Tag Archives: nabi adam

Ibadah Haji Nabi Adam yang Ikuti Cara Tawaf Para Malaikat



Jakarta

Ibadah haji sudah dilakukan sejak zaman Nabi Adam AS. Menurut sejumlah pendapat, Nabi Adam AS mengikuti tata cara tawaf para malaikat.

Kisah haji Nabi Adam AS ini diterangkan dalam Tarikh Ka’bah yang disusun oleh Ali Husni al-Kharbuthli. Ada banyak versi mengenai kisahnya, terutama awal mula pembangunan Ka’bah dan pelaksanaan tawaf.

Para sejarawan ada yang berpendapat bahwa yang pertama kali membangun Ka’bah adalah malaikat. Dikatakan, pada saat Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” (QS Al Baqarah: 30)


Dikatakan, Allah SWT murka pada para malaikat dan Dia berpaling. Akhirnya, para malaikat lari menuju ‘Arsy. Mereka menengadah sambil memohon ampun karena takut akan murka Allah SWT.

Lalu, para malaikat tawaf mengelilingi ‘Arsy sebanyak tujuh kali–seperti tawaf jemaah haji di Ka’bah saat ini. Sambil bertawaf, mereka menyeru, “Ya Allah kami datang menyambut panggilan-Mu, kami datang memohon ampunan-Mu, kami memohon ampunan dan bertobat kepada-Mu.”

Melihat itu, kemudian Allah SWT menurunkan rahmat-Nya dan membuat sebuah rumah di bawah ‘Arsy yaitu al-baitul ma’mur. Kemudian Allah SWT berfirman, “Tawaflah kamu mengelilingi rumah ini dan tinggalkanlah ‘Arsy.”

Akhirnya, mereka tawaf di al-baitul ma’mur dan itu dirasa lebih mudah oleh mereka daripada tawaf mengelilingi ‘Arsy.

Selanjutnya, menurut sejarawan sebagaimana diceritakan Ali Husni al-Kharbuthli, Allah SWT memerintahkan para malaikat yang ada di bumi untuk membangun sebuah bangunan yang serupa dengan al-baitul ma’mur.

Kemudian, Allah SWT memerintahkan para malaikat di bumi agar tawaf mengelilingi bangunan tersebut sebagaimana tawafnya para malaikat di langit mengelilingi al-baitul ma’mur.

Menurut versi ini, ketika Nabi Adam AS melaksanakan ibadah haji di Ka’bah, para malaikat berkata, “Semoga hajimu mabrur wahai Adam. Kami telah melakukannya 2000 tahun sebelum engkau diciptakan.”

Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin turut menukil sebuah riwayat yang berisi doa malaikat untuk haji Nabi Adam AS tersebut. Hal itu diriwayatkan oleh Imam al-Mufadhdhal al-Ja’di. Dari jalur yang sama juga diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-‘Ilal dari hadits Ibnu Abbas RA lalu dikatakan tidak shahih. Adapun, Imam al-Azruqi dalam Tarikh Makkah meriwayatkannya secara mauquf pada Ibnu Abbas RA.

Ibnu Fadhlilah al-Umari dalam bukunya Masalik al-Abshar mengutip riwayat dari Abdullah bin Amru bin al-‘Ash yang menyatakan bahwa Allah SWT menciptakan Ka’bah 2000 tahun sebelum bumi diciptakan. Al-Umari menyandarkan riwayat ini pada Mujahid, Qatadah, dan as-Sudi.

Al-Umari juga meriwayatkan dari Qatadah tentang kisah haji Nabi Adam AS. Dikatakan, Ka’bah turun dari langit bersama Nabi Adam AS. Kemudian, Allah SWT berfirman, “Ketika rumah-Ku turun bersamamu, maka bertawaflah mengelilinginya, sebagaimana para malaikat mengelilingi ‘Arsy-Ku.”

