Tag Archives: muharram

Saat Pasukan Bergajah Serbu Ka’bah pada Bulan Muharram



Jakarta

Kurang dari dua bulan menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW, puluhan ribu personel dengan belasan pasukan bergajah menyerbu Ka’bah di Makkah. Mereka berniat untuk menghancurkan rumah Allah.

Pasukan bergajah ini berada di bawah pimpinan Abrahah bin Shabah, Gubernur Jenderal Najasyi Habasyah di Yaman. Diceritakan dalam Sirah Nabawiyah karya Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Abrahah melihat orang-orang Arab tengah menunaikan ibadah haji ke Ka’bah. Dia lantas membangun sebuah gereja besar di Sana’a dan bermaksud memindahkan haji orang Arab ke sana.

Rencana tersebut sampai ke telinga kabilah Kinanah. Sehingga, ketika malam tiba, mereka melumuri gereja yang dibangun Abrahah tersebut dengan kotoran.


Mengetahui hal tersebut, Abrahah lantas murka. Dia mengerahkan pasukan besar-besaran–yang disebut mencapai 60 ribu personel–untuk merobohkan Ka’bah. Abrahah memilih gajah yang paling besar sebagai kendaraannya dan di dalam pasukan itu ada sembilan atau 13 ekor gajah.

Setibanya di daerah Mughammas, Abrahah menyiagakan pasukannya memasuki Ka’bah. Begitu tiba di wadi Mahsar, daerah antara Muzdalifah dan Mina, gajahnya tiba-tiba berlutut dan enggan memasuki Makkah.

Anehnya, tiap kali mereka mengarahkan gajah ke selatan, utara, dan timur, hewan itu mau bangkit dan berjalan. Namun, ketika diarahkan menuju Ka’bah, gajah itu kembali berlutut.

Pada saat itulah Allah SWT mengirimkan utusan-Nya berupa burung ababil untuk membinasakan pasukan bergajah. Burung ababil disebut menghujani pasukan bergajah itu dengan batu dari neraka.

Burung-burung itu nampak datang berbondong-bondong seperti burung walet yang beterbangan. Setiap burung membawa tiga butir batu, satu diletakkan di paruhnya dan dua lainnya dicengkeram dengan kedua kakinya.

Siapa pun yang terkena lemparan batu yang dibawa burung ababil tersebut akan tewas dan hancur seketika. Pasukan lantas berlarian tunggang-langgang, namun tetap saja tak bisa selamat. Dikatakan, Abrahah sendiri jari-jemarinya sampai terlepas satu per satu. Setibanya di Sana’a tubuhnya hancur dan akhirnya tewas.

Pasukan bergajah yang dihujani batu oleh burung ababil tersebut diceritakan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman,

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ الْفِيْلِۗ ١ اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ ٢ وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ ٣ تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ ٤ فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ ࣖ ٥

Artinya: “Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS Al Fil: 1-5)

Orang-orang Quraisy yang tadinya berlarian dan bersembunyi ke gunung tatkala melihat kedatangan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, akhirnya kembali ke rumah masing-masing usai melihat pasukan musuh hancur.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram. Ada yang berpendapat 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun, mayoritas berpendapat peristiwa itu terjadi 55 hari sebelum kelahiran nabi SAW. Waktunya sekitar akhir Februari atau awal Maret tahun 571 M.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kemenangan Kaum Muslimin dalam Perang Khaibar Bulan Muharram


Jakarta

Bulan Muharram menyimpan sejumlah peristiwa besar. Pada 7 H silam, Rasulullah SAW dan kaum muslimin menghadapi Perang Khaibar.

Diceritakan dalam Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, Rasulullah SAW menuju Khaibar setelah sebelumnya menetap di Madinah sejak bulan Dzulhijjah dan beberapa hari bulan Muharram. Sebelum ini, Rasulullah SAW berada di Hudaibiyah.

