Tag Archives: nabi ishaq

Nabi Yaqub, Sosok Teladan yang Berbakti pada Orang Tua



Jakarta

Nabi Yaqub merupakan anak dari Nabi Ishaq dan cucu dari Nabi Ibrahim. Dalam beberapa riwayat, Nabi Yaqub digambarkan sebagai sosok yang berbakti kepada orang tua.

Dalam kisah yang diceritakan melalui ayat-ayat Al-Qur’an, sebelum wafat, Nabi Yaqub sempat berpesan pada para putranya untuk senantiasa menjalankan perintah Allah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 133,

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ


Artinya: “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.

Berikut ini adalah rangkuman dari kisah Nabi Yaqub yang perlu diketahui dan teladani oleh umat muslim.

Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Yaqub AS

Dikutip dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Ridwan Abdullah Sani, Muhammad Kadri diceritakan Nabi Yaqub adalah anak kandung dari Nabi Ishaq dengan Rafqa binti A’zar, seorang perempuan yang masih kerabat Nabi Ibrahim.

Melalui surah Huud ayat 71, sebelumnya sudah terjadi peristiwa tatkala Nabi Ibrahim As beserta sang istri, Siti Sarah, didatangi malaikat utusan Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira.

وَٱمْرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَٰهَا بِإِسْحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسْحَٰقَ يَعْقُوبَ

Artinya: “Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Yaqub”.

Nabi Yaqub memiliki kembaran yang bernama Ish. Mereka berdua tumbuh besar bersama meskipun dengan sifat yang bertolak belakang. Berbeda dengan Nabi Yaqub yang tenang, penyabar, baik hati, dan menghindari keburukan, saudara kembarnya Ish justru penuh dengan iri dengki dan berbuat maksiat.

Ia selalu mengejek dan mengganggu Nabi Yaqub, akan tetapi Nabi Yaqub dengan penuh kesabarannya tidak membalas perbuatan saudara kembarnya dengan keburukan. Tatkala ia sudah tidak tahan dengan tingkah Ish, Nabi Yaqub pun mengadu pada ayahandanya.

Akhirnya Nabi Ishaq pun berdiskusi dengan istrinya. Ia memutuskan untuk menikahkan Ish dengan harapan supaya perangai anaknya dapat berubah menjadi pribadi yang lebih tenang dan dewasa.

Akan tetapi, Ish tidak berubah sebagaimana yang diekspektasikan. Ia justru makin sering mengganggu dan menganiaya Nabi Yaqub. Bahkan ia menyimpan dendam pada saudara kembarnya karena merasa bahwa ibu mereka lebih menyayangi Nabi Yaqub.

Nabi Ishaq akhirnya menitipkan Nabi Yaqub pada saudara istrinya, Syekh Labban, yang bertempat tinggal di Faddan A’ram (Irak). Hal ini adalah sebagai bentuk perlindungan dari Nabi Ishaq pada Nabi Yaqub agar ia tidak lagi diganggu oleh saudara kembarnya.

Nabi Yaqub adalah seorang yang sangat patuh pada perintah orang tuanya. Dengan segala baktinya ia pun berangkat ke Irak selepas menjalankan sholat subuh dan sang ayah berpesan agar ia dapat banyak belajar dari sang paman dan menitipkan secarik surat padanya.

Masa Kenabian Nabi Yaqub AS

Ujian pertama Nabi Yaqub adalah perjalanan dari Kan’an menuju Faddan A’ram dengan melewati gurun pasir yang luas, ia membawa perbekalan secukupnya dan memakannya ketika lelah. Saat siang hari, Nabi Yaqub akan beristirahat sementara ketika malam telah datang ia akan melanjutkan perjalanan.

Dengan penuh rasa sabar, Nabi Yaqub terus menelusuri jalan panjang menuju Irak. Di tengah rasa lelahnya, ia tertidur dan bermimpi tentang kehidupannya di masa depan yang berlimpah rezeki dan penuh kedamaian. Ketika terbangun, ia memikirkan mimpinya.

Jibril pun berbisik di telinganya bahwa ia menyampaikan wahyu dari Allah, kabar gembira bahwa Allah telah mengangkat dirinya sebagai Nabi. Rasa lelah dan penat pun menghilang. Hal ini juga diabadikan dalam QS. Al Baqarah ayat 132.

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya’qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, dikisahkan sesampainya di tempat Syekh Labban, Nabi Yaqub pun berjumpa dengan Rahil, seorang gadis cantik yang tengah menggembala kambing. Rahil adalah putri kedua dari Syekh Labban dan merupakan sepupu Nabi Yaqub.

Setelah tinggal di sana, ia menyampaikan surat dari ayahnya pada pamannya tersebut. Ternyata, isinya adalah keinginan Nabi Ishaq untuk menikahkan Nabi Yaqub dengan salah satu putri Syekh Labban.

Syekh Labban kemudian memberikan prasyarat pada Nabi Yaqub untuk menggembala selama tujuh tahun sebelum menikahi salah seorang putrinya, hal tersebut dianggap sebagai mas kawin. Syekh Labban pun bertanya pada Nabi Yaqub siapa yang ingin dinikahinya dan ia menjawab Rahil.

Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa dilakukan jika Laya, sebagai putri pertama belum menikah. Hal tersebut adalah hukum adat di wilayah mereka. Akhirnya Nabi Yaqub menerima solusi dari Syekh Labban dengan menikahi kedua putrinya sekaligus dan mulai menggembala selama tujuh tahun lamanya.

Setelah melewati ujian tersebut dan berdoa pada Allah, akhirnya Nabi Yaqub dapat menikahi Laya dan juga Rahil. Oleh karena kebaikannya sebagai suami, Laya dan Rahil pun meminta Nabi Yaqub menikahi budak mereka yang cantik parasnya, yakni Balhah dan Zulfah. Dari pernikahannya dengan empat perempuan tersebut, Nabi Yaqub dikaruniai banyak anak, salah satunya Nabi Yusuf.

Meneladani Nabi Yaqub AS

Melalui kisah Nabi Yaqub AS dan segala kesabaran serta keteguhannya memiliki banyak hal yang dapat dipelajari oleh umat muslim. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat kita teladani dari sosok Nabi Yaqub.

1. Seorang Ayah yang Penyayang

Dalam buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an yang ditulis oleh Adil Musthafa Abdul Halim, Nabi Yusuf menceritakan mimpi yang didapatnya pada ayahnya. Ia bermimpi menyaksikan sebelas bintang yang datang dari langit tunduk bersujud kepadanya.

Menyadari tanda-tanda kenabian dari putranya, Nabi Yaqub pun menasihati Nabi Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya pada saudara-saudaranya yang penuh iri dengki. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga Nabi Yusuf dari kejahatan saudara-saudaranya yang selalu berbuat jahat padanya.

