Tag Archives: museum

Daftar Museum dan Mal yang Tutup Sementara Selama Aksi Demo di Jakarta


Jakarta

Museum dan pusat perbelanjaan di Jakarta memilih tutup sementara hingga kondisi kembali aman. Penutupan ini sekaligus menghindari aksi perampokan dan perusakan yang masih terjadi di Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya hingga Minggu (31/8/2025).

Daftar Museum dan Mal yang Tutup Sementara

Dikutip dari media sosial masing-masing, berikut museum dan mal yang menghentikan layanan hingga situasi Jakarta pulih.


1. Museum Nasional Indonesia

Sejumlah pegunjung melihat koleksi di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa (6/5/2025).Museum Nasional Indonesia (dok. Pradita Utama)

Layanan wisata edukasi ini tutup sementara mulai Senin (1/9/2025) hingga pemberitahuan lebih lanjut. Info penjadwalan ulang dan pengembalian uang tiket bisa menghubungi admin di
0851-8606-1778

2. Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Museum Perumusan Naskah Proklamasi berdiri anggun di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan ini masih mempertahankan gaya arsitektur Eropa abad ke-20.Museum Perumusan Naskah Proklamasi (dok. Pradita Utama)

Destinasi wisata sejarah ini menutup sementara layannya per Senin (1/9/2025) hingga ada pemberitahuan lebih lanjut. Penutupan temporer ini untuk mengantisipasi berbagai hal yang tidak diinginkan.

3. Galeri Nasional

Pameran Seni Nyala: 200 Tahun Perang Diponegoro digelar di Galeri Nasional Indonesia mulai 22 Juli-15 September 2022.Pameran Seni Nyala: 200 Tahun Perang Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia (dok. Tia Agnes/ detikcom)

Spot wisata seputar karya seni ini juga tidak menyediakan layanan untuk para pengunjung per Senin (1/9/2025). Layanan kembali tersedia jika kondisi telah aman dan pulih melalui pemberitahuan lebih dulu di media sosial. Pengunjung yang ingin refund dan reschedule bisa menghubungi medsos terkait atau situs penjualan tiket.

4. MoJA Museum

Museum MOJA di GBK.Museum MoJA di GBK (dok. @mojamuseum/Instagram)

Museum di zona 8 Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan ini tutup karena aksi demo di sekitar destinasi wisata ini. Dalam pesan yang diterima detik travel, info pembukaan kembali MoJA Museum akan diupdate lewat akun media sosial.

5. Mal Atrium Senen

Situasi Mal Atrium Senen pada Jumat (29/8/2025)-(Kurniawan/detikcom)Situasi Mal Atrium Senen pada Jumat (29/8/2025) (dok. Kurniawan/detikcom)

Pusat perbelanjaan di zona merah aksi massa ini menghentikan semua fasilitas dan layanan bagi pengunjung hingga situasi aman serta kondusif. Pengunjung bisa mengetahui informasi terbaru di media sosial atau situs Mal Atrium Senen.

Dengan informasi ini, pengunjung yang ingin jalan-jalan atau healing sebentar bisa mempertimbangkan ulang destinasinya. Pengunjung bisa memilih tempat yang masih beroperasi dengan jadwal yang telah ditentukan.

(row/ddn)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Museum Tionghoa Sukabumi, Jejak Budaya China di Tanah Sunda



Sukabumi

Sebuah museum khusus yang menyimpan berbagai peninggalan bersejarah masyarakat Tionghoa berdiri di tengah hiruk-pikuk kawasan niaga dan kuliner kota Sukabumi.

Museum Tionghoa Soekaboemi menjadi ikon baru di kota berjuluk ‘Nizza Van Java’ atau kota yang memesona di Pulau Jawa itu.

“Museum Tionghoa Soekaboemi didirikan pada 2021 oleh lima tokoh pencinta sejarah yang peduli akan pentingnya melestarikan peninggalan sejarah dan budaya Tionghoa di Kota Sukabumi,” demikian disampaikan Yapsa Dinanthy, sukarelawan yang menjadi pemandu di museum tersebut.


Yapsa, yang juga kerap disapa Ambu, menuturkan bahwa museum ini menyimpan berbagai koleksi yang memiliki nilai sejarah penting.

Koleksi-koleksi tersebut berasal dari benda titipan maupun sumbangan warga Sukabumi, kolektor benda kuno, serta pemerhati budaya Tionghoa peranakan di Indonesia.

