Tag Archives: nabi yusuf

Nabi Yaqub, Sosok Teladan yang Berbakti pada Orang Tua



Jakarta

Nabi Yaqub merupakan anak dari Nabi Ishaq dan cucu dari Nabi Ibrahim. Dalam beberapa riwayat, Nabi Yaqub digambarkan sebagai sosok yang berbakti kepada orang tua.

Dalam kisah yang diceritakan melalui ayat-ayat Al-Qur’an, sebelum wafat, Nabi Yaqub sempat berpesan pada para putranya untuk senantiasa menjalankan perintah Allah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 133,

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ


Artinya: “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.

Berikut ini adalah rangkuman dari kisah Nabi Yaqub yang perlu diketahui dan teladani oleh umat muslim.

Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Yaqub AS

Dikutip dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Ridwan Abdullah Sani, Muhammad Kadri diceritakan Nabi Yaqub adalah anak kandung dari Nabi Ishaq dengan Rafqa binti A’zar, seorang perempuan yang masih kerabat Nabi Ibrahim.

Melalui surah Huud ayat 71, sebelumnya sudah terjadi peristiwa tatkala Nabi Ibrahim As beserta sang istri, Siti Sarah, didatangi malaikat utusan Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira.

وَٱمْرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَٰهَا بِإِسْحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسْحَٰقَ يَعْقُوبَ

Artinya: “Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Yaqub”.

Nabi Yaqub memiliki kembaran yang bernama Ish. Mereka berdua tumbuh besar bersama meskipun dengan sifat yang bertolak belakang. Berbeda dengan Nabi Yaqub yang tenang, penyabar, baik hati, dan menghindari keburukan, saudara kembarnya Ish justru penuh dengan iri dengki dan berbuat maksiat.

Ia selalu mengejek dan mengganggu Nabi Yaqub, akan tetapi Nabi Yaqub dengan penuh kesabarannya tidak membalas perbuatan saudara kembarnya dengan keburukan. Tatkala ia sudah tidak tahan dengan tingkah Ish, Nabi Yaqub pun mengadu pada ayahandanya.

Akhirnya Nabi Ishaq pun berdiskusi dengan istrinya. Ia memutuskan untuk menikahkan Ish dengan harapan supaya perangai anaknya dapat berubah menjadi pribadi yang lebih tenang dan dewasa.

Akan tetapi, Ish tidak berubah sebagaimana yang diekspektasikan. Ia justru makin sering mengganggu dan menganiaya Nabi Yaqub. Bahkan ia menyimpan dendam pada saudara kembarnya karena merasa bahwa ibu mereka lebih menyayangi Nabi Yaqub.

Nabi Ishaq akhirnya menitipkan Nabi Yaqub pada saudara istrinya, Syekh Labban, yang bertempat tinggal di Faddan A’ram (Irak). Hal ini adalah sebagai bentuk perlindungan dari Nabi Ishaq pada Nabi Yaqub agar ia tidak lagi diganggu oleh saudara kembarnya.

Nabi Yaqub adalah seorang yang sangat patuh pada perintah orang tuanya. Dengan segala baktinya ia pun berangkat ke Irak selepas menjalankan sholat subuh dan sang ayah berpesan agar ia dapat banyak belajar dari sang paman dan menitipkan secarik surat padanya.

Masa Kenabian Nabi Yaqub AS

Ujian pertama Nabi Yaqub adalah perjalanan dari Kan’an menuju Faddan A’ram dengan melewati gurun pasir yang luas, ia membawa perbekalan secukupnya dan memakannya ketika lelah. Saat siang hari, Nabi Yaqub akan beristirahat sementara ketika malam telah datang ia akan melanjutkan perjalanan.

Dengan penuh rasa sabar, Nabi Yaqub terus menelusuri jalan panjang menuju Irak. Di tengah rasa lelahnya, ia tertidur dan bermimpi tentang kehidupannya di masa depan yang berlimpah rezeki dan penuh kedamaian. Ketika terbangun, ia memikirkan mimpinya.

Jibril pun berbisik di telinganya bahwa ia menyampaikan wahyu dari Allah, kabar gembira bahwa Allah telah mengangkat dirinya sebagai Nabi. Rasa lelah dan penat pun menghilang. Hal ini juga diabadikan dalam QS. Al Baqarah ayat 132.

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya’qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, dikisahkan sesampainya di tempat Syekh Labban, Nabi Yaqub pun berjumpa dengan Rahil, seorang gadis cantik yang tengah menggembala kambing. Rahil adalah putri kedua dari Syekh Labban dan merupakan sepupu Nabi Yaqub.

Setelah tinggal di sana, ia menyampaikan surat dari ayahnya pada pamannya tersebut. Ternyata, isinya adalah keinginan Nabi Ishaq untuk menikahkan Nabi Yaqub dengan salah satu putri Syekh Labban.

Syekh Labban kemudian memberikan prasyarat pada Nabi Yaqub untuk menggembala selama tujuh tahun sebelum menikahi salah seorang putrinya, hal tersebut dianggap sebagai mas kawin. Syekh Labban pun bertanya pada Nabi Yaqub siapa yang ingin dinikahinya dan ia menjawab Rahil.

Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa dilakukan jika Laya, sebagai putri pertama belum menikah. Hal tersebut adalah hukum adat di wilayah mereka. Akhirnya Nabi Yaqub menerima solusi dari Syekh Labban dengan menikahi kedua putrinya sekaligus dan mulai menggembala selama tujuh tahun lamanya.

