Tag Archives: manusia purba

Peneliti Ungkap Lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut Ternyata Benar Adanya



Jakarta

Siapa sangka, lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut ternyata sesuai sejarah. Hal ini terbukti lewat penemuan arkeologi di kawasan Wallacea, antara Indonesia dan Filipina, berupa teknologi maritim berbasis tanaman berusia sekitar 40.000 tahun.

Temuan ini menunjukkan bahwa kemampuan maritim manusia purba juga berkembang di Asia Tenggara, tak hanya Eropa dan Afrika. Begitu juga dengan kemahiran mereka dalam memanfaatkan tanaman untuk bidang ini.


Teknologi Kuno Pemanfaatan Serat Tanaman

Pada studi ini, peneliti Universitas Ateneo de Manila, Ricza Fuentes dan Alfred Pawlik mengungkap bahwa manusia purba di kawasan Wallacea sudah memiliki teknologi pengolahan tanaman, termasuk melalui ekstraksi serat. Teknologi ini mereka gunakan untuk membuat tali, jaring, dan ikatan untuk membangun perahu dan menangkap ikan di laut lepas.

Hal tersebut disimpulkan berdasarkan jejak keausan mokroskopis dan residu pada permukaan peralatan batu yang ditemukan. Alat batu tersebut diperkirakan dipakai dalam pembuatan tali keranjang; serta ekstraksi serat untuk membuat tali dan jaring.

Bukti Pelaut Sejati

Tak berhenti sampai di situ, di situs arkeologi yang sama ditemukan pula tulang-tulang ikan laut dalam seperti tuna dan hiu. Jenis ikan ini hidup jauh di tengah laut. Artinya, manusia purba kala itu tidak hanya mencari makan di pesisir, tetapi benar-benar melaut.

Mengutip Phys.org, peneliti menyebut bahwa temuan tersebut menantang pandangan lama tentang migrasi manusia purba.

Selama ini, banyak teori menyebut manusia hanya berpindah antarpulau menggunakan rakit bambu sederhana atau hanyut terbawa arus. Namun kini, bukti menunjukkan bahwa mereka adalah pelaut aktif dengan pengetahuan navigasi dan konstruksi kapal yang mumpuni.

Cerdas Beradaptasi dengan Alam

Dengan kondisi lingkungan pulau yang panas dan lembab, manusia purba di Asia Tenggara justru menunjukkan kemampuan adaptasi luar biasa dengan alam sekitar.

Alih-alih bergantung pada kayu besar atau logam, mereka memanfaatkan tanaman sekitar seperti rotan, daun pandan, atau serat pisang hutan untuk membuat bahan ikat yang lentur tapi kuat.

Bagi para peneliti, hal ini menunjukkan bahwa inovasi tidak selalu datang dari alat modern. Justru, pengetahuan manusia purba dalam membaca potensi alam menunjukkan tingkat kecerdasan ekologis yang tinggi.

Menurut peneliti, mereka tahu bagaimana mengubah bahan yang mudah rusak menjadi teknologi yang memungkinkan mereka menyeberangi pulau, mencari ikan di laut dalam, bahkan mungkin bermigrasi menuju Australia.

Hasil studi dipublikasi dalam Journal of Archaeological Science: Reports Volume 62 April 2025 dengan judul Testing the waters: Plant working and seafaring in Pleistocene Wallacea, tersedia online mulai 8 Februari 2025.

(twu/twu)



Sumber : www.detik.com

Kisah Jejak Purba dari 90.000 Tahun Lalu, Terawetkan di Pantai Maroko


Jakarta

Sekitar 90.000 tahun silam, sekelompok manusia purba pernah berjalan di pantai yang kini menjadi bagian wilayah Maroko. Siapa sangka, langkah kaki mereka meninggalkan jejak yang menjadi bukti kehidupan di zaman purba.

Pada 2022, peneliti menemukan 85 jejak kaki yang mengeras tersebut di Larache, pantai barat laut Maroko. Jejak manusia purba ini menjadi salah satu yang terawetkan dengan baik di dunia.


Jejak Kaki Anak-anak dan Orang Dewasa

Lokasi jejak kaki manusia purba di pantai Marako dari 90.000 tahun lalu.Lokasi jejak kaki manusia purba di pantai Marako dari 90.000 tahun lalu. Foto: Sedrati et al

Jejak-jejak kaki purba tersebut diperkirakan milik sekelompok hominin. Beberapa di antaranya yaitu seorang anak-anak usia 1-4 tahun dan anak-anak usia 4-8 tahun.

Masih di temuan jalur jejak kaki yang sama, ada juga jejak kaki remaja atau orang dewasa dengan perawakan kecil, orang dewasa dengan ukuran tubuh sedang, serta seorang dewasa yang tinggi. Peneliti memperkirakan, salah satu pejalan tersebut adalah laki-laki dengan tinggi 186 cm.

Mereka diperkirakan merupakan hominin tertua yang dikaitkan dengan Homo sapiens di Afrika Utara dan Mediterania Selatan.

Jejak Sosial Manusia Purba

Arah jejak yang berpola dari darat ke laut menggambarkan aktivitas sosial mereka. Penelti memperkirakan, mereka berjalan bersama untuk mencari makanan dan kerang-kerangan.

“Mereka mungkin nelayan atau pengumpul makanan,” kata kurator situs Lixus Larache, Anass Sedrati, melansir AFP.

Keajaiban Alam Terancam Waktu

Jejak kaki tersebut bertahan karena faktor keberuntungan geologis. Lapisan pasir pantai diperkirakan cepat mengeras dan tertutup sedimen lain, lalu terlindung dari abrasi laut selama puluhan ribu tahun. Hasil penanggalan dengan teknik Optically Stimulated Luminescence (OSL) mengkonfirmasi usianya sekitar 90.300 ± 7.600 tahun.

Meski berhasil bertahan hampir 100 milenium, situs ini kini menghadapi ancaman serius. Erosi dan abrasi kian menggerus platform karang tempat jejak itu berada. Peneliti memperingatkan pentingnya perlindungan segera supaya jejak hominin di Afrika Utara tersebut tidak hilang ditelan laut.

Hasil studi Mouncef Sedrati dan rekan-rekan berjudul A Late Pleistocene hominin footprint site on the North African coast of Morocco ini dipublikasi di jurnal Scientific Reports, 23 Januari 2024.

(twu/twu)



Sumber : www.detik.com