan.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Israfil, Malaikat Peniup Sangkakala dengan Tiga Jenis Tiupan


Jakarta

Israfil merupakan salah satu dari 10 nama malaikat yang penting bagi umat Islam untuk diketahui. Terdapat banyak riwayat yang membahas tentang malaikat Israfil, seperti halnya 9 malaikat lainnya yang memiliki tugas-tugas mereka masing-masing. Demikian pula, Israfil juga memiliki tugas yang ditetapkan baginya.

Rasulullah SAW pernah membahas mengenai malaikat Israfil. Sabda Rasulullah SAW:

“Bagaimanakah saya ingin bersenang-senang, sedangkan pemilik sangkakala telah memegang sangkakala, mengerutkan dahi, pendengarannya siap siaga menunggu bilakah akan diperintahkan untuk meniup sangkakala itu.” Para sahabat bertanya, “Lantas apakah yang mesti kita lakukan wahai Rasulullah?” Baginda menjawab, “Bacalah oleh kamu, ‘hasbunallahu wani’mal wakiil, tawakkalna ‘alallaahi rabbina’ (cukuplah Allah bagi kami, juga sebagai sebaik-baiknya wakil, hanya kepada Allah kami bertawakal).”


Pada hadits lainnya riwayat dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya, bola mata malaikat yang bertugas meniup sangkakala senantiasa memperhatikan ke arah sekitar ‘Arasy karena dia khawatir mendapatkan perintah saat mengedipkan mata. Kedua matanya bagaikan dua bintang yang terus-menerus bercahaya.” (HR Hakim).

Mengutip buku Ensiklopedia Kiamat karya Tim Gema Insani dijelaskan bahwa Israfil adalah malaikat yang mendapatkan mandat untuk meniupkan terompet Sangkakala di Hari Kiamat nanti. Sesuai dengan hadits di bawah ini.

Hal ini sebagaimana juga riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. bahwa malaikat Israfil adalah malaikat yang diberi mandat untuk meniupkan sangkakala.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِى الله قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: جِبْرِيلُ عَنْ يَمِينِهِ وَمِيكَابِيلُ عَنْ يَسَارِهِ وَهُوَ صَاحِبُ الصُّوْرِ يَعْنِي إِسْرَافِيلُ.

“Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda, Jibril berada di sebelah kanannya, Mikail di sebelah kirinya, sedangkan dia (yang di tengah) adalah pemegang sangkakala, yaitu Israfil.” (HR Ahmad dan al-Baihaqi).

Selain hadits tersebut, para ulama juga telah mencapai kesepakatan (ijmak) bahwa Malaikat Israfil adalah malaikat yang bertugas sebagai peniup sangkakala pada hari Kiamat, sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Imam Al-Qurthubi RA.

“Ulama kami berkata bahwa umat telah bersepakat bahwa yang akan meniup sangkakala adalah Israfil a.s.”

Sebagaimana juga yang diungkap oleh al-Hafiz Ibnu Hajar, “Peringatan: yang masyhur bahwa pemegang sangkakala adalah Israfil. Al-Halimi menukilkan ijmak dalam masalah ini.”

Dari beberapa penjelasan di atas, sesungguhnya Israfil adalah malaikat yang memiliki tugas meniup sangkakala kelak di saat hari Kiamat telah tiba.

Tahapan Tiupan Sangkakala

Mengutip buku Hebatnya Malaikat karya Prime Studio disebutkan ada 3 tahapan tiupan malaikat Israfil, yaitu:

1. Tiupan Faza tiupan yang amat menakutkan hingga mampu menghancurkan seluruh alam semesta dan isinya.

2. Tiupan Sho’aq, tiupan untuk mematikan seluruh makhluk hidup, kecuali beberapa makhluk hidup yang dikehendaki oleh Allah SWT untuk tetap hidup.

3. Tiupan Baats, Tiupan yang mampu membangkitkan manusia dari alam kubur yang nantinya akan dikumpulkan di Padang Mahsyar.