Setelah melewati ujian tersebut dan berdoa pada Allah, akhirnya Nabi Yaqub dapat menikahi Laya dan juga Rahil. Oleh karena kebaikannya sebagai suami, Laya dan Rahil pun meminta Nabi Yaqub menikahi budak mereka yang cantik parasnya, yakni Balhah dan Zulfah. Dari pernikahannya dengan empat perempuan tersebut, Nabi Yaqub dikaruniai banyak anak, salah satunya Nabi Yusuf.

Meneladani Nabi Yaqub AS

Melalui kisah Nabi Yaqub AS dan segala kesabaran serta keteguhannya memiliki banyak hal yang dapat dipelajari oleh umat muslim. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat kita teladani dari sosok Nabi Yaqub.

1. Seorang Ayah yang Penyayang

Dalam buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an yang ditulis oleh Adil Musthafa Abdul Halim, Nabi Yusuf menceritakan mimpi yang didapatnya pada ayahnya. Ia bermimpi menyaksikan sebelas bintang yang datang dari langit tunduk bersujud kepadanya.

Menyadari tanda-tanda kenabian dari putranya, Nabi Yaqub pun menasihati Nabi Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya pada saudara-saudaranya yang penuh iri dengki. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga Nabi Yusuf dari kejahatan saudara-saudaranya yang selalu berbuat jahat padanya.

2. Penyabar dan Teguh Pendirian

Meski tidak mudah, Nabi Yaqub menjalankan dan menyelesaikan ujian-ujian dari Allah SWT. Ia tidak pantang menyerah, senantiasa memanjatkan doa, dan berpikir positif. Ia juga berbesar hati dan selalu mengalah atas saudara kembarnya, Ish. Nabi Yaqub tidak mau membalas perbuatan buruk Ish dengan kejahatan.

3. Adil dan Bijaksana

Nabi Yaqub memiliki empat orang istri yang mana ia harus berlaku adil. Dari keempat istrinya pun ia dikaruniai belasan anak. Oleh karenanya, Nabi Yaqub selalu memperlakukan istri-istri dan anak-anaknya dengan adil tanpa ada rasa pilih kasih.

Demikian penjelasan dari kisah Nabi Yaqub yang sangat berbakti pada orang tuanya. Ketika menjadi ayah, Nabi Yaqub pun senantiasa memberikan nasihat pada anak-anaknya untuk selalu beriman kepada Allah SWT. Dari kisahnya, kita sebagai umat muslim bisa mempelajari dan mengambil sisi positif untuk kita amalkan di kehidupan sehari-hari.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha, Berpisah sebelum Menikah



Jakarta

Nabi Yusuf AS banyak dikenal dalam masyarakat sebagai nabi yang memiliki wajah tampan dan memiliki sifat baik hati dengan suara yang lembut. Terdapat kisah unik dan menarik untuk diketahui muslim mengenai kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha.

Mengutip buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ustad Fatih, dikatakan bahwa kisah ini menjadi salah satu kisah yang dapat dijadikan rujukan bagi umat khususnya ketika mengagumi seseorang. Berikut ini adalah kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha selengkapnya.

Kisah Cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha

Kisah cinta ini berawal dari pertemuan antara Nabi Yusuf dan Zulaikha. Keduanya diketahui bertemu lantaran Nabi Yusuf saat itu adalah budak yang diangkat menjadi anak oleh Qithfir Al Aziz, yaitu suami Zulaikha yang saat itu sedang menjabat menjadi menteri keuangan di Mesir.


Singkat cerita, Nabi Yusuf pun tinggal bersama dengan anak angkat lainnya hidup bersama dengan Zulaikha dan suaminya. Dengan wajah yang tampan, Nabi Yusuf menarik perhatian dari Zulaikha hingga menarik pujian yang keluar dari mulut Zulaikha.

Kejadian ini pun terjadi berulang kali dan dapat dikatakan semakin parah. Terlebih lagi fakta bahwa Zulaikha memiliki paras yang cantik jelita dan bahkan berias hanya untuk menggoda Nabi Yusuf semata.

Akan tetapi, Nabi Yusuf adalah sosok yang sangat taat pada Allah sehingga ia melindungi diri dan tidak terhasut tipu daya istri tuannya itu. Dalam kondisi seperti itu, melansir Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi, Nabi Yusuf terus menolak sebagaimana termaktub dalam surah Yusuf ayat 23,

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِيْ هُوَ فِيْ بَيْتِهَا عَنْ نَّفْسِهٖ وَغَلَّقَتِ الْاَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۗقَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ رَبِّيْٓ اَحْسَنَ مَثْوَايَۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ

Artinya: Perempuan, yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya, menggodanya. Dia menutup rapat semua pintu, lalu berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah. Sesungguhnya dia (suamimu) adalah tuanku. Dia telah memperlakukanku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan beruntung.”

Zulaikha yang merasa cintanya tidak berbalas pun kemudian memfitnah Nabi Yusuf. Suatu waktu, ia mengejar dan menangkap Nabi Yusuf yang hendak lari darinya hingga gamis yang dipakai Nabi Yusuf terkoyak. Suami dari Zulaikha pun muncul hingga membuat wanita itu menuduh Yusuf sebagai pelakunya.

Setelah beradu argumen serta saksi, Al Aziz menyadari bahwa penggoda utamanya ialah Zulaikha. Ia pun meminta sang istri agar segera berdoa dan memohon ampun.

