Tag Archives: nabi musa as

Dubes Palestina Ceritakan Sejarah Penjajahan Israel, Minta Rakyat Gaza Tak Lagi Dibunuh



Jakarta

Kemerdekaan Palestina menjadi salah satu hal yang terus diperjuangkan usai serangan udara pertama Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Sudah menjadi isu global, Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) September 2025 lalu mencatat 153 negara telah mengakui Palestina sebagai negara merdeka.

Indonesia menjadi salah satu negara yang menyampaikan pengakuan terhadap Palestina sebagai negara merdeka. Menanggapi hal tersebut, Duta Besar (Dubes) Palestina untuk RI HE Dr Zuhair Al-Shun mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada masyarakat dan pemerintah Indonesia atas dukungan, kebaikan, dan solidaritas masyarakat yang tak henti-hentinya,” tutur Dr Zuhair dalam acara pembukaan Festival Pengabdian Masyarakat 2025 di Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Rabu (1/10/2025).


“Kebaikan dan kekuatan menjunjung tinggi keadilan, kami sangat berterima kasih atas persahabatan dan dukungan ini,” sambungnya.

Dalam kesempatan itu, Dr Zuhair menegaskan meski sudah banyak negara yang mengakui kemerdekaan Palestina, pada nyatanya negara itu masih dijajah. Untuk itu, ia menceritakan sejarah penjajahan Israel dari matanya sebagai seorang masyarakat Palestina.

Sejarah Penjajahan Israel

Diceritakannya, Palestina adalah negara kecil sekitar 27.200 kilometer persegi. Populasi masyarakat di dalam dan luar Palestina hanyalah 16 juta jiwa, jauh lebih sedikit dibanding Jakarta.

Tetapi, negara ini istimewa karena disebut dengan “Holy Land” atau “Tanah Suci” di kitab umat Muslim, Kristen, atau keyakinan lainnya. Keistimewaan ini membuat banyak negara mencoba menyerang dan menguasai Palestina, tetapi semuanya telah gagal dan dikalahkan hingga akhirnya Israel datang.

“Terakhir, yaitu pendudukan Israel. Sekarang, sekitar 77 tahun setelah mandat Inggris (tentang kedatangan Israel), kita menderita. Kami menderita karena pendudukan yang berbeda, penjajahan ini datang untuk merampas tanah kami dan memaksa orang-orang meninggalkan tanah kami,” ungkapnya.

Jika bicara tentang Palestina, Dr Zuhair menyebut negara itu punya satu kota besar, yakni Yerusalem. Tetapi, kota itu kini telah dikuasai Israel dan negara itu terus mendorong lebih banyak umat Yahudi datang agar menciptakan mayoritas di wilayah tersebut.

Menurutnya, Yerusalem adalah kota yang sangat istimewa untuk semua umat, baik Muslim, Kristen dan Yahudi. Seluruh umat dari berbagai keyakinan tidak bisa mengabaikan sebuah pesan dari Tuhan kepada Nabi Musa AS.

Kala itu, Nabi Musa AS meminta kaumnya untuk masuk ke Yerusalem, tetapi mereka menolak. Alasannya, karena di sana ada komunitas kuat yang dikenal sebagai orang Kanaan, orang Palestina.

“Inilah sejarahnya, tak seorang pun bisa mengabaikannya, tak seorangpun bisa menutupi kenyataan. Palestina untuk orang Palestina, sebagaimana Indonesia untuk orang Indonesia,” tegasnya.

Tetapi pendudukan Israel di Palestina didukung oleh banyak pihak, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa lainnya. Zuhair menyatakan Israel seharusnya didirikan di Uganda, Yunani, Serbia, Federasi Rusia, atau Amerika Latin.

Meski sudah punya banyak saran lokasi bagi masyarakat Israel, pemimpin Syiriza menolaknya dan mereka memilih Palestina. Palestina adalah titik pertemuan antara Asia, Afrika, dan Eropa.

Lokasi yang strategis menjadi alasan mengapa wilayah ini harus dikontrol, menurut Zuhair. Untuk itu, inilah alasan mengapa pemerintah Amerika mendukung Israel dan bekerja bersama dengannya.

Minta Rakyat Gaza Tak Lagi Dibunuh

Zuhair mau tak mau menerima kenyataan apabila Presiden Donald Trump menjadi orang nomor satu yang mendukung Israel. Baginya, AS tidak ada di jajaran yang mendukung Palestina, muslim, atau negara-negara Arab.

“Itulah sebabnya tidak ada keadilan sama sekali. Amerika menggunakan veto enam bagian untuk menghentikan pembunuhan di Gaza, membunuh rakyat. Veto untuk menghentikan resolusi 14 negara. Mengapa?,” tanyanya.

Kini, dengan tegas ia menyatakan Palestina tidak merekomendasikan untuk menghancurkan Israel. Ia dan rakyat Palestina hanya terus berjuang untuk menghentikan pembunuhan bagi rakyat Gaza.

“Pembunuhan itu masih terjadi sampai sekarang, mungkin sekarang lima orang terbunuh atau sepuluh atau lebih dan ini seperti lingkaran dan tidak ada yang peduli,” tandasnya.

(det/nah)



Sumber : www.detik.com

Sejarah Zakat di Periode Pra-Kenabian Rasulullah SAW



Yogyakarta

Zakat merupakan salah satu kewajiban yang telah disyariatkan dari beberapa nabi sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Di luar syariat yang diturunkan kepada Rasulullah SAW beserta umatnya, zakat sebenarnya telah disyariatkan kepada umat terdahulu yang hidup jauh sebelum Rasulullah SAW diutus ke muka bumi.

Dilansir dari buku Zakat dalam Islam: Menelisik Aspek Historis, Sosiologis, dan Yuridis karya Khairuddin, kewajiban zakat telah disyariatkan kepada para nabi dan rasul terdahulu, di antaranya Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as.


Bahkan, di masa Bani Israil atau umat Nabi Musa as., perintah menunaikan zakat telah disyariatkan. Demikian pula kepada umat Nabi Isa as., Ahli kitab diperintahkan untuk menunaikan zakat sebagai salah satu instrumen agama yang lurus.

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah SWT dulunya mensyariatkan zakat kepada Nabi Ibrahim, kemudian diteruskan kepada anaknya. Selanjutnya diteruskan lagi kepada Nabi Musa atas Bani Israil, Nabi Isa, serta Ahli Kitab dan masing-masing umat mereka.

