Tag Archives: mayat-mayat

Abu Jahal Siapanya Nabi Muhammad?


Jakarta

Dakwah Nabi Muhammad SAW tidak selalu berjalan mulus. Beliau kerap mendapat cobaan dari kaum kafir Quraisy yang membenci Al-Qur’an dan agama Islam.

Salah satu tokoh besar Quraisy yang terkenal menentang dakwah Nabi Muhammad SAW adalah Abu Jahal. Mengutip buku Cerita Al-Qur’an oleh M. Zaenal Abidin, nama asli Abu Jahal adalah Amir Ibnul Hasyim. Julukan Abu Jahal artinya Bapak Kebodohan.

Mengutip Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Chalil, jika dilihat dari jalur keluarga, Abu Jahal memiliki hubungan keluarga yang jauh dengan Nabi Muhammad SAW.


Kisah Abu Jahal Ingin Mencelakai Nabi Muhammad SAW

Abu Jahal dikenal kejam dalam membenci Nabi Muhammad SAW. Ada kisah Abu Jahal dalam menentang dakwah Nabi Muhammad SAW dan hendak mencelakainya meskipun selalu gagal.

Kembali mengutip buku Tarikh Nabi Muhammad, Abu Jahal sempat mencoba memukul kepala Nabi Muhammad SAW dengan batu saat beliau sedang salat. Namun, saat ia ingin melempar sebuah batu, ia justru terhempas ke belakang.

Abu Jahal bersaksi bahwa ia melihat seekor unta besar yang hendak menendangnya, sehingga ia berusaha menghindar. Namun, kawan-kawannya tidak mempercayai cerita itu dan tidak menghiraukan perkataan Abu Jahal lagi karena dianggap pembohong.

Lalu dalam kisah lain yang dikutip dari buku Cerita Al-Qur’an, Abu Jahal sempat meminta Nabi Muhammad SAW ke rumahnya, ia mengaku sakit keras. Nabi Muhammad SAW yang menerima kabar tersebut datang ke rumah Abu Jahal tanpa menaruh curiga sedikit pun.

Setibanya di rumah Abu Jahal, Nabi Muhammad SAW hanya berdiri di depan pintu kamarnya tanpa masuk. Abu Jahal yang sudah menanti kedatangan Nabi Muhammad SAW segera beranjak dari tempat tidur.

Ia menghampiri Nabi Muhammad SAW yang menjenguknya, namun apa yang terjadi? Abu Jahal malah terperosok ke dalam lubang yang ia buat sendiri. Rupanya, Abu Jahal hendak menjebak dan mencelakai Nabi Muhammad SAW. Kabar bahwa Abu Jahal sedang sakit adalah akal-akalan Abu Jahal.

Abu Jahal Ditaklukkan di Perang Badar

Mengutip buku Nabi Muhammad Sang Pejuang Hebat karya, Perang Badar salah satu perang Islam utama yang mengubah wajah sejarah Islam dan menegaskan arah perjalanan umat Islam. Perang ini menjadi lentera penerang jalan kaum muslimin dan membawa mereka kepada kemenangan yang langgeng.

Merangkum buku Dua Sahabat Penakluk Abu Jahal karya Fadila Harum, dua pemuda Anshar bernama Muadz bin Amr dan Muawwidz bin Atra adalah orang yang sedih melihat Nabi Muhammad SAW dimusuhi oleh Abu Jahal. Meskipun pada saat Perang Badar kedua sahabat itu masih berusia belasan tahun, Nabi Muhammad SAW melihat potensi yang bagus dari diri mereka untuk berperang.

Melihat Abu Jahal di Medan perang, Muadz dan Muawwidz tidak ragu untuk mendekati Abu Jahal. Dengan gagah berani keduanya bersama-sama menghadapi prajurit-prajurit Quraisy dan dapat berhadapan langsung dengan Abu Jahal.

Dikisahkan bahwa Mu’awwidz berhasil menyabet kaki Abu Jahal hingga tersungkur sekarat. Dia tidak dapat bergerak namun masih cukup sadar untuk merasakan azabnya.

Saat berada diambang kematian, Abu Jahal masih sempat menatap Abdullah bin Mas’ud seraya berkata, “Beritahukanlah kepada Nabi kalian bahwa saya telah membencinya sepanjang hidup saya, dan bahkan sampai saat ini, api kebencian masih membara di hati saya.”