2. Penyabar dan Teguh Pendirian

Meski tidak mudah, Nabi Yaqub menjalankan dan menyelesaikan ujian-ujian dari Allah SWT. Ia tidak pantang menyerah, senantiasa memanjatkan doa, dan berpikir positif. Ia juga berbesar hati dan selalu mengalah atas saudara kembarnya, Ish. Nabi Yaqub tidak mau membalas perbuatan buruk Ish dengan kejahatan.

3. Adil dan Bijaksana

Nabi Yaqub memiliki empat orang istri yang mana ia harus berlaku adil. Dari keempat istrinya pun ia dikaruniai belasan anak. Oleh karenanya, Nabi Yaqub selalu memperlakukan istri-istri dan anak-anaknya dengan adil tanpa ada rasa pilih kasih.

Demikian penjelasan dari kisah Nabi Yaqub yang sangat berbakti pada orang tuanya. Ketika menjadi ayah, Nabi Yaqub pun senantiasa memberikan nasihat pada anak-anaknya untuk selalu beriman kepada Allah SWT. Dari kisahnya, kita sebagai umat muslim bisa mempelajari dan mengambil sisi positif untuk kita amalkan di kehidupan sehari-hari.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Siapa Putra Nabi Ibrahim yang Dikurbankan?



Jakarta

Kisah putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan atas perintah Allah SWT menjadi sejarah di balik pelaksanaan kurban hari raya Idul Adha. Dalam cerita kenabian, Nabi Ibrahim AS dikatakan memiliki dua orang putra dari dua istrinya.

Putra pertama Nabi Ibrahim AS, yaitu bernama Ismail dari istri keduanya yang bernama Siti Hajar. Sedangkan putra keduanya bernama Ishaq dilahirkan dari istri pertamanya, Sarah.

Ada dua pendapat yang berbeda terkait satu di antara kedua putra Nabi Ibrahim AS yang pernah dikurbankan. Orang-orang Yahudi berkeyakinan bahwa putra yang disembelih ialah Nabi Ishaq. Sedangkan umat Islam menganggap Nabi Ismail lah sosok putra nabi yang disembelih.


Lantas, siapa sebenarnya putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan? Berikut ini penjelasannya.

Sosok Putra Nabi Ibrahim yang Dikurbankan

Melansir dari buku Kala Kanjeng Nabi Bercerita karya Rizem Aizid, dalam ayat Al-Qur’an tidak disebutkan secara jelas sosok putra Nabi Ibrahim AS yang dikurbankan. Hanya saja terdapat dalil yang secara tersirat mengarah kepada Nabi Ismail AS, Allah SWT berfirman:

وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّلِحِينَ فَبَشِّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعَى قَالَ يَسُنَى إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَبْيَ أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَتَأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّبِرِينَ

Artinya: “Dan, Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya, aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.’ Maka, Kami beri ia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka, tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah apa pendapatmu?’ Ia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. ash-Shaffat: 99-102).

Berdasarkan ayat tersebut, umat Islam meyakini bahwa Ismail adalah putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan. Sebab, Nabi Ibrahim dulunya tidak dikaruniai anak dengan istri pertamanya, Siti Sarah.

Hingga akhirnya beliau menikah dengan istri keduanya, Siti Hajar, dan dikaruniai anak pertama yang bernama Ismail.

Menambahkan dari sumber lain, dalam buku Tuntunan Berkurban dan Menyembelih Hewan karya Ali Ghufron turut diterangkan tentang sosok putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan.

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menegaskan bahwa adz-dzabih (orang yang dikurbankan) adalah Ismail karena dialah anak pertama Nabi Ibrahim yang memberi berita gembira atas kabar kelahirannya.

Ahli kitab maupun umat Islam pun sepakat bahwa Nabi Ismail lebih dahulu dilahirkan dan lebih tua dibandingkan dengan Nabi Ishaq.

Bahkan dalam kitab-kitab mereka turut disebutkan, ketika Nabi Ismail lahir, Nabi Ibrahim berusia 86 tahun. Sedangkan ketika Nabi Ishaq dilahirkan, usia Nabi Ibrahim telah menginjak 99 tahun.

Dengan demikian, umat Islam percaya bahwa putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan ialah Nabi Ismail. Beliau melaksanakan kurban tersebut di Makkah, tempat dimana ia bersama putranya membangun Ka’bah.

Terlepas dari adanya perbedaan tersebut, umat muslim dapat memetik hikmah dari kisah Nabi Ibrahim. Beliau rela berkurban demi melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih anak pertamanya yang telah dinantikan-nantikan, wallahu ‘alam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yaqub AS, Sosok Teladan yang Disebut Bapak Bani Israil



Jakarta

Nabi Yaqub AS termasuk ke dalam 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan keturunan Ishaq AS sekaligus cucu dari Ibrahim AS.

Sosok Yaqub AS terkenal sebagai pribadi yang penyayang dan berbakti. Dijelaskan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul susunan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Nabi Yaqub AS merupakan seorang anak yang sangat patuh terhadap perintah kedua orang tuanya.

Dirinya memiliki saudara kembar bernama Ish. Meski tumbuh besar bersama, sifat mereka ternyata bertolak belakang.


Pribadi Ish penuh iri dan dengki, bahkan tak segan berbuat maksiat. Berbeda dengan Nabi Yaqub AS yang baik hati, penyabar, menghindari keburukan, serta tenang.

Walau begitu, Yaqub AS tidak pernah sekalipun membalas perlakuan buruk Ish. Jika dirinya sudah tak tahan, maka ia melapor kepada sang ayah yaitu Nabi Ishaq AS.

Sikap Ish tidak berubah, bahkan setelah menikah sekalipun. Alih-alih menjadi pribadi yang lebih baik, Ish justru semakin sering menganiaya Nabi Yaqub AS hingga menyimpan dendam kepadanya. Ish merasa sang ibu lebih menyayangi Yaqub AS.

Akhirnya, Nabi Ishaq menitipkan Yaqub kepada saudara istrinya yang bernama Syekh Labban. Ia bertempat tinggal di Irak. Hal ini dimaksudkan agak Nabi Yaqub tidak lagi diganggu oleh Ish.

Masa kenabian Yaqub AS terjadi ketika Jibril berbisik di telinganya bahwa ia menyampaikan wahyu dari Allah. Dalam surat Al Baqarah ayat 132, Allah SWT berfirman:

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: “Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya’qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Dikisahkan bahwa Syekh Labban memiliki dua putri cantik yang bernama Layya dan Rahiel. Mulanya, Yaqub AS dijodohkan dengan Layya.