Museum yang memiliki empat lantai ini menyimpan koleksi yang beragam. Di lantai satu, kita akan disambut dengan berbagai benda, mulai dari kursi dan meja khas yang umumnya ada di rumah-rumah warga Tionghoa pada masa lampau, lukisan besar yang menggambarkan kedatangan Laksamana Cheng Ho di tanah Jawa serta gambaran kehidupan masyarakat Tionghoa di masa lalu, hingga benda-benda rumah tangga yang dahulu digunakan oleh masyarakat Tionghoa.

Sementara itu, di lantai dua kita dapat menjumpai koleksi mata uang kertas maupun koin-koin kuno yang berhasil dikumpulkan, mulai dari alat tukar pada masa Kerajaan Mataram Jawa hingga uang keluaran terbaru.

Altar tempat masyarakat Tionghoa mengenang leluhur mereka juga dapat ditemukan di lantai ini, lengkap dengan peralatan untuk upacara sembahyang dan pemakaman.

Yapsa kemudian mengajak untuk melihat bagian rooftop museum yang biasa digunakan untuk menggelar acara-acara komunitas sejarah dan melihat lebih jelas bagaimana Kota Sukabumi yang sejuk menyimpan banyak sejarah dan memori, khususnya bagi warga Tionghoa.

Dia menunjukkan bahwa dari bagian atas museum ini, kita juga dapat menyaksikan harmoni antara warga Tionghoa maupun pribumi yang telah terjalin lama. Ini terlihat dari sebuah kelenteng yang dibangun berdekatan dengan masjid dan gereja.

“Dahulu, masyarakat Tionghoa dimakamkan dengan membawa serta benda-benda berharga milik mereka, seperti uang, emas, dan lain-lain,” kata Yapsa.

“Namun, hal itu justru menarik perhatian para pencuri makam, sehingga uang dan emas asli kemudian digantikan dengan uang palsu atau mainan,” tambahnya.

Museum Tionghoa Sukabumi.Museum Tionghoa Sukabumi. Foto: Siti Fatimah/detikJabar

Di lantai lainnya, kita juga dapat menjumpai koleksi dokumen-dokumen tua dari warga Tionghoa, serta berbagai tengkorak dan spesimen hewan buruan dari era kolonial Belanda.

Museum Tionghoa Soekaboemi menjadi tempat bagi masyarakat, khususnya di daerah Sukabumi maupun Jawa Barat, untuk mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Tionghoa di masa lampau dan bagaimana kontribusi mereka dalam membangun daerah tersebut.

Yapsa berharap bahwa dengan banyaknya pelajar maupun pencinta sejarah yang berkunjung ke museum itu akan menghasilkan pengenalan yang lebih mendalam tentang nilai-nilai sejarah Kota Sukabumi, khususnya yang berkaitan dengan komunitas Tionghoa.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Museum Kayu Tuah Himba, Isinya Wasiat Hutan Kalimantan yang Amat Kaya



Kutai Kartanegara

Di tengah isu deforestasi yang makin parah, sebuah oase berdiri di Kutai Kartanegara untuk mencerdaskan anak bangsa tentang kayu dan segala seluk beluknya.

Namanya Museum Kayu Tuah Himba. Lokasinya berada di Tenggarong, Kutai Kartanegara. Ia berdiri tegak melawan
gencarnya pembangunan dan laju deforestasi yang kian menggerogoti hutan Kalimantan.

Bukan sekadar etalase benda mati, museum ini berisi wasiat tentang hutan Kalimantan yang teramat kaya. Wasiat dari hutan Kalimantan di museum ini akan terus berteriak tentang kekayaan yang kian menipis dan warisan alam yang nyaris sirna.


Berdiri di kawasan Waduk Panji Sukarame, museum ini menyajikan napas sejarah dan geologi Kalimantan yang terangkum dalam jejeran koleksi kayu, fosil, hingga artefak budaya di Tanah Borneo.

Samiudin, pengelola Museum Kayu Tuah Himba, menjelaskan bahwa museum ini bukan hanya tempat penyimpanan, melainkan cerminan kepedulian atas maraknya kerusakan hutan.

“Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon,” begitu bunyi pepatah yang terpampang di salah satu sudut museum yang disebut Samiudin sebagai mantra yang terus-menerus didengungkan.

Gagasan untuk membangun Museum Kayu Tuah Himba bukanlah tanpa alasan. Cikal bakal pendirian museum ini berawal dari keprihatinan mendalam atas kerusakan hutan yang masif di Kalimantan Timur, pada 1990-an. Hutan-hutan yang tadinya perkasa porak-poranda oleh ekspansi industri ekstraktif dan aktivitas ilegal.

