Tag Archives: nabi khidir

Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, Ada Pelajaran di Balik Kisahnya


Jakarta

Nabi dan Rasul adalah para utusan Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam. Jumlah mereka ada 25 dan memiliki kisahnya tersendiri.

Di antara 25 para Nabi, kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir memiliki cerita tersendiri. Berikut kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir

Dirangkum dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, nama lengkap Nabi Musa AS yaitu Musa bin Qahits bin Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi Musa AS lahir dari kalangan Bani Israil. Ketika beliau lahir, Bani Israil dikuasai oleh raja yang sangat zalim dan kejam yang bernama Raja Fir’aun.


Setelah Nabi Musa AS dan kaum Bani Israil selamat dari Fir’aun, Nabi Musa AS berpidato di hadapan mereka. Nabi Musa AS mengingatkan mereka atas nikmat-nikmat Allah SWT yang telah menyelamatkan dari kejaran Fir’aun, ungkap Mahmud asy-Syafrowi dalam buku Khidir As Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan Secepat Kilat.

Nabi Musa AS berrpidato dengan sangat fasih dan semangat. Beliau berkata, “Sungguh Allah telah berdialog langsung dengan nabi kalian, Dia telah memilihku untuk Diri-Nya, dan Dia telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya. Allah telah memberi kalian apa yang kalian minta. Maka, nabi kalian adalah manusia yang paling utama di muka bumi, sedangkan kalian semua telah membaca kitab Taurat.”

Setelah selesai berpidato dan beranjak pergi, Nabi Musa AS diikuti oleh seorang lelaki dari umatnya. Lelaki itu bertanya, “Wahai Nabi Allah, sungguh kami telah mengetahui apa yang telah engkau katakan. Lalu, adakah di muka bumi ini orang yang kiranya lebih alim dan lebih berpengetahuan dibandingkan dengan dirimu?”

Nabi Musa AS menjawab, “Tidak. Tak ada seorang yang lebih mengetahui Allah dan perintah-Nya daripadaku.” Beliau bergumam dalam hatinya dan menunjukkan kesombongan.

Nabi Musa AS juga tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah SWT. Hal tersebut mendapat celaan dari Allah SWT. Untuk menegur, menyadarkan, dan menunjukkan kelemahan Nabi Musa AS, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS agar berguru pada seorang hamba yang telah diberi rahmat oleh Allah SWT.

Nabi Musa AS bertanya kepada Allah SWT dimana dia dapat menemui hamba tersebut. Allah SWT memberikan wahyu padanya, “Pergilah ke lautan, bawalah serta seekor ikan yang telah mati di dalam sebuah keranjang selama masa pencarianmu, dan ketahuilah di mana kamu mendapati ikan itu tidak ada dalam keranjang. Di situlah tempat bertemunya dua lautan (majma’al bahrain), dan di situ pula tempat hamba yang saleh dan alim itu berada.”

Dalam buku Menguak Misteri Nabi Khidir karya Muhyiddin Abdul Hamid, Nabi Musa AS kemudian berangkat bersama muridnya mencari tempat yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepadanya. Setelah lama mencari, mereka heran karena ikan yang dibawa telah melepaskan diri. Kemudian Nabi Musa AS bertemu dengan Nabi Khidir AS ketika ia berhenti di sebuah batu besar.

Nabi Musa AS menyampaikan maksud tujuannya bertemu dengan Nabi Khidir AS. Kemudian Nabi Khidir mengatakan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” (QS Al Kahfi ayat 67-68)

Nabi Musa AS pun menjawabnya bahwa ia akan sabar. Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS berjalan menelusuri pantai dan menumpang sebuah bahtera.

Ketika mereka di bahtera tersebut, Nabi Musa AS heran karena Nabi Khidir AS mencabut sebagian papan bahtera. Padahal mereka menumpang secara cuma-cuma. Kemudian Nabi Khidir berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku.”

Kemudian, mereka keluar dari bahtera dan berjalan di tepi pantai. Nabi Khidir AS melihat seorang anak laki-laki yang sedang bermain bersama anak-anak yang lain. Nabi Khidir AS kemudian memegang dan melepaskan kepala anak kecil itu hingga ia mati.

Nabi Musa AS kembali bertanya mengapa Nabi Khidir AS membunuh jiwa yang bersih. Nabi Khidir AS berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku.”

Nabi Musa AS berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku.” Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS berjalan hingga sampai di sebuah negeri.

Mereka minta dijamu oleh penduduk negeri tersebut, namun penduduk tersebut tidak ingin menjamu mereka. Melihat dinding rumah yang hampir roboh, Nabi Khidir AS menegakan dinding itu.