Namun, Nabi Yaqub lebih memilih Rahiel. Syekh Labban yang merupakan paman Nabi Yaqub AS lantas memintanya bekerja selama 7 tahun baru kemudian bisa menikahi Rahiel.

Usai 7 tahun menjadi penggembala kambing, Nabi Yaqub AS akhirnya dapat menikahi Rahiel. Setelahnya ia berniat menikahi Layya.

Lagi-lagi pamannya memberikan syarat padanya. Ia harus bekerja selama tujuh tahun lagi untuk bisa menikahi Layya.

Yaqub AS pun menyanggupi. Hingga akhirnya ia bisa menikahi Layya. Selama 14 tahun ia harus berjuang untuk bisa menikahi putri dari pamannya itu.

Selain menikah dengan Layya dan Rahiel, Nabi Yaqub AS juga menikahi Zulfa dan Baihah yang kerap membantu Layya dan Rahiel.

Dari pernikahannya dengan 4 wanita itu Allah SWT mengaruniai 12 putra. Salah satu di antaranya kelak menjadi seorang nabi, yakni Nabi Yusuf AS.

Sementara itu, nama anak-anak lainnya ialah Bunyamin, Raubin, Syam’un, Lewi, Yahuda, Yasyzar, Zabulon, Dan, Neftalua, Jad, dan Asyir.

Menukil buku 77 Pesan Nabi untuk Anak Muslim karya Abu Alkindie Thul Ihsan & Abu Azka, Nabi Yaqub AS juga disebut sebagai bapak kaum Bani Israil. Yaqub AS memiliki gelar Israil sehingga keturunannya disebut sebagai Bani Israil, yang termasuk ke dalamnya ialah Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Mukjizat Nabi Ishaq, Dikaruniai Panjang Umur dan Ilmu yang Tinggi



Jakarta

Nabi Ishaq AS merupakan salah satu nabi yang diutus Allah SWT untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Nabi Ishaq AS adalah putra dari Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah.

Semasa hidupnya, Nabi Ishaq AS dikaruniai beberapa mukjizat yang menunjukkan kebesaran Allah SWT. Nabi Ishaq AS termasuk utusan Allah SWT yang memiliki umur panjang.

Mukjizat Nabi Ishaq AS

Allah SWT memberi anugerah kepada Nabi Ishaq AS berupa mukjizat atau kelebihan. Beberapa kisah dan mukjizat Nabi Ishaq diterangkan dalam Al-Qur’an.


Mukjizat Kelahiran Nabi Ishaq AS

Dikutip dari buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat sejak Adam A.S hingga Muhammad S.A.W karya Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, Nabi Ishaq AS adalah putra dari Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah.

Allah SWT berfirman dalam surah Ash-Shaffat ayat 112-113,

وَبَشَّرْنٰهُ بِاِسْحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ . وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَّظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ مُبِيْنٌ ࣖ

Artinya: “Kami telah memberinya kabar gembira tentang (akan dilahirkannya) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang saleh. Kami melimpahkan keberkahan kepadanya dan Ishaq. Sebagian keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.”

Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, berita kelahiran Nabi Ishaq AS disampaikan oleh para malaikat kepada Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah ketika hendak menuju Madain tempat kaum Luth, untuk membinasakan mereka karena kekafiran dan kekejian mereka.

Kelahiran Nabi Ishaq AS menjadi sebuah mukjizat Allah SWT karena usia Nabi Ibrahim AS dan Sarah sudah sangat tua. Usia Sarah pada saat melahirkan Nabi Ishaq AS adalah 90-an.

Kisah tersebut terdapat dalam surah Hud ayat 69-73, https://www.detik.com/hikmah/quran-online/hud

وَلَقَدْ جَاۤءَتْ رُسُلُنَآ اِبْرٰهِيْمَ بِالْبُشْرٰى قَالُوْا سَلٰمًا ۖقَالَ سَلٰمٌ فَمَا لَبِثَ اَنْ جَاۤءَ بِعِجْلٍ حَنِيْذٍ ٦٩ فَلَمَّا رَآٰ اَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ اِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَاَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيْفَةً ۗقَالُوْا لَا تَخَفْ اِنَّآ اُرْسِلْنَآ اِلٰى قَوْمِ لُوْطٍۗ ٧٠ وَامْرَاَتُهٗ قَاۤىِٕمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنٰهَا بِاِسْحٰقَۙ وَمِنْ وَّرَاۤءِ اِسْحٰقَ يَعْقُوْبَ ٧١ قَالَتْ يٰوَيْلَتٰىٓ ءَاَلِدُ وَاَنَا۠ عَجُوْزٌ وَّهٰذَا بَعْلِيْ شَيْخًا ۗاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ عَجِيْبٌ ٧٢ قَالُوْٓا اَتَعْجَبِيْنَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ رَحْمَتُ اللّٰهِ وَبَرَكٰتُهٗ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الْبَيْتِۗ اِنَّهٗ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ ٧٣

Artinya: “Sungguh, utusan Kami (malaikat) benar-benar telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan, “Selamat.” Dia (Ibrahim) menjawab, “Selamat.” Tidak lama kemudian, Ibrahim datang dengan membawa (suguhan) daging anak sapi yang dipanggang. Ketika (Ibrahim) melihat tangan mereka tidak menjamahnya, dia mencurigai dan memendam rasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, “Jangan takut! Sesungguhnya kami diutus kepada kaum Lut (untuk menghancurkan mereka).” Istrinya berdiri, lalu tersenyum. Kemudian, Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir) Ya’qub (putra Ishaq). Dia (istrinya) berkata, “Sungguh mengherankan! Mungkinkah aku akan melahirkan (anak) padahal aku sudah tua dan suamiku ini sudah renta? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” Mereka (para malaikat) berkata, “Apakah engkau merasa heran dengan ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah (yang) dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Mukjizat Panjang Umur

Dikutip dari buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat sejak Adam A.S Hingga Muhammad S.A.W karya Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, Nabi Ishaq AS termasuk salah satu nabi yang dianugerahi panjang umur oleh Allah SWT.

Nabi Ishaq AS membantu sang ayah, Nabi Ibrahim AS menyebarkan dakwahnya. Allah SWT mengutus Nabi Ishaq untuk meneruskan dakwah Nabi Ibrahim kepada umatnya di tanah Palestina setelah Nabi Ibrahim wafat.

Nabi Ishaq menyerukan kaum di Palestina untuk menyembah Allah, mendirikan sholat, mengingatkan akan akhirat, dan perintah-perintah baik lainnya.

Nabi Ishaq AS diketahui wafat pada usia 170 tahun.

