Tag Archives: mukjizat

Kisah Uzair yang Dicabut Nyawanya oleh Allah Selama 100 Tahun



Jakarta

Uzair dikisahkan adalah sebagai seseorang yang merasakan hidup dan mati dalam 100 tahun atas kuasa Allah SWT. Kisah Uzair dalam Al Quran sendiri terdapat pada surah Al Baqarah ayat 259.

اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا ۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya: “Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 259)


Begitulah bagaimana Allah SWT memberikan kita contoh nyata bagaimana mukjizat-Nya yang dahsyat untuk menambah iman manusia. Selanjutnya, dikutip dari 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Quran karya Ridwan Abqary, lebih lanjut kisah Uzair adalah sebagai berikut.

Kisah Uzair dalam Al Quran, Mati Hidup dalam 100 Tahun

Pada suatu hari, Uzair bermaksud pergi ke kebun. Dia ingin sekali memetik buah-buahan yang sudah tumbuh lebat di kebunnya.

Akhirnya, Uzair pun berangkat dengan mengendarai keledainya dan pergi menuju kebun. Di sana, dia memetik buah anggur dan buah lainnya sampai dua buah keranjang yang dibawanya penuh tanpa ruang tersisa.

Uzair yang telah selesai memanen buah-buahan pun kemudian pulang dengan menaiki keledainya. Siang itu, rasanya matahari bersinar sangat terik.

Matahari kala itu memancarkan sinarnya yang menyengat ke seisi alam. Keledai yang ditumpangi Uzair pun nampaknya juga terdampak dari panas itu, keledai berjalan perlahan dan tampak keletihan.

Tanpa disadari, keledai itu ternyata membawa Uzair ke sebuah tempat yang sangat jauh dari rumah. Ketika sampai di sebuah makam atau kuburan, keledai itu tampak sangat kelelahan sehingga Uzair bermaksud beristirahat dahulu di sana.

Ketika sedang melihat-lihat pekuburan yang sudah hancur itu, tiba-tiba Uzair teringat bahwa semua yang sudah meninggal akan dibangkitkan dan dihidupkan kembali oleh Allah SWT di akhirat nanti. Setelah tubuh manusia yang sudah meninggal, hancur, dan menjadi tanah seperti ini, bagaimana cara Allah SWT menghidupkan mereka kembali?

Pikiran itu kemudian mengusik hati Uzair. Allah SWT Maha Mengetahui. Untuk menjawab rasa penasaran Uzair, Allah SWT mengutus Malaikat ‘Izrail mencabut nyawa Uzair. Uzair pun meninggal saat itu juga di tengah pekuburan yang sangat sepi dan jauh dari mana-mana.

Keledainya yang terikat pun tidak bisa bergerak ke mana-mana sehingga lambat laun, karena kehausan dan kelaparan keledai itu pun akhir mati.

Keluarga Uzair yang merasa kehilangan kemudian mencoba mencari ke mana-mana. Namun, semua usaha mereka berakhir sia-sia karena Uzair tidak bisa lagi mereka temukan.

Setelah sekian lama, mereka pun mengikhlaskan kepergian Uzair yang mungkin saja sudah meninggal di suatu tempat yang tidak pernah mereka ketahui. Setahun, dua tahun, puluhan tahun, berlalu, sampai akhirnya seratus tahun sejak Uzair meninggal, Allah SWT pun menghidupkan kembali Uzair.

Sekarang, kuburan tempat Uzair meninggal sudah berubah menjadi sangat hancur, lebih dari 100 tahun lalu. Bahkan, keledainya yang mati pun sudah tinggal tulang belulang.

Tubuh Uzair yang sudah hancur pun perlahan dikembalikan secara utuh seperti sediakala oleh Allah SWT. Uzair yang terbangun kembali dari kematiannya merasa bingung dengan keadaan yang dilihatnya.

Dia tidak mengetahui yang sudah terjadi pada dirinya. Dia hanya merasa sudah tertidur di tempat itu tapi tidaklah begitu lama. Namun ketika bangun, semuanya sudah sangat berubah. Allah SWT mengutus malaikat untuk bertanya kepada Uzair.

“Sudah berapa lama kamu tinggal di sini?”

Uzair mengerutkan keningnya. Hari sudah senja dan dia masih ingat ketika sampai di pemakaman ini hari masih siang.

“Saya tinggal di sini sehari atau mungkin hanya setengah hari,” jawabnya.

“Kamu sudah tinggal di sini selama seratus tahun,” kata malaikat.

Uzair yang mendengar jawaban tersebut terlihat bingung. Mana mungkin dia tinggal di sini selama seratus tahun, sementara buah-buahan yang ada di dalam keranjangnya masih terlihat segar dan tidak busuk sama sekali.

Namun, alangkah terkejutnya Uzair ketika melihat keledainya justru hanyalah tinggal tulang belulang.

“Demikianlah, sesungguhnya kekuasaan Allah SWT Sekarang kamu perhatikan dengan baik, Allah SWT dapat menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal dan mengembalikan jasad yang sudah hancur dengan mudahnya. Demikianlah, Allah SWT akan menghidupkan dan mengembalikan jasad manusia yang sudah meninggal di akhirat nanti dengan begitu mudahnya.” Wallahua’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Fatimah az-Zahra dan Batu Penggiling Gandum yang Berputar Sendiri



Jakarta

Allah SWT berkehendak atas segala sesuatu. Termasuk pada batu penggiling gandum milik Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah SAW, yang bisa berputar sendiri untuk menggiling gandum.

Fatimah Az-Zahra merupakan putri kesayangan Rasulullah SAW, namun tak sedikitpun ia dimanjakan dalam hidupnya. Setelah menikah dengan Ali bin Abi Thalib, Fatimah mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga, berdua saja dengan sang suami.

Salah satu pekerjaannya adalah menggiling gandum dengan batu yang cukup berat. Pekerjaan ini kadang kala membuat Fatimah kelelahan.


Dikisahkan dalam buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW oleh Fuad Abdurahman yang juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, diceritakan bahwa suatu hari Rasulullah SAW berkunjung ke rumah Fatimah Az-Zahra dan melihat sang putri tengah menggiling gandum sambil menangis.

Batu Penggiling Gandum yang Berputar Sendiri

Melihat sang putri kesayangan menangis, Rasulullah heran dan bertanya, “Putriku, mengapa engkau menangis?”

