Tag Archives: meteorologi

Arah Kiblat Berubah, Begini Cara Cek Ulangnya Kata BMKG


Jakarta

Arah kiblat akan berubah di wilayah Indonesia Tengah dan Barat pada 26-30 Mei 2025. Ini terjadi karena Matahari bakal ada tepat di atas Kabah pada waktu tersebut.

Fenomena ini berlangsung selama dua kali dalam setahun di wilayah tersebut, kata Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Tahun ini akan terjadi pada 26-30 Mei 2025 pukul 16.18 WIB, serta 14-18 Juli pukul 16.27 WIB.

Sedangkan untuk wilayah Indonesia bagian Timur dan sebagian wilayah Indonesia bagian Tengah, penentuan arah kiblat dapat dilakukan saat Matahari di atas antipoda Kabah. Maksudnya, ketika Matahari berada sebalik arah Kabah.


“Ayo cek kembali arah kiblatmu, kesempatan ini hadir pada tanggal 26-30 Mei 2025,” tulis BMKG dalam keterangan di akun Instagram resmi @intobmkg.

Ini dia cara cek ulang arah kiblat pada 26-30 Mei 2025 di wilayah Indonesia sesuai instruksi BMKG:

  1. Sesuaikan jam yang digunakan dengan jam atom BMKG di https://jam.bmkg.go.id/Jam
  2. Gunakan alat yang dapat dijadikan tegak lurus pada permukaan datar. Misalnya bandul, tiang, atau dinding bangunan yang tegak lurus dengan tanah datar
  3. Lakukan proses kalibrasi sejak 5 menit sebelum dan sesudah 16.18 WIB atau 17.18 WITA (waktu puncak)
  4. Perhatikan arah bayangan yang terjadi di waktu puncak Tarig garis dari ujung bayangan hingga ke posisi alat Garis itu merupakan kiblat yang sudah dikalibrasi dengan posisi Matahari saat berada tepat di atas kabah.

Demikian cara mengecek ulang arah kiblat berdasarkan rekomendasi BMKG. Semoga tips ini membantu.

(ask/ask)



Sumber : inet.detik.com

Gunung Batu Spot Ikonik Bukti Gempa Sesar Lembang-Makam Keramat



Cimahi

Gunung Batu di Cimahi, Jawa Barat memang tak termasuk gunung tinggi di Indonesia, namun di sini berbagai aktivitas monumental dilakukan. Rupanya, gunung ini adalah bagian dari Sesar lembang yang paling mencolok.

Gunung Batu memiliki ketinggian 1.228 mdpl. Gunung itu berada di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Bandung Barat.

Di gunung itu berbagai aktivitas monumental dilakukan, mulai dari pembentangan bendera merah putih raksasa pada bulan Agustus, latihan panjat tebing dan vertical rescue, hingga berkaitan dengan bencana alam.


Gunung Batu memang spesial. Gunung itu juga merupakan titik paling terlihat dari Sesar atau Patahan Lembang, sumber gempa bumi yang membentang sepanjang 29 kilometer dari ujung utara di Jatinangor sampai Padalarang di belahan baratnya.

Gunung Batu memiliki ketinggian 1.228 Mdpl yang ada di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Bandung Barat.Gunung Batu memiliki ketinggian 1.228 Mdpl yang ada di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Bandung Barat. (Whisnu Pradana)

“Jadi Gunung Batu ini merupakan bagian dari Sesar Lembang. Dulu ini satu level yang sama, namun kemudian naik ke atas, terangkat oleh aktivitas tektonik,” ujar Peneliti Gempa Bumi pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mudrik Rahmawan Daryono dilansir detikjabar, Kamis (28/8/2025).

Merujuk informasi dari badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pada sebuah plang informasi di puncak Gunung Batu, Gunung Batu terbentuk akibat membekunya magma yang menerobos daratan atau intrusi sekitar 510 ribu tahun yang lalu atau bertepatan pada kala Pleistosen.

Catatan gempa besar akibat Sesar Lembang terjadi sekitar tahun 1400-an. Sesar Lembang bergerak 1,95 sampai 3,45 milimeter per tahun. Periode keberulangan gempa tersebut diperkirakan 170 sampai 670 tahun.

Sementara itu, Mudrik menyebut berdasarkan penelitian tinggi Gunung Batu terus mengalami peningkatan di setiap event gempa bumi akibat aktivitas Sesar Lembang terjadi.

