Tag Archives: ngeri

Ngeri! Selain Temukan Jejak Kaki, Warga Sibolangit Juga Dengar Auman Harimau



Deli Serdang

Petugas Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit menemukan jejak kaki diduga harimau. Tak hanya itu, warga juga mengaku mendengar suara auman hewan buas itu.

Penemuan jejak harimau itu berlokasi di desa Tanjung Beringin, dan desa Buah Nabar, kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Camat Sibolangit, Hesron Girsang mengatakan informasi itu didapatnya dari petugas TWA. Namun, mereka belum pernah melihat secara langsung fisik harimau.


“Itulah di Tanjung Beringin sama Buah Nabar, kata petugas TWA diduga memang itu (tapak harimau), cuman belum pernah nampak wujudnya,” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (30/9).

Jejak harimau itu, menurut dia, ditemukan dua hari setelah sebelumnya ditemukan jejak harimau di kecamatan Pancur Batu. Jarak penemuan jejak tersebut ke pemukiman warga berkisar 1 km.

“Iya, duluan Pancur Baru, baru kita (Sibolangit), baru ke Kutalimbaru, yang tiga (kecamatan) inilah dia mutar-mutar ini. Tapak kaki di tanah, bekas rumput kering, (ditemukan) ada di pinggir sungai, ada di lintas hutan,” jelasnya.

Hesron menjelaskan warga juga sempat mendengar suara seperti auman harimau. Namun, suara tersebut belum dapat dipastikan apakah memang harimau, sebab belum ada warga yang melihat secara langsung wujud harimau itu.

“Yang suara auman itu katanya masuk Kutalimbaru, tapi masih diragukan beruang ataukah harimau karena belum ada yang melihat wujudnya,” jelasnya.

Dia berharap peristiwa ini dapat segera ditindaklanjuti oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Sebab, kata Hesron, penemuan jejak harimau ini sudah berlangsung hampir sepekan.

“Menurut kami sudah perlu lebih serius karena sudah hampir seminggu warga sudah resah. Kepada warga kita imbau sementara ini kalau ke ladang jangan sendiri dan kalaupun tidak terpaksa sekali nggak usah dulu ke ladang karena situasi ini, kita nggak tahu posisinya (harimau) di mana,” pungkasnya.

——-

Artikel ini telah naik di detikSumut.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Predator Super Paling Ditakuti Melebihi Singa, Siapa Dia?


Jakarta

Singa dijuluki sebagai Si Raja Hutan. Akan tetapi, masih ada satu super predator yang lebih ditakuti oleh banyak spesies melebihinya. Siapa predator tersebut?

Jawabannya adalah kita, manusia. Dalam lebih dari 10.000 rekaman satwa liar di sabana Afrika, 95% spesies yang diamati merespons dengan jauh lebih ngeri terhadap suara manusia.

“Rasa takut terhadap manusia sudah mengakar dan menyebar luas. Ada anggapan bahwa hewan-hewan akan terbiasa dengan manusia jika tidak diburu. Namun, kami telah menunjukkan bahwa kenyataannya tidak demikian,” kata ahli biologi konservasi Michael Clinchy dari Western University, Kanada.


Dalam penelitian yang dipublikasikan tahun lalu, ahli ekologi dari Western University, Liana Zanette dan rekan-rekannya memperdengarkan serangkaian vokalisasi dan suara kepada hewan-hewan di lubang-lubang air di Taman Nasional Kruger Raya Afrika Selatan dan merekam respons mereka.

Kawasan lindung ini merupakan rumah bagi populasi singa (Panthera leo) terbesar yang tersisa di dunia, sehingga mamalia lain sangat menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh karnivora ini.

Melansir Science Alert, para peneliti menyiarkan suara percakapan manusia dalam bahasa lokal, termasuk Tsonga, Sotho Utara, Inggris, hingga Bahasa Afrika lainnya. Ada juga suara perburuan manusia, termasuk gonggongan anjing dan tembakan. Mereka juga memutar suara singa yang berkomunikasi satu sama lain.