Fatimah kemudian menjawab, “Duhai Ayah, aku menangis karena batu penggilingan ini, dan juga karena beratnya pekerjaan rumah,” ujar Fatimah, “Bagaimana jika Ayah meminta kepada Ali untuk memberikanku seorang budak perempuan untuk membantu pekerjaan rumah?”

Rasulullah SAW yang sedari tadi duduk di dekat Fatimah berjalan mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil setangkup gandum dengan tangannya yang penuh berkah, lalu meletakkan gandum itu kembali di penggilingan, seraya membaca Bismillahi rrahmani rrahim. Dengan izin Allah, penggilingan itu berputar sendiri menggiling gandum.

Bahkan, batu itu bertasbih kepada Allah SWT dengan bahasa yang berbeda-beda.

Ketika dirasa sudah selesai menggiling, Rasulullah SAW berkata kepada batu itu, “Diamlah engkau, dengan izin Allah!”

Seketika itu juga batu penggilingan itu tak bergerak. Namun, tak lama kemudian, batu itu berbicara menuliskan dengan bahasa Arab, “Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan benar sebagai nabi dan rasul, sekiranya engkau memerintahkanku untuk menggiling gandum yang ada di Timur dan Barat, niscaya akan kulakukan.”

Batu itu juga membacakan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat At- Tahrim ayat 6,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

“Sungguh aku sangat takut, wahai Rasulullah, aku takut menjadi batu yang masuk neraka,” sambung batu tersebut.

Rasulullah SAW menjawab, “Bergembiralah, karena kau termasuk batu yang akan menjadi bagian istana Fatimah kelak di surga.”

Batu itu merasa gembira mendengarnya dan akhirnya ia diam.

Rasulullah SAW Menghibur Hati Fatimah Az-Zahra

Meskipun batu tersebut bisa saja membantu Fatimah Az-Zahra menggiling gandum, Rasulullah SAW tidak mengizinkannya. Beliau justru menghibur hati sang putri.

Rasulullah SAW berkata kepada putrinya, “Wahai Fatimah, sekiranya Allah berkehendak, niscaya batu ini akan berputar sendiri untukmu. Tetapi, Allah ingin menuliskan kebaikan bagimu, menghapus kejelekanmu, dan mengangkat derajatmu, karena kau menggiling gandum dengan tanganmu sendiri. Putriku, siapa pun wanita yang memasak untuk suami dan anak-anaknya, Allah akan menuliskan baginya dari setiap biji yang dimasaknya satu kebaikan dan menghapus darinya satu keburukan serta mengangkat baginya satu derajat.”

Wallahu alam.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Hewan di Kapal Nabi Nuh, Diselamatkan dari Banjir Besar



Jakarta

Nabi Nuh AS adalah salah satu nabi yang memiliki kisah dan mukjizat yang sangat luar biasa. Salah satunya adalah mengenai kisah hewan di kapal Nabi Nuh AS.

Sebelum memasuki kisahnya, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa saja mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Nuh AS. Dikutip dari buku Kisah dan Mukjizat 25 Nabi dan Rasul karya Aifa Syah, Nabi Nuh AS dan kaumnya mampu membuat kapal yang sangat besar.

Kapal tersebut dapat digunakan ketika terjadi banjir besar yang menenggelamkan bumi yang sebelumnya sudah diperingatkan oleh Allah SWT. Bahtera Nabi Nuh AS mampu bertahan dan melewati banjir besar yang sangat lama hingga akhirnya surut.


Selanjutnya, dikisahkan bahwa tiap-tiap hewan dari beragam jenis dan spesies diangkut secara sepasang sehingga menjadi cikal bakal makhluk hidup yang ditemukan hingga sekarang ini. Berikut adalah kisahnya dikutip dari buku An-Nawadir karya Syekh Syihabuddin al-Qalyubi.

Kisah Hewan di Kapal Nabi Nuh AS

Dikisahkan bahwa setelah pembuatan kapal selesai, Allah SWT berkata kepada kapal dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh orang-orang secara jelas. Lalu, kapal itu menjawab,

“Laa ilaaha illa allaahu, ilaahu al-awwaliin wa al-aakhiriin. Aku adalah perahu keselamatan. Siapa saja yang menaikinya, maka akan selamat. Dan, siapa saja yang menolakku, maka akan mati.”

Nabi Nuh AS kemudian berkata kepada kaumnya, “Apakah kalian sekarang beriman?”

Mereka menjawab, “Tidak akan! Ini hanya satu rekayasa kekuatan sihirmu, wahai Nuh.”

Selanjutnya, Nabi Nuh AS memanggil semua hewan, hewan buas, burung, dan hewan melata atas perintah Allah SWT, “Kemari! Masuklah ke dalam kapal sebelum azab turun.”

Nabi Nuh AS telah membuatkan kandang untuk para hewan tersebut dan Malaikat Jibril turun ke Bumi untuk mengawasi mereka guna menjaga kelangsungan kehidupan hewan di Bumi.

Allah SWT membantu Nabi Nuh AS dengan mengabarkan berita tersebut ke timur dan barat. Nabi Nuh AS mengambil satu pasangan dari setiap jenis hewan. Sebagaimana terabadikan dalam surah Hud ayat 40,

حَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءَ اَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّوْرُۙ قُلْنَا احْمِلْ فِيْهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَاَهْلَكَ اِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ اٰمَنَ ۗوَمَآ اٰمَنَ مَعَهٗٓ اِلَّا قَلِيْلٌ

Artinya: (Demikianlah,) hingga apabila perintah Kami datang (untuk membinasakan mereka) dan tanur (tungku) telah memancarkan air, Kami berfirman, “Muatkanlah ke dalamnya (bahtera itu) dari masing-masing (jenis hewan) sepasang-sepasang (jantan dan betina), keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu (akan ditenggelamkan), dan (muatkan pula) orang yang beriman.” Ternyata tidak beriman bersamanya (Nuh), kecuali hanya sedikit.

Setelah itu, Allah SWT memerintahkan angin untuk menerbangkan setiap jenis pohon masuk ke dalam kapal. Nabi Nuh AS kemudian membawa setiap satu dari jenis pohon yang ada.

Mengutip Ibnu Katsir dalam buku Kisah Para Nabi, sebagian ulama menyebutkan riwayat hadits dari Ibnu Abbas RA yang menjelaskan tentang hewan di kapal Nabi Nuh. Khususnya terkait hewan pertama dan terakhir yang menaiki kapal tersebut.

