Tag Archives: masjid

Dear Muslimah, Begini Adab ketika Memasuki Masjid yang Dianjurkan


Jakarta

Masjid menjadi tempat suci umat Muslim yang digunakan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Sehingga ketika memasuki masjid, sebaiknya Muslim harus mengikuti adab yang disunnahkan.

Masjid adalah rumah Allah SWT yang berada di atas bumi. Allah SWT telah mengangkat derajatnya seraya berfirman dalam surah An-Nur ayat 36-37:

فِى بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا ٱسْمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ


Arab-Latin: Fī buyụtin ażinallāhu an turfa’a wa yużkara fīhasmuhụ yusabbiḥu lahụ fīhā bil-guduwwi wal-āṣāl

Artinya: Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,

رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَٰرَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلْقُلُوبُ وَٱلْأَبْصَٰرُ

Arab-Latin: Rijālul lā tul-hīhim tijāratuw wa lā bai’un ‘an żikrillāhi wa iqāmiṣ-ṣalāti wa ītā`iz-zakāti yakhāfụna yauman tataqallabu fīhil qulụbu wal-abṣār

Artinya: Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

Adab Memasuki Masjid yang Perlu Diperhatikan Muslimah

Melansir Ensiklopedi Larangan Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang ditulis Syaikh Salim bin ‘Ied-Al-Hilali berikut ini beberapa adab memasuki masjid yang perlu diperhatikan:

1. Mengikhlaskan Niat kepada Allah SWT

Ketika seseorang memasuki masjid, hendaklah ia ikhlas sehingga Allah menerima amalnya. Janganlah ia menampakkan diri di masjid supaya orang-orang mengatakan bahwa ia seorang Mukmin yang bertakwa. Akan tetapi, hendaknya ia mendatangi masjid untuk menunaikan salat berjamaah serta ibadah-ibadah yang lainnya, seperti membaca Al-Qur’an dan berdzikir kepada Allah untuk mengharap wajah dan mencari keridhaan-Nya. Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya.

Hendaknya setiap Muslim berjalan dengan pelan dan tenang serta menjaga adab-adab berjalan menuju salat.

3. Wanita Tidak Boleh Memakai Minyak Wangi

Ketika pergi ke Masjid, kaum wanita tidak boleh memakai parfum yang tercium baunya. Perbuatan ini berbahaya karena dapat menimbulkan fitnah sehingga dilarang.

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja wanita yang memakai wewangian maka janganlah ia menghadiri salat Isya bersama kami.”

4. Mendahulukan Masuk dengan Kaki Kanan

Melansir Buku Pintar 50 Adab Islam yang ditulis Arfiani, ketika memasuki masjid, dahulukan kaki kanan. Hal ini merujuk pada anjuran umum untuk mendahulukan sebelah kanan dalam segala sesuatu yang baik sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah RA, ia berkata:

“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam amat menyukai memulai dengan kanan dalam mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam urusannya yang penting semuanya.” (Muttafaqun ‘alaih)

Menjaga kebersihan masjid menjadi priorotas utama agar tempat ibadah senantiasa suci dan bersih. Muslimah dan juga Muslim hendaknya memakai pakaian yang bersih dan menutup aurat.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 31:

يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

Arab-Latin: Yā banī ādama khużụ zīnatakum ‘inda kulli masjidiw wa kulụ wasyrabụ wa lā tusrifụ, innahụ lā yuḥibbul-musrifīn

Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Doa Masuk Masjid: Arab, Latin dan Artinya

Doa Masuk Masjid Pertama

اللَّهُمَّ افْتَحْ لي أبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Arab latin: Allahummaftha lii abwaaba rahmatika.

Artinya: “Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.”