Malaikat yang Dikecualikan Tetap Hidup Sesudah Sang Kakala Ditiup

Mansur Abdul Hakim dalam buku Israfil A.S Dan Peristiwa Kiamat menjelaskan Israfil adalah salah satu makhluk yang tetap diizinkan hidup oleh Allah SWT ketika tiupan yang membuat semua makhluk meninggal.

Malaikat Israfil dikehendaki oleh Allah SWT untuk tetap hidup. Surah Az-Zumar ayat 68:

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ اِلَّا مَنْ شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرٰى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَ ٦٨

Artinya: “Sangkakala pun ditiup sehingga matilah semua (makhluk) yang (ada) di langit dan di bumi, kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian, ia ditiup sekali lagi. Seketika itu, mereka bangun (dari kuburnya dan) menunggu (keputusan Allah).”

Ayat di atas dikuatkan oleh hadits dari pendapat Anas bin Malik RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara mereka yang diberi pengecualian oleh Allah?” Baginda menjawab, “Mereka yang dikecualikan ialah Jibril, Mikail, Malaikat maut, Israfil a.s dan para malaikat pemikul arasy…”5 al-Hadith.

Dalam riwayat al-Baihaqi, daripada Anas bin Malik RA, hadith ini marfu’ (sampai kepada Rasulullah SAW).

Selain itu, Rasulullah SAW bersabda:

“Antara yang dikecualikan oleh Allah SWT adalah tiga malaikat, iaitu Jibril, Mikail dan Malaikat Maut.”

Itulah penjelasan Israfil sebagai Malaikat peniup sangkakala di hari Kiamat nanti. Bahkan Israfil adalah salah satu malaikat yang diizinkan tetap hidup saat sangkakala ditiup ketika seluruh makhluk hidup telah binasa.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah 3 Orang Bani Israil Diuji Allah dengan Penyakit dan Harta



Jakarta

Ada berbagai ujian dan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Tujuannya untuk melihat kadar keimanan ketika berada di titik terendah dan ketika berada di titik tertingginya.

Salah satu kisahnya menceritakan tiga orang Bani Israil dalam keadaan miskin dan mengidap penyakit. Allah SWT kemudian memberikan mereka rezeki berlimpah dan lalu mengujinya di kemudian hari.

Kisah ini dikutip dari buku Kisah Karomah Para Wali Allah: Sejak Zaman Ibrahim Alaihissalam hingga 1344 Hijriyah yang ditulis Abul Fida’ Abdurraqib bin Ali Al-Ibi, Imam Al-Bukhari RA berkata, “Kami mendapatkan riwayat dari Ahmad bin Ishaq, dari Amr bin Ashim, dari Hammam, dan Ishaq bin Abdullah, dari Abdurrahman bin Abu Umarah, dari Abu Hurairah, sesungguhnya ia mendengar Nabi SAW bersabda:


Ada tiga orang Bani Israil: yang seorang kulitnya belang-belang, yang satunya botak, dan yang satunya lagi buta. Allah SWT ingin menguji mereka. Allah mengirim malaikat mendatangi orang yang berpenyakit belang, lalu bertanya, “Apa yang paling kamu sukai?”

Ia menjawab, “Warna yang bagus, kulit yang indah, dan hilangnya penyakit yang membuat orang jijik padaku.”

Malaikat tersebut mengusap tubuhnya, maka hilanglah penyakit dan ia diberi kulit yang indah dan sehat.

Malaikat bertanya lagi, “Berupa apa harta yang paling kamu senangi?” Orang itu menjawab, “Unta.”

Maka, ia diberi unta yang hampir melahirkan. Malaikat berkata, “Semoga Allah memberkahinya untukmu.”

Kemudian, malaikat mendatangi orang yang botak, lalu bertanya,

“Apa yang paling kamu sukai?'”

Orang itu berkata, “Rambut yang indah dan hilangnya penyakit yang membuat jijik orang kepadaku.”