Kabar dan cacian kepada istri Al Aziz pun menjadi perbincangan dari para istri pejabat tinggi dan pembesar di Mesir saat itu. Mereka menyebarkan berita tentang kekejian perilaku istri Al Aziz yang berusaha menggoda pelayannya, Nabi Yusuf.

Hal itu pun membuat Zulaikha berinisiatif mengundang mereka makan di rumahnya. Para tamu wanita itu diberikan pisau untuk memotong makanan. Zulaikha pun dengan sengaja memanggil Nabi Yusuf untuk hadir demi menunjukkan ketampanan beliau pada para tamu.

Akibatnya, para tamu tersebut terpana dengan ketampanan Nabi Yusuf hingga mereka tidak menyadari mengiris tangan mereka sendiri dengan pisau. Hal ini terabadikan dalam surah Yusuf ayat 31.

Setelah itu, Zulaikha dan Raja Qithfir memasukkan Yusuf ke penjara. Maksud tujuan ini supaya rumor tentang keluarganya tidak berkepanjangan dan membuat masyarakat melupakannya. Yusuf tidak keberatan dimasukkan ke penjara, ia pun mendekam di sana cukup lama hingga lebih dari lima tahun.

Bertemunya Kembali Nabi Yusuf dan Zulaikha

Seiring berjalannya waktu berlalu, Zulaikha mengakui kesalahan dirinya hingga Nabi Yusuf pun dikeluarkan dari penjara. Al Aziz juga turut membersihkan nama Nabi Yusuf atas tuduhan palsu yang dialamatkan padanya.

Setelah terbebas dari segala tuduhan, Al Aziz memberikan kepercayaan jabatan kepada Nabi Yusuf untuk memimpin Mesir dan berhasil menggantikan posisi raja yang sebelumnya memimpin.

Tidaknya hanya itu, sebelum wafat, Al Aziz sudah lebih dulu mempertemukan kembali Nabi Yusuf dengan Zulaikha dan menikahkan keduanya. Dari pernikahannya tersebut, Nabi Yusuf dikaruniai dua putra yang bernama Afrayin dan Mansa.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yaqub saat Kehilangan Nabi Yusuf dan Menangis hingga Buta



Yogyakarta

Nabi Yaqub AS pernah kehilangan sang putra, Nabi Yusuf AS. Saking sedihnya, ia kemudian menangis dan bersedih dalam waktu yang lama hingga matanya menjadi buta.

Nabi Yaqub AS memiliki nama lengkap Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim AS. Ia adalah putra dari Nabi Ishaq AS.

Nabi Yaqub memiliki saudara kembar yang bernama Aish. Namun, karena keduanya kurang akur, Nabi Ishaq meminta Yaqub untuk merantau ke A’ram (Irak).


Disebutkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Dr. H. Ridwan Abdullah Sani, M.Si. dan Muhammad Kadri, S.Si., M.Sc. bahwa ketika Nabi Yaqub dalam perjalanan merantau, ia bermimpi akan memperoleh rezeki yang banyak, kehidupan yang aman damai, memiliki keluarga dan anak cucu yang saleh dan berbakti, serta memiliki kerajaan yang besar dan makmur.

Dalam buku Islam on the Spot disebutkan bahwa Nabi Yaqub memiliki 4 istri dan 12 anak laki-laki. Terdapat satu anak yang tampan dan merupakan putra kesayangan Nabi Yaqub, yaitu Nabi Yusuf.

Dona Ningrum Mawardi dan Atin Sumaryani dalam bukunya yang berjudul Meneladani Kesalehan Ayah dalam Al-Qur’an, disebutkan Nabi Yusuf pernah bermimpi melihat 11 bintang, bulan, dan matahati bersujud kepadanya.

Ketika beliau menceritakan mimpinya kepada sang ayah, ia justru melarangnya untuk tidak bercerita kepada siapapun. Karena Nabi Yaqub mengartikan mimpi tersebut bahwa suatu hari, Nabi Yusuf akan menjadi seorang yang besar dan semua anggota keluarganya akan tunduk hormat kepadanya.

Karena Nabi Yaqub menunjukkan betapa sayangnya ia kepada Nabi Yusuf, saudara-saudara Nabi Yusuf merasa cemburu dan berencana untuk mencelakainya. Kisah ini termaktub dalam Al-Qur’an.

Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 15,

فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Masih dengan sumber yang sama, diceritakan bahwa sesampainya di rumah, para saudara Nabi Yusuf ini mengatakan kepada ayahnya jika Nabi Yusuf telah diterkam binatang buas.

Allah SWT berfirman dalam QS Yusuf ayat 17,

قَالُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَاَكَلَهُ الذِّئْبُۚ وَمَآ اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ ١٧

Artinya: “Mereka berkata, “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu serigala memangsanya. Engkau tentu tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar.”

Setelah mendapati kabar tersebut, Nabi Yaqub sangat sedih dan menangis berkepanjangan sehingga membuat kedua matanya buta.

Dijelaskan dalam buku terjemahan Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an karya Adil Musthafa Abdul Halim Nabi Yaqub menghadapi musibah terebut dengan penuh kesabaran dalam menghadapi tipu daya dan kebohongan putra-putranya.

Allah SWT memberikan kekuatan kepada Nabi Yaqub sehingga ia dapat melewati ujian dan dapat menyaksikan kebenaran.