“Kuncinya adalah vokalisasi singa tersebut berupa geraman dan geraman, seolah-olah sedang ‘berbicara’, bukan saling mengaum. Dengan begitu, vokalisasi singa tersebut dapat dibandingkan secara langsung dengan suara manusia yang sedang berbicara,” ucap Clinchy.

Hasilnya mengejutkan, hampir semua 19 spesies mamalia yang diamati dalam eksperimen dua kali lebih mungkin meninggalkan kubangan air ketika mendengar manusia berbicara dibandingkan dengan singa atau bahkan suara berburu. Mamalia tersebut meliputi badak, gajah, jerapah, macan tutul, hyena, zebra, dan babi hutan, beberapa di antaranya dapat menimbulkan bahaya tersendiri.

“Mendengar vokalisasi manusia secara khususlah yang memicu rasa takut terbesar,” tim menjelaskan dalam makalah mereka.

“(Ini) menunjukkan bahwa satwa liar mengenali manusia sebagai bahaya yang sebenarnya, sedangkan gangguan terkait seperti gonggongan anjing hanyalah proksi yang lebih kecil,” sambungnya.

Zanette mengatakan bahwa meluasnya rasa takut di seluruh komunitas mamalia sabana merupakan bukti nyata dampak lingkungan yang ditimbulkan manusia.

“Bukan hanya melalui hilangnya habitat, perubahan iklim, dan kepunahan spesies, yang semuanya merupakan hal-hal penting. Tetapi kehadiran kita di lanskap tersebut saja sudah cukup menjadi sinyal bahaya sehingga mereka merespons dengan sangat kuat. Mereka sangat takut pada manusia, jauh lebih takut daripada predator lainnya,” tuturnya.

Penelitian ini telah dipublikasikan di Current Biology.

(ask/ask)



Sumber : inet.detik.com

Ngeri! Bukan Cuma di Air Hujan, Mikroplastik Juga ‘Bersarang’ di Otak Manusia


Jakarta

Setelah sempat ramai dengan temuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bahwa air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik, kini muncul temuan yang jauh lebih mengkhawatirkan dari ranah kesehatan global.

Partikel plastik berukuran mikro dan nano ternyata tidak hanya mencemari atmosfer dan air, tetapi juga telah menembus dan menumpuk di otak manusia dalam jumlah yang “sangat mengkhawatirkan”.

Penemuan ini memperkuat fakta bahwa tidak ada satu pun bagian tubuh manusia mulai dari paru-paru, plasenta, hingga organ reproduksi, yang aman dari kontaminasi partikel plastik.


Penelitian yang dilakukan oleh tim dari University of New Mexico menganalisis 51 sampel jaringan otak dari individu yang meninggal pada tahun 2016 dan 2024. Hasilnya dibandingkan dengan sampel hati dan ginjal dari autopsi yang sama.

Sampel otak, yang diambil dari korteks frontal, menunjukkan konsentrasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sampel hati atau ginjal. Temuannya juga menemukan bahwa beberapa sampel dari tahun 2024 mengandung hampir 0,5 persen mikroplastik berdasarkan berat jaringan.

“Ini cukup mengkhawatirkan,” ujar penulis pertama Dr. Matthew Campen kepada The New Lede.

“Ada jauh lebih banyak plastik di otak kita daripada yang pernah saya bayangkan atau rasakan.”

Plastik Menembus Sawar Otak dalam Dua Jam

Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa partikel plastik berukuran kecil (nanometer hingga mikrometer) dapat memasuki tubuh melalui saluran pencernaan dan mampu menembus sawar darah otak (blood-brain barrier), lapisan pelindung otak hanya dalam waktu dua jam.

Para peneliti mengamati partikel yang dicurigai sebagai mikroplastik termasuk PVC, polistirena, dan polietilen-dan menemukan peningkatan yang konsisten dari waktu ke waktu.

Meskipun ini masih berupa studi preprint yang belum ditinjau sejawat (peer-review), para ahli mengkhawatirkan potensi dampaknya. Penelitian pada hewan sebelumnya mengisyaratkan bahwa akumulasi mikroplastik di otak dapat menyebabkan perubahan perilaku dan peradangan.

(kna/kna)



Sumber : health.detik.com