Dikaruniai Nabi Yaqub sebagai Anak

Nabi Ishaq AS belum menikah di usia 40 tahun. Sang ayah, Nabi Ibrahim AS kemudian meminta pelayannya untuk mencarikan istri bagi Nabi Ishaq AS.

Kemudian Nabi Ishaq AS menikah dengan seorang wanita Irak bernama Rifkah. Keduanya kemudian dianugerahi dua anak laki-laki kembar yang kemudian diberi nama Ish dan Yaqub.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ishaq AS, Sosok yang Saleh dan Lemah Lembut



Jakarta

Nabi Ishaq adalah salah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dalam Islam. Ia adalah keturunan dari Nabi Ibrahim AS dan istrinya yang bernama Siti Sarah.

Kelahiran Ishaq AS sangat dinantikan oleh keduanya. Saat itu, Nabi Ibrahim AS dan istrinya diberi kabar gembira dari Allah SWT melalui Jibril, Mikail dan Israfil yang berkunjung ke rumahnya, seperti dikisahkan dalam buku Kisah Para Nabi & Sahabat RA Vol 3 oleh Dr A A Ahmed.

Isi dari pesan tersebut ialah Siti Sarah akan melahirkan anak laki-laki yang bernama Ishaq. Nantinya, anak tersebut akan menjadi seorang nabi.


Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 69,

وَلَقَدْ جَآءَتْ رُسُلُنَآ إِبْرَٰهِيمَ بِٱلْبُشْرَىٰ قَالُوا۟ سَلَٰمًا ۖ قَالَ سَلَٰمٌ ۖ فَمَا لَبِثَ أَن جَآءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ

Artinya: “Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: “Selamat”. Ibrahim menjawab: “Selamatlah,” maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.”

Menukil buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an oleh Adil Musthafa Abdul Halim, Nabi Ibrahim AS sempat tidak percaya dan berkata,

“Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut, dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini.” (QS Al Hijr : 54)

Para malaikat kemudian menjawab, “Wahai Ibrahim, ini adalah perkara dan kehendak Allah. Dan kabar yang kami bawa ini adalah sesuatu yang pasti. Sesungguhnya Allah SWT menganugerahkan seorang anak laki-laki yang akan menjadi orang alim yang bernama Ishaq, saudaranya Ismail.”

Atas jawaban malaikat tersebut, Nabi Ibrahim mengatakan, “Oh seandainya sekarang ini Ismail ada di hadapanku, pasti aku kabarkan dia tentang kelahiran saudaranya.”

Semasa hidupnya, Ishaq AS terkenal memiliki akhlak yang mulia. Ia gemar membantu orang-orang miskin di sekitarnya.

Semakin hari, Nabi Ishaq AS tumbuh menjadi pria yang jujur dan bertanggung jawab. Bahkan ketika dewasa, ia ikut membantu Nabi Ibrahim AS berdagang dan berdakwah di daerah Syam.

Ishaq AS lalu melanjutkan hidup dengan menikahi wanita bernama Rifqah. Pada 10 tahun usia pernikahan, Ishaq AS dan istri dikaruniai dua anak yaitu Aishu dan Yakub yang nantinya menjadi nabi pula.

Nabi Ishaq AS merupakan nabi sekaligus pemimpin yang saleh bagi kaumnya yaitu kaum Kan’an. Nabi Ishaq As berdakwah dengan caranya yang lemah lembut, serta beliau pandai memikat hati orang, ramah dan tamah, sehingga ajaran agama Islam yang disampaikan dapat dirasakan manfaatnya.

Dikutip dari buku Kisah dan Mukjizat 25 Nabi dan Rasul susunan Alifa Syah, salah satu mukjizat yang diberikan pada Ishaq AS ialah memiliki dua orang anak kembar dari sang istri yang berusia tua dan mandul. Hal ini tertuang dalam surah Al Anbiya ayat 72,

وَوَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا صَٰلِحِينَ

Artinya: “Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshaq dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh.”

Selain itu, beliau juga dianugerahi kekuatan yang besar dalam ilmu dan akhlak yang tinggi oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Ishaq AS disebut sebagai seorang anak yang arif dan bijaksana.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Sosok Nabi Ishaq, Saudara Nabi Ismail Beda Ibu


Jakarta

Saudara Nabi Ismail AS adalah Nabi Ishaq AS. Mereka saudara seayah beda ibu, ibu Nabi Ishaq AS adalah Siti Sarah sedangkan ibu Nabi Ismail AS adalah Siti Hajar. Ayah keduanya adalah Nabi Ibrahim AS.

Mengutip kitab Qashash al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Saefulloh MS, Nabi Ishaq AS lahir ketika Nabi Ibrahim dan Siti Sarah telah berumur lanjut. Kisah kelahirannya termaktub dalam Al-Qur’an surah As-Saffat ayat 112-113. Allah SWT berfirman,

وَبَشَّرْنٰهُ بِاِسْحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ


Artinya: “Kami telah memberinya kabar gembira tentang (akan dilahirkannya) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang saleh.” (QS As-Saffat: 112)

وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَّظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ مُبِيْنٌ ࣖ

Artinya: “Kami melimpahkan keberkahan kepadanya dan Ishaq. Sebagian keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.” (QS As-Saffat: 113)

Kisah Kelahiran Nabi Ishaq

Nabi Ishaq AS lahir di Kota Kan’an pada 1761 SM. Nabi Ishaq AS lahir 14 tahun setelah Nabi Ismail AS.

Kabar gembira kelahiran Nabi Ishaq AS disampaikan malaikat kepada Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah. Ketika itu, para malaikat mampir menemui Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah sebelum menuju kaum Nabi Luth AS. Mereka hendak menghancurkan kaum Nabi Luth AS karena kekafiran dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Kisah ini diceritakan pada Al-Qur’an surah Hud ayat 69-73.

Dikisahkan bahwa malaikat yang datang menyampaikan kabar baik ke Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah adalah Jibril, Mikail, dan Israfil. Mereka memperkenalkan diri kepada Nabi Ibrahim AS sembari menceritakan kezaliman kaum Nabi Luth AS.

Berikutnya, mereka juga menyampaikan kepada Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah bahwa keduanya akan dikaruniai anak. Terkejut, Siti Sarah berkata,

“Sungguh mengherankan! Mungkinkah aku akan melahirkan (anak) padahal aku sudah tua dan suamiku ini sudah renta? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” (QS Hud: 72)

Malaikat pun menjawab, “Apakah engkau merasa heran dengan ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah (yang) dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (QS Hud: 73)

Sosok Nabi Ishaq dan Kisah Kehidupannya

Dinukil dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ahmad Fatih, setelah diangkat menjadi nabi, Nabi Ishaq AS meneruskan dakwah Nabi Ibrahim AS di tanah Palestina. Beliau menyerukan kepada mereka untuk mengesakan Allah SWT, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mengerjakan kebajikan sesuai ajaran Islam.