Kondisi itu memicu kegelisahan para pemerhati lingkungan dan mendorong pemerintah daerah untuk mengambil tindakan konkret. Pemerintah daerah kemudian merespons desakan tersebut dan melihat pentingnya sebuah institusi yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk memberi pengenalan, penanaman, pemanfaatan, serta penyimpanan terhadap berbagai jenis kayu yang sudah mulai langka dan hampir punah akibat dari kerusakan hutan yang terjadi.

Maka lahirlah sebuah ide untuk membangun Museum Kayu Tuah Himba. Pembangunan museum itu dimulai pada 1 Januari 1994 dan diresmikan secara umum pada 25 September 1996.

Museum kayu yang berada di Tenggarong, Kukar.Museum Kayu yang berada di Tenggarong, Kukar. Foto: Museum kayu yang berada di Tenggarong, Kukar. (Muhammad Budi Kurniawan/detikcom)

Momentum peresmian ini pun bertepatan dengan Hari Jadi ke-214 Kota Tenggarong, sebuah simbolisasi bahwa pelestarian alam adalah bagian tak terpisahkan dari identitas daerah.

Nama Tuah Himba menyimpan makna filosofis. Museum Kayu adalah “Odah” (dalam bahasa Kutai) atau tempat untuk menyimpan berbagai jenis kayu.

Tuah mengandung makna sakti, keramat, berkat (pengaruh), yang mendatangkan keberuntungan. Himba berarti hutan (dalam bahasa Kutai).

Dengan demikian, Museum Kayu Tuah Himba secara harfiah dapat dimaknai sebagai tempat yang menyimpan berbagai jenis kayu, yang memiliki tuah atau keberkatan dari hutan. Sebuah nama yang merefleksikan harapan agar museum ini menjadi penjaga dan pelestari keberkahan hutan Kalimantan.

Menyimpan Koleksi Kayu Langka hingga Buaya

Melangkahkan kaki ke dalam Museum Kayu Tuah Himba adalah memasuki lorong yang menampilkan keanekaragaman hayati dan budaya Kalimantan. Samiudin mengungkapkan bahwa koleksi yang tersimpan di museum ini mencapai kurang lebih 855 jenis. Koleksi yang mencerminkan kekayaan alam dan kreativitas manusia di Kalimantan.

Mayoritas koleksi, tentu saja, berfokus pada kayu, dengan sekitar 305 jenis kayu, 250 jenis herbarium (spesimen tumbuhan kering yang diawetkan), 105 jenis arboritum (spesimen pohon yang diawetkan), dan 50 jenis rotan.

Tak hanya kayu dan tumbuhan, museum ini juga memamerkan hasil olahan kayu dan artefak budaya lokal, seperti 35 jenis olahan dari kayu, 12 jenis peralatan dapur tradisional, 17 jenis alat musik, dan 12 jenis alat tangkap ikan tradisional.

Di antara koleksi kayu dan artefak yang artistik, perhatian pengunjung seringkali tertuju pada sebuah koleksi yang paling mencolok dan punya unsur misteri, buaya Sangatta.

Museum kayu yang berada di Tenggarong, Kukar.Museum Kayu yang berada di Tenggarong, Kukar. Foto: Museum kayu yang berada di Tenggarong, Kukar. (Muhammad Budi Kurniawan/detikcom)

Buaya raksasa yang diawetkan ini memiliki cerita yang menjadi legenda lokal. Buaya Sangatta hidup di di daerah rawa-rawa yang bermuara ke laut atau air payau, sebagaimana narasi yang tertera di dekat awetan buaya.

Buaya itu ditangkap pada 8 Maret 1996 setelah memangsa seorang wanita bernama Hairani (35 tahun), yang tinggal di daerah Sungai Kenyamukan, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur.

Buaya ini saat ditangkap memiliki panjang 6,8 meter dan berat 850 kilogram. Kemudian lingkar perut 1,8 meter serta berjenis kelamin jantan dan berumur sekitar 70 tahun.

Selain buaya Sangatta, tepat di sampingnya juga dipamerkan buaya Muara Badak yang diawetkan. Ukurannya juga tampak besar namun lebih kecil dari buaya Sangatta.

Punya Koleksi Kayu yang Sangat Langka

Di museum ini, pengunjung dapat melihat berbagai jenis kayu, mulai dari yang masih lestari hingga yang sudah langka.