“Studi kita itu Gunung Batu sudah bergeser sekitar 120 sampai 450 meter, tapi yang paling muda itu 120 meter. Dari penelitian terakhir, Gunung Batu ini naik 40 sentimeter akibat gempa dengan magnitudo 6,5 sampai 7. Jadi 1 kali event gempa itu bisa bergeser naik 1 meter sampai 2 meter, tapi yang terakhir 40 sentimeter,” kata Mudrik.

Makam Keramat di Puncak Gunung Batu

Bagian puncak Gunung Batu Lembang tak sulit didaki. Jalurnya sudah terbentuk berupa jalan setapak, ketinggiannya tak terlalu ekstrem, sehingga banyak menjadi destinasi berolahraga maupun jalan-jalan warga sekitar.

Di puncak, beragam aktivitas biasa dilakukan. Mulai dari sekadar duduk santai, berfoto, penelitian lantaran terdapat pos pengamatan pergerakan tanah Sesar Lembang milik BMKG, hingga pelaksanaan ritual.

Menariknya, ada satu bangunan di puncaknya yang papan namanya bertuliskan ‘Makam Patilasan Mbah Mangkunagara Mbah Jambrong’. Makam dua nama yang lazim digunakan pada zaman kerajaan itu ada di dalam bangunan berupa bedeng berdinding triplek.

detikjabar menengok pusara berkeramik biru muda. Nisannya ditulis menggunakan cat hitam, font yang digunakan asal-asalan, cuma demi menegaskan bahwa itu merupakan makam Mbah Jamrong atau Mbah Jambrong dan Mbah Mangkunagara.

Di sebelahnya, ada batu berukuran besar. Makam keramat itu terkunci dari luar. Penjaganya alias juru kunci makam keramat ialah Lasmana alias Abah Ujang. Pria warga Lembang yang dipercaya menjaga makam keramat itu melanjutkan orangtua dan leluhurnya.

“Sejarahnya seperti diceritakan oleh orang tua abah dan sesepuh, Gunung Batu ini dulunya itu tempat berkumpulnya para dalem, pemimpin suatu wilayah,” kata Abah Ujang.

Gunung Batu memiliki ketinggian 1.228 Mdpl yang ada di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Bandung Barat.Gunung Batu memiliki ketinggian 1.228 Mdpl yang ada di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Bandung Barat. (Whisnu Pradana)

Lantas siapa Mbah Mangkunagara dan Mbah Jambrong? Berdasarkan penjelasan yang ia terima sebelum dipercaya sebagai kuncen, kedua nama itu merupakan kepala negara dan wakilnya. Mbah Mangkunagara sebagai kepala negara dan Mbah Jambrong ialah wakilnya.

Mbah Mangkunagara juga dikenal sebagai Aki Gul Wenang, sementara Mbah Jambrong dikenal sebagai Eyang Jagawalang. Mbah Mangkunagara bukan kepala negara dalam konteks seperti presiden, melainkan pemimpin di wilayahnya di masa itu. Sementara Mbah Jambrong merupakan pendampingnya.

“Ya seperti sekarang itu gubernur, bupati, kalau dulu kan dalem. Jadi dari Gunung Batu ini, mereka sering mengadakan pertemuan dengan kepala negara daerah lain, di sini semedi raganya sementara jiwanya bisa terbang kemana-mana. Itu dilakukan kalau mereka sedang rapat,” kata Abah Ujang.

Gunung Batu di Kecamatan Lembang yang diyakini sebagai bagian dari Patahan Lembang yang paling jelasGunung Batu di Kecamatan Lembang yang diyakini sebagai bagian dari Patahan Lembang yang paling jelas (Whisnu Pradana/detikcom)

Kebijaksanaan dan kesaktian kedua orang itu, kemudian tersebar kemana-mana. Keduanya diyakini tilem atau meninggal dunia dengan raganya berada di suatu tempat yang orang biasa tahu. Sementara pusara di puncak Gunung Batu, sebagai manifestasi atas tilemnya dua tokoh yang bisa diyakini sebagai hikayat ataupun mitos.

“Saya mulai jadi kuncen di sini sejak tahun 1992, kalau awalnya keluarga saya jadi kuncen di tahun 1940-an,” kata Abah Ujang.

Banyak orang yang datang ke makam keramat itu. Maksud dan tujuannya berbeda satu sama lain. Ada yang datang demi meraih kesuksesan, ada yang datang ingin meminta ini dan itu, namun selalu ditekankan bahwa upaya itu hanya sebagai syariat.

“Saya selalu sampaikan meminta tetap pada Allah SWT, jangan menduakan dengan meminta di makam keramat ini. Cuma kita harus yakini, bahwa ketika berdoa itu ada syariatnya, dan makam ini jadi syariatnya,” kata Abah Ujang.