“Jenis burung yang pertama kali masuk ke dalam kapal Nabi Nuh adalah kakatua. Sementara itu, jenis hewan yang terakhir masuk adalah keledai. Adapun Iblis masuk ke dalam kapal dengan bergelantung pada ekor keledai,”

Dalam riwayat lain, dijelaskan oleh Ibnu Abu Hatim yang bersumber dari ayahnya Zaid bin Aslam ketika beliau mendengar perkataan Rasulullah SAW. Setelah Nabi Nuh AS mengangkut setiap jenis hewan yang berpasangan ke atas kapal, hal itu pun mengundang tanya dari para sahabat.

Mereka bertanya, “Bagaimana kami bisa tenang?” atau “Bagaimana hewan-hewan jinak merasa tenang kalau ada singa bersama kita?”

Setelahnya, atas izin Allah SWT, Dia menurunkan penyakit demam pada singa. Itulah penyakit demam yang disebut diturunkan pertama kali ke bumi.

Tidak hanya itu, mereka juga mengeluhkan keberadaan tikus. Mereka berkata, “Tikus-tikus itu merusak dan memakan persediaan dan perbekalan kita,”

Selanjutnya, Allah mengilhamkan pada singa untuk bersin sehingga keluarkan kucing darinya. Kehadiran kucing itu membuat tikus-tikus bersembunyi karena takut padanya. Meski demikian sanad hadits ini disebut mursal atau hadits yang terputus sanadnya.

Melansir Tafsir Al Azhar Jilid 9 oleh Hamka, orang-orang yang masuk dalam bahtera Nabi Nuh AS adalah orang-orang yang menjadi nenek moyang bagi manusia saat ini. Hal ini juga berlaku bagi seluruh hewan yang masuk ke dalam kapal Nabi Nuh.

“Demikian juga binatang-binatang di rimba, mana yang tidak turut masuk bahtera telah musnah mati, namun yang masuk bahtera telah berkembang,” demikian penafsiran Hamka.

Susunan Isi Kapal Nabi Nuh

Dalam bahtera Nabi Nuh AS terdapat pembagian yang ditata sedemikian rupa dengan tatanan sebagai berikut.

Pada tingkat pertama, Nabi Nuh AS menempatkan laki-laki dan perempuan sebanyak delapan puluh orang. Bersama mereka adalah Tabut yang di dalamnya terdapat Adam, Hawa, Hajar Aswad, Maqam Ibrahim, tongkat para nabi dan rasul lengkap dengan nama pemiliknya.

Pada tingkat kedua, Nabi Nuh AS membawa hewan-hewan buas, hewan melata, dan hewan sembelihan.

Pada tingkat ketiga, Nabi Nuh AS membawa burung.

Pada tingkat keempat, Nabi Nuh AS menempatkan pohon-pohon.

Pada tingkat kelima, Nabi Nuh AS menempatkan hewan-hewan yang mempunyai cakar, harimau, dan singa.

Pada tingkat keenam, Nabi Nuh AS menempatkan ular dan kalajengking.

Dan, pada tingkat ketujuh, Nabi Nuh AS menempatkan gajah.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kala Suara Merdu Nabi Daud AS buat Kagum Alam Semesta



Jakarta

Di antara mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Daud AS adalah suaranya yang merdu. Ada riwayat menarik mengenai keindahan suaranya, di mana makhluk alam semesta termenung saat mendengarnya.

Menukil Qashash Al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir, Daud AS merupakan seorang nabi-Nya sekaligus khalifah di daerah Baitul Maqdis, wilayah bani Israil. Ia memiliki anak yang juga nabi yakni Sulaiman AS. Selain itu, ia juga masih memiliki darah keturunan Ibrahim AS, dari anaknya Ishaq AS.

Nabi Daud AS termasuk salah satu dari utusan Allah SWT yang mendapat wahyu berupa kitab suci, Allah SWT menurunkan kitab Zabur kepadanya. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surah An-Nisa ayat 163: “Kami telah memberikan (kitab) Zabur kepada Daud.”


Dengan diwahyukannya Zabur, Daud AS senantiasa membacanya dengan suaranya yang merdu. Terdapat sebuah riwayat di mana makhluk seperti manusia, burung, gunung, hingga sungai terbuat kagum oleh suara indah milik Daud AS.

Burung hingga Gunung Ikut Bertasbih bersama Nabi Daud AS

Kisah ini diceritakan dalam Kitab Qashash Al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan Saefullah MS.

Allah SWT menganugerahkan suara merdu kepada Daud AS, dan Dia tidak memberikan suara indah seperti itu kepada seorang pun selainnya. Ketika Nabi Daud AS membaca kitab Zabur, burung-burung di udara melandai ke bawah untuk mendengarkan suaranya.

Kerumunan burung itu turut bertasbih mengikuti bacaan tasbih Daud AS. Begitu juga gunung-gunung yang bertasbih bersamanya di waktu pagi dan petang hari.

Al-Auza’i mengatakan, “Abdullah bin Amir menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Nabi Daud diberi suara paling merdu yang belum pernah diberikan oleh Allah SWT kepada siapa pun.

(Saat Daud AS melantunkan suaranya,) burung-burung dan binatang liar berhenti karena takjub di sekelilingnya untuk mendengar suara yang sangat merdu. Sampai-sampai mereka mati kehausan dan kelaparan. Bahkan, air sungai pun berhenti mengalir!”

Wahab bin Munabbih mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang mendengarkan kemerduan suara Nabi Daud, melainkan ia akan berjalan dengan sebelah kakinya seperti sedang berdansa. Daud AS juga membaca kitab Zabur dengan suara merdunya yang belum pernah terdengar oleh seorang pun seperti nya, sehingga manusia dan segala jenis hewan rela berhenti untuk mendengarkan kemerduan suaranya, hingga-hingga sebagian hewan itu mati kelaparan.”

Selain suaranya yang merdu, Nabi Daud AS juga cepat dalam membaca kitab Zabur. Sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Daud AS sangat lincah dalam membaca (Kitab). Beliau pernah memerintahkan seseorang memasang pelana kudanya sementara beliau sendiri membaca Kitab. Sebelum pelana kuda itu selesai dipasang, beliau lebih dulu selesai membaca Al-Qur’an (Kitab)-nya. Beliau juga tidak makan, kecuali dari hasil kerjanya sendiri.” (HR Bukhari dalam Shahih-nya, dan Ahmad dalam Al-Musnad.)