“Kayu-kayu yang dipamerkan ini, sebagian masih ada dan ada juga yang sudah hampir punah,” kata Samiudin.

Museum ini berada di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan, Bidang Kebudayaan, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Museum Kayu Tuah Himba adalah sebuah monumen. Monumen peringatan atas kerentanan hutan Kalimantan, sekaligus monumen harapan akan masa depan yang lebih lestari.

Di setiap serat kayu yang terpampang, di setiap awetan hewan yang membisu, dan di setiap artefak yang bercerita, terkandung wasiat tentang menjaga hutan, sebab hutan adalah jantung kehidupan.

Museum Kayu Tuah Himba juga memamerkan koleksi kayu berkhasiat yang telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Kutai Kartanegara, khususnya suku Dayak pedalaman.

Beberapa jenis kayu yang dipamerkan dengan khasiat luar biasa antara lain Kayu Pasak Bumi atau Tongkat Ali (Eurycoma longifolia jack), sejenis tumbuhan asli Kalimantan yang tumbuh di dataran tinggi tropis yang belum rusak. Kayu ini terkenal sebagai tonikum bagi ibu melahirkan, obat kuat pria, mengatasi demam hingga malaria.

Ada pula Kayu Gading, atau dalam bahasa Dayak disebut Kayu Ulas, yang banyak tumbuh di sekitar pegunungan Meratus. Teksturnya keras, dan setelah kulit luarnya dibersihkan, warnanya putih kekuningan.

Kayu gading berkhasiat dapat menolak binatang buas, santet, teluh, guna-guna, dan berbagai ilmu hitam lainnya. Sebuah kepercayaan dan praktik tradisional dalam melindungi diri.

Selanjutnya, Kayu Sepang atau Kayu Secang (Caesalpinia sappan. L) berkhasiat sebagai pengusir setan, penambah darah setelah melahirkan, penangkal radikal bebas, digunakan sebagai tanda untuk mengetahui kelahiran, dan sebagai pewarna alami berwarna merah.

Terakhir, ada Kayu Kernanga Hutan (Canangium odoratum) yang berkhasiat sebagai obat malaria, asma, sesak napas, penangkal racun, obat kudis, obat luar untuk pembesaran limpa, demam, bronkitis, dan jamu setelah melahirkan.

Koleksi ini tidak hanya mendidik pengunjung tentang keanekaragaman hayati Kalimantan, tetapi juga menghargai pengetahuan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.

Selain itu, museum ini juga menyoroti koleksi kerajinan rotan (Calamus). Rotan adalah tumbuhan yang hidup dan berkembang biak di daerah pepohonan lebat atau hutan tropis. Rotan berduri, hampir seluruh batangnya dari pangkal hingga ujung dipenuhi duri kecil yang sangat tajam.

Untuk di Kabupaten Kutai Kartanegara, etnis yang membudidayakan rotan adalah etnis Kutai dan Dayak, yang biasanya digunakan sebagai bahan pengikat bangunan rumah seperti tiang, atap, lantai, dan dinding.

Kalimantan memiliki rumpun rotan terbanyak dengan 137 jenis, diikuti 91 jenis di Sumatera, 19 jenis di Jawa, 48 jenis di Irian, 11 jenis di Maluku, satu jenis di Timor-Timor, dan satu jenis di Sumbawa.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Bawa Rp 10 Ribu Bisa Puas-puasin Wisata Edukatif di Kuningan



Kuningan

Museum Taman Purbakala Cipari di Kuningan menawarkan wisata sejarah terjangkau. Hanya dengan Rp 10.000, traveler bisa menikmati pengalaman edukatif dan pemandangan indah.

Dengan hanya membawa uang sebesar Rp 10.000, pengunjung sudah bisa menikmati pengalaman wisata edukatif di tempat yang menyimpan jejak kehidupan manusia purba.

Museum Taman Purbakala Cipari terletak di Kelurahan Cipari, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Museum ini menyajikan kekayaan sejarah berupa benda-benda peninggalan zaman prasejarah yang dipamerkan secara rapi, baik di dalam ruangan museum maupun di taman terbuka yang mengelilinginya.


Koordinator Museum, Maman Purnaman, menjelaskan bahwa uang Rp 10.000 sudah sangat cukup untuk menikmati berbagai fasilitas yang tersedia di museum.

“Bawa uang Rp 10.000 sangat cukup. Tiket masuk Rp 2.000. Kalau mau ada tambahan sama bukunya itu ada harganya Rp 3.000. Nah Rp 5.000 sisanya bisa buat beli air minum,” tutur Maman.