“Banyak yang datang ketika mendekati pemilu, kemudian mau ujian, mau menikah, mau sukses bisnis. Ada yang dari Jakarta, Bogor, Sukabumi, jadi enggak cuma dari Lembang saja,” dia menambahkan.

***

Selengkapnya klik di sini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Mulai Kapan dan Bulan Apa Puncaknya?


Jakarta

Belakangan, berbagai wilayah di Indonesia diguyur hujan dari hari ke hari. Apakah sekarang sudah masuk musim hujan?

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jakarta pada Jumat (12/9/2025) lalu sempat menjelaskan daripada rerata klimatologis 1991-2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah di Indonesia.

Kapan Mulai Musim Hujan 2025?

Dwikorita menyebut musim hujan berlangsung dari Agustus 2025 sampai April 2026. Sebagian besar wilayah di Indonesia akan masuk musim hujan pada September 2025.


Wilayah-wilayah yang diperkirakan masuk musim hujan pada September di antaranya:

  • Sebagian besar Sumatera Utara
  • Sebagian Riau
  • Sumatera Barat bagian utara
  • Sumatera Selatan
  • Bangka Belitung bagian selatan
  • Kalimantan Selatan
  • Sebagian kecil Jawa
  • Sebagian Papua Selatan.

Kapan Puncak Musim Hujan 2025?

Pada kesempatan berbeda, Kepala BMKG menyebut puncak musim hujan di setiap wilayah bervariasi antara November sampai Desember 2025, khususnya di sebagian besar Sumatera dan Kalimantan.

Berdasarkan pemaparan Dwikorita seperti dikutip dari unggahan media sosial BMKG, puncak musim hujan pada Januari hingga Februari 2026 diperkirakan terjadi di sebagian besar Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Mengapa Musim Hujan Datang Lebih Awal?

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan sempat menjelaskan, faktor global dan regional menjadi salah satu penyebab dinamika musim hujan pada 2025.

Sebagai contoh, pada Agustus 2025 fenomena El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dalam kondisi netral (indeks-0,34), sehingga tidak ada pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik.

Meski begitu, Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks-1,2). Ini menandakan adanya suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.

Suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia juga lebih hangat dari rata-rata klimatologis. Hal ini memicu pembentukan awan hujan lebih intensif.

ENSO netral tersebut diperkirakan bertahan sampai akhir 2025. Sementara IOD negatif diprediksi berlangsung sampai November 2025.

“Kondisi musim hujan yang maju dari normal memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini, guna meningkatkan produktivitas sekaligus mendukung upaya swasembada pangan,” kata Ardhasena, dilansir dalam laman BMKG.

(nah/nwk)



Sumber : www.detik.com

Waspada Hujan Lebat hingga Januari 2026, Pengaruh La Nina?



Jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan 2025/2026 terjadi lebih awal dari biasanya di sebagian besar wilayah Indonesia. Wilayah ini mencakup 294 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 42,1% ZOM.

Berdasarkan laporan Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Indonesia dari BMKG, durasi musim hujan 2025/2026 juga diperkirakan lebih panjang dari biasanya. Namun, perlu digarisbawahi, awal musim hujan berbeda-beda di berbagai daerah.

Sementara itu, puncak musim hujan 2025/2026 diperkirakan banyak terjadi pada bulan November-Desember 2025 di Indonesia bagian barat. Puncak musim hujan diperkirakan berlanjut pada bulan Januari hingga Februari 2026 di Indonesia bagian selatan dan timur.


Dijelaskan BMKG, musim hujan RI salah satunya dipengaruhi La Nina. Potensinya sekitar 50-70% pada periode Oktober 2025-Januari 2026.

Pengaruh La Nina pada Musim Hujan 2025/2026

Prediksi El NiƱo-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan kecenderungan ENSO Netral sepanjang tahun 2025. Namun, ada sebagian kecil model iklim global yang memprediksi La Nina lemah akan muncul pada akhir tahun 2025.

Keberadaan La Nina lemah dapat berkontribusi pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia.

Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Dr Emilya Nurjani, SSi MSi menjelaskan La Nina merupakan fenomena yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan di Samudra Pasifik.

Saat La Nina terjadi, tekanan udara di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan Samudera Pasifik sisi timur, di Amerika Selatan. Kondisi ini memicu peningkatan potensi hujan di Indonesia.

“Sebetulnya La Nina ini termasuk dalam gangguan dan itu tidak bisa dicegah karena itu sistem tekanan udara yang regional bahkan bisa menjadi global,” ucapnya, dikutip dari laman UGM, Jumat (24/10/2025).