Ibnu Katsir menjelaskan maksud Al-Qur’an dalam hadits tersebut adalah kitab Zabur yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Daud AS. Adapun Daud AS cepat dalam membaca kitab Zabur, tapi ia tetap merenungkan isi dan melagukannya dengan suara indahnya itu, sehingga ia mencapai penghayatan yang khusyuk.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa Membelah Laut Merah, Tenggelamkan Firaun dan Bala Tentaranya



Jakarta

Nabi Musa termasuk ke dalam 25 nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Sebagai utusan Allah SWT, tentu Nabi Musa dikaruniai mukjizat.

Mukjizat diberikan oleh Allah SWT kepada utusan-Nya untuk membuktikan kenabian atau kerasulan mereka. Dalam bahasa Arab, mukjizat berasal dari kata a’jaza yang artinya melemahkan atau menjadikan tidak mampu, seperti dikutip dari buku Aqidah Akhlak susunan Taofik Yusmansyah.

Salah satu mukjizat Nabi Musa yang paling terkenal ialah membelah Laut Merah. Hal ini dijelaskan dalam surat Thaha ayat 77-79,


وَلَقَدْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًاۙ لَّا تَخٰفُ دَرَكًا وَّلَا تَخْشٰى (77

فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهٖ فَغَشِيَهُمْ مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ (78 ۗ

وَاَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهٗ وَمَا هَدٰى (79

Artinya: “Sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, “Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari dan pukullah laut itu untuk menjadi jalan yang kering bagi mereka tanpa rasa takut akan tersusul dan tanpa rasa khawatir (akan tenggelam).” Firaun dengan bala tentaranya lalu mengejar mereka (Musa dan pengikutnya), tetapi mereka (Firaun dengan bala tentaranya) digulung ombak laut (yang dahsyat) sehingga menenggelamkan mereka. Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi (mereka) petunjuk,” (QS. Taha: 77-79)

Dikisahkan dalam buku Agama Islam yang ditulis oleh Hj Hindun Anwar, wahyu yang pertama kali diterima Nabi Musa ialah langsung dari Allah. Wahyu tersebut menjadi tanda kenabian pada diri nabi Musa.

Bukit Thursina merupakan lokasi Musa berdialog dengan Allah SWT. Dalam surat Al Qashash ayat 31, Allah berfirman,

وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَلَمَّا رَءَاهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَآنٌّ وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَٰمُوسَىٰٓ أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ ۖ إِنَّكَ مِنَ ٱلْءَامِنِينَ

Artinya: “Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman,”

Mukjizat Nabi Musa sampai ke telinga Firaun. Ia lantas menentang sang nabi dan mengundang ahli sihir untuk melawan kekuatan Nabi Musa AS.

“Hai Musa, jika kamu memang benar, coba kamu buktikan pada ahli sihir ini,” kata Firaun.

Para ahli sihir memperlihatkan kemampuan mereka masing-masing. Mereka berhasil mengubah tali menjadi ular, namun Nabi Musa tidak takut dengan ancaman Firaun.

Tanpa ragu, Nabi Musa melemparkan tongkatnya. Atas izin Allah SWT, tongkat tersebut berubah menjadi ular yang besar dan memakan ular-ular kecil milik para ahli sihir.

Menyaksikan mukjizat Nabi Musa, para ahli sihir sangat terkejut. Setelah kejadian itu, mereka menjadi pengikut Musa dan beriman kepada Allah SWT.

Usai kejadian itu, pengikut Nabi Musa semakin banyak. Firaun semakin murka mengetahui hal tersebut hingga memerintahkan tentaranya untuk mengejar Musa sampai di Laut Merah.

Kala itu, Nabi Musa bingung. Sebab, tidak ada jalan selain melintasi Laut Merah, sementara bala tentara Firaun mengejar mereka di belakang.

Allah SWT segera memberi perintah kepada Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya. Atas kuasa Allah, Laut Merah tersebut terbelah hingga membentuk jalan.

Nabi Musa dan pengikutnya segera berjalan melewati laut tersebut sampai tiba di seberang lautan. Bala tentara Firaun tidak menyerah, mereka terus mengejar Musa dan pengikutnya melalui jalan di laut yang muncul akibat pukulan tongkat Sang Nabi.

Setelah Nabi Musa dan pengikutnya sampai di seberang lautan, dipukulkan lagi tongkat itu ke laut. Seketika, Laut Merah kembali menutup dan menyebabkan Firaun beserta tentaranya tenggelam.

Kisah mengenai Nabi Musa yang membelah Laut Merah diabadikan dalam surat Al Baqarah ayat 50,

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ ٱلْبَحْرَ فَأَنجَيْنَٰكُمْ وَأَغْرَقْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan,”

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ibrahim saat Dilempar ke Api, Tak Hangus Meski Dibakar


Jakarta

Kisah Nabi Ibrahim AS saat dilempar ke api menunjukkan mukjizat dan kebesaran Allah SWT yang dapat diteladani umat muslim. Nabi Ibrahim AS menempati urutan keenam dalam daftar 25 nabi dan rasul yang diutus Allah SWT ke muka bumi.

Sebagai seorang rasul, tugas Nabi Ibrahim AS sangatlah berat. Ia dilahirkan di tengah masyarakat jahiliyah penyembah berhala dan tinggal pada masa Kerajaan Babilonia yang dikuasai oleh Raja Namrud.

Dikisahkan dalam buku Dakwah bil Qalam oleh Mohamad Mufid, tantangan dakwah pertama Nabi Ibrahim AS berasal dari ayahandanya sendiri, Azar, yang berprofesi sebagai pembuat berhala.


Namun, Allah SWT menganugerahkan mukjizat kepada Nabi Ibrahim AS berupa pemikiran yang cerdas dan kritis. Ia menyadari bahwa berhala yang dianggap Tuhan sama halnya seperti batu yang tidak mampu bicara, tidak bisa menolong, dan tidak bisa dimintai pertolongan.

Nabi Ibrahim AS berusaha menyadarkan kaum penyembah berhala, termasuk ayahnya sendiri. Namun, ayahnya menolak dakwah yang ia sampaikan, sedangkan kaumnya pun sangat keras kepala.

Taktik Nabi Ibrahim dalam Menyadarkan Kaumnya

Diceritakan dalam Qashash Al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir, kaum penyembah berhala kala itu memiliki tradisi hari raya yang diperingati setiap tahun dan mereka berbondong-bondong menuju pusat kota untuk merayakannya.