Doa Masuk Masjid Kedua

Melansir Kitab Al-Adzkar oleh Imam Nawawi yang diterjemahkan Masturi Irham dan Muhammad Aniq, berikut bacaan doanya:

أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ؛ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Arab latin: A’uudzu billaahil ‘adzhiimi wa biwajhihil kariimi wa sulthaanihil qadiimi minasy syaithaanir rajiim, alhamdulillah, allahumma shalli wa sallim ‘ala muhaammadin wa ‘ala aali muhammadin, allahummaghfir lii dzunuubii waftah lii abwaaba rahmatik.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, kepada Zat-Nya Yang Maha Mulia dan kepada kekuasaan-Nya Yang Maha Dahulu dari setan yang terkutuk. Segala puji bagi Allah. Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah untukku semua pintu rahmat-Mu.”

(lus/erd)



Sumber : www.detik.com

Apakah Wanita Haid Boleh Masuk Masjid?


Jakarta

Masjid tak hanya sebagai tempat salat tapi juga kegiatan keagamaan umat Islam. Salah satu hal yang barangkali menjadi kebingungan para wanita, bolehkah masuk masjid saat kondisi haid?

Dijelaskan dalam buku Fikih Haid karya Muhammad Syakur, haid adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita yang telah berusia 9 tahun. Haid termasuk hadas besar yang harus disucikan sebelum beribadah.

Lantas, bolehkah wanita haid masuk masjid?


Hukum Wanita Haid Masuk Masjid

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh as-Sunnah yang diterjemahkan Khairul Amru Harahap dkk, memaparkan sejumlah dalil yang berkenaan dengan hukum wanita junub dan haid masuk masjid.

Ditegaskan bahwa perempuan haid dan orang yang junub tidak dibolehkan berdiam di dalam masjid, tetapi dibolehkan baginya jika hanya sebatas melewatinya. Dalil yang dijadikan hujjah adalah firman Allah SWT dalam surah An-Nisa’ ayat 43,

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنتُمْ سُكَرَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا …

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian salat, sedang kalian dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan, (jangan pula menghampiri masjid) sedang kalian dalam keadaan junub, kecuali hanya sekadar melewati saja, hingga kalian mandi.”

Adapun dari hadits, larangan wanita haid berdiam di masjid bersandar pada hadits dari Ummu Salamah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW masuk ke halaman masjid (Nabawi) dan bersabda, ‘Sesungguhnya masjid tidak boleh dimasuki oleh orang yang junub dan wanita haid’.” (HR Ibnu Majah dan Thabrani)

Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah RA, dikatakan Rasulullah SAW bersabda, “Alihkan rumah-rumah ini dari masjid! Sebab, aku tidak membenarkan wanita haid dan orang yang junub memasuki masjid.” (HR Abu Dawud)

Ada Perbedaan Pendapat di Kalangan Ulama

Namun, Wa Marzuqi Ammar mengungkapkan dalam buku Fikih Ibadah dari Al-Lu’lu’ wa Al-Marjan Jilid 2 bahwa larangan pada surah An-Nisa’ ayat 43 hanyalah larangan mendekati salat, bukan larangan masuk masjid. Dikatakan, ayat ini sangat jelas melarang orang mengerjakan salat dalam kondisi junub, bukan untuk masuk masjid.

Ulama Hanabilah berpendapat bahwa orang junub diperbolehkan menetap di masjid jika ia sudah berwudhu. Mereka mendasarkan pendapat ini pada riwayat Sa’id bin Manshur dan Al-Atsram dari Atha bin Yasar yang berkata,

“Saya melihat kaum pria dari sahabat Rasulullah sedang duduk di dalam masjid dan mereka dalam keadaan junub. Mereka berwudhu sebagaimana wudhu untuk salat.”

