Tag Archives: nusantara

Daerah Pertama yang Jadi Penyebaran Islam di Indonesia dan Bukti Peninggalannya


Jakarta

Di Indonesia, Islam pertama kali masuk melalui wilayah pesisir seperti Aceh dan Sumatera Utara. Sebagaimana diketahui, penyebaran Islam di RI begitu cepat dan luas.

Lantas, tepatnya di daerah mana Islam mulai menyebar pertama kali di Indonesia?


Pulau Sumatra Jadi Daerah Pertama Masuknya Islam ke Nusantara

Menurut buku Islam dalam Arus Sejarah Indonesia yang disusun Jajat Burhanuddin, daerah pertama yang jadi tempat penyebaran agama Islam di Nusantara adalah pesisir pulau Sumatra. Tempat ini disebut sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia yang jadi pusat penyebaran agama Islam di Nusantara.

Mualnya, Islam berkembang pesat di Indonesia lewat jalur perdagangan dan interaksi antar pedagang yang berasal dari Arab, India serta Persia. Seiring berjalannya waktu, ajaran Islam terus menyebar ke wilayah lain termasuk Jawa dan Sulawesi.

Wilayah pesisir barat pulau Sumatra menjadi daerah pertama penyebaran agama Islam. Wilayah tersebut jadi pusat interaksi antara Nusantara dengan pedagang muslim yang berasal dari Timur Tengah seperti Aceh dan Sumatra Utara.

Pada wilayah ini, khususnya kerajaan Sriwijaya, menjadi pintu masuk utama bagi agama Islam yang dibawa melalui jalur perdagangan laut.

Kala itu, Nusantara dikenal sebagai kawasan perdagangan yang ramai. Banyak pedagang muslim dari Arab dan Persia tak hanya membawa barang dagangan, namun juga menyebarkan ajaran Islam ke penduduk setempat.

Wilayah pesisir Sumatra seperti Lamuri dan Barus jadi titik awal berkembangnya agama Islam di Indonesia. Keberadaan pedagang-pedagang muslim ini yang kemudian jadi pemicu utama proses penyebaran Islam secara lebih luas di wilayah Nusantara.

Kota Barus Jadi Daerah Penyebaran Islam di Nusantara

Kota Barus di pesisir barat Sumatra menjadi salah satu daerah pertama yang merupakan tempat penyebaran agama Islam di Nusantara. Barus sendiri telah lama menjadi pusat perdagangan internasional sejak abad ke-1.

Kota Barus tak hanya memperdagangkan komoditas seperti kapur barus dan rempah-rempah, namun juga sebagai tempat bertemunya para pedagang muslim dari Arab dan Persia yang menjual aneka barang dagangan khas.

Para pedagang musim yang singgah di Barus tak hanya berjualan, tetapi juga memperkenalkan ajaran Islam kepada penduduk lokal lewat tradisi sosial dan keagamaan serta adat.

Kota Barus disebut sebagai pintu masuk utama bagi agama Islam di Sumatra yang kemudian menyebar ke wilayah-wilayah lainnya di Nusantara.

Kerajaan Sriwijaya Berperan Penting dalam Proses Islamisasi Nusantara

Kerajaan Nusantara yang terletak di Palembang memiliki peran penting dalam proses Islamisasi di Nusantara. Sebagai pusat perdagangan maritim terbesar di Asia Tenggara masa itu, Sriwijaya juga menjadi pusat interaksi budaya dan agama, termasuk penyebaran Islam.

Pedagang muslim dari Arab dan Persia sering singgah di Sriwijaya membawa ajaran Islam yang diterima masyarakat setempat. Interaksi antara masyarakat dan pedagang itu terjalin dengan kuat sehingga Islam cepat menyebar.

Letak geografis Sriwijaya yang strategis menjadikannya sebagai jembatan penting penyebaran Islam di Nusantara.

Bukti Peninggalan Sejarah Islam di Wilayah Nusantara

Salah satu bukti paling awal terkait keberadaan komunitas muslim adalah catatan dari Dinasti Tang di Cina yang mencatat bahwa kehadiran orang-orang Arab dan Persia di wilayah Sumatra pada abad ke-7.

Selain itu, bukti arkeologis juga menunjukkan adanya peninggalan-peninggalan Islam di Nusantara, seperti makam-makam muslim kuno di wilayah pesisir Sumatra dan Jawa yang jadi penanda Islam telah hadir dan berkembang di kalangan masyarakat lokal sejak dulu.

Bukti lainnya adalah penemuan batu nisan milik Fatimah binti Maimun bin Abdullah di Leran, Jawa Timur yang bertarikh tahun 475 atau 1082 Masehi. Penemuan ini menunjukkan adanya jejak komunitas muslim di Jawa sejak awal abad ke-11.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Operasional Haji 2024 Selesai, Komisi VIII DPR RI Puji Layanan Kemenag



Jakarta

Penyelenggaraan ibadah haji 1445H/2024 M dinilai sukses terlaksana. Kementerian Agama (Kemenag) mendapat apresiasi dari banyak pihak, termasuk dari Komisi VIII DPR RI.

MY Esti Wijayanti, anggota Komisi VIII DPR RI melemparkan tanggapan positif atas penyelenggaraan ibadah haji 2024.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menilai layanan haji yang diberikan Kemenag sangat luar biasa. Apresiasi ini disampaikan Esti saat menghadiri Tasyakuran Kesuksesan Penyelenggaraan Haji 2024 di Yogyakarta.


“Pelayanan penyelenggaraan haji yang disuguhkan Kemenag sudah sangat luar biasa,” tutur Esti Wijayanti seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima detikHikmah, Selasa (23/7/2024)

Esti menyampaikan apresiasi ini setelah mendengar kisah perjalanan haji para jemaah asal Indonesia. Dari kesaksian para jemaah ini, Esti menyimpulkan bahwa penyelenggaraan operasional haji 1445 H /2024 M berjalan dengan baik.

Esti juga turut memuji hidangan yang disajikan untuk jemaah Indonesia yakni hidangan bercita rasa Nusantara. “Saya juga mendengar bahwa konsumsi untuk jemaah sesuai citarasa Indonesia,” lanjut Esti.

Dalam kesempatan ini hadir pula Kepala Kanwil Kemenag Daerah Istimewa Yogyakarta Ahmad Bahiej serta Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kemenag DIY Aidi Johansyah.

Senada dengan Esti, apresiasi dan pujian untuk Kemenag juga disampaikan Kakanwil Ahmad Bahiej. Ia mengungkapkan terimakasih kepada Menteri Agama dan segenap jajaran.

“Alhamdulillah, terimakasih Gus Men Yaqut Cholil Qoumas dan segenap jajaran khususnya para petugas haji Indonesia. Penyelenggaraan haji tahun ini berjalan sangat baik, sukses dan lancar. Semoga seluruh jemaah haji Indonesia menggapai kemabruran,” kata Ahmad Bahiej.

Operasional pemulangan jemaah haji ke Tanah Air telah berakhir pada Senin, 22 Juli 2024. Pada musim haji tahun ini, tercatat jemaah haji reguler yang wafat berjumlah 461 orang.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com