Malaikat mengusapnya, maka hilanglah penyakitnya dan ia diberi rambut yang indah.

Malaikat bertanya lagi, Berupa apa harta yang paling kamu sukai?” Ia menjawab, “Sapi.”

Maka, ia diberi sapi yang sedang hamil. Malaikat berkata, “Semoga Allah memberkahinya untukmu.”

Kemudian, giliran malaikat mendatangi orang yang buta, lalu bertanya, “Apa yang paling kamu sukai?”

Ia menjawab, “Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku bisa melihat orang-orang.”

Malaikat tadi mengusapnya, maka Allah mengembalikan penglihatannya lagi.

Malaikat itu bertanya lagi, “Berupa apa harta yang paling kamu sukai?” Ia menjawab, “Kambing.”

Maka, ia diberi kambing yang beranak. Selanjutnya, semua binatang yang diberikan tadi beranak-pinak sehingga orang yang berpenyakit belang bisa mempunyai unta satu lembah, yang botak mempunyai sapi satu lembah, dan yang asalnya buta mempunyai kambing satu lembah.

Pada suatu ketika malaikat tadi mendatangi orang yang berpenyakit belang dalam bentuk dan cara seperti dulu, lalu berkata, “Saya orang miskin, telah putus tali peganganku dalam perjalanan. Maka, pada hari ini tiada lagi yang dapat mencukupiku, kecuali Allah, lalu Anda. Demi Zat yang telah mengaruniai Anda warna kulit yang indah dan harta benda, saya minta unta untuk mencukupi kebutuhan saya dalam perjalanan.”

Orang itu berkata, “Hak-hak yang harus ku penuhi juga banyak.”

Maka, malaikat berkata kepadanya, “Saya seperti mengenal Anda. Bukankah Anda dulu berpenyakit belang yang menjijikkan orang-orang? Yang dulu fakir, lalu diberi harta oleh Allah?”

Orang itu berkata, “Aku mewarisi harta ini secara turun-temurun.”

Malaikat berkata, “Kalau Anda berdusta, semoga Allah menjadikan Anda seperti dulu lagi”.

Setelah itu, malaikat mendatangi orang yang dahulu botak dalam bentuknya seperti dulu, lalu berkata kepadanya seperti apa yang dikatakannya kepada orang yang belang, dan orang itu menjawabnya seperti jawaban orang yang belang tadi.

Maka, malaikat berkata, “Jika Anda berdusta, semoga Allah menjadikan Anda seperti dulu lagi”.

Sesudah itu, malaikat mendatangi orang yang dulu buta dalam bentuk dan cara seperti dulu, lalu berkata, “Saya orang miskin yang mengembara.Telah putus tali peganganku dalam perjalanan. Maka, pada hari ini tiada lagi yang dapat mencukupiku, kecuali Allah, lalu Anda. Demi Zat yang telah memulihkan penglihatan Anda, saya minta kambing untuk mencukupi kebutuhan saya dalam perjalanan.”

Orang itu berkata, “Dulu saya buta, lalu Allah memulihkan penglihatan saya. Ambillah apa yang Anda sukai. Demi Allah, pada hari ini saya tidak akan menyusahkan Anda dengan sesuatu yang Anda ambil karena Allah.”

Maka, malaikat berkata, “Tahan saja harta Anda. Kalian hanya diuji, dan Anda telah diridhai Allah, sedangkan kedua teman Anda dibenci.”

Wallahu a’lam

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah Saksikan Perdebatan Malaikat soal Kafarat dan Derajat



Jakarta

Malaikat pernah saling berdebat tentang dua hal, kafarat (pelebur dosa) dan derajat. Perdebatan ini disaksikan Rasulullah SAW.

Kisah Rasulullah SAW menyaksikan perdebatan malaikat diceritakan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas RA yang terdapat dalam Sunan at-Tirmidzi dan Musnad Ahmad.

Rasulullah SAW kala itu didatangi Tuhan dalam wujud paling indah. Beliau awalnya tidak mengetahui apa yang terjadi di alam malaikat. Namun, setelah Tuhan memberikan kuasa-Nya, barulah beliau mengetahuinya.