Sebaliknya, menurut H. Hendrik dalam bukunya Problema Haid, wanita haid diperbolehkan untuk masuk masjid, bahkan Masjidil Haram, karena Nabi Muhammad SAW membolehkan Aisyah RA melakukan berbagai hal yang dilakukan orang yang sedang menunaikan ibadah haji, seperti masuk ke masjid, salat di dalamnya, atau melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah. Di antara ibadah yang dilarang oleh Nabi SAW adalah salat dan tawaf, jadi memasuki masjid tidak dilarang.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya (haid) ini adalah perkara yang telah Allah SWT tetapkan bagi para putri Adam. Oleh karena itu, kerjakanlah apa-apa yang dikerjakan oleh orang yang sedang berhaji, selain tawaf di Ka’bah …” (HR Muslim, Abu Daud, Turmudzi, An-Nasa’i, dan Al-Albani)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda kepada Aisyah RA, “Ambilkan untukku Al-Khumrah (sajadah kecil) di masjid.” Ketika Aisyah menjawab bahwa dia sedang haid, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya haidmu itu tidak berada di tanganmu.” (HR Bukhari, Muslim, Asqalani, Al-Albani, dan Salim bin ‘Abd Al-Hilali).

Rasulullah SAW juga memperbolehkan istrinya, Aisyah RA, untuk mengambil sajadah kecilnya yang tertinggal di dalam masjid. Hadits ini menunjukkan bahwa tidak ada larangan bagi perempuan yang sedang haid untuk memasuki masjid atau berdiam di dalamnya.

Jika benar ada larangan bagi perempuan haid untuk berdiam di dalam masjid, kemungkinan besar Rasulullah SAW telah memberikan peringatan atau pengecualian terhadap perintah yang diberikan kepada Aisyah RA tanpa ada tambahan larangan untuk berdiam di dalam masjid.

Dalam buku Fiqh Yaumiyyah Fii Taharah karya Wahyu Saputra, disimpulkan bahwa terdapat beberapa hukum mengenai perempuan haid memasuki masjid berdasarkan pendapat-pendapat di atas:

  1. Makruh, jika seorang perempuan yang haid tidak takut mengotori masjid. Hukum makruh ini adalah bentuk penghormatan kepada masjid.
  2. Haram, jika seorang perempuan khawatir darahnya menetes ke masjid meskipun sudah menggunakan pembalut. Jika tidak khawatir, hukumnya makruh, kecuali jika perempuan yang haid tersebut memiliki hajat.

Imam Al-Muzani menyebutkan bahwa perempuan musyrik diperbolehkan masuk masjid, padahal mungkin saja dia dalam keadaan haid. Maka, kata dia, perempuan mukmin lebih layak untuk masuk ke dalam masjid walau dalam keadaan haid.

Dalam sumber sebelumnya juga diungkapkan bahwa perempuan haid lebih utama untuk diberi keringanan dibandingkan orang yang junub, karena junub biasanya terjadi atas kehendak manusia, sedangkan haid adalah ketetapan Allah SWT yang tidak dapat dicegah.

Oleh karena itu, perempuan haid lebih utama mendapatkan uzur dibandingkan orang junub, dan diperbolehkan untuk masuk masjid.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Hadits Anjuran Sholat di Rumah bagi Perempuan


Jakarta

Sholat adalah salah satu pilar utama dalam agama Islam dan merupakan ibadah yang sangat penting. Meninggalkan sholat karena ingkar merupakan bentuk kekufuran dan mengeluarkan yang bersangkutan dari agama Islam.

Meskipun sholat di masjid adalah praktik yang umum di kalangan muslim, ada situasi tertentu di mana perempuan diizinkan atau bahkan disarankan untuk sholat di rumah. Berikut adalah anjuran sholat di rumah bagi perempuan.

Anjuran Sholat di Rumah bagi Perempuan

Dikutip dari buku Ensiklopedia Hadis Sahih karya Muhammad Shidiq Hasan Khan, anjuran sholat di rumah bagi perempuan yaitu:


عَنْ أُمّ حُمَيْدٍ امْرَأَةِ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِي أَنَّهَا جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَحَبُّ الصَّلاةَ مَعَكَ. قَالَ : قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكَ تُحِيِّينَ الصَّلاةَ مَعِي وَصَلَاتُكِ فِي بَيْتِكَ خَيْرٌ لَكَ مِنْ صَلَاتِكَ فِي حُجْرَتِكَ وَصَلَاتُكَ فِي حُجْرَتِكَ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكَ فِي دَارِكِ وَصَلَاتُكِ فِي دَارِكَ خَيْرٌ لَكَ مِنْ صَلاتِكَ فِي مَسْجِد قَوْمَكَ وَصَلَاتُكَ في مَسْجِد قَوْمَكَ خَيْرٌ لَكَ مِنْ صَلَاتِكَ فِي مَسْجِدي)). فَأَمَرَتْ فَبُنِي لَهَا مَسْجِدٌ فِي أَقْصَى شَيْءٍ مِنْ بَيْتِهَا وَأَظْلَمِهِ ، فَكَانَتْ تُصَلِّي فِيهِ حَتَّى لقيت الله عَزَّ وَجَلٌ

Artinya: “Ummu Humaid, istri Abu Humaid As-Sa’idi, pernah datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Rasulullah, aku suka sekali sholat denganmu.” Rasulullah SAW berkata, “Aku tahu bahwa engkau sangat suka sholat denganku. Tetapi, sholatmu di tempat tidurmu lebih baik daripada sholatmu di dalam kamarmu. Sholatmu di dalam kamarmu lebih baik ketimbang sholatmu di dalam rumahmu. Sholatmu di rumahmu lebih baik daripada sholatmu di masjid kaummu. Sholatmu di masjid kaummu lebih baik ketimbang sholatmu di masjidku.” Lalu, Ummu Humaid memerintahkan dibangunkan masjid. Dia pun dibangunkan masjid di ujung rumahnya yang paling gelap. Ummu Humaid sholat di masjid itu hingga bertemu dengan Allah SWT (meninggal dunia).” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)

Dijelaskan juga dalam buku Sholat Khusyuk untuk Wanita karya M. Khalilurrahmn Al-Mahfani & Ummi Nurul Izzah bahwa tempat sholat terbaik untuk seorang perempuan adalah di dalam rumahnya.

Rasulullah SAW bersabda,

خَيْرُ مَسَاجِدِ النِّسَاءِ قَعْرُ بُيُوتِهنَّ.

Artinya: “Sebaik-baik tempat untuk sholat bagi wanita adalah di dalam rumahnya.” (HR Ahmad, Thabrani, dan Al-Hakim)

Hukum Perempuan Sholat di Masjid

Seorang perempuan tetap diperbolehkan untuk sholat berjamaah di masjid meskipun dianjurkan untuk sholat di rumah. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya larangan dan tidak boleh melarang atau menghalanginya.

Rasulullah SAW bersabda,

لاَ تَمْنَعُوا النِّسَاءَ أَنْ يَخْرُجْنَ إِلَى الْمَسَاجِدِ وبيوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ

Artinya: “Janganlah kalian melarang wanita pergi ke masjid (untuk sholat) walau rumah mereka lebih baik bagi mereka.” (HR Ahmad dari Ibnu Umar)

Jika seorang perempuan hendak pergi ke masjid untuk sholat berjamaah atau pengajian, hendaknya memerhatikan hal-hal berikut:

  • Tidak memakai perhiasan yang berlebihan
  • Tidak bercampur baur dengan lelaki
  • Tidak menyerupai lelaki
  • Aman dalam perjalann ke masjid dari bahaya yang mengancam
  • Tidak memakai wewangian
  • Tidak berpakaian yang sangat mencolok

Ada juga baiknya mempertimbangkan beberapa hal berikut jika seorang perempuan ingin sholat di masjid:

– Sabda Rasulullah SAW tentang tempat terbaik bagi wanita bersifat prefentif, yakni untuk menjaga diri dari fitnah dan bahaya. Jangankan wanita, lelaki juga banyak yang diintimidasi ketika pergi ke masjid di zaman Rasulullah SAW.
– Dalam rangka syiar Islam
– Memberikan contoh kepada anak-anaknya untuk beribadah dan menghidupkan masjid sejak dini
– Beruswah atau mencontoh para sahabat wanita di masa Rasulullah SAW yang brbondong-bondong beribadah bersama Rasulullah SAW dan menghadiri majelis-majelis beliau, bahkan mereka ikut berjihad bersama Rasulullah SAW.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com