Setelah sekian lama, Allah SWT mengembalikan penglihatan Nabi Yaqub sehingga ia dapat kembali melihat. Nabi Yaqub juga akhirnya mengetahui fakta bahwa sang anak, Nabi Yusuf, masih hidup.

Nabi Yaqub kemudian memohon ampun atas perbuatan putra-putranya seperti yang tertera dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Seperti yang dijelaskan dalam buku Menengok Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Ust. Fatih bahwa Nabi Yaqub memberikan contoh kesabaran dalam menghadapi segala hal.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yaqub AS, Sosok Teladan yang Disebut Bapak Bani Israil



Jakarta

Nabi Yaqub AS termasuk ke dalam 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan keturunan Ishaq AS sekaligus cucu dari Ibrahim AS.

Sosok Yaqub AS terkenal sebagai pribadi yang penyayang dan berbakti. Dijelaskan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul susunan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Nabi Yaqub AS merupakan seorang anak yang sangat patuh terhadap perintah kedua orang tuanya.

Dirinya memiliki saudara kembar bernama Ish. Meski tumbuh besar bersama, sifat mereka ternyata bertolak belakang.


Pribadi Ish penuh iri dan dengki, bahkan tak segan berbuat maksiat. Berbeda dengan Nabi Yaqub AS yang baik hati, penyabar, menghindari keburukan, serta tenang.

Walau begitu, Yaqub AS tidak pernah sekalipun membalas perlakuan buruk Ish. Jika dirinya sudah tak tahan, maka ia melapor kepada sang ayah yaitu Nabi Ishaq AS.

Sikap Ish tidak berubah, bahkan setelah menikah sekalipun. Alih-alih menjadi pribadi yang lebih baik, Ish justru semakin sering menganiaya Nabi Yaqub AS hingga menyimpan dendam kepadanya. Ish merasa sang ibu lebih menyayangi Yaqub AS.

Akhirnya, Nabi Ishaq menitipkan Yaqub kepada saudara istrinya yang bernama Syekh Labban. Ia bertempat tinggal di Irak. Hal ini dimaksudkan agak Nabi Yaqub tidak lagi diganggu oleh Ish.

Masa kenabian Yaqub AS terjadi ketika Jibril berbisik di telinganya bahwa ia menyampaikan wahyu dari Allah. Dalam surat Al Baqarah ayat 132, Allah SWT berfirman:

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: “Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya’qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Dikisahkan bahwa Syekh Labban memiliki dua putri cantik yang bernama Layya dan Rahiel. Mulanya, Yaqub AS dijodohkan dengan Layya.

Namun, Nabi Yaqub lebih memilih Rahiel. Syekh Labban yang merupakan paman Nabi Yaqub AS lantas memintanya bekerja selama 7 tahun baru kemudian bisa menikahi Rahiel.

Usai 7 tahun menjadi penggembala kambing, Nabi Yaqub AS akhirnya dapat menikahi Rahiel. Setelahnya ia berniat menikahi Layya.

Lagi-lagi pamannya memberikan syarat padanya. Ia harus bekerja selama tujuh tahun lagi untuk bisa menikahi Layya.

Yaqub AS pun menyanggupi. Hingga akhirnya ia bisa menikahi Layya. Selama 14 tahun ia harus berjuang untuk bisa menikahi putri dari pamannya itu.

Selain menikah dengan Layya dan Rahiel, Nabi Yaqub AS juga menikahi Zulfa dan Baihah yang kerap membantu Layya dan Rahiel.

Dari pernikahannya dengan 4 wanita itu Allah SWT mengaruniai 12 putra. Salah satu di antaranya kelak menjadi seorang nabi, yakni Nabi Yusuf AS.

Sementara itu, nama anak-anak lainnya ialah Bunyamin, Raubin, Syam’un, Lewi, Yahuda, Yasyzar, Zabulon, Dan, Neftalua, Jad, dan Asyir.

Menukil buku 77 Pesan Nabi untuk Anak Muslim karya Abu Alkindie Thul Ihsan & Abu Azka, Nabi Yaqub AS juga disebut sebagai bapak kaum Bani Israil. Yaqub AS memiliki gelar Israil sehingga keturunannya disebut sebagai Bani Israil, yang termasuk ke dalamnya ialah Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yusuf Menafsirkan Mimpi Raja Mesir tentang Kemarau Panjang



Jakarta

Nabi Yusuf as adalah putra Nabi Yaqub as. Allah SWT memberikan anugerah berupa paras yang rupawan kepada Nabi Yusuf as. Selain itu, ia juga mendapat mukjizat bisa menafsirkan mimpi.

Kemampuannya menafsirkan mimpi ini kemudian membuat Nabi Yusuf as kemudian diangkat sebagai bendahara kerajaan oleh sang Raja Mesir. Kejadian ini pula yang membuat Nabi Yusuf as bisa kembali bertemu ayah tercinta setelah berpisah bertahun-tahun.

Mimpi Sang Raja

Mengutip buku Kisah 25 Nabi & Rasul oleh Muchtam, dikisahkan pada suatu hari, Raja Mesir bermimpi aneh. “Sesungguhnya, aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang arti mimpiku itu jika kamu dapat menafsirkan mimpi.”


Para juru ramal yang diundang mulai berpikir. Akan tetapi, seluruh juru ramal tidak ada yang mampu menafsirkan mimpi tersebut.

Hal ini membuat Sang Raja kecewa. Ia resah dengan mimpi yang dialaminya tersebut. Pada saat itulah, pelayan raja yang mimpinya pernah ditafsirkan oleh Nabi Yusuf teringat kepada Nabi Yusuf.