Tiket masuk ke museum hanya seharga Rp 2.000. Dengan tiket tersebut, pengunjung dapat menjelajahi seluruh area taman yang asri dan tertata bersih, serta melihat langsung berbagai peninggalan sejarah berupa batu-batu besar berusia ribuan tahun yang diduga merupakan bagian dari kebudayaan megalitikum.

Selain itu, pengunjung juga bisa bersantai menikmati udara segar sambil duduk di area taman yang rindang. Suasana yang tenang membuat tempat ini cocok sebagai lokasi beristirahat atau sekadar berfoto dengan latar susunan batu-batu purba yang ikonik.

Bagi yang ingin lebih memahami sejarah museum dan benda-benda yang dipamerkan, pengelola juga menyediakan buku panduan seharga Rp 3.000. Buku ini memuat informasi lengkap mengenai sejarah berdirinya Museum Taman Purbakala Cipari serta penjelasan mengenai koleksi yang ada.

Sisa uang Rp 5.000 bahkan masih bisa dimanfaatkan untuk membeli sebotol air mineral di warung yang tak jauh dari area museum. Ini membuat pengalaman berwisata di Cipari tak hanya terjangkau, tapi juga nyaman dan menyenangkan.

Museum Taman Purbakala Cipari buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Lokasinya yang mudah diakses dan suasananya yang tenang menjadikan museum ini sebagai alternatif wisata sejarah yang ramah di kantong sekaligus edukatif. Jika Anda sedang berkunjung ke Kuningan, sempatkanlah mampir dan rasakan sensasi bertualang ke masa lalu hanya dengan Rp 10.000.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar. Klik di sini untuk membaca selengkapnya.

(dir/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Viral Bule Ditolak Masuk Museum Dirgantara Mandala di Yogya, Kok Bisa?



Jakarta

Curhatan seorang turis asing bernama Nathan Britt ramai ditanggapi warganet karena ditolak masuk Museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta. Dia mempertanyakan alasan dan ketiadaan solusi bagi dirinya yang sangat menyukai pesawat terbang.

“Ditolak masuk di museum Angkatan Udara Yogyakarta, Indonesia,” tulis Nathan di laman di laman Facebook The International Aviation Museum Guide, sebuah grup yang berisi pengalaman pecinta aviasi dari seluruh dunia.


Nathan mengatakan ingin melihat koleksi 51 pesawat Jepang dari era Perang Dunia II. Menurutnya, koleksi tersebut hanya ada di Museum Dirgantara Mandala. Dia mencoba memperoleh izin masuk museum namun usahanya tidak membuahkan hasil.

Kendati begitu, Nathan tetap merasa bersyukur karena istrinya yang orang Indonesia bisa masuk museum. Nathan melijat koleksi pesawat Jepang lewat foto yang diambil istrinya. Secara umum, Warga Negara Asing (WNA) ternyata dilarang masuk museum di kawasan pangkalan TNI AU ini.

Menanggapi curhatan tersebut, TNI AU atas nama Letkol Pnb Kamto Adi melalui media sosial X (dulu Twitter) menjelaskan kondisi Nathan. TNI AU memahami kekecewaan Nathan karena tidak bisa mengunjungi koleksi bersejarah, sekaligus berterima kasih atas pengalaman yang dibagikan.

Dalam penjelasannya, TNI AU mengatakan museum berada di kompleks Angkatan Udara yang masih aktif. Akses bagi WNA tidak bisa diberikan sembarangan sesuai aturan keamanan militer yang berlaku. Penerapan izin akses tidak bertujuan menerapkan diskriminasi bagi WNA. Langkah tersebut semata untuk menjaga keamanan fasilitas.

TNI AU berharap, selanjutnya Nathan bisa menghubungi administrasi museum atau Kantor Informasi Publik Angkatan Udara Indonesia untuk memastikan prosedur yang sesuai. Sayangnya, TNI AU tidak menyertakan prosedur yang dimaksud sehingga masih jadi hal yang membingungkan bagi turis asing.

Dalam ulasan google review, Museum Dirgantara Mandala banjir bintang satu akibat perlakuannya pada turis asing. Mereka kecewa karena tidak bisa masuk dan tak ada solusi bagi yang benar-benar ingin mengakses koleksi pesawat di Museum Dirgantara Mandala.