Kemudian, Abdullah bin Mas’ud memenggal kepala Abu Jahal. Kepala Abu Jahal dibawa ke Nabi Muhammad SAW sedangkan mayatnya dilemparkan ke dalam sumur tempat mayat-mayat kaum musyrik dilemparkan, yakni di dalam sumur Badar.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abdullah bin Amr yang Jasadnya Tetap Utuh setelah 46 Tahun Lamanya


Jakarta

Dalam sejarah Islam, terdapat kisah menakjubkan tentang Abdullah bin Amr, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang gugur sebagai syahid dalam Perang Uhud. Jasad Abdullah bin Amr yang tetap utuh bahkan puluhan tahun setelah kematiannya menjadi salah satu keistimewaannya sebagai sahabat nabi.

Sebelum perang, Abdullah bin Amr merasa yakin bahwa ia akan gugur dalam pertempuran tersebut. Kisah jasad Abdullah bin Amr yang tetap utuh menjadi sebuah keajaiban yang menggambarkan betapa tinggi kedudukan beliau di sisi Allah SWT, bahkan setelah syahid. Inilah kisah jasad Abdullah bin Amr yang tetap utuh setelah 46 tahun lamanya.

Dibalik Kematian Abdullah bin Amr

Dikisahkan dalm buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW yang ditulis oleh Khalid Muhammad Khalid, ketika 73 orang kaum Anshar membaiat Rasulullah SAW dalam Baiat Aqabah II, Abdullah bin Amr bin Haram adalah salah seorang dari mereka.


Demikian juga, ketika Rasulullah SAW memilih beberapa yang terbaik dari mereka, Abdullah bin Amr adalah salah satu yang terpilih. Rasulullah SAW menunjuknya sebagai orang pilihan dari kaumnya, Bani Salamah.

Abdullah bin Amr menyerahkan dirinya, harta, dan keluarganya untuk mengabdi kepada Islam. Termasuk saat Perang Badar dan Perang Uhud, ia menunjukkan keberanian yang luar biasa.

Sebelum Perang Uhud, Abdullah bin Amr merasa yakin bahwa ia akan gugur dalam pertempuran tersebut. Hatinya terbang karena bahagia. Ia panggil anaknya, Jabir bin Abdullah, lalu berpesan kepadanya,

“Aku merasa yakin akan gugur dalam perang ini. Bahkan, mungkin aku akan menjadi muslim pertama yang menjadi syuhada. Demi Allah, aku tak meninggalkan seorang pun yang lebih aku cintai sesudah Rasulullah, melebihi dirimu. Sungguh aku memiliki utang maka bayarlah utangku dan berbuat baiklah kepada para saudaramu!”

Setelah Perang, Abdullah bin Amr adalah salah seorang yang pertama kali terbunuh. Jabir bin Abdullah, anaknya, turut serta ketika kaum muslimin mencari jasad para syuhada, termasuk jasad ayahnya di antara para syuhada.

Ia menemukan ayahnya di tengah-tengah tubuh para syuhada, yang jasadnya telah diperlakukan dengan kejam oleh kaum musyrikin sebagaimana yang dialami oleh para pahlawan lainnya.

Ketika Jabir dan beberapa keluarga menangisi sang syuhada Islam, Abdullah bin Amr bin Haram, Rasulullah SAW melihat mereka, lalu bersabda,

“Kalian tangisi atau tidak maka ia telah berada dalam naungan sayap-sayap para malaikat.”

Iman Abdullah bin Amr sangatlah kokoh. Cintanya kepada syahid di jalan Allah SWT adalah puncak harapan dan keinginannya. Suatu ketika, Rasulullah SAW memberitahukan suatu kabar besar yang menggambarkan keinginannya untuk menjadi syuhada.

Suatu hari Rasulullah SAW bersabda kepada Jabir putra Abdullah bin Amr,

“Wahai Jabir, Allah tidak pernah berfirman kepada seorang pun, kecuali dari balik tabir. Namun, Dia telah berfirman kepada ayahmu secara langsung. Dia berfirman kepada ayahmu:

“Wahai hamba-Ku, mintalah kepada-Ku, Aku pasti memberimu!”

Abdullah bin Amr berkata: “Wahai Tuhan, aku minta kepada-Mu agar Engkau kembalikan aku ke dunia untuk sekali lagi berperang di jalan-Mu.”

Allah SWT menjawab: “Sesungguhnya, Aku telah berfirman bahwa mereka tidak akan dikembalikan ke dunia.”

Abdullah bin “Amr berkata: ‘Kalau begitu, sampaikanlah nikmat yang Engkau anugerahkan kepada kami kepada orang-orang sesudahku!”

Selanjutnya, Allah SWT menurunkan surat Ali Imran ayat 169-170 berikut:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati’.”