Pelayan tersebut kemudian mendatangi Nabi Yusuf dan memanggilnya ke hadapan raja. Raja kemudian menceritakan mengenai mimpi yang dilihatnya saat terlelap.

Kemudian Yusuf berkata, “Arti tafsir mimpi ini adalah bahwa negeri Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun, tetapi kemudian negeri Mesir akan mengalami kemarau panjang selama tujuh tahun pula.”

Raja berkata, “Sungguh situasi yang berat. Lalu, bagaimana cara mengatasi masalah tersebut”

Nabi Yusuf menjawab, “Simpanlah hasil gandum kalian di waktu musim subur sebagai bekal untuk bertahan di musim kemarau yang panjang.”

Nabi Yusuf Dibebaskan dari Hukuman

Sebelum menemui Raja untuk menafsirkan mimpinya, Nabi Yusuf as tengah menjalani hukuman atas tuduhan fitnah. Setelah berhasil menafsirkan mimpi Raja, ia pun mendapat kesempatan untuk dibebaskan.

Raja yang puas mendengar penjelasan tentang mimpinya kemudian memerintahkan pengawalnya agar membebaskan Nabi Yusuf as. Akan tetapi, ia menolak dibebaskan sebelum perkaranya disidangkan dan ia diputuskan tidak bersalah.

Akhirnya, Nabi Yusuf as diputus tidak bersalah oleh raja. Ia pun dibebaskan.

Tak hanya itu, Raja Mesir kemudian menjadikan Nabi Yusuf as sebagai salah satu orang kepercayaannya.

Mendengar penawaran tersebut. Yusuf berkata kepada raja, “Jika memang engkau percaya kepadaku. jadikanlah aku bendaharawan negara. Sesungguhnya, aku mampu menjaga juga berpengetahuan dalam hal tersebut.”

Kemarau Panjang yang Melanda Mesir

Sebagaimana mimpi raja yang pernah ditafsirkan Nabi Yusuf, negeri Mesir pun dilanda kemarau yang sangat panjang. Banyak rakyat yang kehabisan gandum.

Raja tidak khawatir karena telah memiliki stok makanan yang cukup banyak. Rakyat sekitar yang kehabisan bahan makanan lantas berbondong-bondong datang ke Kerajaan Mesir.

Hal ini juga dilakukan saudara-saudara Nabi Yusuf yang dulu pernah mencelakainya. Mereka pun datang ke Kerajaan Mesir dan mencoba untuk meminta bantuan pangan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, saudara-saudara Nabi Yusuf sampai di Mesir. Mereka langsung menuju kerajaan.

Nabi Yusuf yang melihat para saudaranya ini langsung mengenali mereka satu per satu. Akan tetapi, saudara-saudaranya tidak mengenalinya karena penampilan Nabi Yusuf yang berbeda.

Nabi Yusuf lantas memberikan gandum kepada mereka. Sebelum para saudaranya ini pulang, Nabi Yusuf berpesan, jika datang kembali, mereka harus membawa serta saudara bungsu mereka, yaitu Bunyamin.

Mereka merasa heran bagaimana Yusuf mengetahui tentang Bunyamin. Akan tetapi, mereka tidak terlalu memikirkannya. Permasalahan mereka lebih besar dibanding dengan memikirkan keanehan tersebut.

Sesampainya di kampung halamannya, mereka menyampaikan pesan tersebut kepada ayah mereka, “Wahai Ayah, kami tidak akan mendapat gandum lagi jika tidak membawa Bunyamin. Oleh sebab itu, biarkanlah Bunyamin pergi bersama kami agar kami mendapat gandum. Kami akan menjaganya dengan baik.”

Mendengar permintaan tersebut, Nabi Yaqub ragu dan tidak percaya. Ia khawatir peristiwa kehilangan Nabi Yusuf akan terulang kembali.

Setelah anak-anaknya meyakinkan dan juga memikirkan tentang persediaan makanan yang mulai menipis, akhirnya Nabi Yaqub as mengizinkan Bunyamin pergi.

Nabi Yaqub meminta janji dari mereka untuk menjaga Bunyamin dengan sebaik mungkin.

Bunyamin Ditahan di Kerajaan

Setelah sampai di kerajaan, mereka disambut baik oleh Nabi Yusuf. Mereka diberikan tempat istirahat yang nyaman. Mereka merasa senang karena mereka disambut dengan kehangatan.

Sementara itu, Yusuf mencari kesempatan untuk bisa berbicara dengan Bunyamin karena ia telah lama merindukannya. Akhirnya, kesempatan itu pun tiba.

Nabi Yusuf mengundang Bunyamin untuk bertemu di ruangannya. Yusuf berkata, “Sesungguhnya aku adalah saudaramu. Janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Saat saudara-saudara Nabi Yusuf hendak kembali pulang, tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Yusuf memasukkan cangkir emas milik kerajaan ke kantong Bunyamin.

Ketika para pengawal kerajaan memeriksa di pintu keluar kerajaan, mereka menemukan tempat minum milik kerajaan dalam kantong yang dibawa oleh Bunyamin.

Hal ini terpaksa membuat Bunyamin ditangkap dan ditahan. Bunyamin tidak bisa pulang bersama saudara- saudaranya. Saudara-saudara Bunyamin berusaha untuk bisa membebaskan adiknya.