Nabi Ishaq AS menikah dengan wanita asal Irak bernama Rifqah pada usia 40 tahun. Ternyata, Rifqah memiliki kondisi mandul sehingga mereka tidak dikaruniai anak dalam waktu yang lama.

Akan tetapi, Nabi Ishaq AS dan Rifqah tidak pernah menyerah untuk berdoa kepada Allah SWT. Akhirnya, dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, Nabi Ishaq AS dan Rifqah dikaruniai bayi laki-laki kembar. Kala itu, Nabi Ishaq AS berusia 60 tahun.

Bayi laki-laki kembar tersebut diberi nama Aishu dan Ya’qub. Kelak, Ya’qub akan meneruskan jalan ayah dan kakeknya menjadi seorang nabi. Kelahiran Ya’qub juga diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 72.

وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةً ۗوَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ

Artinya: “Kami juga menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishaq (anak) dan sebagai tambahan (Kami anugerahkan pula) Ya’qub (cucu). Masing-masing Kami jadikan orang yang saleh.”

Nabi Ishaq AS meninggal di usia 180 tahun dan dimakamkan di Gua Makhpela.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ayyub Lengkap yang Sabar Hadapi Ujian Hidup


Jakarta

Nabi Ayyub AS adalah seorang nabi yang dikaruniai harta berlimpah oleh Allah SWT. Namun, dengan harta yang berlimpah, Nabi Ayyub AS tidak pernah sekali saja merasa sombong.

Merangkum Kisah Nabi Ayyub oleh Yayat Sri Hayati, alkisah sekitar 1420-1540 SM, hiduplah Nabi Ayyub AS. Beliau ditugaskan Allah SWT untuk berdakwah di Haran, Syam.

Nabi Ayyub AS masih keturunan dari Nabi Ishaq AS dan ayahnya adalah seseorang yang kaya raya. Ayahnya memiliki peternakan serta perkebunan yang luas, dan saat ayahnya wafat, semua itu diwariskan ke Nabi Ayyub AS.


Meskipun hidup dengan limpahan karunia dari Allah SWT, tidak membuat Nabi Ayyub AS luput dari ujian dan cobaan. Merangkum buku Cerita Teladan 25 Nabi dan Rasul karya Iip Syarifah, berikut kisahnya.

Diuji Kekayaan Harta

Nabi Ayyub AS adalah keturunan orang kaya yang diwariskan ayahnya setelah wafat. Nabi Ayyub AS menikah dengan cucu Nabi Yusuf AS, Rahmah, mereka hidup bahagia dan dikaruniai banyak anak.

Karunia lainnya yang dianugerahi Allah SWT kepada Nabi Ayyub AS adalah hewan ternak yang banyak, kebun yang luas, taman-taman yang indah dan harta lainnya yang semakin melimpah. Selain harta, Nabi Yusuf AS juga dikaruniai kesehatan, istri yang salihah dan cantik, serta keturunan yang taat.

Hidup dengan harta yang banyak justru tidak membuat Nabi Ayyub AS lalai dan sombong, melainkan semakin banyak hartanya semakin dermawan beliau kepada orang lain. Semakin banyak karunia Allah SWT kepadanya, semakin taat Nabi Ayyub AS dan keluarganya kepada Allah SWT.

Akhlak mulia menghiasi diri Nabi Ayyub AS, sehingga Nabi Ayyub dihormati dan disukai banyak orang. Nabi Ayyub AS sangat paham jika kekayaan yang dititipkan Allah SWT kepadanya harus dipergunakan sesuai dengan ketentuan-Nya.

Diuji Kehilangan Anak dan Kesehatan

Iblis mulai mengancam Nabi Ayyub AS. Mulai dari ketika anak-anak Nabi Ayyub AS sedang berada di rumah saudaranya, iblis merobohkan rumah itu sehingga semua anak Nabi Ayyub AS meninggal.

Nabi Ayyub AS yang mendapat kabar jika semua anaknya sudah meninggal, menerimanya dengan sabar tenang. Beliau sangat yakin bahwa anak-anaknya adalah milik Allah SWT, jadi kapan pun Allah SWT dapat mengambilnya.

Iblis yang merasa gagal pada percobaan pertamanya kemudian memerintahkan anak buahnya untuk menaburkan benih-benih penyakit ke dalam tubuh Nabi Ayyub AS. Akibatnya, Nabi Ayyub AS menderita berbagai jenis penyakit hingga tubuhnya tampak semakin kurus, tenaganya semakin lemah dan wajahnya menjadi pucat.

Karena penyakit yang dideritanya, Nabi Ayyub AS dijauhi oleh orang-orang karena penyakit yang dideritanya dapat menular dengan cepat lewat sentuhan. Beliau terasingkan dan hanya istrinya yang menemani.

Iblis berencana menghasut istri Nabi Ayyub AS dengan menyamar sebagai teman dekat Nabi Ayyub AS. Iblis membanding-bandingkan kehidupan Nabi Ayyub AS yang lampau ketika masih kaya raya, sehat dan dihormati banyak orang dengan kondisi saat ini.

Setelahnya, Rahmah mendekati sang suami yang tengah kesakitan kemudian meminta Nabi Ayyub AS berdoa kepada Allah SWT agar dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang mereka alami. Dan Nabi Ayyub menjawab,

“Aku malu memohon kepada Allah untuk membebaskan kita dari kesengsaraan dan penderitaan ini. Padahal, kebahagiaan yang telah Allah berikan lebih lama. Jika engkau telah termakan hasutan dan bujukan iblis sehingga imanmu mulai menipis dan merasa kesal menerima takdir dan ketentuan Allah ini, tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dan kekuatan badanku pulih kembali. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan takdir-Nya.”

Doa Nabi Ayyub

Setelah ditinggalkan oleh istrinya, Nabi Ayyub AS tinggal seorang diri di rumahnya tidak ada yang menemani. Cobaan tersebut justru membuat kesabaran dan keimanan Nabi Ayyub AS semakin bertambah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Anas disebutkan bahwa Nabi Ayyub AS menjalani ujian tersebut selama 18 tahun.