Maka, Nabi Adam AS pun bertawaf mengelilinginya, demikian juga orang mukmin yang hidup setelahnya. Hingga saat terjadi banjir di masa Nabi Nuh AS, Allah SWT mengangkat Ka’bah kembali ke langit agar tidak dicemari dosa penduduk bumi.

Saat itu, Ka’bah dimuliakan di langit. Nabi Ibrahim AS kemudian menelusuri jejaknya dan membangun Ka’bah yang baru, tapi dengan fondasi dari Ka’bah yang lama. Demikian menurut riwayat yang berasal dari Qatadah sebagaimana dinukil al-Umari.

Ada pendapat yang menyebut bahwa Nabi Adam AS melakukan ibadah haji sebanyak 40 kali dari India dengan berjalan kaki. Pendapat ini termuat dalam Kitab I’anat al Tholibin yang dinukil Imaduddin Utsman al-Bantanie dalam Buku Induk Fikih Islam Nusantara.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Diciptakannya Nabi Adam AS pada Hari Jumat


Jakarta

Hari Jumat adalah hari yang sangat penting bagi umat Islam. Banyak hal terjadi dan akan terjadi pada hari Jumat. Salah satunya adalah diciptakannya Nabi Adam AS pada hari Jumat.

Hal ini berdasarkan sebuah hadits shahih Muslim, yang diriwayatkan dari Az-Zuhri, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah RA berkata, bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda,

“Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau dikeluarkan dari surga.” (HR Muslim)


Pernyataan diciptakannya Nabi Adam AS pada hari Jumat juga diterangkan oleh Puspa Swara dan Syamsul Rizal Hamid dalam bukunya yang berjudul 1500++ Hadis & Sunah Pilihan.

Hadits itu berbunyi: “Abu Hurairah RA memberitahukan, Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah Azza wa Jalla menciptakan bumi pada hari Sabtu. Allah menciptakan gunung-gunung di bumi pada hari Ahad. Allah menciptakan pepohonan pada hari Senin, Allah menciptakan cahaya pada hari Rabu. Allah menyebarkan binatang di bumi pada hari kamis. Dan Allah menciptakan Adam pada hari Jumat setelah Ashar.'” (HR Muslim)

Sumber sebelumnya juga menyebutkan bahwa selain diciptakannya Nabi Adam AS, hari Jumat juga merupakan hari akan terjadinya kiamat.

Abu Hurairah RA berkata, Nabi SAW pernah bersabda, “Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau diturunkan dari surga, dan pada hari itu juga akan terjadi Kiamat.” (HR Ahmad)

Kisah Diciptakannya Nabi Adam AS pada Hari Jumat

Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dengan tujuan menjadikannya sebagai khalifah di bumi. Artinya sebagian dari keturunan Adam akan menjadi pemimpin atau penguasa dari sebagian yang lainnya, seperti dikutip dari Ibnu Katsir dalam Qashash Al-Anbiya yang diterjemahkan oleh Sefulloh MS.

Hal ini dilandaskan dalam firman-Nya di surah Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi,

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Penciptaan Nabi Adam AS ini mendapat berbagai reaksi dari Malaikat dan Iblis. Abdullah bin Umar bercerita, para malaikat mengira menjadikan Adam sebagai khalifah di bumi hanya akan mendatangkan pertumpahan darah, sebagaimana bangsa jin terdahulu.

Sementara itu, iblis tidak mau melakukan perintah Allah SWT untuk sujud kepada Adam karena sifatnya yang sombong dan merasa lebih berharga daripada Adam. Allah SWT menceritakan perkara ini dalam surah Al-A’raf ayat 11-12,

وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَ
قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami membentuk (tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak termasuk kelompok yang bersujud. Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Wallahu a’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Penciptaan Hawa untuk Nabi Adam dalam Al-Qur’an, Seperti Apa?



Jakarta

Kisah penciptaan Hawa dalam Al-Qur’an tercantum dengan jelas pada beberapa ayat. Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam AS untuk menjadi temannya saat di dunia.

Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Keduanya mencintai satu sama lain sehingga bisa berkembang biak di bumi dan menghasilkan keturunan manusia hingga saat ini.

Hal yang menarik mengenai penciptaan Hawa adalah dirinya diciptakan oleh Allah SWT dari tulang rusuk Adam. Berikut adalah bukti yang dijelaskan dalam buku Qashash Al-Anbiyaa’ karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Dudi Rosyadi.


Ketika Allah SWT menciptakan Adam dan Hawa, Dia memerintahkan keduanya untuk tinggal di dalam surga. Sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 35 yang artinya,

“Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim.”

Selanjutnya, Allah SWT juga menyebutkan kisah penciptaan Hawa dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 18-19 yang artinya,

Dia (Allah) berfirman, “Keluarlah kamu darinya (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sungguh, siapa pun di antara mereka yang mengikutimu pasti akan Aku isi (neraka) Jahanam dengan kamu semua.” (Allah berfirman,) “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di surga (ini). Lalu, makanlah apa saja yang kamu berdua sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon yang satu ini sehingga kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”

Diambil dari ayat-ayat tersebut, Ibnu Ishaq bin Yasar menyimpulkan bahwa penciptaan Hawa terjadi sebelum Nabi Adam AS masuk ke dalam surga. Terbukti dengan Allah SWT mengatakan, “Wahai Adam! Tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga.”

Cerita lain mengenai penciptaan Hawa diungkapkan As-Suddi yang meriwayatkan dari Abu Saleh dan Abu Malik, dari Ibnu Abbas, mereka mengatakan bahwa ketika Adam dikeluarkan dari surga, ia berjalan sendirian tanpa ada pendamping yang menentramkan hatinya.

Ketika dirinya bangun dari tidurnya, ia melihat seorang wanita sedang duduk di samping kepalanya, wanita itu diciptakan dari tulang rusuknya.

Kemudian Nabi Adam AS bertanya, “Siapa kamu?”

“Aku adalah seorang wanita.” Jawab wanita tersebut.

“Untuk apa kamu diciptakan?” Tanya Adam lagi.

Wanita itu pun menjawab, “Agar kamu dapat merasa tenteram di sampingku.”

Para malaikat lalu menanyakan kepada Adam mengenai nama wanita tersebut. Kemudian, Nabi Adam AS menamainya Hawa sebab ia diciptakan dari suatu kehidupan.

Pendapat mengenai kisah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam, juga didukung dengan ayat Al Quran surah An-Nisa https://www.detik.com/hikmah/quran-online/an-nisa/494 ayat 1, yang artinya,

Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.) Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.

Selain itu, kisah penciptaan hawa dalam Al Quran selanjutnya, terdapat pada surah Al-A’raf ayat 189 yang terjemahannya,

Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia (istrinya) mengandung dengan ringan. Maka, ia pun melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Tuhan mereka, “Sungguh, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.”)

Hal ini diperkuat lagi dengan sabda Rasulullah SAW mengenai wanita. Beliau bersabda, “Aku berwasiat kepada kalian untuk memperlakukan para wanita dengan baik, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian paling condong (bengkok) dari tulang rusuk adalah bagian paling atas, apabila kamu paksa meluruskannya maka kamu akan membuatnya menjadi patah, namun jika kamu biarkan saja maka ia akan tetap bengkok. Maka dari itu, aku berwasiat kepada kalian untuk memperlakukan para wanita dengan baik.” (HR Bukhari)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ditiupkannya Ruh pada Tubuh Nabi Adam AS



Jakarta

Nabi Adam AS adalah nabi dan rasul yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an. Dirinya juga dikenal sebagai manusia yang pertama kali Allah SWT ciptakan.

Merujuk pada sebuah hadits shahih Muslim, Adam AS diciptakan pada hari Jumat. Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

“Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau dikeluarkan dari surga.” (HR Muslim)


Dijelaskan dalam buku Mukjizat Hadits Nabi yang ditulis Dana Nur, 60 hasta bila dikonversi ke dalam ukuran meter kurang lebih mencapai 27,4320 meter yang kemudian dibulatkan menjadi 30 meter.