Mereka memohon dengan berkata. “Wahai Tuan, sesungguhnya ia memiliki ayah yang sudah lanjut usia. Oleh karena itu, ambillah salah seorang dari kami sebagai pengganti adik kami”

Yusuf berkata, “Sesungguhnya kami menahan adikmu karena ia terbukti telah mengambil barang milik kerajaan. Oleh sebab itu, kami tidak bisa membebaskannya. Jika kalian ingin adik kalian bebas, kembalilah kalian dan bawa ayah kalian ke sini untuk mengambil adik kalian.”

Akhirnya, mereka pulang tanpa membawa serta Bunyamin. Sesampainya di Palestina, mereka menyampaikan kabar penahanan Bunyamin. Kabar tersebut tentu saja membuat Nabi Yaqub merasa sangat sedih.

Pertemuan Nabi Yusuf, Nabi Yaqub dan Bunyamin

Ketika persediaan bahan makanan kembali habis, saudara-saudara Nabi Yusuf kembali mendatangi kerajaan. Sesampainya di sana, mereka menceritakan kondisi yang dialami ayah mereka.

“Wahai Tuan, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga. Ayah kami senantiasa bersedih karena telah kehilangan dua orang yang sangat dicintainya. Setiap hari beliau menangis. Sekarang kami kekurangan makanan. Oleh karena itu, kami memohon kepada Tuan untuk memberikan gandum kepada kami,” ujar salah seorang saudara Nabi Yusuf.

Mendengar kabar tersebut, Nabi Yusuf sangat sedih dan iba. Ia tidak mampu lagi menahan perasaannya untuk memberitahukan siapa sebenarnya dirinya. Nabi Yusuf berkata, “Apakah kalian tahu kejahatan yang telah kalian lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya?”

Kembali Nabi Yusuf berkata, “Tahukah kalian, sesungguhnya akulah Yusuf yang pernah kalian lemparkan ke dalam sumur.”

Mendengar ucapan Nabi Yusuf, terkejutlah mereka kemudian bertanya dengan ragu, “Apakah kamu benar-benar Yusuf?”

Pengakuan Yusuf benar-benar membuat mereka kaget. Mereka semakin yakin bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Yusuf setelah melihat bukti bukti yang ada. Mereka pun kemudian mengakui kesalahan mereka, meminta maaf dan menyesal atas perbuatan yang pernah mereka lakukan.

Yusuf tidak pernah merasa dendam kepada saudara-saudaranya. la memaafkan mereka dengan penuh kasih sayang. la memberi mereka makanan dan menitipkan bajunya untuk diusapkan ke mata ayahnya agar sembuh.

Sesampainya di Palestina, mereka menceritakan kabar tentang Yusuf dan memberikan baju titipan Yusuf pada Nabi Yaqub. Mendengar kabar tersebut Nabi Yaqub menjadi sangat gembira.

Ketika baju Nabi Yusuf diusapkan ke matanya, atas izin Allah SWT tiba-tiba saja matanya sembuh dari kebutaan sehingga Nabi Yaqub dapat melihat kembali.

Kegembiraan yang dirasakan Nabi Yaqub begitu besar. Ia tak sabar untuk bertemu dengan anaknya yang telah lama dirindukannya. Mereka semua berangkat ke Mesir untuk bertemu Nabi Yusuf. Ketika sampai di Mesir, mereka disambut suka cita oleh Nabi Yusuf.

Nabi Yaqub, Nabi Yusuf dan Bunyamin kembali berkumpul, lengkap bersama seluruh saudaranya.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kesabaran Nabi Yakub ketika Kehilangan Sang Putra



Jakarta

Nabi Yakub AS termasuk ke dalam 25 nabi yang wajib diketahui dalam Islam. Kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an.

Yakub AS adalah putra dari Nabi Ishaq. Dahulu, dirinya memiliki saudara kembar bernama Aish, seperti dijelaskan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Dr h Ridwan Abdullah Sani M Si dan Muhammad Kadri S Si MSc.

Karena keduanya kurang akur, akhirnya Nabi Ishaq menyuruh Yakub AS untuk merantau ke Irak. Ia diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah di negeri Kan’an.


Selain memiliki kepribadian yang baik, Nabi Yakub AS dikenal sebagai sosok yang sangat sabar. Bahkan ketika ditimpa musibah dan menghadapi tipu daya putra-putranya.

Beliau memiliki anak yang juga seorang nabi, yaitu Yusuf AS. Nabi Yakub AS sangat menyayangi Yusuf AS, hal ini lantas menimbulkan kecemburuan dari saudara-saudaranya yang lain.

Rasa cemburu itu mengakibatkan saudara Yusuf AS memiliki rencana buruk padanya. Dalam surah Yusuf ayat 15, Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Setelah menjebloskan Yusuf AS ke dalam sumur, saudara-saudaranya berkata pada sang ayah bahwa Nabi Yusuf AS tewas diterkam oleh binatang buas. Mendengar hal itu, Nabi Yakub AS sangat sedih. Saking sedihnya ia terus menangis tanpa henti dan berkepanjangan, akibatnya kedua matanya mengalami kebutaan.

Meski kehilangan putra tercintanya, Nabi Yakub AS berusaha untuk tetap teguh dan sabar. Allah SWT pun memberi sang nabi kekuatan agar dapat melewati ujian tersebut.

Setelah sekian lama, Allah SWT mengembalikan penglihatan Nabi Yakub sehingga ia dapat kembali melihat. Nabi Yakub juga akhirnya mengetahui fakta bahwa sang anak, Nabi Yusuf, masih hidup.