Sejarah Zakat di Periode Pra-Kenabian

1. Nabi Ibrahim dan Keturunannya

Sejarah zakat di periode pra-kenabian disyariatkan kepada Nabi Ibrahim, lalu diteruskan kepada anaknya. Hal ini dijelaskan melalui Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 73, Allah SWT berfirman:

وَجَعَلْنَٰهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ ٱلْخَيْرَٰتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّكَوٰةِ ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا عَٰبِدِينَ

Artinya: “Kami wahyukan kepada mereka untuk mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.” (QS Al-Anbiya’: 73).

2. Nabi Ismail

Selanjutnya, perintah menunaikan zakat disyariatkan kepada Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim as. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 54-55, Allah SWT berfirman:

وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِسْمَٰعِيلَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا. وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُۥ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِۦ مَرْضِيًّا

Artinya: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk sholat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seseorang yang diridhai di sisi Tuhannya.” (QS Maryam: 54-55).

3. Nabi Musa, Kaum Yahudi, dan Bani Israil

Kepada Nabi Musa as. dan kaum yahudi atau Bani Israil, Allah SWT telah mensyariatkan perintah zakat. Bahkan, zakat dijadikan sebagai isi perjanjian yang mengikat mereka dengan Allah SWT. Hal tersebut termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 83 dan surat Al Maidah ayat 12. Dalam surat Al-Baqarah, Allah SWT berfirman:

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu) janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat, kemudian kami tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS Al-Baqarah: 83).

Selanjutnya, dalam surat al-Maidah ayat 12 Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ ٱثْنَىْ عَشَرَ نَقِيبًا ۖ وَقَالَ ٱللَّهُ إِنِّى مَعَكُمْ ۖ لَئِنْ أَقَمْتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَيْتُمُ ٱلزَّكَوٰةَ وَءَامَنتُم بِرُسُلِى وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّأُكَفِّرَنَّ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۚ فَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ

Artinya: “Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS Al-Maidah: 5).

4. Umat Nabi Isa

Dahulu, umat Nabi Isa as. pun memiliki kewajiban untuk menunaikan zakat, sebagaimana perkataan beliau yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 31:

وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

Artinya: “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS Maryam: 31).

5. Perintah kepada Ahli Kitab

Dalam Al-Qur’an surat Al-Bayyinah ayat 5, dijelaskan bahwa Ahli Kitab juga dikenai kewajiban zakat, Allah SWT berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Dengan demikian, itulah sejarah zakat di periode pra-kenabian Muhammad SAW. Saat memasuki periode kenabian, zakat sudah disyariatkan sejak Rasulullah SAW tinggal di Makkah, tetapi sifatnya masih sangat umum. Setelah hijrahnya Nabi SAW ke Madinah, syariat zakat semakin lengkap dan menjadi kewajiban umat Islam hingga masa kini.

Nah, bagi detikers yang ingin membayar zakat juga bisa cek hitungannya di Kalkulator Zakat DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Tongkat Nabi Musa, Mukjizat yang Bisa Berubah Menjadi Ular



Jakarta

Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi Musa berupa sebuah tongkat. Tongkat ini bisa berubah menjadi ular atas kehendak Allah SWT.

Salah sattu kisah yang menakjubkan tentang mukjizat Nabi Musa AS adalah ketika berhadapan dengan para tukang sihir Firaun. Nabi Musa melemparkan tongkat miliknya yang kemudian berubah menjadi seekor ular.

Kisah ini begitu terkenal dan bahkan terbilang istimewa karena tercatat dalam beberapa ayat Al-Qur’an yakni Surah Al-Qashash ayat 31, Surah An-Nam ayat 10-11, dan Surah Thaha ayat 17-21.


Tongkat yang Berubah Menjadi Ular

Dalam buku Hewan-Hewan yang Disebutkan dalam Al-Qur’an yang Mulia dan As-Sunnah yang Shahih oleh Zaki Yamani, disebutkan bahwa ular menjadi salah satu hewan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Adapun penyebutannya ada dalam kisah Nabi Musa AS.

Kisah Nabi Musa AS bertemu dengan Firaun dan para tukang sihirnya dari sikap Firaun yang sangat sombong sebagai orang yang telah membesarkan Musa, maka Firaun mendustakan ayat-ayat yang dibawa oleh Musa dari sisi Rabbnya serta menuduhnya telah melakukan sihir.

Firaun pun menantang Musa, maka Musa berkata kepadanya, “…. Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalan naik.) (dalam Al Qur’an Surat Thaha Ayat 59)

Firaun segera menyebar pasukannya mencari tukang sihir yang andal di seluruh pelosok negeri Mesir. Tak lama, terkumpullah puluhan ahli sihir yang terpandai di negeri itu. Pada hari yang telah disepakati itu, para tukang sihir pun datang membawa perlengkapan sihir mereka.

Musa tampil dengan menasihati dan mengingatkan dengan keras kepada mereka agar tidak membiasakan diri dengan perbuatan sihir. Para ahli sihir bermusyawarah dan sepakat untuk melayani Musa dengan pertarungan.

Mereka melemparkan tali dan tongkat, lalu mengelabui mata orang-orang dengan sihir. Lantas masing-masing dari tukang sihir itu melemparkan apa yang mereka pegang berupa tali-tali dan tongkat-tongkat mereka.

Tiba-tiba tongkat dan tali tersebut seolah berubah menjadi ular seperti gunung yang memenuhi lembah. Dan ular-ular itu kemudian saling tumpang tindih satu sama lain.

Bukti Kebesaran dan Kuasa Allah

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Qasas ayat 31:

وَاَنْ اَلْقِ عَصَاكَ ۗفَلَمَّا رَاٰهَا تَهْتَزُّ كَاَنَّهَا جَاۤنٌّ وَّلّٰى مُدْبِرًا وَّلَمْ يُعَقِّبْۗ يٰمُوْسٰىٓ اَقْبِلْ وَلَا تَخَفْۗ اِنَّكَ مِنَ الْاٰمِنِيْنَ

Artinya: Lemparkanlah tongkatmu!” Maka, ketika dia (Musa) melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular kecil yang gesit, dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Allah berfirman,) “Wahai Musa, kemarilah dan jangan takut! Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang aman.