Saat itu, ayah Nabi Ibrahim AS mengajaknya, tetapi ia menolaknya seraya berkata, “Sesungguhnya aku sakit”. (QS As-Saffat: 89)

Nabi Ibrahim mengemukakan alasan tersebut agar ia dapat melenyapkan kebatilan kaumnya yang menyembah berkala. Ketika mereka pergi ke tempat pesta hari raya, Nabi Ibrahim AS pergi secara diam-diam menuju berhala-berhala mereka dan menghancurkannya menggunakan kapak dan martil besar miliknya.

Ketika kaum penyembah berhala kembali dari tempat perayaan, mereka sangat terkejut melihat keadaan patung yang biasa disembahnya telah hancur. Mereka bertanya kepada Nabi Ibrahim AS, “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”

Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebenarnya patung itulah yang melakukannya. Coba tanyakan saja kepada berhala itu jika mereka dapat berbicara.” (QS Al-Anbiya: 62-63)

Mereka merasa kebingungan dengan jawaban Nabi Ibrahim AS, lalu mengatakan, “Sesungguhnya, kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” (QS Al-Anbiya: 65)

Saat itulah Nabi Ibrahim AS memberi peringatan kepada mereka, “Lalu mengapa kalian semua menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kalian? Ah, (celakalah) kalian dan (celaka pula) apa yang kalian sembah selain Allah. Apakah kalian tidak memahami’?” (QS Al-Anbiya: 66-67)

Raja Namrud yang berkuasa pun murka lantas memerintahkan kepada kaumnya untuk membawa Nabi Ibrahim AS agar dihukum dengan cara dibakar.

Mukjizat Nabi Ibrahim saat Dilempar ke Api

Mengutip dari buku Akidah Akhlak karya Harjan Syuhada & Fida’ Abdilah, kaum musyrik kala itu bekerja sama mengumpulkan kayu bakar dari berbagai tempat dan membakarnya dari dalam lubang besar.

Setelah api tampak membumbung tinggi, Nabi Ibrahim AS akhirnya dilemparkan ke dalamnya dan ditempatkan di tengah-tengah tumpukan kayu. Raja Namrud beserta kaumnya yang menyaksikan tertawa terbahak-bahak.

Namun, atas izin Allah SWT, api yang berkobar itu telah diperintahkan agar tidak dapat membakar Nabi Ibrahim AS. Peristiwa ini termaktub dalam firman-Nya,

قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

Artinya: Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS Al-Anbiya: 69)

Raja Namrud beserta para pembesarnya yang menyaksikan peristiwa itu kemudian tercengang. Akhirnya, saat itu juga Raja Namrud memerintahkan agar pembakaran dihentikan dan Nabi Ibrahim AS dibebaskan.

Setelah dibebaskan, Nabi Ibrahim AS berkata, “Dalam pengalamanku, tidak ada hari-hari yang penuh nikmat melebihi apa yang aku rasakan selama di dalam api itu”

Doa Nabi Ibrahim saat Dilempar ke Api

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh al-Hafid Abu Ya’la, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menceritakan bahwa ketika Nabi Ibrahim AS akan dilemparkan ketengah api yang berkobar itu, ia berdoa sebagai berikut,

اللهُمَّ أَنْتَ الْوَاحِدُ فِي السَّمَاءِ وَأَنَا الْوَاحِدُ فِي الْأَرْضِ لَيْسَ اَحَدٌ يَعْبُدُكَ غَيْرِي حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ

Latin: Allahumma antal wahidu fissama’i wa anal wahidu fil ardi laisa ahadun ya ‘buduka gairī hasbiyallahu wa ni’mal wakil.

Artinya: Ya Allah! Engkau Esa di langit dan aku sendirian di bumi. Tiada seorang pun yang taat kepada-Mu selain aku. Bagiku cukuplah Allah sebaik-baik tempat berserah diri.

Dalam riwayat lain yang dinukil dari Kitab Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, disebutkan bahwa,

وفِي رِوَايَةٍ لَهُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ آخِرُ قَوْلِ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السلام حين ألقي في النَّارِ: حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلِ

Artinya: Ibnu Abbas RA berkata, “Kalimat terakhir yang diucapkan Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api adalah, ‘Hasbunallahu wa ni’mal wakil.’ (cukuplah Allah menjadi penolong bagiku, Allah adalah sebaik-baik pelindung).”

Doa yang dilafalkan Nabi Ibrahim AS tersebut juga terdapat dalam potongan surat Ali Imran ayat 173, Allah SWT berfirman,

ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَٰنًا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ

Latin: Allażīna qāla lahumun-nāsu innan-nāsa qad jama’ụ lakum fakhsyauhum fa zādahum īmānaw wa qālụ ḥasbunallāhu wa ni’mal-wakīl

Artinya: (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”.

Itulah kisah Nabi Ibrahim AS saat dilempar ke api yang tidak hangus meski dibakar. Wallahu ‘alam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Keberanian Nabi Ibrahim AS Menghancurkan Berhala Raja Namrud



Jakarta

Nabi Ibrahim termasuk ke dalam 25 nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Ia tergolong sebagai rasul ulul azmi, sebuah gelar yang Allah berikan bagi rasul-Nya dengan kedudukan tinggi.

Ibnu Katsir melalui Qashash Al-Anbiyaa mengatakan bahwa nama Nabi Ibrahim AS adalah Ibrahim bin Tarikh. Beliau berasal dari keluarga Nahur, Sarugh, Raghu, Faligh, ‘Abir, Syalih, Arfakhsyadz, Sam, dan Nuh. Nama ibunya adalah Buna binti Karbita bin Kartsi yang berasal dari Bani Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.

Disebutkan dalam buku Ibrahim Alaihissalam susunan Abu Haafizh Abdurrahmad, Nabi Ibrahim AS adalah ayahanda dari para nabi atau dijuluki Abul Anbiya. Putra Ibrahim juga merupakan seorang nabi yaitu Ismail AS.


Sebagai seorang rasul, tugas Nabi Ibrahim AS sangatlah berat. Ia dilahirkan di tengah masyarakat jahiliyah penyembah berhala dan tinggal pada masa Kerajaan Babilonia yang dikuasai oleh Raja Namrud.

Berkaitan dengan itu, ada kisah menarik mengenai Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala menggunakan kapaknya. Diceritakan dalam buku Kisah 25 Nabi dan Rasul For Kids oleh Yudho Pramuko, suatu hari Raja Namrud dan pengikutnya pergi keluar dari kampung halaman.

Mereka hendak melakukan upacara keagamaan, sehingga suasana gedung tempat berhala menjadi sepi. Kesempatan itu lantas digunakan oleh Ibrahim untuk menghancurkan berhala-berhala yang ada di dalamnya.