(row/row)



Sumber : travel.detik.com

Soeharto Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Ternyata Ada Museumnya di Bantul



Bantul

Presiden Prabowo resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada HM Soeharto dan 9 tokoh lainnya.

Pemberian gelar pahlawan nasional ini diselenggarakan di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). Prabowo menyerahkan langsung gelar pahlawan nasional ke para ahli waris.

Penghargaan itu tercantum dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.


Dari sepuluh tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan tersebut, terdapat nama presiden RI terdahulu, yakni Presiden ke-2 HM Soeharto.

Ternyata, Soeharto memiliki museum yang berada di Bantul. Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto, begitu nama lengkap museum tersebut. Traveler bisa mengunjungi museum itu untuk melihat perjalanan dan peninggalan Soeharto semasa masih hidup.

Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto itu berada di Kemusuk Lor, Argomulyo, Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta. Museum ini dibangun sebagai penanda dan pengingat, serta wahana edukasi tentang salah satu tokoh besar dalam sejarah bangsa Indonesia yakni Jenderal Besar Haji Mohammad Soeharto (1921-2008).

Pembangunan museum ini dilakukan oleh pihak keluarga dan diresmikan pada tahun 2013 silam. Kemusuk dipilih sebagai lokasi pembangunan museum tersebut karena merupakan kampung halaman dari Soeharto.

“Pembangunannya dilakukan oleh keluarga besar HM Soeharto di bawah prakarsa H. Probosutedjo (salah satu adik HM Soeharto) dan diresmikan pada 8 Juni 2013. Memorial sengaja dibangun di tanah kelahiran Pak Harto yakni di Pedukuhan Kemusuk, Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul,” kata Kepala Museum Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto Gatot Nugroho, Jumat (1/10/2021) silam.

Isi Museum Soeharto

Patung Soeharto berukuran besar akan menyambut pengunjung begitu menginjakkan kaki ke kompleks Museum Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto di Pedukuhan Kemusuk.

Selain itu, di belakang patung tersebut terdapat joglo yang berfungsi untuk menonton film tentang Soeharto. Di sisi barat joglo, ada Gedung Atmosudiro. Nama Atmosudiro sendiri ditabalkan dari nama eyang Pak Harto.

“Dalam bangunan ini pengunjung akan disuguhi rangkaian visualisasi tonggak-tonggak penting perjalanan hidup Pak Harto. Dirancang dengan teknologi multimedia serta tata ruang artistik, sehingga seperti berjalan melintasi lorong waktu,” ucap Gatot.

Museum Memorial Jenderal Besar HM. SoehartoMuseum Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto Foto: (Pradito Rida Pertana/detikcom)

Selain itu, ada Selasar Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Di selasar tersebut pengunjung dapat menyaksikan sejumlah diorama dan floor interaktif, serta foto dokumentasi peristiwa Serangan Oemoem 1 Maret 1949.

Lebih lanjut, ada juga Selasar Trikora/Operasi Mandala yang menunjukkan karier Pak Harto di bidang militer semakin bersinar terang sejak dipercaya oleh Presiden Soekarno menjadi Panglima Komando Mandala dalam rangka Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk pembebasan Irian Barat.

“Para pengunjung dapat menyaksikan sejumlah foto dan film dokumentasi serta diorama tentang kepemimpinan Mayor Jendral Soeharto dalam operasi militer terpadu ini,” jelas Gatot.

YOGYAKARTA, INDONESIA - MAY 06:  People take a photograph near statue of General Soeharto at Soeharto museum on May 06, 2016 in Yogyakarta, Indonesia.  Survivors of Indonesia's anti-communist massacres in 1965 called for investigations on the country's purges, in which hundreds of thousands of people are believed to have been killed by the Indonesian military when the Cold War was escalating in Southeast Asia. Based on human rights groups, half a million people died in 1965 during a massacre carried out by the military and religious groups after an attempted coup by suspected communists, where an officer-led group kidnapped and executed six generals on the night of Septemeber 30, 1965. Known as one of the worst mass atrocities of the 20th century, many among the dead had no connection to Communism, and hundreds of thousands had been held in dentention centers for years during the period. (Photo by Ulet Ifansasti/Getty Images)Soeharto Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Ternyata Ada Museumnya di Bantul Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti

Sedangkan di Selasar Kesaktian Pancasila menjelaskan faktor penentu keberhasilan bangsa Indonesia keluar dari bencana nasional akibat pengkhianatan Partai Komunis Indonesia dalam peristiwa G30S pada tahun 1965.