Al Hafidz Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anil Adzhiem menjelaskan tentang kisah Mukjizat Nabi Musa AS yang melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular besar di hadapan para tukang sihir Firaun, “Ini merupakan bukti dari Allah bagi Nabi Musa AS, sebagai mukjizat yang besar, di luar kebiasaan lagi nyata, yang menunjukkan bahwasannya tidak ada yang mampu melakukan hal tersebut kecuali hanya Allah dan bahwasannya tidak ada yang membawanya kecuali Nabi yang diutus.

Allah memberi perintah kepada Nabi Musa AS agar ia melempar tongkatnya, maka tiba-tiba tongkat itu menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Ketika Firaun melihat ular itu berjalan menuju dirinya, ia segera melompat dari singgasananya dan lari minta tolong kepada Nabi Musa AS untuk mencegahnya.

Setelah menyaksikan hal itu, maka Nabi Musa AS berbalik tanpa melihat lagi ke belakang, kemudian ia pergi tanpa memperdulikan keadaan Firaun. Nabi Musa tidak menoleh ke belakang karena menghindari adanya bahaya.

Mukjizat Nabi Musa AS telah membuat mata para tukang sihir terbelalak dan kebingungan sebab sihir yang mereka bangga-banggakan selama ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan Nabi Musa AS.

Mereka pun menyadari bahwa apa yang dilakukan Nabi Musa AS bukanlah jenis sihir seperti yang biasa mereka perbuat, melainkan terjadi karena kehendak Allah SWT. Seketika itu para ahli sihir mengetahui bahwa yang dibawa oleh Nabi Musa AS bukanlah sihir.

Mereka pun bersujud dan berkata, “Kami beriman kepada Rabb semesta alam, Rabb Musa dan Harun) (dari Al Qur’an Surat Asy Syua’ra Ayat 47-48).

Hamka dalam Tafsir al-Azhar Jilid 5 menuliskan bahwa ketika itu Firaun sangat murka karena kekalahan tersebut. Para tukang sihir itu bukannya merasa malu tetapi justru menyatakan keimanannya. Bahkan mereka sudah tidak memedulikan amarah Firaun lagi.

Kisah ini dilanjutkan dalam firman Allah pada Al-Qur’an Surat An-Naml Ayat 10.

يٰمُوْسٰٓى اِنَّهٗٓ اَنَا اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Artinya: (Allah berfirman,) “Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Hal ini membuktikan bahwa kuasa Allah lebih besar dan tiada tandingnya. Sihir-sihir yang dilakukan oleh pesuruh Firaun tersebut hanya tipu daya syaitan yang tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan Allah.

Diharamkannya Ilmu Sihir

Dari kisah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Nabi Musa AS pada dasarnya tidak mengetahui tentang mukjizat yang diberikan Allah kecuali setelah diwahyukan. Hal ini diketahui berdasarkan sikap Nabi Musa AS yang terkejut dan ketakutan ketika tongkatnya berubah menjadi ular yang besar dan khawatir ular tersebut akan menyerang dirinya.

Inilah yang kemudian menjadi pembeda antara mukjizat dengan sihir. Mukjizat terlihat sangat nyata akan tetapi sihir termasuk dalam tipuan yang memberikan ilusi pada penglihatan mata sehingga menjadi seakan-akan melihat sesuatu padahal hakikatnya tidak.

Mukjizat berasal dari Allah SWT secara langsung apabila Ia berkehendak dan hanya ditujukan sebagai bentuk pemuliaan terhadap Nabi-Nya, lain halnya dengan sihir yang berasal dari bisikan syaitan.

Dalam Al-Qur’an Surat Al Isra Ayat 88, Allah berfirman:

قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا

Artinya: Katakanlah, “Sungguh, jika manusia dan jin berkumpul untuk mendatangkan yang serupa dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat mendatangkan yang serupa dengannya, sekalipun mereka membantu satu sama lainnya.”

Demikian kisah dari tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular untuk membuktikan kuasa Allah kepada Firaun dan para tukang sihir. Semoga kisah ini dapat mengajarkan kita semua untuk semakin tunduk dan patuh kepada perintah-Nya

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kala Nabi Musa Salahkan Nabi Adam karena Dikeluarkan dari Surga



Jakarta

Allah SWT mengeluarkan Nabi Adam AS dari surga hingga akhirnya seluruh anak keturunan Nabi Adam AS hidup di bumi. Menurut sebuah riwayat, Nabi Musa AS pernah menyalahkan Nabi Adam AS terkait hal ini.

Hal tersebut diceritakan Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Qashash Al-Anbiyaa’ dengan bersandar pada riwayat yang berasal dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda,

“Musa AS pernah mendebat Adam AS. Musa berkata kepada Adam, ‘Engkau telah mengeluarkan manusia dari surga hingga membuat mereka sengsara karena kesalahanmu.’ Adam menjawab, ‘Wahai Musa, engkau telah dipilih Allah dengan risalah dan kalam-Nya. Apakah engkau mencela diriku atas suatu hal yang telah ditulis Allah sebelum Dia menciptakan aku atau yang telah ditakdirkan Allah terhadap diriku sebelum Dia menciptakan aku?'” Rasulullah SAW bersabda, “Maka Adam dapat membantah argumentasi Musa.” (HR Bukhari)


Imam Muslim turut mengeluarkan riwayat tersebut. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits itu dari az-Zuhri, dari Hamid bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW.

Sementara itu, Imam Ahmad meriwayatkan dari A’masyi, dari Abu Salih, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda,

“Adam dan Musa pernah saling berdebat. Musa berkata kepada Adam, ‘Wahai Adam, engkau telah diciptakan Allah dengan tangan-Nya sendiri. Dia telah meniupkan roh-Nya ke dalam dirimu. Namun, engkau telah menyesatkan manusia dan mengeluarkan mereka dari surga.”

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Adam menjawab, ‘Adapun engkau Musa telah dipilih Allah dengan kalam-Nya. Apakah engkau mencela diriku atas suatu perbuatan yang tidak aku kerjakan? Padahal, Allah telah menetapkan hal itu atas diriku sebelum Dia menciptakan langit dan bumi?'” Beliau bersabda, “Akhirnya, Adam pun dapat membantah argumentasi Musa.” (HR Ahmad)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan redaksi yang lebih panjang. Dalam riwayat tersebut, Nabi Adam AS membantah argumentasi Nabi Musa AS dengan menanyakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepadanya, yakni Kitab Taurat.