Sebelumnya, Ibrahim AS memang sudah berencana untuk menghancurkan para berhala. Hal ini dimaksudkan agar mereka berhenti menyembah berhala dan beriman kepada Allah SWT.

Akhirnya, Nabi Ibrahim AS memasuki gedung tempat berhala-berhala itu bersemayam. Dengan penuh semangat, Ibrahim AS menghancurkan satu persatu hingga menyisakan satu berhala yang paling besar.

Setelahnya, Nabi Ibrahim AS meletakkan kapaknya di leher berhala besar itu dalam keadaan menggantung. Ia lalu pulang kembali pulang ke rumahnya.

Ketika Raja Namrud dan para pengikutnya kembali, mereka sangat terkejut melihat berhala-berhala yang mereka sembah justru hancur. Mengetahui Ibrahim yang menghancurkan berhala tersebut, Raja Namrud kemudian memerintahkan para prajurit untuk menangkapnya.

Setelah berhasil ditangkap, Nabi Ibrahim dibawa ke pengadilan raja yang disaksikan oleh masyarakat umum. Sidang itu terbuka dengan tujuan rakyat mengetahui jalannya persidangan pelaku penghancuran berhala-berhala yang mereka sembah.

Raja Namrud bertanya, “Hai Ibrahim! Apakah kamu yang menghancurkan berhala-berhala itu?”

“Bukan,” jawab Nabi Ibrahim cepat.

Raja Namrud yang geram lantas mendesak Ibrahim, “Jangan mungkir, hai Ibrahim! Akui saja perbuatanmu itu,”

“Tidak!” ujar Nabi Ibrahim sambil bersikukuh.

Jawaban itu justru memancing kemarahan sang raja. Akhirnya, Ibrahim AS melanjutkan ucapannya, “Baiklah, kita sama-sama berakal. Persoalan saat ini adalah mencari pelaku penghancuran berhala itu. Siapa yang telah memperlakukan berhala-berhala seperti itu. Sebetulnya, buktinya sudah ada. Sekarang di hadapan kita ada satu patung besar dan di lehernya tergantung kapak besar. Mungkin dialah pelakunya!”

Ucapan Nabi Ibrahim AS semakin membuat Raja Namrud marah. Ia berkata, “Hai Ibrahim! Kau banyak akal. Kau pikir aku dan rakyatku sebodoh itu? Mana mungkin patung bisa aku ajak bicara dan aku tanyakan siapa pelakunya. Kau terlalu bodoh, hai Ibrahim!”

“Hai Raja Namrud! Rupanya yang bodoh bukan aku, tapi engkau dan seluruh rakyatmu. Buktinya, patung yang tidak berdaya apa–apa, tidak bisa bicara, tidak bisa dimintai pertolongan, dan tidak bisa mendatangkan kebaikan dan kejelekan itu, engkau sembah dan engkau puja,” kata Ibrahim AS menanggapi Raja Namrud.

Ia lalu melanjutkan, “Kalau engkau dan rakyatmu sudah tahu bahwa patung dan berhala yang kalian sembah itu tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, dan tidak bisa dimintai pertolongan, mengapa kalian sembah dan kalian puja? Di hadapannya, kalian berdoa. Kalian meminta kebaikan dan keselamatan. Sudah jelas, patung-patung yang kalian sembah itu tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari bahaya kehancuran,”

Mendengar jawaban Nabi Ibrahim AS, Raja Namrud dan para pengikutnya merasa terpojok. Ucapan beliau memang masuk akal, sehingga mereka tidak bisa berkata-bata.

Namun, akhirnya secara serentak mereka menangkap Nabi Ibrahim AS dan hendak membakarnya. Seketika itu juga, Raja Namrud menyuruh rakyatnya mencari kayu bakar.

Atas izin Allah, ketika api dinyalakan justru Nabi Ibrahim AS tidak merasa panas. Sebaliknya, api tersebut malah menyejukkan Ibrahim. Hal ini termasuk ke dalam salah satu mukjizat yang Allah SWT berikan kepada beliau.

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Benarkah Jari Rasulullah SAW Bisa Mengeluarkan Air?



Jakarta

Mukjizat adalah karunia yang Allah SWT berikan kepada nabi dengan tujuan untuk mempermudah utusan-Nya mengemban tugas. Rasulullah SAW adalah salah satu yang dikaruniai mukjizat memancarkan air dari sela-sela jarinya.

Kisah pertama mukjizat Nabi Muhammad SAW ini terabadikan dalam riwayat hadits pada Kitab Fadha’il ash Shahabah yang diceritakan Anas bin Malik. Berikut bunyi haditsnya:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا بِمَاءٍ فَأُتِيَ بِقَدَحٍ رَحْرَاحٍ فَجَعَلَ الْقَوْمُ يَتَوَضَّؤُونَ فَحَزَرْتُ مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى الثَّمَانِينَ. قَالَ: فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ إِلَى الْمَاءِ يَنْبُعُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِهِ. رواه مسلم


Artinya: “Dari Anas RA bahwasannya Nabi SAW pernah meminta air, lalu diberikan kepada beliau sebaskom air. Maka berwudhulah kaum muslimin dengan air itu. Aku memperkirakan jumlah mereka berkisar antara enam puluh sampai delapan puluh orang. Dan aku menyaksikan sendiri air itu keluar dari sela-sela jari beliau.” (HR. Muslim).

Dikutip dari buku Mukjizat Nabiku Muhammad karya Muhammad Ash-Shayyim, ada berbagai kisah menyebutkan mukjizat Rasulullah SAW yang mampu mengeluarkan air dari celah jarinya. Berikut hadits lain yang menceritakan kisah tersebut:

عن أنس رضي الله عنه قال: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وحانت صلاة العصر وهو بالزوراء (موضع بسوق المدينة) فالتمس الناس الوضوء فلم يجدوه فأتى رسول الله صلى الله عليه وسلم بوضوء في إناء فوضع يده في ذلك الإناء. فأمر الناس أن يتوضؤوا منه فرأيت الماء ينبع من بين أصابعه صلى الله عليه وسلم. فتوضأ الناس حتى توضؤوا عن آخرهم. قيل لأنس: كم كنتم فقال: كنا زهاء ثلاثمئة.

