Tag Archives: oli

Ketahu Penyebab Transmisi Matic Overheat



Jakarta

Buat detikers yang hendak pergi liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025, ada baiknya segera melakukan pengecekan kendaraan terlebih dahulu. Jangan sampai saat libur natal, malah mengalami kendala karena kendaraan menjadi rusak.

Nah kejadian yang kerap merugikan saat libur panjang seperti libur Nataru yang diakibatkan macet berkepanjangan ialah kondisi overheat. Kondisi ini bisa dicegah dengan mengecek oli transmisi. Pastikan kondisinya masih bagus, sebelum kendaraan dibawa pergi jauh.

“Salah satu komponen mobil yang bekerja keras adalah transmisi otomatis atau matic. Begitu mesin dinyalakan, oli transmisi matic langsung bersirkulasi dan baru akan berhenti ketika mesin dimatikan kembali. Padahal, mesin akan bekerja dalam jangka waktu lama dalam kondisi berkendara yang berat,” kata Komisaris Utama PT Autochem Industry Richard Sada dalam siaran persnya.


Richard menambahkan, gesekan dari komponen roda gigi transmisi matic dan sirkulasi tanpa henti ini memicu panas berlebih di dalam girboks bila berlangsung terus menerus tanpa ada waktu untuk istirahat. Komponen transmisi bisa mengalami overheat atau panas berlebih.

“Perilaku lain yang membuat transmisi matic cepat kepanasan adalah sering menahan pedal gas saat berhenti di tanjakan. Ketika melakukan itu, perlu tekanan besar untuk menahan gear dan kampas kopling transmisi otomatis. Kelebihan tekanan terus menerus ini bisa memicu overheat kalau dibiarkan,” kata Richard.

“Selain itu, penyebab panas berlebih pada transmisi matic adalah akibat selip di bagian transmisi. Clutch atau kopling yang aus jadi salah satu pemicunya. Salah satu cirinya adalah kehilangan ketika mobil berakselerasi. Sehingga, dibutuhkan pelumas transmisi otomatis yang sanggup berfungsi optimal dalam tekanan kerja yang berat di masa liburan Nataru 2025. Prestone Automatic Transmission Fluid Series hadir untuk memastikan liburan Nataru kamu dapat berjalan dengan aman dan nyaman,” Richard menambahkan.

Prestone Automatic Transmission Fluid Series

Menurut Ricard, pemilihan pelumas transmisi juga menjadi hal penting, seperti yang ditawakan Prestone Automatic Transmission Fluid (ATF) Series sangat cocok digunakan oleh kendaraan-kendaraan transmisi otomatis segala usia, baik bensin maupun diesel. Bahan dasar Synthetic dan Fully Synthetic diformulasikan supaya dapat memenuhi spesifikasi Multi-Vehicle pada berbagai merek mobil yang beredar di Indonesia.

Prestone ATF memastikan proses perpindahan gigi yang lancar dan halus dalam segala kondisi berkendara, khususnya di lalu lintas perkotaan dengan situasi stop and go yang tinggi. Panas komponen transmisi dapat dilepaskan dengan baik, sehingga suhu kerjanya tetap stabil.

Respons transmisi dapat lebih sigap ketika harus berpindah cepat saat mobil dipacu. Penggunaan bahan berkualitas memberikan pelumasan dan perlindungan menyeluruh pada komponen transmisi otomatis dari keausan akibat gesekan antar komponen.

Dengan pengalaman panjang mengembangkan ATF di Indonesia, formula kimianya memiliki kesesuaian yang sangat baik dengan material transmisi otomatis sehingga umur parts lebih panjang. Ditambah, kemampuan menekan oksidasi untuk menghambat korosi di ruang transmisi.

Berikut daftar produk Prestone ATF Series terbaru:

1. Prestone Automatic Transmission Fluid High Viscosity (HV) Synthetic

Prestone Automatic Transmission Fluid High Viscosity (HV) Synthetic diklaim sangat cocok untuk mendukung kinerja transmisi otomatis di lingkungan kerja yang berat setiap hari.
Pelumas yang dikembangkan untuk mobil yang beroperasi di Amerika, Eropa, dan Asia ini, memberikan perpindahan gigi transmisi yang halus dan minim hentakan, baik untuk mobil dengan jarak tempuh rendah maupun tinggi. Bahannya diriset agar dapat menambah usia pakai transmisi berkat perlindungan maksimal yang diberikan.