Dikeluarkannya Nabi Adam AS dari surga termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 36. Allah SWT berfirman,

فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ

Artinya: ‘Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”

Menurut hadits yang terdapat dalam Kitab Shahih Muslim, peristiwa tersebut terjadi pada hari Jumat. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau dikeluarkan dari surga.” (HR Muslim)

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Mukjizat Nabi Musa yang Kisahnya Diterangkan dalam Al-Qur’an



Jakarta

Nabi Musa AS merupakan salah satu dari nabi yang perlu kita Imani dan kita pelajari. Nabi Musa AS termasuk ke dalam Ulul Azmi yang artinya memiliki mukjizat melalui kehendak Allah SWT.

Bisa dikatakan bahwa Nabi Musa AS adalah nabi dengan mukjizat yang banyak dan terkenal. Salah satu kisah mukjizatnya yang tersohor adalah ketika beliau membelah laut merah untuk menenggelamkan Firaun atas kehendak Allah SWT.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut adalah mukjizat dari Nabi Musa AS yang dikisahkan oleh Allah SWT melalui firmanNya dalam surah Al-Qur’an, yaitu:


Mukjizat Nabi Musa AS

1. Membelah Laut Merah

Mengenai mukjizat ini dijelaskan Allah SWT melalui firmanNya dalam Al-Qur’an Surah Taha ayat 77-79, bunyinya:

وَلَقَدْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًاۙ لَّا تَخٰفُ دَرَكًا وَّلَا تَخْشٰى(77

فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهٖ فَغَشِيَهُمْ مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ(78 ۗ

وَاَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهٗ وَمَا هَدٰى(79

Artinya: “Sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, “Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari dan pukullah laut itu untuk menjadi jalan yang kering bagi mereka tanpa rasa takut akan tersusul dan tanpa rasa khawatir (akan tenggelam).” Fir’aun dengan bala tentaranya lalu mengejar mereka (Musa dan pengikutnya), tetapi mereka (Fir’aun dengan bala tentaranya) digulung ombak laut (yang dahsyat) sehingga menenggelamkan mereka. Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi (mereka) petunjuk.” (QS. Taha: 77-79)

2. Diturunkan Kitab Taurat

Menurut Tafsir Quran Kemenag, Allah SWT menjelaskan bahwa Islam sebagai jalan kebenaran yang harus diikuti bukanlah sesuatu yang baru, tetapi telah dibawa oleh para nabi terdahulu, antara lain adalah Nabi Musa AS. Berikut ayatnya:

ثُمَّ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ تَمَامًا عَلَى الَّذِيْٓ اَحْسَنَ وَتَفْصِيْلًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لَّعَلَّهُمْ بِلِقَاۤءِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ(154 ࣖ

Artinya: “Kemudian, Kami telah menganugerahkan kepada Musa Kitab (Taurat) untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, menjelaskan secara rinci segala sesuatu, serta memberi petunjuk dan rahmat agar mereka beriman kepada pertemuan dengan Tuhannya.” (QS. Al-An’am: 154)

3. Air Keluar Melalui Pukulan Tongkatnya

Mukjizat ini dikisahkan Allah SWT melalui firmanNya dalam Surah Al-Baqarah ayat 60, yaitu:

۞ وَاِذِ اسْتَسْقٰى مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۗ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۗ قَدْ عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۗ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا مِنْ رِّزْقِ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ(60

Artinya: “(Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al-Baqarah: 60)

4. Tangan Nabi Musa AS Memancarkan Cahaya

Melalui Tafsir Quran Kemenag, dikisahkan Firaun meminta bukti yang lain, dan dia Nabi Musa AS mengeluarkan tangannya dari dalam lubang leher bajunya, tiba-tiba tangan yang sebelumnya berwarna hitam sesuai warna kulitnya yang kehitam-hitaman, menjadi bercahaya putih gemerlapan, yang tampak jelas bagi orang-orang yang melihatnya ketika itu, bukan karena belang atau penyakit, tetapi putih karena sangat bercahaya.

Hal ini dikisahkan melalui Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 108, yaitu:

وَّنَزَعَ يَدَهٗ فَاِذَا هِيَ بَيْضَاۤءُ لِلنّٰظِرِيْنَ(108 ࣖ

Artinya: “Dia menarik tangannya, tiba-tiba ia (tangan itu) menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihat(-nya).” (QS. Al-A’raf: 108)

5. Tongkat Berubah Menjadi Ular

Mukjizat ini dikehendaki oleh Allah SWT ketika Nabi Musa AS melawan penyihir kerajaan milik firaun. Seperti dikisahkan dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 107, bunyinya:

فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌ(107 ۖ

Artinya: “Maka, dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia (tongkat itu) menjadi ular besar yang nyata.” (QS. Al-A’raf: 107)

Melalui tafsir quran kemenag dikisahkan bahwa Nabi Musa AS melemparkan tongkatnya yang ada di tangan kanan ke hadapan firaun dan kaumnya. Seketika, tongkat tersebut melalui kekuasaan Allah SWT berubah menjadi ular raksasa yang bergerak dengan sangat cepat yang terlihat dengan mata kepala secara jelas.

6. Tanda-tanda yang diberikan Allah SWT kepada Umat Firaun

Dilansir melalui Tafsir Qashashi Jilid II: Nabi Yusuf AS dan Nabi Musa AS karya Syofyan Hadi melalui Surah Al-Baqarah: 63 & 93 serta An-Nisa: 154 dikisahkahkan, yaitu:

Allah SWT menurunkan tujuh tanda sebagai bentuk bencana kepada mereka sebelum kehancuran firaun. Tujuh tanda itu adalah:

  • Datang angin topan yang menghancurkan
  • Muncul gerombolan belalang yang menghabisi
  • Muncul kutu yang membuat tidak bisa tidur
  • Muncul katak yang mengganggu makanan mereka
  • Air minum bercampur dengan darah, tidak bisa dikonsumsi
  • Terangkatnya bukit Thursina di atas kepala mereka sebagai saksi sumpah setia mereka

Itulah mukjizat yang menjadi kelebihan Nabi Musa AS yang diberikan oleh Allah SWT.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Saat Nabi Musa Dirawat Istri Fir’aun yang Dijamin Masuk Surga



Jakarta

Nabi yang dirawat oleh istri Fir’aun, Asiyah, di dalam istananya adalah Nabi Musa AS. Dikisahkan, Nabi Musa tidak dirawat langsung oleh ibu kandungnya. Hal ini, dikutip dari buku Cerita Terbaik 25 Nabi & Rasul karangan Wirawan Sukarwo, dilatarbelakangi dari kepemimpinan Fir’aun kepada Bani Israil yang kejam.