Beda Daerah, Beda Dampak

Emilya menggarisbawahi, tidak semua wilayah RI akan mendapat dampak La Nina yang sama.

“Belum tentu bahwa La Nina berpengaruh di Jogja juga mempunyai pengaruh yang sama seperti di Kalimantan atau Jakarta,” ucapnya.

Sementara itu, secara umum, wilayah yang paling sering terkena dampak La Nina dimulai dari Indonesia bagian timur menuju bagian barat. Namun, topografi wilayah RI yang beragam membuat pengaruh La Nina sangat lokal.

Musim Hujan 2025/2026, Potensi Banjir?

Ia menjelaskan, La Nina tidak serta-merta berujung pada hujan terus-menerus yang mengakibatkan banjir. Sebab, keterjadiannya bergantung pada kondisi wilayah masing-masing.

“Jadi dampaknya tidak bisa diuniversalkan seluruh Indonesia, tidak bisa disamaratakan, kalau kita bicara cuaca dan iklim,” kata Emilya.

Sebaliknya, ia juga mengingatkan bahwa musim kemarau bukan lantas berarti tidak hujan. Ia berharap BMKG bisa menjelaskan peringatan dini cuaca, terutama cuaca ekstrem, dengan bahasa yang lebih mudah dipahami warga sehingga tidak salah paham.

“Sebenarnya tidak seperti itu, musim hujan dan kemarau itu dilihat dari curah hujannya,” ucapnya.

(twu/nwk)



Sumber : www.detik.com

Sampai Kapan Cuaca Panas Melanda RI? Ini Penjelasan BMKG


Jakarta

Direktur Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdhani mengatakan cuaca panas yang terjadi disebabkan oleh sejumlah faktor meteorologis. Salah satu penyebab utamanya adalah posisi gerak semu matahari yang pada bulan Oktober telah berada sedikit di selatan ekuator.

“Posisi ini membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan menerima penyinaran matahari yang lebih intens sehingga suhu udara terasa lebih tinggi, terutama pada siang hari,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (15/10/2025).

Selain itu, lanjutnya, penguatan angin timuran atau Monsun Australia turut membawa massa udara kering dan hangat dari Benua Australia menuju wilayah Indonesia. Kondisi ini mengurangi pembentukan awan dan membuat cuaca cenderung cerah.


Radiasi matahari mencapai permukaan bumi secara maksimal dan radiasi balik dari permukaan juga meningkatkan suhu udara.

“Kombinasi kedua faktor tersebut menyebabkan cuaca terasa lebih panas di banyak wilayah Indonesia,” sambungnya lagi.

Berdasarkan hasil pengamatan BMKG pada 14 Oktober 2025, suhu maksimum di Indonesia berkisar antara 34-37 derajat celcius. Beberapa wilayah mencatat suhu maksimum 35-37 derajat celcius, di antaranya Kalimantan, Papua, Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Selama periode 12-14 Oktober 2025, pengamatan suhu udara maksimum di berbagai stasiun BMKG menunjukkan sebaran suhu di atas 35 derajat celcius secara luas di seluruh wilayah Indonesia.

Adapun wilayah yang paling sering mencatat suhu tinggi meliputi sebagian besar Nusa Tenggara, Jawa bagian barat hingga timur, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta beberapa wilayah Papua.

Pada 12 Oktober 2025, suhu tertinggi tercatat sebesar 36,8 derajat celcius di Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), dan Majalengka (Jawa Barat). Pada 13 Oktober suhu sedikit menurun menjadi 36,6 derajat celcius di Sabu Barat (NTT).

Namun pada 14 Oktober, suhu maksimum kembali meningkat hingga 37,6 derajat celcius di Majalengka (Jawa Barat) dan Boven Digoel (Papua). Konsistensi tingginya suhu maksimum di banyak wilayah menunjukkan kondisi cuaca panas yang persisten, didukung oleh dominasi massa udara kering dan minimnya tutupan awan.

Sampai Kapan Cuaca Panas Berakhir?

Andri mengatakan, dalam beberapa hari ke depan, wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan diperkirakan masih didominasi cuaca cerah hingga berawan dengan potensi hujan yang relatif kecil.

Kondisi panas ini kemungkinan masih berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025, tergantung pada waktu mulai masuknya musim hujan di masing-masing daerah.

“Meski demikian, pada sore hingga malam hari masih berpotensi terjadi hujan lokal akibat aktivitas konvektif, terutama di sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua,” lanjutnya.