2. Prestone Automatic Transmission Fluid Low Viscosity (LV) Fully Synthetic

Prestone Automatic Transmission Fluid Low Viscosity (LV) Fully Synthetic dapat dipakai oleh pemilik mobil yang sering berkendara di jalan yang lebih moderat. Low Viscosity Formula yang lebih encer, dapat membantu menghemat konsumsi bensin.

Pelumas ini dilengkapi formula yang dapat meningkatkan daya tahan gesekan supaya menghasilkan performa perpindahan gigi yang mulus. Dengan segala keunggulannya, ATF jenis LV ini memiliki usia pakai yang panjang.

3. Prestone CVT Fluid Fully Synthetic

Saat ini, adopsi transmisi CVT kian luas yang mencakup mesin dengan cc kecil hingga besar. Prestone CVT Fluid Fully Synthetic dengan bahan dasar berkualitas, meningkatkan perlindungan dari keausan dan korosi pada sabuk, rantai, dan puli CVT.

Pelumas ini mendukung perubahan rasio yang lebih halus dan pelepasan panas yang lebih optimal, serta memberikan konsumsi BBM lebih ekonomis bersama respons yang superior. Cairan ini dapat dipakai oleh mobil hybrid yang umumnya memanfaatkan transmisi CVT.

(lth/dry)



Sumber : oto.detik.com

7 Cara Mudah Bedakan Oli Asli dan Palsu, Kenali Dampaknya!


Jakarta

Pengguna motor maupun mobil wajib berhati-hati saat membeli oli. Saat ini masih ditemukan peredaran oli palsu yang tentunya bisa merusak dan membahayakan kendaraan Anda.

Untuk itu, detikers harus mengetahui cara membedakan oli asli dan palsu dengan beberapa cara yang akan kita bahas di bawah ini. Selain itu, kenali dampaknya pada kendaraan jika menggunakan oli palsu.

Ciri-ciri Oli Palsu dan Asli

Untuk bisa membedakan oli asli dan palsu, Anda harus mengetahui ciri-ciri keduanya. Dikutip dari situs Astra Otoshop dan Honda Cengkareng, berikut ini beberapa ciri-ciri oli palsu dan asli:


1. Kemasan

Saat membeli oli, detikers harus mengecek kemasannya. Dari segi fisik bagian luar, kemasan oli asli tampak berwarna tajam dan jelas, sedangkan oli palsu biasanya pudar dan kurang tajam.

Pada bagian botol, oli asli biasanya didesain sekali pakai dengan menggunakan seal. Oli palsu biasanya sudah tidak bersegel, seal terlihat longgar, bahkan mungkin penyok.

2. Kode Produksi

Ciri-ciri oli palsu selanjutnya adalah tidak memiliki kode produksi. Sedangkan oli asli memiliki kode produksi yang tertera pada kemasan dan botolnya. Pada keduanya harus tertulis kode produksi yang sama.

3. Pengamanan Ekstra

Oli asli dilengkapi dengan pengamanan ekstra. Setiap merek bisa berbeda-beda. Contohnya adalah terdapat stiker hologram dengan barcode. Kode ini hanya bisa discan satu kali.

4. Warna Oli

Dari segi isinya, perbedaan yang bisa dilihat adalah pada warnanya. Oli asli biasanya berwarna kuning keemasan, tetapi ada juga yang biru atau merah. Sedangkan oli palsu biasanya berwarna lebih keruh, bahkan hitam.

5. Kekentalan

Selain warna, tingkat kekentalan oli juga bisa dicek. Oli umumnya merupakan cairan yang agak kental. Sementara oli palsu biasanya lebih cair dan keruh, sehingga kinerjanya kurang optimal.

6. Bau

Bau oli asli biasanya tidak menyengat, bahkan tidak berbau sama sekali. Tapi oli palsu memiliki bau menyengat dan terkesan aneh karena menggunakan campuran yang tidak wajar.