Awal Mula Nabi Musa Dirawat Istri Fir’aun

Bayi laki-laki yang dilahirkan pada tahun tertentu akan dibunuh, seperti satu tahun dibunuh, berikutnya tidak dan begitu seterusnya. Nabi Musa AS lahir bertepatan dengan tahun pembunuhan untuk semua bayi Bani Israil.

Hal ini membuat ibu Nabi Musa kebingungan. Sebelumnya, saudara Nabi Musa yaitu Harun sudah lahir di tahun sebelumnya sehingga berhasil selamat.


Melihat kebingungan ibunda Nabi Musa, Allah SWT memberikan petunjuk agar bunda Nabi Musa AS ini menghanyutkan beliau di sebuah peti kayu di Sungai Nil. Atas kehendak Allah SWT, istri Fir’aun menemukan peti kayu tersebut dan langsung membawanya masuk ke istana.

Ketika dibuka, alangkah senangnya istri Fir’aun bahwa di situ terdapat bayi yang tampan. Ia telah mendambakan untuk memiliki keturunan sejak sekian lama.

Fir’aun yang selalu bersikap kasar merasa tersentuh karena kebahagiaan yang dipancarkan oleh istrinya itu. Sudah lama ia tidak melihat senyuman dari istrinya, dengan alasan ini ia mengizinkan bayi peti kayu itu dirawat oleh istrinya.

Namun, Nabi Musa kecil tidak lama kemudian mulai kehausan dan menangis. Hal ini lantaran tidak ada satupun wanita yang bisa menyusui Nabi Musa sekaligus membuatnya berhenti menangis.

Pada momen tersebut, Allah SWT menyampaikan pesan kepada ibunda Nabi Musa untuk mengutus orang agar pergi ke istana. Tujuannya orang tersebut menawarkan ibu Nabi Musa agar bisa menyusui Nabi Musa kecil.

Singkat cerita, melalui utusan dan dialog yang cukup panjang, ibunda Nabi Musa berhasil masuk istana Fir’aun dan menyusui anaknya. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan semua penghuni istana bahwa yang menyusui dan menenangkan Nabi Musa adalah ibunya sendiri.

Itulah kisah semasa Nabi Musa kecil yang dirawat oleh istana Fir’aun khususnya dari Asiyah istri Fir’aun.

Istri Fir’aun yang Dijamin Surga

Asiyah, wanita yang merawat Nabi Musa, merupakan salah satu dari empat wanita yang keberadaannya di surga telah dijamin oleh Allah SWT meskipun ia memiliki suami sekejam Fir’aun. Dalam sebuah hadits dijelaskan,

أَفْضَلُ نِسَاء أَهْلِ الْجَنَّةِ خَدِيجَةُ بِنْتُ حُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَآسِيَةً بِنْتُ مُرَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ

Artinya: “Sebaik-baik wanita penghuni surga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim alias istri Fir’aun.” (HR An-Nasa’i)

Selain riwayat ini, penyebutan nama Asiyah secara langsung kurang dapat ditemui di dalam Al-Qur’an melainkan secara tersirat. Diabadikan oleh Allah SWT melalui firman-Nya bahwa Asiyah tetap berpegang teguh pada pendirian dan imannya meskipun mendapatkan berbagai tekanan oleh Fir’aun.

Keterangan diatas terdapat pada Al-Qur’an Surah At-Thamrin ayat 11, yaitu:

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ١٢

Artinya: “Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, yaitu istri Fir’aun (Asiyah), ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan juga selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.””

Dikutip dari tafsir Quran Kemenag bahwa dalam ayat ini dijelaskan oleh Allah SWT perumpamaan orang yang beriman dan hubungannya dengan orang kafir. Orang kafir tidak akan membahayakan sedikitpun terhadap orang mukmin kalau diri mereka murni dan suci.

Sebagai perumpamaan, disebutkan bahwa Asiyah yang merupakan istri Fir’aun yang kafir sekaligus musuh berbahaya Allah SWT selalu teguh seraya memohon dan berdoa seperti di ayat tersebut yaitu, “Ya Tuhanku! Bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”

Itulah pembahasan kali ini mengenai Nabi Musa yang dirawat oleh Asiyah yang merupakan istri Fir’aun. Semoga kita selalu diberi keteguhan dan petunjuk oleh-Nya dan termasuk orang-orang yang selalu mengikuti ajaran-Nya ya, detikers!

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Nabi Musa AS yang Pemalu dan Sangat Setia



Jakarta

Nabi Musa AS memiliki seorang istri yang bernama Shafura. Ia merupakan perempuan yang pemalu lagi setia hatinya. Dirinya tidak segan dan mundur ketika harus berjuang dengan suaminya, sedangkan dirinya masih dalam keadaan mengandung.

Kisah Shafura RA ini diabadikan dalam sebuah buku yang berjudul 29 Kisah Istri yang Dijamin Masuk Surga yang ditulis oleh Laila Ummul Janan. Berikut kisah istri Nabi Musa AS selengkapnya.

Pada suatu hari, Nabi Musa AS mendatangi sebuah kota yang sangat sepi. Di sana tidak ada seorang penduduk pun yang melakukan aktivitas.


Di tengah sunyinya kota tersebut, Nabi Musa AS mendengar ada orang yang sedang berselisih. Ia pun segera mendatangi sumber suara tersebut. Ternyata orang yang berselisih tadi adalah dari kaum Bani Israil, kaumnya sendiri, dan kaum Firaun.

Kaum Nabi Musa AS tadi langsung meminta pertolongan kepadanya. Saat itu juga Nabi Musa AS memukul pengikut Firaun hingga tewas.

Melihat orang tersebut tewas tak berdaya, ia pun terkejut karena ia tidak bermaksud untuk membunuhnya. Maka dari itu, Nabi Musa AS langsung bertobat dan meminta ampun kepada Allah SWT.

“Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah diriku…” (QS Al-Qashash: 16)

Beberapa hari kemudian, Nabi Musa AS menemui hal yang sama terulang kembali. Nabi Musa AS pun ingin kembali menolong kaumnya yang sesat itu. Tetapi lawannya berkata,

“Apakah engkau bermaksud membunuhku sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini (Mesir), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” (QS Al-Qashash: 19)

Setelah itu, ada kabar miring mengenai Nabi Musa AS yang tersebar ke seluruh penjuru Mesir. Dirinya pun menjadi “buronan” para algojo Firaun.

Tak lama, datanglah seorang lelaki yang menyarankan Nabi Musa AS untuk segera pergi dari Mesir. Akhirnya ia pun menuruti nasihat dari orang tersebut untuk mencari tempat lain yang aman.

Dalam perjalanan mencari tempat yang aman itu, Nabi Musa AS tiba di suatu tempat bernama Kota Madyan. Di sana, ia melihat orang-orang sedang berkerumun di dekat sebuah sumur untuk memberi minum ternak mereka.

Nabi Musa AS juga melihat dua orang wanita yang berdiri jauh dari kerumunan laki-laki itu dengan menahan hewan ternaknya. Mengisyaratkan keduanya tidak mau berdesakan dengan para lelaki itu.

Nabi Musa AS pun menghampirinya dan bertanya, “Apakah maksud kalian berdua dengan berbuat begitu?” (QS Al-Qashash: 23)

Kedua wanita itu menjawab, “Kami tidak bisa memberi minum ternak-ternak kami sebelum orang-orang itu memulangkan ternak mereka (setelah selesai dari memberi minumnya), sedangkan ayah kami adalah seorang yang telah lanjut usianya.” (QS Al-Qashash: 23)

Nabi Musa AS langsung membantu kedua wanita tadi dengan memberi minum ternak-ternaknya. Kemudian keduanya pulang ke rumahnya meninggalkan Nabi Musa AS yang belum mendapatkan tempat berteduh.

Nabi Musa AS lalu memohon kepada Allah SWT untuk diberikan tempat tinggal. Tak lama, salah satu dari dua orang wanita tadi datang menghampirinya dengan langkah yang malu-malu.

Ia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas kebaikanmu memberi minum ternak kami…” (QS Al-Qashash: 25)

Sampailah Nabi Musa AS ke rumah wanita yang ditolongnya tadi. Ia pun menyadari ternyata ayah dari kedua wanita tadi adalah Nabi Syu’aib AS.

Salah satu putri dari Nabi Syu’aib AS berkata, “Wahai ayah! Jadikanlah ia sebagai pekerja kita, sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja pada kita adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS Al-Qashash: 26)

Mendengar usulan putrinya itu, Nabi Syu’aib AS lantas menawari Nabi Musa AS untuk menjadi menantunya dan bekerja untuknya selama 8-10 tahun. Nabi Musa AS pun setuju dan akhirnya menikah dengan salah satu wanita tadi yang bernama Shafura, dan tinggal di rumahnya.

Shafura adalah seorang istri yang sangat setia kepada suaminya, Nabi Musa AS. Ia bersedia mengikuti Nabi Musa AS yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk kembali ke Mesir untuk memerangi Firaun.

Shafura pun dengan sepenuh hati menemani suaminya itu walaupun saat itu dirinya sedang dalam keadaan hamil. Terlebih lagi, jarak dari rumahnya menuju Mesir sangatlah jauh.

Kesetiaan Shafura tak berhenti sampai di situ. Sesampainya di Mesir, ternyata masih banyak orang yang mengejar Nabi Musa AS meskipun berita itu sudah berlangsung sangat lama.

Namun hal itu tidak membuat Shafura gentar. Dirinya tetap setia berjalan bersama Nabi Musa AS dengan tak henti-hentinya berdoa kepada Allah SWT agar selalu dilindungi.

Begitulah kisah istri Nabi Musa AS, Shafura, yang pemalu dan sangat setia.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Harun, Sosok Pendamping Nabi Musa yang Pandai Berbicara



Jakarta

Kisah Nabi Harun AS berkaitan dengan Nabi Musa AS. Keduanya merupakan saudara yang usianya tidak berbeda jauh.

Nabi Harun AS dianugerahi mukjizat pandai dalam berbicara. Kemampuannya ini juga ia gunakan untuk membantu Nabi Musa AS berdakwah.

Menukil dari buku Mengenal Mukjizat 25 Nabi susunan Eka Satria dan Arif Hidayah, baik Musa AS maupun Harun AS sama-sama berjuang menyampaikan ajaran tauhid. Mereka juga memerangi Firaun, seorang raja yang mengingkari keberadaan Allah SWT.


Suatu hari, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk menemui Firaun. Ia lantas menyampaikan kepada sang Khalik agar dibantu oleh Harun AS sebagaimana termaktub dalam surah Thahaa ayat 29-34,

وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ اَهْلِيْ ۙ ٢٩ هٰرُوْنَ اَخِى ۙ ٣٠ اشْدُدْ بِهٖٓ اَزْرِيْ ۙ ٣١ وَاَشْرِكْهُ فِيْٓ اَمْرِيْ ۙ ٣٢ كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا ۙ ٣٣ وَّنَذْكُرَكَ كَثِيْرًا ۗ ٣٤

Artinya: “Jadikanlah untukku seorang penolong dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah kekuatanku dengannya, dan sertakan dia dalam urusanku (kenabian) agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, dan banyak berzikir kepada-Mu.”

Benar saja, kepandaian Nabi Harun AS dalam berbicara membuat Firaun kalah telak. Nabi Musa AS lalu membawa kaumnya bani Israil ke Mesir.

Walau begitu, setelah mereka dibebaskan dari perbudakan Firaun, bani Israil kembali mengingkari Allah SWT. Kala itu, Nabi Musa AS beribadah di Bukit Sinai selama 30 hari.

Pada periode itu, bani Israil mengikuti ajaran Samiri seorang penyembah patung sapi emas. Sekembalinya Musa AS, patung sapi emas itu lantas ia bakar dan bani Israil kembali beriman kepada Allah SWT.

Sebagai seorang nabi dan rasul, Nabi Harun AS juga dianugerahi mukjizat lainnya. Menurut buku Iman dan Takwa Peraih Muflihun tulisan Nasikin Purnama, Harun AS juga dimukjizati janggut yang terdiri atas dua warna yaitu putih dan hitam.