Melihat Tren Suhu di Indonesia Sejak 1981 Lewat Warming Stripe:

(suc/up)



Sumber : health.detik.com

BMKG Imbau Warga Hindari Paparan Matahari Langsung Jam 10-16 WIB, Ini Alasannya


Jakarta

Kondisi cuaca pada saat peralihan musim dari awal hingga pertengahan Oktober, diwarnai dengan cuaca panas dan terik yang terjadi di banyak wilayah di Indonesia. Hal ini didukung oleh kombinasi gerak semu matahari, yang pada bulan Oktober sudah berada sedikit di selatan ekuator, sehingga wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan menerima pemanasan yang intens.

Selain itu, pengaruh Monsun Australia turut berkontribusi terhadap peningkatan suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam beberapa hari terakhir, suhu maksimum udara tercatat mencapai 38 derajat celcius di beberapa lokasi. Daerah yang mengalami suhu panas antara lain Karanganyar, Jawa Tengah (38,2 derajat celcius) Majalengka, Jawa Barat (37,6 derajat celcius), Boven Digoel, Papua (37,3 derajat celcius), dan Surabaya, Jawa Timur (37,0 derajat celcius).


Imbas hal tersebut, BMKG mengimbau untuk menghindari paparan langsung sinar matahari antara pukul 10.00 hingga 16.00 WIB. Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto hal ini dikarenakan pukul tersebut intensitas radiasi matahari berada pada titik tertinggi.

Selain itu, ia juga menyarankan untuk menggunakan pelindung diri seperti topi, kacamata hitam, payung, dan tabir surya (sunscreen) saat harus beraktivitas di luar ruangan.

“Perbanyak minum air putih untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan menurunkan suhu tubuh,” ucapnya kepada detikcom saat dihubungi Selasa, (14/10/2025).

“Kurangi aktivitas fisik berat di luar ruangan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis. Pantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, termasuk aplikasi InfoBMKG dan akun media sosial resminya,” lanjutnya.

BMKG menegaskan fenomena ini masih tergolong normal untuk periode pancaroba, meski dampaknya kini terasa lebih ekstrem karena perubahan iklim global dan urbanisasi yang memperparah efek panas permukaan.

“Yang penting masyarakat tetap tenang, tetapi waspada. Pastikan kondisi tubuh terjaga, kurangi aktivitas di bawah matahari langsung, dan ikuti perkembangan cuaca dari sumber resmi,” tutup Guswanto.

Di sisi lain, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat pada sore hingga malam hari akibat adanya aktivitas konvektif lokal terjadi di beberapa wilayah, seperti Belawan, Sumatera Utara (117,6 mm/hari), Deli Serdang, Sumatera Utara (110,4 mm/hari), dan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (88,4 mm/hari).

Kondisi ini menunjukkan, meskipun cuaca panas dan terik masih mendominasi pada pagi hingga siang hari di sejumlah wilayah Indonesia, potensi pembentukan awan konvektif dengan intensitas hujan tinggi pada sore hingga malam hari masih tetap signifikan, sejalan dengan karakteristik periode transisi musim dari kemarau menuju musim hujan di wilayah tropis.

Cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan masih didominasi oleh cuaca cerah hingga berawan. Kondisi ini berpeluang terjadi hingga akhir Oktober atau awal November 2025. Meskipun demikian, potensi hujan yang bersifat lokal masih dapat terjadi pada sore hingga/atau malam hari di beberapa wilayah, seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

(suc/suc)



Sumber : health.detik.com

Waspada Sinar UV Tinggi di Tengah Cuaca Panas, Ini Wanti-wanti BMKG


Jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti paparan sinar ultraviolet (UV) pada kategori tinggi hingga sangat tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di tengah kondisi cuaca panas.

Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani, mengatakan hasil pengamatan menunjukkan indeks sinar ultraviolet di sejumlah wilayah Indonesia berada pada level yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan apabila masyarakat terpapar langsung dalam waktu lama.

“Paparan sinar matahari langsung pada indeks UV tinggi dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata dalam hitungan menit. Karena itu, masyarakat perlu melindungi diri saat beraktivitas di luar ruangan,” kata Andri, dikutip Antara.


Ia menyarankan masyarakat untuk menghindari paparan langsung sinar matahari terutama pada pagi menjelang siang hari, serta menggunakan pelindung diri seperti topi, jaket, payung, kacamata hitam, dan tabir surya ketika harus beraktivitas di luar ruangan.