7. Harga

Terakhir, detikers jangan mudah tergiur dengan harga murah, karena bisa saja oli tersebut palsu. Penjual mungkin menjual dengan kedok diskon atau promo beli 1 gratis 1, dan sebagainya

Dampak Oli Palsu Pada Kendaraan

Cara membedakan oli asli dan palsu di atas penting diketahui karena oli palsu bisa berdampak buruk pada kendaraan. Berikut ini beberapa dampaknya:

  • Pelumasan tidak optimal: akibat dari kualitas oli yang buruk, proses pelumasan menjadi tidak optimal, sehingga gesekan akan lebih mudah terjadi.
  • Risiko mesin rusak: oli palsu yang digunakan dalam jangka panjang dapat menyebabkan mesin macet dan rusak.
  • Mesin cepat panas: akibat pelumasan tidak optimal, mesin juga akan mudah panas jika menggunakan oli palsu.
  • Komponen cepat aus: karena gesekan yang semakin berat dan terjadi panas, maka komponen bisa cepat aus.
  • Biaya perbaikan tinggi: jangan sampai karena tergiur harga oli palsu yang murah, kendaraan justru rusak dan memakan biaya perbaikan yang jauh lebih tinggi.

Nah, detikers kini harus bisa membedakan antara oli asli dan palsu berdasarkan ciri-ciri di atas. Jika takut keliru, sebaiknya kalian membelinya di distributor atau bengkel resmi.

(bai/row)



Sumber : oto.detik.com

Oli Cepat Hitam Meski Baru Ganti? Ini 4 Penyebab dan Solusinya


Jakarta

Mengganti oli termasuk cara merawat kendaraan. Oli baru diganti umumnya berwarna kuning jernih. Beda hal jika warnanya hitam pekat yang menandakan oli sudah kotor akibat pemakaian sehari-hari.

Namun, tak sedikit pengendara mengeluhkan oli cepat menghitam padahal belum lama diganti dan pemakaian motornya tidak terlalu sering. Kira-kira apa ya penyebabnya?

Penyebab Oli Cepat Hitam dan Solusinya

Mengutip situs Astra Motor dan Federal Oil, berikut penyebab oli cepat hitam menghitam walau baru diganti dan cara mengatasinya:


1. Komponen Mesin Kotor

Selain sebagai pelumas, oli berfungsi sebagai pembersih. Oli akan membersihkan permukaan dinding silinder dari oksidasi, kerak-kerak yang timbul akibat proses pembakaran, hingga pembersihan karbon. Apabila mesin motor kotor maka kotoran akan ikut terbawa oli.

Oleh sebab itu, ruang mesin hendaknya sekaligus dibersihkan saat jadwal servis agar tidak kotor. Dengan begitu, oli akan awet dan tidak cepat hitam.

2. Gas Sisa Pembakaran Masuk Karter

Ketika boring motor aus dan ring piston susut atau terbalik, gas sisa pembakaran yang mungkin mengandung kerak dan kotoran dapat masuk ke karter. Akibatnya, oli yang tertampung mudah menghitam saat gas masuk ke karter. Begitu juga ketika gap ring piston berada segaris akibat pemasangan salah atau ring yang longgar.

Untuk mencegah komponen cepat aus, penting memilih pelumas yang bagus dan sesuai agar performa mesin tetap optimal.

3. Mesin Overheat

Setelan kopling yang kurang pas bisa menyebabkan selip sehingga oli cepat menguap. Akibatnya, mesin kendaraan bisa mengalami overheat atau terlalu panas yang pada akhirnya membuat oli mudah menghitam.

Jika hal ini terjadi, oil cooler dapat dipasang di belakang radiator atau dekat filter agar memperoleh udara maksimal untuk menjaga oli mesin tetap dalam kondisi dingin. Saat oli dingin maka kekentalannya meningkat dan membuat komponen mesin terhindar dari keausan.

4. Filter Oli Rusak

Filter oli berperan menyaring kotoran dalam mesin agar tidak bercampur dengan oli. Jika komponen ini rusak, maka tidak lagi bisa menjalankan fungsinya dengan maksimal. Akibatnya, oli akan kotor dan menghitam. Mesin juga tidak dapat terlindungi dengan baik sehingga risiko gesekan antar komponen dan keausan meningkat.

Karena itu, jangan lupa cek kondisi filter oli saat servis motor. Periksa apakah komponen ini harus diganti atau cukup dibersihkan saja. Jika rusak, sebaiknya ganti filter oli dan pasang dengan benar agar berfungsi optimal.