Dikatakan, mukjizat itu muncul setelah Musa AS melakukan perjalanan mengambil kitab Taurat. Ia menitipkan pengikutnya kepada Nabi Harun AS.

Sewaktu para pengikut Musa AS memilih untuk mendengarkan Samiri, Nabi Musa AS yang baru pulang dari perjalanannya menjadi marah. Ia menarik janggut Nabi Harun AS dan secara tiba-tiba, janggut yang ditarik itu berubah warna menjadi putih.

Selain itu, Nabi Harun AS juga memiliki mukjizat tongkat yang berbunga. Ini bermula ketika bani Israil melakukan pengangkatan pemimpin.

Pada saat itu, belum ada sosok yang dinilai pantas memimpin bani Israil yang mana berujung timbulnya perdebatan. Allah SWT lalu memerintahkan setiap pemimpin suku bani Israil meletakkan tongkatnya di tempat suci, begitu pula dengan tongkat Harun AS.

Esoknya, Musa AS melihat tongkat Nabi Harun AS bertunas dan berbunga. Hal tersebut menandakan Allah SWT memilih Nabi Harun AS sebagai pemimpin bani Israil.

Wallahu a’lam bishawab.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS ketika Bayi yang Dihanyutkan di Sungai Nil



Jakarta

Nabi Musa AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui muslim. Kisah mengenai Musa AS identik dengan kekejaman Firaun, raja Mesir yang berkuasa kala itu.

Menukil dari Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid, Nabi Musa AS lahir ketika Firaun memerintahkan rakyatnya untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir. Namun, kalangan Qibhti mengeluh karena minimnya populasi bani Israil akibat pembunuhan bayi laki-laki.

Akhirnya, Firaun mengubah memerintahkan untuk membunuh anak laki-laki secara bergantian setiap dua tahun sekali. Para mufassir menyebut, ibu dari Musa AS sedih karena harus melahirkan anaknya pada waktu di mana bayi laki-laki harus dibunuh.


Ibu Nabi Musa AS mendapat ilham untuk meletakkan Musa AS kecil di dalam peti yang diikat dengan tali. Kala itu, rumahnya berada tepat di hulu Sungai Nil.

Setiap ia menyusui Musa AS kecil dan khawatir akan seseorang, ibu Musa AS meletakkan bayinya di peti tersebut. Lalu, peti tersebut dilepaskan ke lautan sementara talinya tetap dipegang. Ketika semua orang pergi, petinya ia tarik kembali.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 7-9,

وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْۚ اِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ ۝٧ فَالْتَقَطَهٗٓ اٰلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَّحَزَنًاۗ اِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خٰطِـِٕيْنَ ۝٨ وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُۖ عَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ۝٩

Artinya: “(7) Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas (keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil dalam sebuah peti yang mengapung). Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul. (8) Kemudian, keluarga Firʻaun memungutnya agar (kelak) dia menjadi musuh dan (penyebab) kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firʻaun, Haman, dan bala tentaranya adalah orang-orang salah. (9) Istri Firʻaun berkata (kepadanya), “(Anak ini) adalah penyejuk hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan dia memberi manfaat bagi kita atau kita mengambilnya sebagai anak.” Mereka tidak menyadari (bahwa anak itulah, Musa, yang kelak menjadi sebab kebinasaan mereka).”

As-Suhaili mengatakan bahwa ibu Musa AS bernama Ayarikha. Tetapi, ada juga yang menyebutnya sebagai Ayadzakat.

Ibu Nabi Musa AS lalu menghanyutkan Musa AS kecil ke Sungai Nil. Ia melepaskan peti itu namun lupa mengikatkan tali sehingga peti berisi Nabi Musa AS hanyut bersama aliran Sungai Nil sampai melintas tepat di depan istana Firaun.

Para mufassir mengatakan bahwa selir-selir Firaun yang memungut peti itu dari laut dalam kondisi tertutup rapat. Mereka tidak berani membukanya sehingga peti tersebut diletakkan di hadapan istri Firaun, Asiyah binti Muzahim bin ‘Ubaid bin Rayyan bin Walid.

Ketika penutup peti itu dibuka, Asiyah melihat wajah Nabi Musa AS kecil memancarkan sinar-sinar nubuwah dan kemuliaan. Begitu melihatnya, istri Firaun tersebut langsung jatuh hati dan mencintainya.

Mengetahui itu, Firaun memerintahkan untuk menyembelih Musa AS kecil. Namun, istrinya meminta agar Musa AS tidak dibunuh dan diberikan kepadanya.

Singkat cerita, Musa AS kecil yang tinggal di kerajaan Firaun enggan menerima susu dari wanita mana pun. Selain itu, ia juga tidak mau makan sehingga orang-orang sekitar bingung dibuatnya.

“Mereka kemudian mengirim Musa bersama para dukun beranak dan sejumlah wanita ke pasar, mungkin Musa mau menyusu pada seorang wanita di sana. saat semua orang berdiri di hadapan Musa, saudari Musa melihatnya. Ia tidak memperlihatkan sikap seakan-akan menganalnya,” tulis Ibnu Katsir.

Saudari Musa AS mengatakan akan menunjukkan keluarga yang akan merawat Nabi Musa AS dan berlaku baik. Akhirnya, mereka pergi bersama saudari Musa AS ke kediaman ibu Musa AS.

Musa AS kecil segera digendong oleh ibunya dan atas izin Allah SWT, ia ingin menyusu. Akhirnya, berita tersebut disampaikan kepada Asiyah bahwa Musa AS kecil sudah ingin menyusu.

Istri Firaun itu lantas memanggil ibu Nabi Musa AS dan memberinya tawaran untuk tinggal bersama serta berlaku baik terhadap Asiyah. Namun, ibu Musa AS enggan menerimanya dan mengatakan bahwa ia memiliki suami dan anak-anak.

Beliau meminta agar bayi Nabi Musa AS dibawa bersamanya. Asiyah menyetujui hal itu dan memberikannya nafkah, pakaian, serta hadiah.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Asiyah Istri Fir’aun yang Tegar Mempertahankan Keimanannya



Jakarta

Asiyah binti Muzahim adalah istri seorang penguasa zalim yaitu Firaun laknatullah ‘alaih.

Betapa pun besar kecintaan dan kepatuhan pada suaminya, di hatinya masih tersedia tempat tertinggi yang ia isi dengan cinta kepada Allah SWT. Asiyah disebut sebagai salah satu perempuan ahli surga karena keimanannya.