Jasad Abdullah bin Amr yang Tetap Utuh

Kisah jasad Abdullah bin Amr yang tetap utuh terjadi ketika kaum muslimin mulai mengenali para syuhada, keluarga Abdullah bin Amr pun berhasil menemukan jasadnya, istri Abdullah kemudian mengangkat jasad sang suaminya dan menaruhnya di atas unta, bersama dengan jasad saudara laki-lakinya yang juga syahid dalam pertempuran tersebut.

Sang istri membawa keduanya ke Madinah untuk dimakamkan di sana sebagaimana yang dilakukan oleh keluarga syuhada lainnya.

Namun, seorang utusan Rasulullah SAW menyusul mereka dan menyerukan perintah Rasulullah SAW,

“Makamkanlah para korban yang gugur di tempat mereka gugur!” Akhirnya, setiap dari mereka pun kembali dengan membawa pahlawan syahidnya. Nabi sendiri memimpin pemakaman para sahabat yang menjadi syuhada. Mereka yang telah menepati apa yang mereka janjikan dengan Allah, mengorbankan nyawa yang berharga dengan mendekatkan diri dan tawadhu kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ketika tiba giliran Abdullah bin Amr untuk dimakamkan, Rasulullah SAW menyeru,

“Makamkanlah Abdullah bin ‘Amr dan ‘Amr bin Jamûh dalam satu liang karena saat di dunia mereka berdua saling mencintai dan saling setia!”

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Kisah Karomah Para Wali Allah yang ditulis oleh Abul Fida’ Abdurraqib bin Ali Al-Ibi, Abdullah bin Amr memiliki ciri khas berkulit merah, berkepala botak, dan berpostur tinggi. Begitu pun dengan Amr bin Jamuh yang juga memiliki postur tubuh tinggi, sehingga keduanya dapat dikenali. Makam mereka terletak di area yang rawan terkena banjir. Akibatnya, ketika terjadi banjir, kuburan mereka terbongkar.

Ketika kubur mereka dibongkar, jasad mereka ditemukan masih dalam keadaan utuh. Kain kafan mereka masih dalam kondisi sempurna, bahkan luka di wajah Abdullah bin Amr masih tampak.

Saat anaknya, Jabir, mencoba menggeser tangannya dari luka, darah mengalir dengan deras. Namun, ketika tangannya dikembalikan ke posisi semula, darah berhenti mengalir. Jabir merasa bahwa ayahnya seolah tidur dengan tenang, tanpa ada perubahan.

Kain selimut yang digunakan sebagai kafan untuk menutupi wajahnya, masih dalam keadaan utuh. Begitu pula dengan mantel yang menyelimuti kedua kakinya. Padahal, sudah berlalu empat puluh enam tahun sejak saat itu.

Awalnya, Jabir berkeinginan untuk memindahkan makam ayahnya ke tempat lain. Namun, para sahabat Rasulullah SAW keberatan. Mereka berkata,

“Jangan melakukan perubahan sedikit pun dan jangan memindahkan mereka ke tempat lain. Hal itu karena tempat kubur mereka bisa dilewati oleh pipa sehingga bisa membahayakan.”

Mengenai kisah ini, Ibnu Sa’ad mengatakan,

“Kami mendapatkan cerita dari Amr bin Al-Haitsam Abu Qathan, dari Hisyam Ad-Dastawa’i, dari Abu Az-Zubair, dari Jabir Radhiyallahu Anhu, ia berkata, ‘Mayat para pahlawan yang gugur dalam Perang Uhud harus dibongkar ketika Khalifah Mu’awiyah membuat saluran mata air yang melewati tanah pekuburan mereka. Ketika kami bongkar, mayat-mayat mereka masih dalam keadaan utuh, padahal sudah berlangsung empat puluh tahun yang lalu. “

Ibnu Ishaq juga mengemukakan tentang kisah jasad Abdullah bin Amr yang tetap utuh ini, ia mengatakan,

“Aku mendapatkan cerita dari beberapa orang tua kaum Anshar. Mereka berkata, ‘Ketika Khalifah Mu’awiyah mengeluarkan kebijakan membuat mata air yang saluran pipanya harus melewati tanah pekuburan para pahlawan syahid yang gugur pada Perang Uhud, kami terpaksa melakukan pembongkaran terhadap kubur Amr bin Al-Jamuh dan Amr bin Abdullah Al-Anshari. Kami mendapati mayat mereka berdua masih utuh, termasuk kain kafan mereka yang masing-masing hanya berupa dua lembar selimut dan sepotong mantel. Sepertinya mereka baru saja dikubur kemarin’.”

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com