Pada suatu hari, singgahlah pemikiran setan dibenaknya yang membisikkan untuk berhenti bersabar dan terus membisikkan keputusasaan. Pada akhirnya, Nabi Ayyub AS berhasil menghalau pikiran setan tersebut. Nabi Ayyub AS kemudian mengadu dan berdoa kepada Allah SWT:

وَاذْكُرْ عَبْدَنَآ اَيُّوْبَۘ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَابٍۗ

Artiya: Ingatlah hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah diganggu setan dengan penderitaan dan siksaan (rasa sakit).” (QS Sad: 41)

Setelah melewati masa-masa sulit, akhirnya Allah SWT menerima doa Nabi Ayyub AS yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman. Allah SWT berfirman:

اُرْكُضْ بِرِجْلِكَۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ

Artinya: “Entakkanlah kakimu (ke bumi)! Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” (QS Sad: 42)

Nabi AS Ayyub bergegas mandi dan minum dari air tersebut. Dengan izin Allah SWT, Nabi Ayyub langsung sembuh dari penyakitnya dan beliau terlihat lebih sehat serta kuat dari sebelumnya.

Pada saat yang sama, istri yang telah diusir dan meninggalkan beliau seorang diri merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya. Namun, ia hampir tidak mengenali Nabi Ayyub AS yang kini ada di hadapannya dengan Nabi Ayyub AS yang terakhir kali ia lihat sebelum pergi.

Rahmah langsung memeluk sang suami dan bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya. Allah SWT telah mengembalikan kesehatan suaminya, bahkan lebih baik dari sebelumnya.

Nabi Ayyub AS saat sakit telah bersumpah akan mencambuk istrinya 100 kali jika telah sembuh. Ia merasa wajib untuk melaksanakan sumpahnya, tetapi ia merasa kasihan kepada istrinya yang telah menunjukkan kesetiaan dan menemani dalam keadaan suka maupun duka.

Akhirnya, Allah SWT berfirman kepada Nabi Ayyub AS untuk memberikan jalan keluar terbaik,

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْۗ اِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًاۗ نِعْمَ الْعَبْدُۗ اِنَّهٗٓ اَوَّابٌ

Artinya: Ambillah dengan tanganmu seikat rumput, lalu pukullah (istrimu) dengannya dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia selalu kembali (kepada Allah dan sangat taat kepadanya). (QS Sad: 44)

Allah membalas kesabaran dan keteguhan iman Nabi Ayyub AS dengan memulihkan kesehatannya, mengembalikan kekayaan dan harta bendanya, kesabaran serta anak yang jumlahnya lebih banyak.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

Mengenal Istri-istri Nabi Ibrahim yang Melahirkan Para Nabi


Jakarta

Dalam sejarah besar umat Islam, kisah Nabi Ibrahim AS tidak bisa dipisahkan dari dua perempuan yang luar biasa yang begitu salihah, yakni Siti Sarah dan Siti Hajar. Keduanya bukan hanya istri dari seorang nabi besar, tetapi juga ibu dari para nabi yang menjadi penerang bagi umatnya.

Melalui Siti Sarah, lahir Nabi Ishaq AS yang kelak menurunkan Nabi Yakub AS dan para nabi kalangan bani Israil. Sementara itu, dari rahim Siti Hajar, lahir Nabi Ismail AS, leluhur Nabi Muhammad SAW yang membawa ajaran Islam untuk umat akhir zaman.

Berikut ini adalah kisah para istri Nabi Ibrahim yang begitu hebat dan salihah.


Kisah Siti Sarah dan Ketabahannya

Dalam buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi karya Rizem Aizid, diceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS bersama istri pertamanya, Siti Sarah, awalnya tinggal di Babilonia. Sarah dikenal sebagai wanita yang sangat cantik, baik dari segi fisik maupun akhlak dan budi pekertinya.

Sarah begitu taat kepada suaminya dan mengikuti ajarannya untuk beriman kepada Allah SWT. Namun, suatu hari, Sarah mengalami cobaan ketika memasuki wilayah Mesir karena kecantikannya yang mempesona.

Kecantikan Sarah yang luar biasa menarik perhatian Raja Mesir, yang berniat menjadikannya sebagai selir. Namun, berkat keimanan yang kokoh dan doa-doanya yang tulus, Sarah berhasil terhindar dari niat buruk sang raja.

Bahkan, Raja Mesir akhirnya mempersilakannya pulang dan memberikan hadiah berupa seorang budak bernama Hajar.

Seiring berjalannya waktu, Sarah semakin menua, namun belum juga dikaruniai keturunan oleh Allah SWT dari pernikahannya dengan Nabi Ibrahim AS. Dengan ikhlas dan atas petunjuk dari Allah SWT, Sarah kemudian menawarkan suaminya untuk menikahi Hajar dengan harapan mereka akan dianugerahi keturunan.

Sarah berkata kepada suaminya, “Wahai suamiku, kekasih Allah, inilah Hajar, aku serahkan dia kepadamu. Semoga Allah memberikan kita keturunan darinya.”

Akhirnya, Nabi Ibrahim AS menikah dengan Hajar, dan dari pernikahan tersebut, lahirlah putra pertama mereka yang diberi nama Ismail.

Dalam Buku Tafsir Qashashi Jilid IV: Umat Terdahulu, Tokoh, Wanita, Istri dan Putri Nabi Muhammad SAW karya Syofyan Hadi, dikisahkan bahwa Sarah telah menikah dengan Nabi Ibrahim AS selama 80 tahun namun belum juga dikaruniai anak.

Setelah Sarah memberikan izin kepada Ibrahim untuk menikahi Hajar yang kemudian melahirkan Ismail, barulah 12 tahun kemudian Sarah pun hamil.

Meskipun usianya sudah lanjut, Sarah akhirnya melahirkan seorang anak dari Nabi Ibrahim AS, yang diberi nama Ishaq. Nabi Ishaq AS juga menjadi hamba Allah SWT yang istimewa karena menjadi nabi yang menyiarkan ajaran Allah SWT kepada umatnya.

Kisah Siti Hajar dan Perjuangannya

Diceritakan dalam buku Spiritualitas Haji oleh Nur Kholis, setelah Nabi Ismail AS lahir dari Hajar, Sarah merasa khawatir dan cemburu. Sarah mulai merasa khawatir akan masa depannya dan sering menginginkan agar Nabi Ibrahim AS membawa Hajar pergi jauh dari kehidupannya.

Akhirnya, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membawa Hajar dan putra mereka, Ismail, ke tempat yang jauh dari Palestina, dan Nabi Ibrahim AS pun menjalankan perintah tersebut.

Setelah berminggu-minggu menempuh perjalanan melintasi padang pasir yang tandus, panas di siang hari, dan dingin di malam hari, mereka tiba di sebuah dataran rendah yang hanya memiliki satu pohon besar.

Di tempat itulah, Nabi Ibrahim AS meninggalkan istri dan anak yang sangat ia cintai, di sebuah lokasi terpencil yang jauh dari peradaban manusia. Kisah ini menandai awal mula munculnya mata air Zamzam, yang tidak akan pernah kering hingga akhir zaman.