Di mana berbekal Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar) dari Presiden Soekarno, segera Pak Harto membubarkan PKI dan melarang ajaran Marxisme Komunisme.

Kemudian, ada Selasar Masa Pembangunan yang menjelaskan Jalan sejarah mengantarkan Pak Harto tampil di pucuk kepemimpinan nasional. Pasca tragedi nasional G30S/PKI dan keberhasilannya memulihkan stabilitas nasional, membuat Pak Harto menjadi tumpuan harapan bangsa Indonesia era Orde Baru.

Tepat pada 12 Maret 1967 Pak Harto secara resmi diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia yang kedua. Dan sepanjang kepemimpinannya, Pak Harto berpegang teguh kepada UUD 1945 dan Pancasila, serta bekerja sepenuh hati untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsanya melalui program pembangunan nasional yang disebut Repelita.

Selain itu, di Museum juga terdapat Gedung Notosudiro merupakan bangunan rumah tradisional masyarakat Jawa. Menurutnya, nama tersebut diambil dari nama eyang buyut Pak Harto.

“Bangunan ini terletak di belakang joglo dan merupakan tempat persinggahan para tamu dan keluarga. Pada bagian depan rumah terdapat perpustakaan yang berisi buku-buku tentang Pak Harto yang bisa dibaca ditempat oleh para pengunjung,” katanya.

Sedangkan tepat di sisi timur Gedung Notosudiro terdapat sebuah sumur yang merupakan satu-satunya petilasan Pak Harto. Pada masa itu, terdapat sebuah rumah kecil dengan sumur di sudut rumah.

“Sumur inilah yang menjadi saksi sejarah masa-masa kelahiran bayi yang kelak menjadi salah satu pemimpin besar Indonesia,” tutup Gatot.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Museum di Jepang Bolehkan Pengunjung Pegang-pegang… Koleksi



Morioka

Sebuah museum kecil di Kota Morioka, Prefektur Iwate, Jepang, menawarkan pengalaman tak biasa. Pengunjung diperbolehkan untuk menyentuh koleksi di sana.

Berbeda dari museum pada umumnya yang melarang menyentuh koleksi, museum tersebut justru mendorong para tamu. Khususnya penyandang tunanetra untuk menjelajahi semua pameran lewat sentuhan.

Dilansir dari Kyodo, Kamis (2/10/2025) museum yang dikelola secara pribadi tersebut menjadi tujuan istimewa bagi penyandang tunanetra dari berbagai penjuru Jepang. Di sana, imajinasi tidak hanya dibangun lewat cerita, tetapi diwujudkan melalui pengalaman langsung.


“Tujuan saya adalah menciptakan tempat di mana pengunjung tunanetra dapat menemukan hal-hal baru, tidak peduli seberapa sering mereka datang,” ujar Direktur Museum, Wakana Kawamata.

Museum unik itu menempati ruang seluas 165 meter persegi di lantai dua rumah keluarga Kawamata. Di dalamnya, terdapat berbagai koleksi patung hewan seperti singa, hiu, hingga burung merak yang tampak begitu realistis.

Semua koleksi tersebut dapat disentuh bebas oleh para pengunjung. Kawamata secara pribadi memilih objek-objek yang dipamerkan sesuai dengan minat setiap tamu dan memberikan penjelasan secara langsung.

Meski kunjungan hanya bisa dilakukan dengan reservasi dan maksimal dua kelompok per hari, museum tersebut tetap dikunjungi sekitar 450 orang setiap tahunnya. Pendekatan personal inilah yang menjadi nilai jual utamanya.

Misalnya, pecinta sejarah bisa meraba shuriken dan alat tulis dari Zaman Edo, sementara penyuka arsitektur dapat mengeksplorasi miniatur bangunan warisan dunia.

Museum ini pertama kali didirikan pada tahun 1981 oleh almarhum Masataro Sakurai, seorang guru tunanetra di sekolah luar biasa setempat. Ia membangunnya dengan dana pribadi sebagai bentuk dukungan terhadap keinginan belajar para penyandang tunanetra.

Selama bertahun-tahun, Sakurai mengumpulkan dan bahkan membuat sendiri berbagai spesimen. Koleksinya kini mencapai sekitar 3.000 item. Namun pada 2010, museum sempat tutup karena kondisi kesehatannya yang menurun.

Kala itu, Kawamata tengah bekerja di Tokyo. Namun setelah berkunjung ke museum, ia merasa terdorong untuk melanjutkan perjuangan Sakurai.

“Tidak mungkin saya bisa meninggalkan tempat ini,” ungkap Kawamata.