Beliau SAW bersabda, “Malam ini, aku didatangi Tuhanku dalam wujud yang paling indah kemudian Dia bertanya, ‘Wahai Muhammad, apakah engkau tahu apa yang diperdebatkan oleh al-Mala’ al-A’la?’ Aku menjawab, ‘Tidak.’

Kemudian Dia letakkan tangan di atas pundakku hingga aku merasakan dinginnya tangan itu di dadaku. Tiba-tiba aku bisa mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Selanjutnya, Dia bertanya, ‘Wahai Muhammad, apakah engkau tahu apa yang diperdebatkan oleh al-Mala’ al-A’la?’

Aku pun menjawab, ‘Iya. Mereka berdebat tentang kafarat (pelebur dosa) dan derajat. Kafarat adalah tetap berada di masjid sesudah salat, berjalan kaki menuju salat berjamaah, dan menyempurnakan wudhu pada waktu yang tidak menyenangkan.’

Dia berfirman, ‘Engkau benar wahai Muhammad. Siapa yang melakukan semua ini maka ia akan hidup dengan baik dan mati dengan baik. Ia bebas dari kesalahan seperti hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya.’

Dia berfirman, ‘Wahai Muhammad, jika engkau salat, bacalah: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu (kemampuan untuk) melakukan kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mencintai kaum miskin, Engkau ampuni aku dan kasihi aku lalu Engkau terima tobatku. Jika Engkau menghendaki fitnah terhadap hamba-Mu, ambillah nyawaku aku kepada-Mu tanpa mengalami fitnah.’

Adapun derajat adalah menyebarkan salam, memberikan makanan, dan salat pada malam hari ketika orang-orang sedang tidur’.”

Hadits tersebut turut dinukil Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar dalam ‘Alam al-Mala’ikah al-Abrar dan Alam al-Jinn wa asy-Syayathin yang diterjemahkan Kaserun AS. Rahman.

Muhaddits Imam Ibnu Katsir menilai hadits tersebut sebagai hadits tentang mimpi yang populer. Ia berkata, “Siapa yang menganggapnya sebagai cerita dalam keadaan jaga maka ia salah.”

Hadits yang terdapat dalam Sunan diriwayatkan dari berbagai jalur. Imam at-Tirmidzi juga meriwayatkannya dari Jahdham bin Abdullah al-Yamamami Bih.

Al-Hasan menyatakannya hadits shahih. Ia menjelaskan, maksud perdebatan malaikat dalam hadits di atas bukanlah perdebatan sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Sad ayat 69-70,

مَا كَانَ لِيَ مِنْ عِلْمٍۢ بِالْمَلَاِ الْاَعْلٰٓى اِذْ يَخْتَصِمُوْنَ ٦٩ اِنْ يُّوْحٰىٓ اِلَيَّ اِلَّآ اَنَّمَآ اَنَا۠ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ ٧٠

Artinya: “Aku tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang malaikat langit ketika mereka berbantah-bantahan. Tidaklah diwahyukan kepadaku, kecuali aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.”

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Malaikat Datangi Orang-orang Pilihan Allah dalam Wujud Manusia



Jakarta

Para malaikat dikisahkan pernah mendatangi orang-orang pilihan Allah SWT untuk menjalankan tugasnya. Mereka biasa menampakkan diri dalam wujud manusia.

Kisah tersebut diceritakan dalam ‘Alam al-Mala’ikah al-Abrar dan Alam al-Jinn wa asy-Syayathin karya Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar yang diterjemahkan Kaserun AS. Rahman. Manusia pilihan ini berasal dari kalangan para nabi.

Dikisahkan, Nabi Ibrahim AS pernah didatangi beberapa malaikat dalam wujud manusia. Beliau tidak mengetahui sosok tersebut sampai akhirnya para malaikat menjelaskan jati dirinya.