Artinya: Dari Anas bin Malik RA, dia mengatakan mengatakan: “Aku melihat Rasulullah SAW ketika waktu Ashar, beliau berada di dekat pasar Madinah, telah tiba dan orang-orang sedang mencari air wudhu, namun mereka belum mendapatkannya. Lantas dibawakan air wudhu kepada Rasulullah SAW maka Rasulullah SAW meletakkan tangannya ke dalam bejana tersebut. Beliau pun memerintahkan orang-orang untuk berwudhu darinya. Anas berkata: Aku melihat air mengalir dari bawah jari-jari beliau (Nabi SAW), sehingga mereka berwudhu sampai orang yang terakhir.” Anas ditanya, berapa jumlah mereka ketika itu. Anas menjawab, “Kurang lebih 300 orang.” (HR Muslim).

Dikisahkan Nabi Muhammad SAW ketika itu berada di Zawra atau tempat yang agak tinggi di Masjid Nabawi. Beliau diketahui memasukkan tangannya ke dalam sebuah ember.

Atas izin Allah SWT, air secara tiba-tiba memancar dari jari-jemari beliau. Para kaum muslimin saat itu pun berwudhu dari air tersebut.

Qatadah yang mendengar kisah ini pun bertanya pada Anas, “Berapa jumlah kalian saat itu?”

Anas menjawab, “Sekitar tiga ratus orang,” (HR Bukhari dan Muslim).

Bukti lainnya terangkum dalam sejumlah kitab shahih terutama dari shahih Bukhari dan Muslim. Dalam sebuah riwayat yang berasal dari Salim bin Abi al Ju’d dari Jabir bin Abdillah al Anshari RA yang berkata,

“Pada saat melakukan perjalanan Hudaibiyah, para sahabat mengalami kehausan. Sementara, di hadapan Nabi Muhammad SAW terdapat kantong dari kulit. Kemudian beliau berwudhu.”

Melihat Nabi Muhammad SAW berwudhu lewat kantong tersebut, para sahabat pun menghampiri beliau. Nabi Muhammad SAW kemudian bertanya, “Ada apa dengan kalian?”

Kemudian, para sahabat menjawab, “Kami tidak memiliki air untuk berwudhu dan untuk minum kecuali yang ada di depanmu ini.”

Lantas, Nabi Muhammad SAW pun memasukkan tangannya ke dalam kantong air tersebut. Seketika air memancar dari jari jemari layaknya sumber mata air. Para sahabat pun mengambil air untuk wudhu dan minum dari pancaran air tersebut.

Salim bertanya pada Jabir, “Berapa jumlah kalian waktu itu?”

Jabir berkata, “Andaikan jumlah kami 100 ribu tentu masih cukup. Namun, ketika itu, jumlah kamihanya seribu lima ratus orang.” (HR Bukhari dan Muslim dalam Bab al Manaqib, al Maghzai, dan al Imarah).

Peristiwa serupa juga disaksikan oleh Ibnu Abbas RA. Saat itu, Rasulullah SAW dan para sahabat tengah melakukan perjalanan pada suatu pagi dan ternyata, mereka telah kehabisan persediaan air.

Seseorang pun mengadukan hal itu pada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah, persediaan air di kalangan para prajurit telah habis,”

Kemudian beliau bertanya, “Apakah kamu mempunyai sedikit air?”

“Ya,” jawab orang itu.

“Kalau begitu bawa air itu padaku,” Setelahnya, orang tersebut membawa sebuah wadah kepunyaannya yang berisi sedikit air.

Nabi Muhammad SAW pun terlihat meletakkan jari jemari tangannya di bibir wadah sambil merenggangkannya. Tiba-tiba, ada sumber air memancar dari sela-sela jarinya.

Lalu, beliau pun meminta Bilal bin Rabbah untuk menyerukan panggilan wudhu pada muslim yang lain, “Panggilah orang-orang untuk berwudhu dari air yang diberkahi ini.” (HR Ahmad dan Al Baihaqi).

Wallahu’alam.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Mukjizat Nabi Ishaq, Dikaruniai Panjang Umur dan Ilmu yang Tinggi



Jakarta

Nabi Ishaq AS merupakan salah satu nabi yang diutus Allah SWT untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Nabi Ishaq AS adalah putra dari Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah.

Semasa hidupnya, Nabi Ishaq AS dikaruniai beberapa mukjizat yang menunjukkan kebesaran Allah SWT. Nabi Ishaq AS termasuk utusan Allah SWT yang memiliki umur panjang.

Mukjizat Nabi Ishaq AS

Allah SWT memberi anugerah kepada Nabi Ishaq AS berupa mukjizat atau kelebihan. Beberapa kisah dan mukjizat Nabi Ishaq diterangkan dalam Al-Qur’an.


Mukjizat Kelahiran Nabi Ishaq AS

Dikutip dari buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat sejak Adam A.S hingga Muhammad S.A.W karya Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, Nabi Ishaq AS adalah putra dari Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah.

Allah SWT berfirman dalam surah Ash-Shaffat ayat 112-113,

وَبَشَّرْنٰهُ بِاِسْحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ . وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَّظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ مُبِيْنٌ ࣖ

Artinya: “Kami telah memberinya kabar gembira tentang (akan dilahirkannya) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang saleh. Kami melimpahkan keberkahan kepadanya dan Ishaq. Sebagian keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.”

Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, berita kelahiran Nabi Ishaq AS disampaikan oleh para malaikat kepada Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah ketika hendak menuju Madain tempat kaum Luth, untuk membinasakan mereka karena kekafiran dan kekejian mereka.

Kelahiran Nabi Ishaq AS menjadi sebuah mukjizat Allah SWT karena usia Nabi Ibrahim AS dan Sarah sudah sangat tua. Usia Sarah pada saat melahirkan Nabi Ishaq AS adalah 90-an.