Rasulullah SAW berangkat dari Madinah menuju Khaibar lewat jalur ‘Ishr dan membangun sebuah masjid di sana. Setelah itu, beliau melewati Shahba’ dan terus berjalan bersama kaum muslimin lainnya menuruni sebuah lembah Raji’.


Dalam perjalanannya ke Khaibar, Rasulullah SAW meminta Amir bin Akra’ untuk mengumandangkan syair, sebagaimana diceritakan Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Ibrahim bin Harits at-Taimi. Amir pun turun dari untanya lalu mendendangkan syair rajaz untuk Rasulullah SAW.

Secara berangsur-angsur Rasulullah SAW mendekati kebun-kebun penduduk Khaibar dan merebutnya satu demi satu. Beliau juga menaklukkan benteng demi benteng. Na’im menjadi benteng pertama yang berhasil beliau taklukkan. Selanjutnya, beliau menaklukkan Qamush, benteng milik bani Abil Huqaiq.

Saat berada di Khaibar, Rasulullah SAW mengutus Muhayyishah bin Mas’ud untuk menemui orang-orang Yahudi Fadak agar memeluk Islam, seperti diceritakan dalam Ar-Rahiq Al-Makhtum: Sirah Nabawiyah karya Shafiyurrahman al-Mubarakfuri. Namun, mereka terus menunda jawaban dan belakangan memunculkan rasa gentar dalam hati mereka.

Orang Yahudi Fadak pun mengirimkan utusannya kepada Rasulullah SAW untuk menawarkan jalan damai dengan kompensasi separuh hasil Fadak. Rasulullah SAW pun menerima tawaran ini.

Larangan dalam Perang Khaibar

Saat Perang Khaibar, kaum muslimin memakan daging keledai jinak milik penduduk Khaibar. Melihat hal itu, Rasulullah SAW berdiri dan mengumumkan beberapa larangan dalam Perang Khaibar, termasuk memakan keledai jinak.

Menurut Ibnu Ishaq yang mendapatkan cerita dari Abdullah bin Amru bin Dhamrah al-Fazari dari Abdullah bin Abi Salith, dari ayahnya yang mengatakan, “Kami menerima keterangan bahwa Rasulullah melarang makan daging keledai jinak ketika tungku-tungku sedang mendidih dengan daging-daging itu. Akhirnya kami tidak memakannya.” (HR Amad)

Ibnu Ishaq juga menyebutkan larangan lainnya sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim. Dikatakan bahwa Rasulullah SAW melarang kaum muslim melakukan empat hal, yakni menggauli tawanan perempuan yang sedang hamil, memakan keledai jinak, memakan binatang buas yang bertaring, dan menjual harta rampasan perang sampai dibagikan.

Korban Perang Khaibar

Perang Khaibar menelan sejumlah korban dari kaum muslimin. Namun, para ahli sejarah berbeda pendapat mengenai jumlah pastinya.

Ada yang berpendapat, pasukan muslimin yang mati syahid dalam Perang Khaibar berjumlah 16 orang dengan rincian 4 orang dari Quraisy, 1 orang dari Asyja, 1 orang dari Aslam, 1 orang dari Khaibar, dan sisanya dari Anshar.

Pendapat lain menyebut, muslimin yang mati syahid dalam Perang Khaibar berjumlah 81 orang, sedangkan Al-Manshurfuri menyebutnya ada 91 orang. Sementara itu, dari kubu Yahudi berjumlah 93 orang.

Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Khaibar membawa pengaruh besar bagi kabilah-kabilah Arab yang belum masuk Islam, sebagaimana dikatakan dalam As-Sirah an-Nabawiyah karya Abul Hasan Ali al-Hasani ad-Nadwi. Sebab, mereka tahu persis kekuatan perang Yahudi di Khaibar dan kenikmatan yang mereka nikmati. Panglima-panglima berpengalaman dan pemberani seperti Marhab dan Harits turut andil di sana.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

Diterimanya Tobat Nabi Adam pada Hari Asyura, Begini Kisahnya



Jakarta

Hari Asyura yang jatuh pada 10 Muharram menyimpan sejumlah peristiwa dalam sejarah para nabi. Dikatakan, Allah SWT menerima tobat Nabi Adam AS pada hari tersebut.