Dalam sebuah riwayat dikatakan,

“Tingginya tubuh Adam adalah 60 hasta dengan lebar 7 hasta,” (HR Ahmad)

Ibnu Katsir melalui karyanya yang berjudul Kisah Para Nabi menyebut bahwa Adam AS diciptakan langsung dari tangan Allah SWT. Hal ini dimaksudkan agar iblis tidak sombong kepada Nabi Adam AS.

Adam AS diciptakan dengan tanah yang diambil dari hamparan bumi dengan warna beragam, yaitu putih, merah, dan hitam. Karenanya, kita di dunia dilahirkan dalam keadaan dan warna kulit yang beragam.

Allah SWT berfirman dalam surah Shad ayat 71,

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى خَٰلِقٌۢ بَشَرًا مِّن طِينٍ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”

Kemudian, saat Allah SWT meniupkan ruh Adam AS ke dalam tubuhnya, Dia menceritakannya pada surah Shad ayat 72.

فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى فَقَعُوا۟ لَهُۥ سَٰجِدِينَ

Artinya: “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.”

Lalu, ketika ruh Nabi Adam AS masuk dari kepala, ia bersin. Mendengar itu, malaikat mengucapkan alhamdulillah yang artinya segala puji bagi Allah sebagaimana dikatakan dalam hadits yang berbunyi:

“Setelah Allah meniupkan ruh ke dalam jasad Adam hingga ketika ruh itu sampai di kepalanya, Adam pun bersin dan mengucapkan: ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), Allah Tabaraka wa Ta’ala menjawab: ‘Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu)” (HR Ibnu Hibban)

Saat tiba waktunya ruh Adam AS masuk ke mata, sang nabi melihat buah-buahan yang terdapat di surga. Sebelum ruh Nabi Adam AS tiba di kakinya, ia sudah loncat lebih dulu karena ingin mendekati buah-buahan tersebut. Karenanya, pada surah Al Anbiya ayat 37 Allah SWT menjelaskan sifat manusia yang tergesa-gesa.

خُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ مِنْ عَجَلٍ ۚ سَأُو۟رِيكُمْ ءَايَٰتِى فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ

Artinya: “Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.”

Wallahu a’lam bishawab

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Qabil dan Habil, Peristiwa Pembunuhan Pertama Kali dalam Kehidupan


Jakarta

Peristiwa pembunuhan pertama kali di muka bumi dilakukan oleh Qabil kepada saudaranya Habil. Qabil membunuh Habil karena didasari rasa iri hati dan dengki. Kisah pembunuhan itu diabadikan dalam surah Al Maidah ayat 27-31.

Setelah Nabi Adam AS dan Siti Hawa diusir dari surga karena memakan buah terlarang, yakni khuldi. Mereka berdua diturunkan ke dunia untuk bekerja dan melestarikan keturunannya.

Hawa pun dikaruniai dengan dua pasang anak kembar laki-laki dan perempuan yang masing-masing diberi nama Qabil, Iqlima, Habil, dan Labuda. Qabil merupakan saudara kembar Iqlima, sedangkan Habil adalah saudara kembar Labuda.


Awal Mula Perseteruan Qabil dan Habil

Diambil dari buku yang berjudul Kisah Para Nabi karangan Ibnu Katsir terjemahan Muhammad Zaini, Ibnu Mas’ud menceritakan dari sebagian sahabat Nabi SAW, setelah keempat anak Nabi Adam AS baligh, Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi Adam AS untuk menikahkan setiap anak laki-laki dengan anak perempuannya yang bukan pasangan kembarnya.

Dengan demikian, Qabil akan dinikahkan dengan Labuda, lalu Habil akan dinikahkan dengan Iqlima. Namun, ketika diperintahkan demikian, Qabil menolak untuk menikahi Labuda. Ia bersikeras untuk menikahi saudara kembarnya, sebab Iqlima memiliki paras yang lebih cantik dari Labuda.