Kisah tersebut terdapat dalam surah Hud ayat 69-73, https://www.detik.com/hikmah/quran-online/hud

وَلَقَدْ جَاۤءَتْ رُسُلُنَآ اِبْرٰهِيْمَ بِالْبُشْرٰى قَالُوْا سَلٰمًا ۖقَالَ سَلٰمٌ فَمَا لَبِثَ اَنْ جَاۤءَ بِعِجْلٍ حَنِيْذٍ ٦٩ فَلَمَّا رَآٰ اَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ اِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَاَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيْفَةً ۗقَالُوْا لَا تَخَفْ اِنَّآ اُرْسِلْنَآ اِلٰى قَوْمِ لُوْطٍۗ ٧٠ وَامْرَاَتُهٗ قَاۤىِٕمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنٰهَا بِاِسْحٰقَۙ وَمِنْ وَّرَاۤءِ اِسْحٰقَ يَعْقُوْبَ ٧١ قَالَتْ يٰوَيْلَتٰىٓ ءَاَلِدُ وَاَنَا۠ عَجُوْزٌ وَّهٰذَا بَعْلِيْ شَيْخًا ۗاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ عَجِيْبٌ ٧٢ قَالُوْٓا اَتَعْجَبِيْنَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ رَحْمَتُ اللّٰهِ وَبَرَكٰتُهٗ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الْبَيْتِۗ اِنَّهٗ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ ٧٣

Artinya: “Sungguh, utusan Kami (malaikat) benar-benar telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan, “Selamat.” Dia (Ibrahim) menjawab, “Selamat.” Tidak lama kemudian, Ibrahim datang dengan membawa (suguhan) daging anak sapi yang dipanggang. Ketika (Ibrahim) melihat tangan mereka tidak menjamahnya, dia mencurigai dan memendam rasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, “Jangan takut! Sesungguhnya kami diutus kepada kaum Lut (untuk menghancurkan mereka).” Istrinya berdiri, lalu tersenyum. Kemudian, Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir) Ya’qub (putra Ishaq). Dia (istrinya) berkata, “Sungguh mengherankan! Mungkinkah aku akan melahirkan (anak) padahal aku sudah tua dan suamiku ini sudah renta? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” Mereka (para malaikat) berkata, “Apakah engkau merasa heran dengan ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah (yang) dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Mukjizat Panjang Umur

Dikutip dari buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat sejak Adam A.S Hingga Muhammad S.A.W karya Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, Nabi Ishaq AS termasuk salah satu nabi yang dianugerahi panjang umur oleh Allah SWT.

Nabi Ishaq AS membantu sang ayah, Nabi Ibrahim AS menyebarkan dakwahnya. Allah SWT mengutus Nabi Ishaq untuk meneruskan dakwah Nabi Ibrahim kepada umatnya di tanah Palestina setelah Nabi Ibrahim wafat.

Nabi Ishaq menyerukan kaum di Palestina untuk menyembah Allah, mendirikan sholat, mengingatkan akan akhirat, dan perintah-perintah baik lainnya.

Nabi Ishaq AS diketahui wafat pada usia 170 tahun.

Dikaruniai Nabi Yaqub sebagai Anak

Nabi Ishaq AS belum menikah di usia 40 tahun. Sang ayah, Nabi Ibrahim AS kemudian meminta pelayannya untuk mencarikan istri bagi Nabi Ishaq AS.

Kemudian Nabi Ishaq AS menikah dengan seorang wanita Irak bernama Rifkah. Keduanya kemudian dianugerahi dua anak laki-laki kembar yang kemudian diberi nama Ish dan Yaqub.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yunus AS di Dalam Perut Paus dan Doa yang Dipanjatkannya



Jakarta

Nabi Yunus AS merupakan satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tersemat dalam Al-Qur’an. Dirinya sempat ditelan oleh ikan paus dan hidup di dalamnya selama berhari-hari atas izin Allah SWT.

Dalam Al-Qur’an, kisah Nabi Yunus AS tersemat dalam surah As Saffat ayat 139 – 148. Ibnu Katsir dalam Kitab Qashash Al-Anbiyaa yang diterjemahkan oleh Saefullah MS menjelaskan bahwa Nabi Yunus AS diutus oleh Allah SWT kepada negeri Ninawa dekat Kota Mosul, Irak.

Kala itu, beliau ditugaskan untuk mengajak penduduk Ninawa beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan sesembahan berhala mereka. Sayangnya, meski telah berdakwah sekian lama justru kaum Nabi Yunus AS lebih memilih untuk mengingkari Allah SWT.


Segala upaya telah dilakukan oleh Nabi Yunus AS, tapi tetap saja kaumnya enggan beriman kepada Allah SWT. Yunus AS merasa putus asa sekaligus kesal.

Mengutip buku Kisah Para Nabi susunan Ibnu Katsir, sang nabi menyampaikan bahwa azab Allah akan turun. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan kaumnya yang ingkar itu.

Benar saja, selepas kepergian Nabi Yunus AS datanglah hukuman Allah. Setelah itu, penduduk Ninawa bertaubat dan kembali ke jalan yang benar sekaligus memohon ampun kepada Allah SWT.

Dikatakan, Allah SWT tidak memerintahkan Nabi Yunus AS untuk meninggalkan kaumnya. Namun beliau pergi menaiki kapal yang membawanya ke tempat lain.

Di tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Nabi Yunus AS diterpa badai. Air laut yang mulanya tenang berubah menjadi bergelombang, para penumpang panik karena kapal mulai oleng dan dapat tenggelam karena banyaknya muatan.

Dikisahkan dalam Qashash Al-Anbiyaa, penumpang kapal memutuskan untuk membuat undian. Nantinya, salah satu dari mereka harus dilemparkan ke dalam laut untuk mengurangi beban muatan.

Atas kuasa Allah, nama Nabi Yunus AS muncul berkali-kali hingga pengundian ketiga. Mulanya mereka ragu karena beliau merupakan utusan Allah SWT.

Setelahnya, Nabi Yunus AS dilemparkan ke laut. Allah SWT lalu mengutus ikan besar yang diduga paus untuk menelannya. Walau begitu, Nabi Yunus AS tidak hancur ataupun dimakan oleh paus.

Di dalam perut paus, Yunus AS hidup hingga berhari-hari. Ada perbedaan pendapat terkait waktu lamanya ia menetap di dalam perut paus, sebagian menyebut kurang dari sehari, ada juga yang mengatakan 3 hari, 7 hari, bahkan 40 hari. Hanya Allah SWT yang mengetahui lama waktu sang nabi di dalam paus tersebut.

Berada di dalam kegelapan perut paus tidak membuat Nabi Yunus AS gentar. Dikatakan, ia mendengar ikan-ikan lainnya bertasbih memuji Allah SWT kala dibawa mengarungi lautan oleh ikan paus.

Telur-telur ikan yang banyaknya tak terhingga itu juga turut bertasbih seraya mengagungkan kekuatan dan kebesaran Allah SWT. Nabi Yunus AS lantas menyadari perbuatannya dan bertaubat kepada Allah sambil membaca doa yang diabadikan pada surat Al Anbiya ayat 87,

لآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Arab latin: Lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn

Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Itulah kisah Nabi Yunus AS saat di dalam perut ikan paus. Semoga kisah tersebut dapat diperoleh hikmahnya.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com