Dalam Sejarah Terlengkap 25 Nabi, Rizem Aizid menceritakan bahwa setelah ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim AS, persediaan makanan dan perlengkapan Hajar dan anaknya mulai menipis, sehingga kehidupan mereka menjadi semakin sulit.

Kondisi ini semakin berat karena Nabi Ismail AS yang masih menyusu pada Hajar, mulai menangis terus-menerus karena kelaparan, sementara air susu Hajar semakin berkurang.

Mendengar tangisan Nabi Ismail AS yang menyayat hati, Hajar menjadi bingung, panik, dan cemas. Ia mencari-cari sesuatu yang bisa dimakan atau air yang bisa diminum dengan berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali, sambil memohon pertolongan kepada Allah SWT.

Allah SWT kemudian mengutus malaikat Jibril untuk menolong Hajar dan Ismail. Ketika Nabi Ismail AS menangis dan menghentakkan kakinya di atas pasir, muncullah sebuah mata air dari tempat tersebut.

Hajar sempat merasa takut karena kemunculan air itu disertai bunyi seperti suara binatang buas. Namun, ia segera menyadari bahwa itu adalah mata air yang mengalir deras, dan ia segera menampung air tersebut.

Ketika air ini muncul, Hajar mengucapkan kata, “Zamzam… Zamzam…” yang berarti “Berkumpul… Berkumpul.” Ini kemudian menjadi nama mata air Zamzam yang airnya tidak pernah kering hingga kini.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

3 Ujian Hidup yang Diberikan kepada Nabi Ayub AS yang Dijalani dengan Sabar


Jakarta

Nabi Ayub AS dikenal sebagai salah satu nabi yang memiliki kesabaran luar biasa dalam menghadapi ujian hidup. Ujian-ujian yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Ayub AS begitu berat, tapi beliau tetap tegar dan selalu berserah diri kepada-Nya.

Mulai dari kehilangan harta, kesehatan, hingga keluarga, Nabi Ayub AS tidak pernah mengeluh, melainkan terus memperkuat keimanannya. Kisah kesabaran Nabi Ayub AS menjadi pelajaran berharga bagi kita semua dalam menghadapi cobaan hidup.

Ingin tahu lebih dalam mengenai 3 ujian hidup yang diberikan kepada Nabi Ayub AS? Simak selengkapnya dalam artikel ini.


Silsilah Keluarga Nabi Ayub AS

Sebelum kita masuk membahas kisah hidup Nabi Ayub AS yang penuh dengan kesabaran dalam menghadapi ujian, ada baiknya kita mempelajari terlebih dahulu silsilah nasab beliau.

Menurut catatan dari Ibnu Ishaq dalam buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Kantor Da’wah Al-Sulay, Nabi Ayub AS memiliki nama lengkap Ayub bin Mush bin Razah bin Al-‘Ish bin Ishaq bin Ibrahim Al-Khalil.

Beliau merupakan keturunan dari garis besar Nabi Ibrahim AS, yang menunjukkan bahwa beliau termasuk dalam silsilah para nabi dan orang-orang yang diberkahi Allah SWT.

Dari sisi ibunya, Nabi Ayub AS berasal dari negeri Romawi dan merupakan cucu dari Nabi Luth AS, menjadikan beliau memiliki nasab yang mulia dari kedua orang tua.

Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa ayah Nabi Ayub AS adalah salah satu pengikut Nabi Ibrahim AS yang beriman, bahkan saat Nabi Ibrahim AS selamat dari kobaran api.

Dalam hal pernikahan, istri Nabi Ayub AS disebut bernama Laya binti Ya’qub, meskipun beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa istrinya adalah Rahmah binti Aqratism.

Silsilah ini memperkuat kedudukan Nabi Ayub AS sebagai seorang Nabi yang memiliki hubungan langsung dengan para Nabi besar lainnya, seperti Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ishaq AS.

Kisah Nabi Ayub AS yang Selalu Sabar Setiap Menghadapi Ujian

Nabi Ayub AS adalah seorang hamba Allah SWT yang dikenal kaya raya, memiliki banyak budak, ternak yang melimpah, serta tanah yang luas di Hauran. Tidak hanya kekayaan materi, Nabi Ayub AS juga dianugerahi banyak keturunan. Namun, semua itu tidak bertahan lama.

Allah SWT mengujinya dengan mengambil semua yang dimiliki, bahkan hingga dirinya sendiri terserang berbagai macam penyakit. Tubuhnya menjadi rusak, hanya menyisakan hati dan lisan yang masih digunakan untuk terus berdzikir mengingat Allah SWT.

Nabi Ayub AS menghadapi semua musibah ini dengan kesabaran yang luar biasa, tanpa keluhan, dan terus mengharapkan ridha-Nya.

Ujian yang dialami Nabi Ayub AS bukan hanya mengenai kehilangan materi dan kesehatan, tetapi juga cobaan sosial. Teman-temannya mulai menjauh, bahkan ia diusir dari kampung halamannya dan harus tinggal di luar desa dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Satu-satunya orang yang setia mendampinginya adalah istrinya, yang dengan penuh kasih sayang merawat dan memenuhi kebutuhan Nabi Ayub AS, meski keadaan mereka semakin sulit.

Waktu berlalu, harta mereka semakin menipis, dan Nabi Ayub AS harus bergantung sepenuhnya pada upah kerja istrinya. Istrinya bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Namun seiring waktu, semakin sedikit orang yang mau memberinya pekerjaan, khawatir penyakit Nabi Ayub AS menular kepada mereka.

Bahkan, pada satu titik, istri Nabi Ayub AS terpaksa menjual sebagian rambutnya untuk membeli makanan. Nabi Ayub AS tetap bersabar, meskipun mengetahui kesulitan yang dihadapi istrinya demi merawatnya.

Cobaan ini berlangsung selama bertahun-tahun, dengan beberapa pendapat ulama menyatakan antara 7 bulan hingga 18 tahun lamanya. Meski begitu, Nabi Ayub AS tidak pernah menyerah dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Kesabaran dan keimanannya kepada Allah SWT tetap teguh, menjadikannya sosok teladan yang patut dicontoh oleh umat Islam.

3 Ujian Hidup yang Diberikan Kepada Nabi Ayub AS

Nabi Ayub AS sebagai salah satu Nabi yang dikenal dengan kesabarannya, menjalani ujian yang sangat berat. Dari kehilangan harta, kesehatan, hingga anak-anaknya, Nabi Ayub AS tetap teguh dalam keimanan dan kesabarannya.

Berikut ini adalah 3 ujian hidup yang diberikan kepada Nabi Ayub AS.

1. Kehilangan Kekayaannya

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Nabi Ayub AS merupakan sosok yang sangat kaya raya. Beliau memiliki harta yang melimpah, ternak yang banyak, serta tanah yang luas di daerah Hauran. Namun, ujian dari Allah SWT datang dengan cara yang sangat berat bagi beliau.