Selain itu, BMKG mengingatkan agar masyarakat memperbanyak konsumsi air putih guna mencegah dehidrasi, serta menghindari aktivitas fisik berat di bawah terik matahari yang dapat meningkatkan risiko heatstroke atau kelelahan akibat panas.

Berdasarkan hasil pengamatan BMKG dalam beberapa hari terakhir, potensi cuaca cerah dan terik umumnya terjadi pada pagi siang hari, suhu maksimum udara tercatat mencapai hingga 38 derajat celcius di beberapa lokasi.

Daerah yang mengalami suhu panas antara lain Karanganyar, Jawa Tengah (38,2 derajat celcius) Majalengka, Jawa Barat (37,6 derajat celcius), Boven Digoel, Papua (37,3 derajat celcius), dan Surabaya, Jawa Timur (37,0 derajat celcius).

Sementara di wilayah Jabodetabek pada dua hari belakangan, suhu maksimum di wilayah Jabodetabek mencapai 35 derajat celcius dengan rincian Banten, 35,2 derajat celcius, Kemayoran: 33,4 – 35,2 derajat celcius, Halim: 34,0 – 34,9 derajat celcius, Curug: 33,5 – 34,6 derajat celcius, Tanjung Priok: 32,8 – 34,4 derajat celcius dan Jawa Barat (sekitar Jabodetabek): 33,6 – 34,0 derajat celcius.

Andri menambahkan, situasi cuaca panas ini juga bertepatan dengan masa pancaroba, yaitu peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, yang ditandai oleh suhu udara tinggi pada siang hari dan potensi hujan disertai petir serta angin kencang pada sore hingga malam hari.

(suc/suc)



Sumber : health.detik.com

Meski Cuaca Terik, Wilayah-wilayah Ini Perlu Waspada Hujan Sepekan ke Depan!


Jakarta

Indonesia mengalami peralihan musim hingga pertengahan Oktober ini. Cuaca Tanah Air menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diwarnai dengan panas terik pada pagi hingga siang, kemudian berubah menjadi hujan lebat hingga sangat lebat pada sore sampai malam hari.

BMKG mengatakan pola cuaca tersebut merupakan karakteristik khas transidi dari musim kemarau ke musim hujan di wilayah tropis.

Namun, dalam sepekan ke depan terdapat dinamika atmosfer yang berpotensi memicu cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, dengan disertai kilat atau petir, angin kencang, dan gelombang laut tinggi di sejumlah wilayah.


Sejumlah dinamika atmosfer yang dimaksud adalah:

  • Nilai dipole mode negatif (-1.39) mengindikasikan peningkatan suplai uap air dari Samudra Hindia menuju Indonesia bagian barat.
  • Pergerakan gelombang Rossby dari timur ke barat dan gelombang Kelvin dari barat ke timur yang diperkirakan aktif di beberapa wilayah Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
  • Bibit siklon tropis 96W yang diperkirakan ada di Samudra Pasifik timur Filipina membentuk daerah konfluensi di Samudra Pasifik utara Maluku Utara sampai Papua.
  • Sirkulasi siklonik yang diperkirakan ada di perairan barat Aceh, Samudra Hindia barat Sumatera Barat, dan Laut Natuna Utara membentuk kawasan konvergensi dan konfluensi di sebagian wilayah Indonesia yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
  • Labilitas atmosfer lokal yang diperkirakan terjadi di sebagian barat Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jawa bagian barat, Jawa Tengah, Sulawesi Barat, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan mendukung proses konvektif skala lokal.

Wilayah Waspada Hujan

Menurut BMKG pada 17-19 Oktober 2025 didominasi kondisi berawan hingga hujan ringan. Meski demikian, hujan sedang hingga sangat lebat serta angin kencang masih hadir dengan kategori tingkat peringatan dini.

Berdasarkan unggahan BMKG dalam media sosial, seperti ini potensi hujan pada tanggal-tanggal tersebut:

1. Hujan Sedang

  • Aceh
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Daerah Istimewa Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • NTB
  • NTT
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Selatan
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat
  • Papua Barat Daya
  • Papua Pegunungan
  • Papua
  • Papua Selatan

2. Hujan Lebat-Sangat Lebat

  • Sumatera Utara
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Jawa Tengah
  • Kalimantan Barat
  • Sulawesi Barat
  • Papua Tengah

3. Angin Kencang

Sementara, pada periode 20-23 Oktober 2025, seperti ini perkiraan wilayah yang hujan sedang hingga angin kencang:

1. Hujan Sedang

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jawa Barat
  • Daerah Istimewa Yogyakarta
  • NTB
  • NTT
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesu Tengah
  • Sulawesi Selatan
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat
  • Papua Barat Daya
  • Papua Pegunungan
  • Papua
  • Papua Selatan

2. Hujan Lebat-Sangat Lebat

  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur
  • Sulawesi Barat

3. Angin Kencang

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Bengkulu
  • Lampung
  • NTT
  • Papua Selatan.