Menurut riwayat dari Sa’id bin Jubair, As-Suddi, Qatadah, dan Muhammad bin Ishaq yang dinukil Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa, kala itu Nabi Ibrahim AS terus mendesak para malaikat yang datang ke rumahnya dengan berbagai pertanyaan.

“Apakah kalian mau menghancurkan suatu negeri yang di dalamnya masih ada orang-orang yang beriman, tiga ratus orang mungkin?” tanya Nabi Ibrahim AS.

Para malaikat menjawab, “Tidak sampai sebanyak itu.”

Nabi Ibrahim AS bertanya lagi, “Empat puluh orang mungkin”

“Tidak sampai sebanyak itu,” jawab malaikat.

Nabi Ibrahim AS terus bertanya, “Empat belas orang mungkin?”

Para malaikat menjawab, “Tidak sampai sebanyak itu.”

Menurut Ibnu Ishaq, Nabi Ibrahim AS terus bertanya tentang jumlah orang beriman dalam negeri itu. Kaum dari suatu negeri yang dimaksud dalam percakapan Nabi Ibrahim AS dan malaikat itu adalah kaum Nabi Luth AS.

Para malaikat juga pernah mendatangi Nabi Luth AS dalam wujud pemuda-pemuda tampan. Kedatangan mereka membuat Nabi Luth AS gelisah dan khawatir takut akan diganggu kaumnya. Diketahui, kaum Nabi Luth AS adalah kaum yang jahat dan gemar melakukan hubungan sesama jenis.

Hal tersebut diceritakan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 77,

وَلَمَّا جَاۤءَتْ رُسُلُنَا لُوْطًا سِيْۤءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَّقَالَ هٰذَا يَوْمٌ عَصِيْبٌ ٧٧

Artinya: Ketika para utusan Kami (malaikat) itu datang kepada Lut, dia merasa gundah dan dadanya terasa sempit karena (kedatangan) mereka. Dia (Lut) berkata, “Ini hari yang sangat sulit.”

Ibnu Katsir mengatakan dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah, para malaikat itu menampakkan diri dalam wujud pemuda tampan. Kedatangan mereka untuk menghancurkan kaum Nabi Luth AS. Setelah itu, Allah SWT menimpakan hukuman pada kaum itu.

Selain mendatangi Nabi Ibrahim AS dan Nabi Luth AS, para malaikat juga mendatangi Nabi Muhammad SAW. Ini terjadi berkali-kali dan dalam wujud beragam.

Malaikat Jibril pernah mendatangi manusia dalam wujud Dihyah bin Khalifah al-Kalbi, seorang sahabat yang begitu tampan. Kala itu, Aisyah RA melihat Rasulullah SAW meletakkan tangan pada kuda Dihyah al-Kalbi dan berbicara padanya. Ketika Aisyah RA bertanya tentang orang itu, Rasulullah SAW menjawab, “Ia adalah Jibril dan ia menyampaikan salam kepadamu.” (HR Ahmad dalam Musnad)

Terkadang Jibril mendatangi Rasulullah SAW dalam rupa seorang Badui. Banyak sahabat yang melihat ketika Jibril datang dalam wujud manusia. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim terdapat hadits yang berasal dari Umar bin Khaththab, ia menceritakan melihat laki-laki berpakaian putih dan berambut hitam. Laki-laki itu duduk di dekat Rasulullah SAW dan bertanya tentang suatu hal.

“Ketika kami sedang duduk di sisi Rasulullah SAW, muncullah seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas melakukan perjalanan dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya. Laki-laki itu duduk di dekat Rasulullah, menyandarkan kedua lututnya pada lutut beliau dan meletakkan kedua telapak tangan di atas paha beliau. Laki-laki itu berkata, ‘Wahai Muhammad, beri tahukanlah aku tentang Islam’.”