Mengutip buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat Sejak Adam AS hingga Muhammad SAW tulisan Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, Nabi Yakub AS memiliki mukjizat indra penciuman yang sangat tajam. Ia dapat mencium aroma dari tempat yang ditempuh dalam delapan hari perjalanan. Ini terjadi ketika ia mencium baju Nabi Yusuf AS dan mendapatkan semerbak wanginya.

Nabi Yakub lalu memohon ampun atas perbuatan putra-putranya seperti yang tertera dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Yakub AS) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kisah ini menjadi bukti betapa sabarnya Yakub AS menghadapi ujian dan musibah yang menimpanya.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ya’qub AS Kehilangan Penglihatan setelah Menangisi Yusuf AS



Jakarta

Nabi Ya’qub AS merupakan ayah dari Nabi Yusuf AS. Ia sangat menyayanginya hingga menimbulkan kecemburuan di antara saudara-saudara Yusuf AS.

Menukil dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, saudara-saudara Yusuf AS lantas memiliki rencana buruk. Mereka menjebloskan Yusuf AS kecil ke dalam sebuah sumur.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 15,


فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Setelah itu, para saudara Yusuf AS berbohong dan mengatakan bahwa Nabi Yusuf AS telah tewas akibat diterkam binatang buas. Mendengar cerita itu, Nabi Ya’qub AS sedih bukan main hingga terus menerus menangis sampai-sampai kedua matanya buta.

Meski demikian, Allah SWT memberi kekuatan kepada Ya’qub AS untuk tetap tegar melewati ujian. Padahal, putra-putranya berbohong karena sebetulnya Nabi Yusuf AS masih hidup.

Dikisahkan dalam Qashash Al Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, setelah sekian lama waktu berlalu, ia dapat mencium aroma baju Yusuf AS. Seperti diketahui, Ya’qub AS dikaruniai mukjizat indra penciuman yang tajam.

Setelah mencium aroma baju Nabi Yusuf AS, tiba-tiba Nabi Ya’qub AS dapat melihat kembali. Ini terjadi ketika baju tersebut diusapkan ke wajah sang nabi.

Mengetahui hal itu, Nabi Ya’qub AS memohon ampunan atas perbuatan anak-anaknya seperti tertuang dalam surah Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Saudara-saudara Yusuf AS juge memohon ampun kepada Allah SWT atas kejahatan yang pernah mereka perbuat. Sang Khalik yang Maha Pemaaf, memberi mereka ampun dan mengabulkan permohonan mereka.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Ada 11 Bintang yang Sujud pada Nabi Yusuf, Apa Saja Nama-namanya?


Jakarta

Nabi Yusuf AS adalah salah satu putra Nabi Yakub dari istrinya yang bernama Rahiel. Di antara putra-putra Yakub, Nabi Yusuflah yang memiliki kedudukan paling mulia dan agung.

Nabi Yusuf AS adalah satu-satunya anak Nabi Yakub yang mendapatkan tugas kenabian. Salah satu tanda kenabian yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi Yusuf AS adalah melalui mimpinya, di mana beliau menyaksikan matahari, bulan, dan bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS. Berikut kisah lengkapnya.

Mimpi Nabi Yusuf AS Melihat 11 Bintang Bersujud Padanya

Ibnu Katsir dalam kitab Qashash Al-Anbiya yang diterjemahkan oleh Umar Mujtahid, mengutip sebuah pendapat dari para mufassir dan kalangan lain, yang menuturkan bahwa saat masih kecil dan belum baligh, Nabi Yusuf AS bermimpi seolah-olah sebelas bintang, matahari, serta bulan bersujud kepadanya. Menyaksikan mimpinya tersebut, Nabi Yusuf AS pun tercengang seakan-akan hal ini nyata.


Ketika bangun, Nabi Yusuf AS menceritakan mimpi itu kepada ayahnya. Ayahnya, Nabi Yakub AS, memahami bahwa kelak Nabi Yusuf AS akan meraih kedudukan tinggi, baik di dunia maupun akhirat, dan ayahnya serta seluruh saudaranya akan tunduk padanya dalam kedudukan tersebut.

Namun, Nabi Yakub AS memerintahkan Nabi Yusuf AS untuk menyembunyikan mimpi itu dan tidak menceritakannya kepada saudara-saudaranya, agar mereka tidak merasa hasad, berbuat zalim, dan melakukan tipu daya terhadapnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 4-6,

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ ۝٤ قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًاۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ۝٥ وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya’qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku. Dia (ayahnya) berkata, ‘Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu karena mereka akan membuat tipu daya yang sungguh-sungguh kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi manusia. Demikianlah, Tuhan memilihmu (untuk menjadi nabi), mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana’.”

Dikutip dari Syarah Shahih Al-Bukhari karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Sunnah, sebelas bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS tersebut melambangkan sebelas saudara Nabi Yusuf AS, karena beliau adalah yang kedua belas. Sedangkan matahari dan rembulan melambangkan kedua orang tuanya.

Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa sang ayah dilambangkan dengan Al-Qamar (rembulan), karena bentuk mudzakkar dari kata Al-Qamar. Sementara ibu dilambangkan dengan Asy-Syams (matahari), berdasarkan bentuk muannats dari kata Asy-Syams.

Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa justru sebaliknya, ayah dilambangkan dengan matahari, dan ibu dengan rembulan.