Qabil telah dikuasai oleh sifat dengki terhadap Habil. Ia bahkan mendapat bisikan dari iblis untuk membunuh Habil.

Persembahan Kurban Qabil dan Habil

Qabil pun masih tidak mau mengalah dan menerima perintah tersebut. Pada akhirnya, Nabi Adam AS yang tidak ingin melanggar anjuran dari Allah SWT pun memerintahkan kedua putranya untuk berkurban.

Tibalah hari ketika Qabil dan Habil berangkat untuk mempersembahkan kurban yang diminta oleh Nabi Adam AS sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. Habil mempersembahkan kurbannya berupa seekor kambing yang gemuk dengan kualitas terbaik. Sementara itu, Qabil mempersembahkan kurbannya berupa hasil pertanian yang buruk.

Seketika api pun muncul dan menyambar kurban Habil, sehingga menandakan kurban Habil yang diterimanya oleh Allah SWT. Sementara itu, api membiarkan begitu saja kurban milik Qabil sehingga kurbannya pun ditolak.

Qabil yang diterima dengan ketetapan Allah SWT pun kesal sambil berkata kepada Habil, “Sungguh aku benar-benar akan membunuhmu hingga engkau tidak jadi menikahi saudara perempuan kembaranku.”

Habil menjawab, “Sesungguhnya, Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”

Menanggapi ancaman pembunuhan tersebut, Habil dengan penuh keimanan tidak akan membalas perbuatan Qabil. Peristiwa ini termaktub dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 28:

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”.

Ibnu Abbas juga meriwayatkan dari jalur riwayat lainnya, dari Abdullah bin Amru. Ia (Abdullah bin Amru) berkata, “Demi Allah, yang terbunuh (Habil) adalah orang yang terkuat di antara dua kakak beradik itu, tetapi ia menahan diri.”

Pembunuhan Pertama yang Terjadi dalam Kehidupan

Hingga tibalah suatu malam, ketika Habil melangkah dengan pelan-pelan keluar. Melihat itu, Nabi Adam AS mengutus Qabil untuk melihat apa yang membuat saudaranya itu melangkah dengan pelan-pelan.

Pada saat itu, Qabil yang masih marah tentang kurban itu langsung berniat untuk membunuh Habil. Ia pun memukul Habil dengan besi yang ada padanya hingga Habil meninggal dunia.

Ada yang berpendapat bahwa Qabil membunuh Habil dengan batu yang ia lemparkan hingga mengenai kepala Habil. Saat itu Habil sedang tidur.

Ada pula yang berpendapat bahwa Qabil mencekik leher Habil sekuat-kuatnya dan menggigitnya, sebagaimana yang dilakukan oleh binatang buas, sehingga Habil meninggal dunia seketika.

Ketika melihat saudaranya itu sudah terkapar tak berdaya, Qabil bingung. Terbesit penyesalan di hatinya. Dia teringat kalau Habil adalah saudaranya yang baik.

Ulama berpendapat bahwa Qabil menggendong jenazah Habil selama satu tahun bahkan sebagian lagi berpendapat seratus tahun. Pada akhirnya, Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang berkelahi sehingga salah satunya mati.

Dengan keadaan yang sama, burung gagak yang masih hidup menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang telah mati ke dalamnya. Qabil pun langsung meniru apa yang telah dilakukan gagak tersebut. Qabil berkata, “Duhai celaka aku. Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Qabil kemudian menguburkan jenazah Habil.

Hikmah dari Kisah Qabil dan Habil

Dari peristiwa pembunuhan pertama di muka bumi oleh kedua anak Adam AS itu, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran. Salah satunya yaitu tidak saling membunuh. Bahkan Rasulullah SAW pun melarang muslim untuk saling membunuh.