(nah/nwk)



Sumber : www.detik.com

Potensi Hujan Kembali Meningkat, Tapi Cuaca Panas Belum Berakhir


Jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membagikan prediksi cuaca mingguan di seluruh wilayah Indonesia untuk periode 21-27 Oktober 2025. Apakah cuaca panas akan kembali digantikan hujan?

Sebagai negara yang tepat berada di garis khatulistiwa, kondisi cuaca Indonesia tak bisa lepas dari panas dan curah hujan tinggi. Hal ini terlihat dalam kondisi cuaca sepekan terakhir.


Cuaca panas pekan lalu terjadi di sebagian wilayah Indonesia bagian selatan dengan suhu tertinggi 36,4oC-38,2oC. Kendati demikian, di sebagian wilayah lainnya, hujan sangat lebat justru melanda.

Berbagai daerah yang mengalami hujan sangat lebat seperti Tapanuli Tengah Sumatera Utara, Nagan Raya Aceh, Gunung Sitoli Sumatera Utara, dan Nangapinoh di Kalimantan Barat. Setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi kejadian ini.

Pertama, aktifnya gelombang atmosfer di sebagian wilayah Indonesia. Kedua, keberadaan siklon tropis, bibit siklon tropis, dan sirkulasi siklonik.

Terakhir, terdapat faktor lokal di masing-masing wilayah. Faktor lokal ini memicu kondisi atmosfer menjadi relatif labit sehingga hujan dengan intensitas sedang hingga lebat bahkan disertai kilat/petir dan angin kencang bisa terjadi.

Berdasarkan seluruh keadaan ini, BMKG bisa memprediksi cuaca untuk seminggu kedepan. Dikutip dari postingan Instagram resminya, Selasa (21/10/2025) berikut informasinya.

Prediksi Hujan dan Panas 21-27 Oktober 2025

Dalam kesimpulan usai melihat seluruh keadaan yang ada, BMKG memprediksikan bila sepekan ke depan potensi hujan akan meningkat. Potensi ini berlaku di sebagian besar wilayah Indonesia.

Sebagian besar wilayah yang dimaksud meliputi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagian Papua. Meskipun potensi hujan meningkat, kondisi panas tidak bisa terhindarkan.

BMKG menyebut panas pada siang hari masih berpotensi terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Untuk itu, masyarakat diharapkan bersiap terlebih di daerah yang sebelumnya mengalami cuaca panas tinggi.

Bila diuraikan per provinsi, wilayah yang akan mengalami hujan dari tingkat sedang, lebat, dan angin kencang yakni:

Periode 21-23 Oktober 2025

Waspada (Hujan Sedang)

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat Daya
  • Papua Barat
  • Papua Tengah
  • Papua Pegunungan
  • Papua
  • Papua Selatan

Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat)

  • Aceh
  • Sumatera Barat
  • Kepulauan Riau
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Bengkulu
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • DI Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Papua Barat Daya
  • Papua Pegunungan

Angin Kencang

Periode 24-27 Oktober 2025

Waspada (Hujan Sedang)

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • DI Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat Daya
  • Papua Barat
  • Papua Tengah
  • Papua Pegunungan
  • Papua
  • Papua Selatan

Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat)

  • Sumatera Barat
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Jawa Barat
  • Jawa Timur
  • Kalimantan Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Papua Pegunungan

Angin Kencang

Kondisi Atmosfer Masih Kompleks

Hujan yang menerpa berbagai wilayah Indonesia ikut dipengaruhi kondisi atmosfer yang masih aktif dan kompleks. Kondisi ini menyebabkan peningkatkan pertumbuhan awan hujan yang memicu cuaca ekstrem, termasuk hujan intensitas sedang-lebat dengan kilat/petir, angin kencang, dan gelombang laut tinggi.

Adapun kondisi atmosfer sepekan ke depan, yakni:

1. Nilai Dipole Mode Negatif

Nilai dipole mode masih negatif (-1,39) artinya ada peningkatan suplai uap air dari Samudra Hindia menuju wilayah Indonesia bagian barat.

2. Gelombang Rossby dan Gelombang Kelvin Aktif

Gelombang Rossby adalah gelombang ekuator yang merambat simetris ke arah barat. Ketika aktif, gelombang ini bisa meningkatkan terjadinya gangguan tropis dan hujan dengan durasi yang lama.