Nabi Musa AS berkata, “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.” Nabi Khidir AS berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”

Al-Hasan Al-Bashry berkata, “Sesungguhnya harta yang tersimpan di bawah dinding tersebut (yang terdapat pada kisah Khidir) adalah berupa papan yang terbuat dair emas dan terdapat tulisan ‘Bismillahirrahmaanirrahiim’. Aku heran terhadap orang yang beriman dengan qadar, mengapa ia merasa sedih? Dan aku juga heran terhadap orang yang beriman dengan adanya kematian, mengapa merasa bangga? Dan aku merasa heran terhadap orang yang mengenal dunia dan perubahan apa yang di atasnya, bagaimana ia merasa tenang dengan dunia tersebut? Tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Wasiat Nabi Khidir kepada Nabi Musa Jelang Perpisahannya


Jakarta

Nabi Musa AS dikisahkan pernah bertemu Nabi Khidir AS dalam suatu perjalanan spiritualnya. Dalam perjumpaan itu, Nabi Khidir AS memberikan wasiat kepada Nabi Musa AS.

Nabi Khidir AS tidak termasuk dalam 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui umat Islam. Meski demikian, ada ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kisah pertemuannya dengan Nabi Musa AS dan ini diperjelas dalam sejumlah hadits.

Kisah tersebut turut diceritakan Imam Ibnu Katsir dalam kitab Qashash al-Anbiyaa yang diterjemahkan Umar Mujtahid. Dikatakan, Nabi Khidir AS berwasiat kepada Nabi Musa AS setelah mengatakan,


قَالَ هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَۚ سَاُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيْلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا ٧٨

Artinya: “Dia berkata, “Inilah (waktu) perpisahan antara aku dan engkau. Aku akan memberitahukan kepadamu makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.” (QS Al Kahfi: 78)

Saat Nabi Musa AS hendak berpisah dengan Nabi Khidir AS, ia berkata, “Beri aku wasiat.” Kemudian, Nabi Khidir AS memberikan wasiat kepadanya dengan berkata, “Jadilah orang yang berguna, dan jangan menjadi orang yang membahayakan, cerialah selalu dan jangan suka marah, tinggalkan gelombang dan jangan menempuh perjalanan yang tidak diperlukan.”

Ibnu Katsir menyandarkan hal ini dengan riwayat Al Baihaqi dari Abu Abdullah Al-Malathi. Dalam riwayat lain dikatakan, Nabi Khidir AS menambah nasihatnya dengan mengatakan, “Dan jangan marah, kecuali saat merasa kagum.”

Wahab bin Munabbih turut meriwayatkan bahwa Nabi Khidir AS berkata, “Wahai Musa! Di dunia, manusia disiksa sebatas pikiran mereka terhadap dunia.”

Adapun, Bisyr bin Harits Al Hafi mengatakan saat Nabi Musa AS meminta nasihat kepada Nabi Khidir AS, Nabi Khidir AS pun menasihati, “Semoga Allah memberikan kemudahan padamu untuk taat pada-Nya.”

Kisah Pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Khidir

Rasulullah SAW pernah menceritakan kisah pertemuan Nabi Musa AS dengan Nabi Khidir AS. Beliau bersabda,

“Saudaraku, Musa, berdoa, ‘Ya Rabb!’ Musa menyebutkan doa yang dimaksud, kemudian ia dihampiri Khidir, ia masih muda, harum aromanya, putih bajunya, dan lengannya dilipat. Khidir kemudian mengucapkan, ‘Assalaamu ‘alaika wa rahmatullah, wahai Musa bin Imran. Rabb-mu titip salam untukmu.’

Musa menjawab, ‘Huwas Saalam wa ilahis salaam (Ia Maha Pemberi keselamatan dan kepada-Nya juga keselamatan kembali), segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam, yang nikmat-nikmat-Nya tiada mampu kuhitung, dan tiada mampu aku mensyukurinya tanpa pertolongan-Nya’.”

Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya bahwa setelah itu Nabi Musa AS meminta nasihat kepada Nabi Khidir AS. Nabi Khidir AS pun memberikan nasihat tentang bagaimana semestinya manusia menjalani kehidupan di dunia.

Berikut penggalan nasihatnya,

Wahai penuntut ilmu! Orang yang berkata itu lebih sedikit merasa bosan daripada orang yang mendengar. Karenanya, janganlah engkau membuat teman-temanmu merasa bosan kala kau berbicara pada mereka. Ketahuilah! Hatimu adalah wadah, maka perhatikan isi yang kau masukkan dalam wadahmu itu. Jauhilah dunia dan lemparkan jauh ke belakangmu, karena dunia bukan tempat menetap bagimu, dunia hanya tempat untuk mencari rezeki sekedarnya, tempat mencari bekal untuk hari kiamat, relakan dirimu untuk bersabar, dan lepaskan diri dari dosa!

Kisah tersebut termuat dalam hadits marfu’ yang diriwayatkan Ibnu Asakir dari jalur Zakariya bin Yahya Al Waqqad. Sayangnya, kata Ibnu Katsir, Zakariya bin Yahya Al Waqqad termasuk salah seorang pendusta besar.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com