Hal tersebut seperti yang dijelaskan dalam riwayat hadits Rasulullah SAW yang bersabda, “Apabila dua orang muslim berhadapan dengan pedang, pembunuh dan yang terbunuh ada di neraka.”

Mereka (para sahabat Nabi) berkata, “Wahai Rasulullah, ia yang membunuh (pantas masuk neraka) lalu bagaimana dengan yang terbunuh?”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya, ia ingin membunuh kawannya juga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Lip Syarifah di dalam buku Cerita Teladan 25 Nabi dan Rasul juga menjelaskan hikmah yang bisa kita ambil, di antaranya:

Jika kita melakukan kesalahan, maka kita harus segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan tersebut.

Berpikirlah dan selalu mengingat Allah SWT sebelum melakukan sesuatu, jangan mudah tergoda oleh bujuk rayuan iblis.

Selalu berusaha menjadi hamba yang taat dalam melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi sifat iri dan dengki.

Wallahu a’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Tempat Diturunkannya Nabi Adam dan Hawa ke Bumi


Jakarta

Nabi Adam AS adalah nabi pertama sekaligus manusia pertama yang Allah SWT ciptakan di alam semesta ini, hingga akhirnya melalui tulang rusuk Adam, Allah SWT hadirkan Siti Hawa seorang wanita sebagai pasangannya.

Kisah mengenai nabi Adam AS diceritakan dalam Al-Qur’an yakni surah Al-Baqarah. Berikut penjelasan surah Al-Baqarah ayat 30:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠


Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Dan surah Al-Baqarah ayat 31:

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ٣١

Artinya: “Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”

Nabi Adam AS dan Siti Hawa Memakan Buah Khuldi

Dari buku Kisah dan Mukjizat 25 Nabi dan Rasul karya Aifa Syah dikisahkan mengenai iblis yang dibantu oleh ular untuk masuk ke Surga, kemudian bertemu dengan nabi Adam AS dan Siti Hawa.

Iblis pun merayu mereka, “Mengapa kalian tidak memakan buah khuldi ini? Tahukah kalian buah ini bisa membuat kalian tetap tinggal di Surga.”

Nabi Adam AS dan Siti Hawa pada awalnya mampu menahan godaan tersebut, namun iblis terus saja merayu mereka, hingga keduanya tergoda untuk memakan buah tersebut. Padahal Allah SWT melarang keduanya untuk memakan buah khuldi.

Ketika nabi Adam AS dan Siti Hawa makan buah tersebut maka tampaklah aurat keduanya yang selama ini tidak terlihat, “Ya Allah kami telah melakukan dosa besar, ampuni kami ya Allah.” Ujar nabi Adam AS dan Siti Hawa.

Mereka berdua menyesal, namun Allah SWT tetap menurunkan nabi Adam AS dan Siti Hawa ke Bumi, keduanya tidak dapat lagi menikmati apapun yang ada di Surga, dan mereka mesti berusaha mencari makanan di Bumi.

Tempat Diturunkannya Adam dan Hawa

Dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ahmad Fatih, S.Pd. disebutkan tempat turunnya nabi Adam AS dan Siti Hawa ke Bumi.

Surah Al-Arah ayat 24:

قَالَ اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚوَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ ٢٤

Artinya: “Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang telah ditentukan.”

Nabi Adam AS dan Siti Hawa tidak diturunkan dalam satu tempat yang sama di Bumi. Nabi Adam diturunkan di Sri Lanka tepatnya di puncak bukit Sri Pada, sementara Siti Hawa diturunkan di daerah Arab.

Keduanya terpisah, hingga akhirnya dipertemukan kembali oleh Allah SWT di Jabal Rahmah. Mereka pun memulai kehidupan barunya di Bumi, banyak hal baru yang dipelajari oleh Nabi Adam AS.