Ia pun memutuskan untuk mengambil alih dan kembali membuka museum pada 2011 di lokasi yang sekarang.

Mayoritas pengunjung museum saat ini berusia antara 60 hingga 80 tahun. Kawamata menyadari bahwa meskipun banyak dari mereka memiliki pengetahuan luas, pengalaman langsung mereka terhadap benda-benda nyata sangat terbatas.

Salah satu momen yang membekas adalah saat seorang pengunjung menyentuh berang-berang laut yang diawetkan dan berkata, ‘Saya selalu mengira itu ikan. Saya tidak percaya ia punya kaki’.

Ada pula yang menganggap posisi ikan di kemasan supermarket mencerminkan cara berenangnya di alam.

“Saat-saat seperti itu membuat saya menyadari bahwa mungkin ada lebih banyak orang dengan gangguan penglihatan yang telah menjalani hidup dengan menelan keraguan mereka daripada yang saya duga sebelumnya,” tutur Kawamata.

Untuk memperkaya pengalaman tersebut, museum kini menata objek secara berdampingan seperti anjing rakun di sebelah rubah atau model gajah disandingkan dengan jerapah. Tujuannya agar pengunjung dapat membandingkan dan membentuk gambaran yang lebih akurat.

“Saya ingin mereka memahami apa yang mereka pelajari di sini dengan sangat jelas, sehingga mereka bisa menjelaskannya kepada orang lain dengan kata-kata mereka sendiri,” tambahnya.

Tak hanya soal koleksi, museum itu juga menjadi ruang yang aman untuk berdiskusi. Setiap kunjungan dimulai dengan percakapan ringan, termasuk menanyakan tingkat disabilitas pengunjung. Meski awalnya ragu, Kawamata kini melihat pendekatan ini justru disambut baik.

“Saya diberi tahu bahwa tidak masalah untuk bertanya apa pun, selama saya berusaha memahami,” pungkasnya.

(upd/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Kronologi Pencurian 7 Menit di Museum Louvre



Jakarta

Museum Louvre di Paris menjadi sasaran pencurian nekat pada Minggu (19/10/2025). Dalam waktu kurang dari tujuh menit, sekelompok pencuri berhasil membobol ruang pameran bersejarah dan membawa kabur delapan perhiasan.

Pencurian terjadi sekitar pukul 09.30 waktu setempat, hanya 30 menit setelah museum dibuka untuk umum. Empat orang pelaku datang menggunakan skuter dan membawa perlengkapan khusus, termasuk tangga hoist dan gerinda listrik.

Mereka menggunakan hoist untuk naik ke jendela Galerie d’Apollon, tempat penyimpanan perhiasan kerajaan, lalu memecahkan kaca dan masuk ke dalam ruangan.


Dengan cepat, mereka membobol dua etalase berpengaman tinggi di Museum Louvre itu dan mengambil delapan benda berharga, termasuk kalung zamrud dan berlian pemberian Napoleon kepada Permaisuri Marie Louise, diadem milik Permaisuri Eugénie, serta anting-anting dan perhiasan lain milik keluarga kerajaan.

Saksi mata bernama Samir, yang sedang bersepeda di sekitar lokasi, melihat dua orang naik ke hoist, memecahkan jendela, dan masuk dalam waktu sekitar 30 detik. Ia juga melihat keempat pelaku melarikan diri dengan skuter tak lama kemudian. Dia pun segera melaporkan peristiwa itu ke polisi.

Saat kabur, para pencuri menjatuhkan mahkota milik Permaisuri Eugénie, yang kemudian ditemukan dalam kondisi rusak di dekat museum. Yang bikin geger lagi, aksi itu berlangsung hanya 800 meter dari markas besar kepolisian Paris.

Museum langsung ditutup untuk proses penyelidikan. Polisi menyatakan telah menurunkan 60 penyelidik untuk mengusut kasus itu.

Sementara itu, Presiden Emmanuel Macron menyampaikan pernyataan tegas di media sosial bahwa segala upaya sedang dilakukan untuk menangkap pelaku dan mengembalikan perhiasan yang dicuri.

Kementerian Kebudayaan Prancis menyebut perhiasan yang hilang sebagai benda warisan budaya yang tak ternilai dan sangat sulit dijual kembali karena identitasnya yang kuat dan mudah dikenali.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Laurent Nunez menyebut perampokan itu mencerminkan adanya kerentanan besar dalam sistem keamanan museum di Prancis.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com