Sedangkan Gelombang Kelvin adalah gelombang ekuator yang memiliki kecepatan perambatan ke arah timur. Implikasinya adalah kejadian hujan dengan periode singkat.

Kedua gelombang ini diprediksi aktif di beberapa wilayah Indonesia.

3. Ada Bibit Siklon

Terdapat dua bibit siklon tropis yang dipantau BMKG. Bibit siklon tropis “Fengshen” terpantau di Laut Cina Selatan, sedangkan bibit siklon tropis 95S di Samudra Hindia Barat daya Bengkulu.

Kedua bibit siklon ini membentuk daerah konvergensi (proses pembentukan awan dari pembentukan pola angin) dan konfluensi (daerah pertemuan angin dari arah berbeda yang membuat udara naik) di Pesisir Barat Bengkulu-Lampung bagian Utara dan Samudra Hindia Barat Daya Lampung.

4. Sirkulasi Siklonik

Sirkulasi siklonik atau pusaran angin yang menarik massa udara dan uap air sehingga dapat membentuk awan dan bergerak menuju pusaran angin tersebut terpantau di Samudra Pasifik Utara pulau Halmahera dan Laut jawa Bagian Timur.

Hal ini menyebabkan daerah konvergensi dan konfluensi terbentuk memajang dari Pualu Halmahera, Laut Sulawesi, Samudra Pasifik Utara Papua Barat, Laut Jawa bagian barat, dan Laut Flores.

5. Atmosfer Lokal Labil

Keadaan ini mendukung proses awan konvektif (awan yang berpotensi menimbulkan hujan) pada skala lokal dan diprediksi terjadi di sebagian wilayah Indonesia.

Itulah kondisi cuaca Indonesia periode 21-27 Oktober 2025 dan faktor yang mempengaruhinya. Semoga bermanfaat, detikers!

(det/twu)



Sumber : www.detik.com

Musim Panas Saudi sampai September, Ini Tips Umrah agar Ibadah Lancar


Jakarta

Arab Saudi tengah memasuki musim panas sejak Juni dan akan berlangsung hingga September 2024. Perkiraan suhu di Makkah dan Madinah bisa lebih dari 40 derajat celsius pada siang hari.

“Sabtu depan akan menjadi hari pertama musim panas tahun ini di seluruh provinsi di wilayah Kerajaan,” kata Pusat Meteorologi Nasional (NCM) dalam sebuah pernyataan pada akhir Mei 2024 lalu, seperti dilansir Saudi Gazette.

Muslim yang kini sedang melangsungkan umrah bisa lebih memperhatikan kondisi kesehatan. Terlebih, musim panas memiliki pengaruh pada tubuh jemaah umrah.


Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi melalui media sosial X-nya mengimbau agar jemaah umrah mengambil langkah pencegahan untuk menghindari kelelahan. Begitu pula dengan dehidrasi dan heat stroke selama ritual ibadah.

“Biasakan diri Anda dengan tindakan pencegahan kesehatan penting untuk mencegah kelelahan, dehidrasi, dan heat stroke selama pengalaman umrah musim panas Anda,” demikian bunyi unggahan di akun X-nya, dikutip Selasa (30/7/2024).

Tips Umrah Musim Panas bagi Jemaah

Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi memberi tips dengan membaginya ke dalam tiga bahasan. Mulai dari tips mencegah sengatan matahari, tips menghindari dehidrasi, dan tips ketika melakukan ibadah umrah.

Pertama, tips mencegah sengatan matahari. Jemaah diminta untuk menghindari keluar dari hotel pada jam-jam ketika matahari terik kecuali memang diperlukan.

Selain itu, jemaah diminta selalu mengenakan payung untuk menghindari panas matahari. Lalu, batasi paparan tubuh dengan matahari kecuali saat ritual umrah.

Kedua, tips menghindari dehidrasi. Jemaah umrah sebaiknya minum secara teratur agar tubuh terjaga hidrasinya.

Kemudian, hindari sinar matahari langsung jika memungkinkan demi menjaga hidrasi. Selanjutnya, jemaah umrah bisa mengonsumsi buah dan sayur ke dalam makanan yang dikonsumsi untuk membantu tubuh tetap terhidrasi.

Ketiga, tips umrah musim panas ketika menjalankan ritual ibadah. Hendaknya, jemaah umrah memilih waktu dengan suhu yang lebih rendah ketika akan melangsungkan ritual umrah. Dengan begitu, umrah yang dijalani akan lebih lancar, tenang dan fokus.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com