Semua kekayaannya perlahan-lahan hilang. Seluruh hartanya lenyap. Sampai istrinya bahkan harus bekerja untuk mendapatkan makanan agar mereka bisa bertahan hidup.

2. Kehilangan Anggota Keluarganya

Nabi Ayub AS tidak hanya diuji dengan kehilangan harta benda, tetapi juga mengalami cobaan yang sangat berat dengan kehilangan anggota keluarganya.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Nabi Ayub AS adalah sosok yang diberkahi banyak keturunan. Namun, dalam ujian yang diberikan Allah SWT, beliau harus merelakan semua anak-anaknya yang wafat satu demi satu.

3. Kehilangan Kesehatannya

Nabi Ayub AS juga mengalami ujian berat dalam bentuk kehilangan kesehatannya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Nabi Ayub AS merupakan seorang Nabi diberkahi kesehatan yang sangat baik. Namun, Allah SWT menguji beliau dengan penyakit yang membuat seluruh tubuhnya menderita.

Tidak ada satu pun bagian dari tubuh Nabi Ayub AS yang terbebas dari penyakit, kecuali hatinya yang tetap dipenuhi iman dan lisannya yang senantiasa berzikir mengingat Allah SWT.

Penyakit yang diderita Nabi Ayub AS berlangsung lama dan begitu parah sehingga membuat orang-orang di sekitarnya menjauhinya. Bahkan, beliau diusir dari kampung halamannya karena dianggap tidak layak lagi untuk tinggal di tengah masyarakat.

Nabi Ayub AS Sembuh dari Penyakitnya

Berdasarkan riwayat yang pada sumber sebelumnya, diceritakan bahwa setelah menjalani berbagai ujian hidup yang sangat berat, Nabi Ayub AS akhirnya mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya.

Dalam surah Shad ayat 42, dijelaskan bahwa Allah SWT memberikan wahyu kepada Ayub dengan memerintahkan beliau untuk menghantamkan kakinya ke tanah. Dari tanah tersebut keluar air yang sejuk, yang berfungsi untuk mandi dan minum, dan air ini menjadi sarana penyembuhan bagi Nabi Ayub AS.

اُرْكُضْ بِرِجْلِكَۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ

Artinya: “(Allah berfirman,) “Entakkanlah kakimu (ke bumi)! Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.”

Setelah mandi dengan air tersebut, tubuh Nabi Ayub AS kembali sehat dan Allah SWT mengembalikan rupanya seperti sediakala. Ketika istrinya datang dan melihat sosok yang tampak rupawan, ia bahkan tidak mengenali suaminya sendiri. Lalu, ketika mengetahui bahwa pria yang tampak sehat itu adalah Nabi Ayub AS, ia pun sangat bersyukur kepada Allah SWT.

Dalam riwayat lain, diceritakan bahwa saat Nabi Ayub AS mandi, Allah SWT juga memberikan keberkahan dalam bentuk belalang emas yang jatuh di hadapannya, sebagai simbol kekayaan dan keberkahan yang diberikan kembali oleh Allah SWT. Meskipun begitu, Nabi Ayub AS tetap rendah hati dan mengatakan bahwa nikmat yang diberikan Allah SWT sudah sangat cukup.

Allah SWT tidak hanya menyembuhkan Nabi Ayub AS dari penyakitnya, tetapi juga mengembalikan semua kekayaan dan anggota keluarganya. Allah SWT berfirman kembali dalam surah Shad ayat 43 yang berbunyi,

وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرٰى لِاُولِى الْاَلْبَابِ

Artinya: “Kami anugerahkan (pula) kepadanya (Ayub) keluarganya dan (Kami lipat gandakan) jumlah mereka sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.”

Semua cobaan yang pernah dihadapi Nabi Ayub AS berakhir dengan penuh keberkahan, menunjukkan betapa pentingnya kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian hidup.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ishaq AS, Sosok Mulia dan Lemah Lembut dalam Berdakwah



Jakarta

Nabi Ishaq AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan anak dari Nabi Ibrahim AS dan saudara dari Nabi Ismail AS.

Menukil dari Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Ishaq AS lahir ketika Nabi Ibrahim AS berusia 100 tahun. Usianya terpaut 14 tahun dengan saudaranya, Ismail AS.

Ibu dari Nabi Ishaq AS adalah Siti Sarah yang kala itu berusia 90 tahun. Ia sangat gembira diberi kabar kelahiran Ishaq AS pada usianya yang telah senja.


Allah SWT berfirman dalam surah Ash-Shaffat ayat 112-113,

وَبَشَّرْنَٰهُ بِإِسْحَٰقَ نَبِيًّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ وَبَٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَىٰٓ إِسْحَٰقَ ۚ وَمِن ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ مُبِينٌ

Artinya: “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”

Dikisahkan dalam Al-Aabaa wal Abnaa fil Qur’anil Karim karya Adil Musthafa Abdul Halim yang diterjemahkan Abdul Hayyie al-Kattani dan Fithriah Wardie, kelahiran Nabi Ishaq AS sudah disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Siti Sarah dari jauh-jauh hari. Meski sebelumnya Siti Sarah sebelumnya dinyatakan mandul dan tidak dapat melahirkan seorang anak, atas kuasa Allah SWT ia dan Nabi Ibrahim AS dianugerahi Ishaq AS pada usianya yang sudah renta.

Sewaktu kecil, Nabi Ishaq AS sudah menunjukkan ciri kenabian. Akhlaknya sangat mulia dan gemar membantu orang-orang yang tidak mampu di sekitarnya.

Ishaq AS tumbuh menjadi lelaki jujur dan bertanggung jawab. Beliau juga membantu Ibrahim AS berdagang serta berdakwah ke negeri Syam.

Ketika berdakwah, Nabi Ishaq AS menyampaikannya dengan lemah lembut. Ia juga dikenal pandai memikat hati orang, bersikap ramah dan ajaran yang disampaikan terasa manfaatnya.

Menginjak usia dewasa, Nabi Ishaq AS menikah dengan wanita bernama Rifqah. 10 tahun usia pernikahan, mereka dianugerahi dua orang anak yaitu Aishu dan Ya’qub.

Sebagaimana diketahui, Ya’qub AS merupakan seorang nabi yang kelak berdakwah menyebarkan ajaran tauhid.

Nabi Ishaq AS wafat pada usia 180 tahun di Hebron, Palestina. Jenazah Ishaq AS dimakamkan bersama Nabi Ibrahim AS. Ya’qub AS dan Aishu-lah yang memakamkan jenazah Nabi Ishaq AS.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com