Dalam hadits tersebut, malaikat yang menyamar manusia itu menanyakan perihal iman, ihsan, dan kiamat beserta tanda-tandanya. Setelah itu, Rasulullah SAW memberitahu para sahabat bahwa orang yang bertanya itu adalah Malaikat Jibril yang bertujuan mengajarkan agama pada para sahabat.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Penjaga Arasy saat Lupa Bacaan Tasbih dan Tahmidnya


Jakarta

Arasy merupakan singgasana Allah SWT yang sangat besar yang berada di atas langit ketujuh. Arasy dijaga oleh malaikat penjaga yang senantiasa berzikir memuliakan Allah SWT.

Namun, pada suatu hari, terdapat kejadian yang membuat malaikat tersebut terlupa akan bacaan zikirnya. Yakni ketika ia mendengar tangis Rasulullah SAW saat bertemu dengan seorang Arab Badui.

Simak kisah selengkapnya berikut ini yang dikutip dari kitab Silsilah al-Qashash, karya Saleh al-Munajjed yang terdapat dalam buku Kumpulan Kisah Teladan yang disusun oleh Prof. Dr. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D.


Tangis Rasulullah yang Membuat Penjaga Arasy Lupa Bacaan Zikirnya

Suatu hari, Rasulullah SAW sedang melakukan tawaf di Ka’bah. Ketika itu, beliau mendengar seseorang di hadapannya yang bertawaf sambil berzikir, “Ya Karim! Ya Karim!”

Mendengar hal tersebut, Rasulullah SAW ikut meniru orang itu dan mengucapkan, “Ya Karim! Ya Karim!”

Orang tersebut kemudian berhenti di sudut Ka’bah dan kembali berzikir, “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah SAW yang berada di belakangnya mengulangi lagi zikir tersebut, “Ya Karim! Ya Karim!”

Merasa dirinya diejek, orang itu menoleh ke belakang dan melihat seorang lelaki yang sangat tampan dan gagah, yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Orang itu pun berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejekku hanya karena aku ini orang Badui? Kalau bukan karena ketampanan dan kegagahanmu, aku akan melaporkanmu kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata, “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”

Orang itu menjawab, “Belum.”

Rasulullah SAW bertanya, “Lalu bagaimana kamu beriman kepadanya?” Orang Arab Badui itu menjawab, “Aku beriman kepada kenabiannya meski aku belum pernah melihatnya, dan aku membenarkan bahwa dialah utusan Allah walaupun aku belum pernah bertemu dengannya.”

Rasulullah SAW berkata, “Wahai orang Arab, ketahuilah bahwa aku ini adalah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”

Mendengar hal tersebut, orang Badui itu terkejut dan berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?”

Rasulullah SAW menjawab, “Ya.”

Seketika itu, orang tersebut tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW segera menariknya dan berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti ini biasa dilakukan seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi orang yang takabur atau minta dihormati, tetapi untuk membawa berita gembira bagi yang beriman dan membawa peringatan bagi yang mengingkarinya.”

Kemudian, Malaikat Jibril turun membawa pesan dari langit, “Wahai Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Katakan kepada orang Arab itu agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti dan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar.'”

Setelah mendengar pesan tersebut, orang Arab Badui itu berkata, “Demi keagungan Allah, jika Allah memperhitungkan amal hamba-Nya, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya.” Orang itu melanjutkan, “Jika Allah menghitung dosa hamba, maka hamba akan menghitung betapa besar maghfirah-Nya. Jika Dia menghitung kebakhilan hamba, maka hamba akan menghitung betapa luas kedermawanan-Nya.”

Mendengar ucapan itu, Rasulullah SAW menangis, hingga air matanya membasahi janggutnya.

Lalu, Malaikat Jibril turun lagi dan berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Berhentilah engkau menangis. Karena tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya hingga Arasy bergoncang. Katakan kepada orang Arab itu bahwa Allah tidak akan menghisabnya, tidak akan menghitung kemaksiatannya, dan dia akan menjadi temanmu di surga.'”

Mendengar kabar tersebut, orang Arab Badui itu menangis haru karena tidak mampu menahan rasa syukur dan kebahagiaan.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com