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik perempuan di surga adalah Asiyah binti Muzahim istri Firaun, Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi).


Awal mula Asiyah menjadi Istri Firaun

Dikutip dari buku Jalan Menuju Hijrah karya Cicinyulianti, Asiyah binti Muzahim bin ‘Ubaid bin Ar-Rayyan bin Walid, meskipun suaminya, Firaun adalah orang yang kejam, Asiyah dikenal sebagai sosok perempuan yang sabar, santun berbudi pekerti luhur, penyayang, dan penuh keteguhan untuk senantiasa berada di jalan Allah SWT.

Rahmat Masyikamah menjelaskan dalam buku Bidadari dalam Lukisan, Asiyah tak kuasa menolak menjadi istri Firaun karena hal buruk akan menimpa keluarganya.

Setelah kematian sang istri, Firaun kejam itu hidup sendiri tanpa pendamping. Kemudian, ia mendengar tentang seorang gadis cantik bernama Asiyah, keturunan keluarga Imran.
Firaun lalu mengutus seorang menteri bernama Haman untuk meminang Siti Asiyah.

Orangtua Asiyah bertanya kepada Asiyah: “Sudikah anaknya menikahi Firaun?”, “Bagaimana saya sudi menikahi Firaun. Sedangkan dia terkenal sebagai raja yang ingkar kepada Allah?” jawab Asiyah dengan penolakannya.

Alangkah marahnya Firaun mendengar kabar penolakan Asiyah. “Haman, berani betul Imran menolak permintaan raja. Seret mereka kemari. Biar aku sendiri yang menghukumnya!”

Firaun mengutus tentaranya untuk menangkap orang tua Asiyah dan menyiksanya. Karena kekejaman tersebut, akhirnya Asiyah rela menerima lamaran firaun.

Mulanya, Asiyah merasa sangat bahagia setelah menikah dengan Firaun.

Namun ketika raja kejam itu mengaku sebagai Tuhan, Asiyah mulai merasa resah dan perlahan kebahagiannya luntur. Ia dipaksa mengakui bahwa suaminya itu adalah Tuhan.

Karena keimanan yang ada di hati Asiyah, ia tetap menolak hingga rela mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya dari Firaun.

Asiyah Mengadopsi Nabi Musa AS namun Ditolak Firaun

Merangkum dari Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, para dayang memungut Musa dari tepi sungai nil dalam peti tertutup, tetapi mereka tidak berani membukanya. Akhirnya, mereka meletakkannya di hadapan Asiyah.

Ketika Asiyah membuka penutup peti tersebut dan kain penutupnya, ia melihat wajah bayi lelaki yang tidak lain adalah Musa. Wajah polosnya terlihat cerah memancarkan cahaya kenabian dan keagungan.

Saat melihat bayi itu, Asiyah langsung menyukai dan mencintainya hingga Firaun datang dan bertanya, “Siapa anak ini?” Setelah itu, Firaun memerintahkan agar membunuh anak itu, Asiyah langsung menolak dan meminta suaminya itu agar tidak membunuh anak tersebut.

“Dan berkatalah istri Firaun, (ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak. Sedang mereka tiada menyadari.” (QS. Al-Qashash: 9)

Firaun pun berkata kepada istrinya, “Bagimu memang benar, tetapi tidak bagiku.” Dengan kata lain, Firaun menegaskan, “Aku tidak memerlukan anak itu.”

Oleh karena itu, bencana pun terjadi karena ucapannya itu, bahwa di tangan anak itulah terjadinya kehancuran masa depan Firaun dan bala tentaranya.

Keteguhan Asiyah dalam Mempertahankan Keimanan

Mengutip buku Wanita Pilihan yang Dirindukan Surga karya Umi Salamah, Musa tumbuh dewasa dengan berilmu serta ahli dalam perang di samping ibu angkatnya, Asiyah binti Muzahim yang berakhlak mulia dan ibu kandungnya yang diam-diam menyamar menjadi ibu susuan bagi Musa. Selain itu, Musa juga hidup di pangkuan dan menerima kasih sayang dari Raja Firaun yang kejam.

Akhirnya Musa menerima wahyu dari Allah SWT ketika syiar kepada Firaun dan penduduk Mesir, maka Nabi Musa AS pun menjadi musuh bagi kerajaan.

Firaun mengusir Nabi Musa AS dari istana dan meninggalkan Mesir. Asiyah merasa sangat kehilangan sehingga dia pun diam-diam pergi dari istana dan menyusul Nabi Musa AS.

Melalui Nabi Musa AS akhirnya Asiyah binti Muzahim beriman kepada Allah SWT.

Selama waktu yang sangat lama Asiyah taat kepada Allah SWT secara sembunyi-sembunyi, hingga akhirnya Firaun mengetahuinya.

Firaun membujuk Asiyah agar keluar dari Islam, tetapi Asiyah tetap gigih dalam memperjuangkan keimanannya meskipun dia disiksa dan hampir dibunuh oleh Firaun.

Asiyah mengalami siksaan dengan dipasak tubuhnya dengan empat buah pasak. Namun, bukan hanya Asiyah yang mendapatkan siksaan serupa, melainkan juga pengikut Nabi Musa AS pun disiksanya tanpa ampun.

Asiyah telah dikuatkan oleh seruan dari Nabi Musa AS “Wahai ibu Asiyah, semua malaikat yang ada di langit tujuh telah menanti kedatanganmu dan Allah SWT pun bangga akan dirimu. Maka mintalah apa yang engkau inginkan, sesungguhnya dia akan mengabulkannya.”

Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Firaun mengikat istrinya dengan besi sebanyak empat ikatan, pada kedua tangan dan kedua kakinya. Jika ia telah meninggalkan Asiyah terbelenggu maka para malaikat menaunginya.” (HR. Abu Yala).

Ketaatan Asiyah telah dibuatkan rumah di surga oleh Allah SWT lalu ketentraman dan kedamaian akan menantinya di sana, tiada lagi kekejaman Firaun dan kaum kafir. Wanita mulia ini diabadikan di dalam Al-Qur’an surah At-Tahrim ayat 11

“Dan, Allah membuat perumpamaan dengan istri Firaun bagi orang-orang yang beriman, ketika dia berkata, Ya Tuhanku, bangunkanlah aku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. At Tahrim ayat 11).

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com