Nama-nama Bintang yang Sujud pada Nabi Yusuf

Dalam mimpinya, sebelas bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS ternyata memiliki nama masing-masing. Mengutip kembali Qashash Al-Anbiya, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Abu Ya’la, dan Bazzar meriwayatkan dalam kitab Musnadnya masing-masing, dari Jabir, yang menuturkan bahwa, “Seorang Yahudi bernama Bustanah datang menemui Nabi SAW, lalu berkata, ‘Hai Muhammad! Beritahukan padaku tentang bintang-bintang yang sujud pada Yusuf seperti dalam mimpinya, apa saja nama-namanya?”

Nabi SAW diam tidak menjawab, lalu Jibril turun memberitahukan nama bintang-bintang itu. Nabi kemudian mendatangi si Yahudi itu dan berkata, ‘Apakah kau akan beriman kepadaku jika aku beritahukan nama bintang-bintang itu kepadamu?’ ‘Ya.’ Jawabnya. Nabi SAW kemudian menyebutkan nama-namanya, ‘(Nama-namanya adalah) Jaryan, Thariq, Dzayyal, Dzul Katifan, Qabis, Watstsab, Amudan, Faliq, Mushbih, Dharuh, Dzul Furu’, Dhiya’ dan Nur.’

Si Yahudi itu kemudian mengatakan, ‘Demi Allah, itulah nama-namanya.’ “

Riwayat Abu Ya’la menambahkan, saat Yusuf mengisahkan mimpi itu kepada ayahnya, ayahnya berkata, “Ini adalah urusan yang tercerai berai yang disatukan Allah. ‘Matahari takwilnya ayah dan bulan takwilnya ibu’.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yusuf Dibuang ke Sumur hingga Akhirnya Jadi Anak Angkat Petinggi Mesir



Jakarta

Nabi Yusuf adalah utusan Allah SWT yang termasuk sosok beriman dan memiliki paras tampan. Sayangnya Nabi Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya dan dibuang ke sumur.

Mengutip buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi karya Rizem Aizid, Nabi Yusuf adalah anak yang paling disayang dan dimanjakan oleh ayahnya, serta lebih dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya, terutama setelah ibu kandungnya, Rahil, meninggal dunia ketika Yusuf masih berusia 12 tahun.

Perlakuan berbeda dari Nabi Yaqub AS kepada anak-anaknya itu menimbulkan rasa iri hati dan dengki di antara saudara Yusuf yang lain. Mereka merasa dianaktirikan oleh ayahnya yang terlihat sangat memanjakan Yusuf.


Rasa iri saudara-saudara Yusuf tidak terbendung lagi. Suatu hari, saudara-saudara Yusuf yang benci dan dengki kepadanya berkumpul dan bermusyawarah untuk mengemukakan perasaan mereka masing-masing atas perlakuan sang ayah kepada Yusuf. Mereka memutuskan untuk membuang Yusuf.

Dalam Al-Qur’an kisah ini diabadikan dalam surat Yusuf ayat 11-15, yang artinya, “Mereka berkata: “Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya. Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya.” Mereka berkata: “Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi”. Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf: “Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi”.

Nabi Yaqub AS bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian menangis? Apakah terjadi sesuatu pada Yusuf?”

Mereka menjawab sambil semakin menangis tersedu-sedu, seperti yang diterangkan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 17 dan 18, artinya, “Mereka berkata: “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.”

“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan”.

Nabi Yaqub AS memegang bajunya Yusuf. Lalu ia mengangkat baju itu dan memperhatikan di bawah cahaya yang terdapat dalam kamar. Ia membalik-balikkan baju itu di tangannya, namun ia melihat bahwa baju itu masih utuh dan tidak ada tanda-tanda cakaran atau robek.

Nabi Yaqub mengetahui bahwa anak-anaknya berbohong. Ia hanya memohon agar diberi kesabaran dan pertolongan Allah SWT atas sesuatu yang dilakukan terhadap putra kesayagannya.

Nabi Yusuf Diselamatkan dari Sumur

Di sumur tempat Yusuf dibuang oleh saudara-saudaranya, ada kafilah yang sedang berjalan menuju Mesir, yaitu satu kafilah besar yang berjalan cukup jauh sehingga dinamakan sayyarah.

Semua kafilah itu menuju sumur. Mereka berhenti untuk menambah air. Mereka mengulurkan timba ke sumur. Lalu, Yusuf bergelantungan pada timba tersebut.

Orang yang mengulurkan timba mengira bahwa timbanya telah penuh dengan air. Namun, setelah dilihat, kafilah itu terkejut sambil berkata, “Hai, alangkah gembiranya kita. Kita mendapat seorang anak yang tampan.”

Yusuf dibawa ke Mesir oleh rombongan orang-orang itu.

Setibanya di Mesir, orang yang menemukan Yusuf itu pun segera menjualnya dengan harga yang sangat murah. Yusuf dibeli oleh salah satu pembesar di Mesir. Ia merawat Yusuf dan menjadikannya anak angkat.

Peristiwa ini diceritakan dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 19-21 yang artinya, “Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: “Oh; kabar gembira, ini seorang anak muda!” Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak”. Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta’bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”

Laki-laki yang membeli Yusuf bukanlah orang sembarangan, melainkan seorang yang penting. Ia termasuk orang yang berasal dari pemerintahan yang berkuasa di Mesir. Ia adalah ketua menteri yang bernama Al Aziz.

Wallahu ‘alam.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com