Hikmah kisah Adam dan Hawa

· Manusia sebagai khalifah di Bumi harus senantiasa menjaga kelestarian alam, menghindari permusuhan

· Iblis akan selalu menentang perintah Allah SWT dan menyesatkan manusia

· Hindari sikap sombong, sebab Allah SWT telah mengutuk iblis karena kesombongannya

· Segera bertobat ketika melakukan kesalahan, seperti nabi Adam AS dan Siti Hawa yang memohon ampunan kepada Allah SWT saat memakan buah Khuldi.

Demikian penjelasan tempat diturunkannya Adam dan Hawa, mulai dari kisah keduanya memakan buah Khuldi, hingga hikmah yang bisa diambil. Semoga detikers bisa mengambil pelajaran dari cerita di atas.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Penciptaan Nabi Adam yang Diceritakan dalam Al-Qur’an


Jakarta

Nabi Adam adalah Nabi pertama dan sekaligus manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Dalam Al- Qur’an diterangkan bahwa proses penciptaan Nabi Adam terbuat dari tanah menunai pro dan kontra di kalangan makhluk-makhluk Allah yang lain. Ada makhluk Allah yang menolak penciptaan Adam, dan ada yang menerima.

Mengutip buku Rizem Aizid dalam buku Inilah Cerita Nabi SAW tentang Para Nabi, Sahabat, Dajjal, Imam Mahdi & Umat Terdahulu menjelaskan bahwa makhluk yang menolak penciptaan Adam itu adalah iblis.

Salah satu alasan penolakan Iblis adalah karena Allah menjadikan Adam lebih mulia daripada dirinya (iblis). Setelah Adam diciptakan, Allah memerintahkan Malaikat dan Iblis untuk sujud kepada Adam.


Tapi, Iblis yang merasa dirinya lebih mulia karena diciptakan dari api menolak perintah Allah tersebut. Akibatnya, iblis pun mendapat murka Allah SWT dan Allah menempatkannya sebagai penghuni neraka.

Cerita tentang penciptaan Nabi Adam oleh Allah SWT ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 30 sampai 39. Allah berfirman dalam ayat-ayat tersebut sebagai berikut:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ * وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْتُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ قَالَ يَادَمُ أَنْبِتْهُم بِأَسْمَابِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُم بِأَسْمَابِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ ) وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ

مِنَ الْكَافِرِينَ * وَقُلْنَا يَتَادَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ ) فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعُ إِلَى حِينٍ فَتَلَقَّى ءَادَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا

هُمْ يَحْزَنُونَ ( وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِعَلَيْنَا أُوْلَبِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ

فِيهَا خَالِدُونَ )

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’

Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’. Dan Dia mengajarkan kepada Adam dam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda- benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!’.

Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’. Allah berfirman: ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nата benda ini.

Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: ‘Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?’.

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. Dan Kami berfirman: ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan’.

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Kami berfirman: ‘Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati’. Adapun orang- orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah [2]; 30-39)

Demikianlah cerita tentang penciptaan Nabi Adam yang terdapat dalam Al-Qur’an, dari mulai awal penciptaan hingga diperintahkan oleh Allah SWT turun ke bumi karena melanggar perintah-Nya, yaitu memakan buah khaldi (pohon yang dilarang Allah didekati dalam ayat tersebut).

Kesan Rasulullah Terhadap Nabi Adam AS

Rasulullah SAW adalah utusan Allah yang ditugaskan untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Beliau adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah. Sebagai Rasul Allah, ucapan atau perkataan beliau tentang sesuatu hal merupakan penguat dari firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.

Karena itu, hadits (perkataan) Nabi SAW adalah sumber hukum atau rujukan kedua dalam Islam setelah Al-Qur’an. Termasuk cerita Nabi SAW tentang Nabi Adam ini adalah penguat dan penjelas dari firman Allah SWT tentang penciptaan Nabi Adam.

Rasulullah SAW bercerita tentang Nabi Adam tidak secara utuh dari awal sampai akhir. Tapi, beliau menceritakan sosok Nabi Adam dalam segmen-segmen singkat.