Kisah tobatnya Nabi Adam AS ini diceritakan dalam Qashash Al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir. Dikisahkan, ketika berada di surga, Nabi Adam AS dan istrinya, Hawa, melakukan sebuah kesalahan berupa memakan buah dari pohon terlarang akibat bujuk rayu iblis. Ulama berbeda pendapat terkait apakah ini merupakan sebuah kiasan.

Allah SWT berfirman,


فَدَلّٰىهُمَا بِغُرُوْرٍۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۗ وَنَادٰىهُمَا رَبُّهُمَآ اَلَمْ اَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَاَقُلْ لَّكُمَآ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ٢٢

Artinya: “Ia (setan) menjerumuskan keduanya dengan tipu daya. Maka, ketika keduanya telah mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (di) surga. Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS Al A’raf: 22)

Lebih lanjut ditafsirkan, akibat perbuatan tersebut Allah SWT mengeluarkan Nabi Adam AS dan Hawa dari surga. Al-Hafizh ibnu Asakir meriwayatkan dari Mujahid, ia berkata, “Allah memerintahkan dua malaikat untuk mengeluarkan Adam dan Hawa dari sisi-Nya. Jibril melepas mahkota dari kepala Adam sementara Mikail melepas tanda kehormatan dari jidatnya.

Selanjutnya, benda-benda berharga itu digantungkan pada sebatang dahan. Adam menyangka hukuman akan disegerakan baginya sehingga beliau menundukkan kepalanya seraya berkata: ‘Maafkan aku. Maafkan aku.’ Allah lalu berfirman kepada beliau: ‘Engkau hendak lari dari-Ku?’ Adam menjawab: ‘Tidak, tetapi aku malu pada-Mu, wahai Tuhanku’.”

Menurut riwayat yang berasal dari Abu Hurairah, peristiwa turunnya Nabi Adam AS dan Hawa ke bumi terjadi pada hari Jumat. Rasulullah SAW bersabda,

“Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau diturunkan dari surga, dan pada hari itu juga akan terjadi kiamat.” (HR Ahmad)

Atas peristiwa tersebut, Nabi Adam AS dan Hawa bertobat, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ٢٣

Artinya: Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Al A’raf: 23)

Hingga pada akhirnya Allah SWT menerima tobat Nabi Adam AS dan Hawa sebagaimana Dia berfirman,

فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ٣٧

Artinya: “Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Baqarah: 37)

Menurut sebuah riwayat, Allah SWT menerima tobat Nabi Adam AS pada hari Asyura (10 Muharram). Imam Baihaqi dalam Kitab Fadha ‘Ilul Quqat mengeluarkan riwayat yang panjang terkait diterimanya tobat Nabi Adam AS pada hari Asyura. Berikut penggalan haditsnya,

“…Allah menciptakan Adam pada hari Asyura. Demikian halnya dengan Hawa. Allah menciptakan Ibrahim di hari Asyura dan pada hari itu pula Allah menyelamatkannya dari api dan mengganti (sembelihannya). Allah menenggelamkan Firaun pada hari Asyura, Allah mengangkat Idris AS pada hari Asyura, Allah menyembuhkan Ayyub pada hari Asyura, Allah mengangkat Isa bin Maryam juga pada hari Asyura, demikian juga ia dilahirkan pada hari Asyura. Allah menerima tobat Adam pada hari Asyura…”

Imam Baihaqi juga menyebutkan hadits serupa dalam redaksi yang lebih singkat dari Imam Ali, bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada seorang laki-laki,

“Jika kamu ingin berpuasa sebulan selain puasa Ramadan, maka puasalah di bulan Muharram, sesungguhnya di sana terdapat hari di mana Allah menerima tobat kepada suatu kaum dan akan memberikan ampunan bagi kaum yang lain.” (HR Al-Baihaqi dalam Kitab Fadha ‘Ilul Quqat)

Wallahu a’lam.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com