Berikut adalah cerita Rasulullah SAW tentang sosok Nabi Adam sebagaimana tercatat dalam hadits shahih, di antaranya:

Yahya dan Muhammad bin Ja’far bercerita kepada kami, Auf bercerita kepadaku, dari Abu Musa, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Sungguh, Allah menciptakan Adam dari suatu genggaman yang Dia ambil dari seluruh bumi, lalu keturunan Adam muncul sepenuh bumi, di antaranya ada yang berkulit putih, merah, hitam, dan campuran antara semua warna itu, ada yang butuk dan ada yang baik, ada yang berwatak lembut dan ada yang berwatak keras, juga ada yang wataknya campuran di antara keduanya.” (HR. Ahmad)

Dari Haudzah bin Aur, dari Qasamah bin Zuhair, aku mendengar Al-Asy’ari mengatakan: Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, Allah menciptakan Adam dari suatu genggaman yang la ambil dari seluruh bumi, lalu keturunan Adam muncul sepenuh bumi, diantaranya ada yang berkulit putih, merah, hitam dan campuran antara semua warna itu, ada yang berwatak lembut dan menurut, dan ada yang berwatak keras, juga ada yang wataknya campuran di antara keduanya, ada yang buruk dan ada yang baik, ada juga campuran di antara keduanya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya)

(lus/erd)



Sumber : www.detik.com

Ketika Nabi Adam dan Hawa Menutupi Auratnya dengan Daun Tin


Jakarta

Ada hal yang menyebabkan Nabi Adam dan Siti Hawa dikeluarkan dari surga. Hal ini terjadi setelah keduanya memakan buah dari pohon terlarang.

Kisah turunnya Nabi Adam AS dan Hawa ke bumi setelah sebelumnya tinggal di surga diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 35-36. Allah SWT berfirman,

وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ٣٥ فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ ٣٦


Artinya: “Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!” Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”

Para mufassir termasuk Ibnu Katsir menafsirkan bahwa Nabi Adam dan Hawa memakan buah dari pohon khuldi, pohon yang dilarang Allah SWT. Ketika keduanya memakan buah dari pohon khuldi, Allah SWT mengeluarkannya dari surga.

Pakaian Nabi Adam AS dan Hawa di Bumi

Al-Qur’an secara jelas menerangkan bahwa Nabi Adam dan Hawa sebelumnya telah berpakaian. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Al-A’rad ayat 27,

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Artinya: “Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ali bin Husein bin Isykab, dari Ali bin Ashir, dari Said bin Arubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dengan postur yang sangat tinggi dan berambut lebat, layaknya seperti pohon kurma yang tinggi. Ketika ia mencicipi buah terlarang, seluruh pakaiannya tertanggalkan. Yang pertama terlihat darinya adalah auratnya, dan ketika ia melihat auratnya itu maka ia cepat-cepat bersembunyi, lalu rambutnya tersangkut pada sebuah pohon hingga tercabut.

Kemudian Allah menegurnya, “Wahai Adam, apakah kamu bersembunyi dari-Ku?” Setelah ia mendengar pertanyaan itu ia berkata: “Ya Tuhanku, tidak demikian, aku hanya merasa malu.”

Ats-Tsauri meriwayatkan, dari Ibnu Abi Laila, dari Minhal bin Amru, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah, “Maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga,” ia berkata, maksudnya adalah daun tin.

Dikutip dalam Ibnu Katsir saat menceritakan kisah para nabi dalam Qashash Al-Anbiya yang diterjemahkan Saefulloh MS menjelaskan bahwa pakaian yang pertama kali dikenakan oleh Nabi Adam AS dan Hawa di bumi terbuat dari bulu biri-biri.

Nabi Adam AS memotong biri-biri, lalu beliau mengambil bulu-bulunya, memintalnya, dan menenunnya. Ia membuat pakaian untuk dirinya dalam bentuk jubah sementara untuk Hawa dalam bentuk baju kurung dan kerudung.

Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com