(azn/row)



Sumber : oto.detik.com

Selain Oli Mesin, Ini 4 Jenis Oli pada Mobil Matic yang Harus Rutin Diganti


Jakarta

Bagi pemilik mobil bertransmisi otomatis atau matic, wajib hukumnya untuk mengganti oli secara rutin. Selain oli mesin, ada beberapa jenis oli lainnya pada mobil matic yang juga perlu diganti.

Mengganti oli mobil matic dengan yang baru bisa disesuaikan dengan jarak tempuh per kilometer atau hitungan per bulan. Setiap jenis oli juga memiliki waktu penggantian yang berbeda-beda.

Namun, penggantian oli bisa dilakukan lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Hal ini berlaku jika mobil digunakan hampir setiap hari atau telah menempuh jarak yang jauh.


Lantas, apa saja oli pada mobil matic yang harus diganti secara rutin? Simak pembahasannya dalam artikel ini.

Oli pada Mobil Matic yang Perlu Diganti

Dilansir situs Daihatsu Indonesia, ternyata ada beberapa jenis oli pada mobil matic yang harus diganti selain oli mesin. Berikut rinciannya:

1. Oli Transmisi

Oli transmisi berfungsi sebagai pelumas persneling mobil. Jika dilakukan penggantian oli secara rutin, maka transmisi mobil matic dapat berjalan dengan baik.

Umumnya, penggantian oli transmisi mobil matic dilakukan setelah mencapai jarak 40.000 km. Namun, beberapa pabrikan mungkin mengeluarkan kebijakan yang berbeda-beda, sehingga ada yang menyarankan mengganti oli transmisi ketika jarak tempuh mencapai 80.000 km.

2. Oli Rem

Pelumas yang satu ini juga tak kalah penting untuk diganti secara rutin. Mengganti oli rem wajib dilakukan agar rem dapat berfungsi secara optimal.

Volume oli rem harus dicek secara konsisten agar kadar oli tidak berada di bawah garis minimal. Idealnya, oli rem mobil bisa diganti setiap 40.000 km atau dua tahun sekali.

Selain mengetahui waktu penggantian oli rem, kamu juga harus memperhatikan perubahan warna pada oli. Apabila sudah berubah warna menjadi cokelat atau kehitaman, segera ganti dengan oli yang baru meskipun mobil belum menempuh jarak 40.000 km.

3. Oli Power Steering

Jenis oli berikutnya adalah oli power steering pada mobil yang masih menggunakan sistem power steering hidrolik. Pelumas yang satu ini berfungsi sebagai pompa hidrolik agar pengemudi lebih mudah mengendalikan setir. Selain itu, oli power steering juga berperan dalam menjaga ritme kerja komponen sistem kemudi mobil.

Oli power steering harus dilakukan penggantian secara berkala jika sudah berubah warna menjadi cokelat atau hitam. Biasanya, oli power steering diganti setiap empat tahun sekali atau ketika mobil sudah menempuh jarak 80.000 km.

4. Oli Gardan

Pemilik mobil matic juga perlu mengganti oli gardan secara rutin. Sedikit informasi, gardan adalah gear yang terletak di as roda mobil. Oli gardan mirip dengan oli transmisi, tetapi hanya dapat digunakan untuk penggerak roda belakang.

Fungsi oli gardan yakni untuk menyambungkan transmisi dan gardan agar kemampuan kerja mesin tetap lancar. Pada umumnya, oli gardan diganti saat mobil sudah menempuh jarak tempuh 20.000 km atau dua tahun sekali.

Lakukan pengecekan oli gardan secara rutin. Jika oli sudah berubah warna menjadi cokelat atau hitam, itu tandanya harus diganti dengan pelumas yang baru.

Demikian empat jenis oli pada mobil matic yang wajib diganti secara rutin. Semoga bermanfaat!

(ilf/fds)



Sumber : oto.detik.com

Sering Ngelakuin Kebiasaan Ini? Awas, Mobil Matic Jadi Cepat Rusak!



Jakarta

Ada kebiasaan yang tak disadari pengendara bikin transmisi mobil matic rusak. Begini penjelasannya.

Mengendarai mobil matic memang lebih mudah daripada mobil manual. Hanya ada dua pedal yang perlu dikendalikan pengemudi yaitu untuk ngegas dan ngerem. Perpindahan gigi pun dilakukan secara otomatis. Tak perlu lagi repot-repot menginjak kopling saat pergantian gigi.


Meski begitu saat berkendara, ada kebiasaan yang tak disadari justru membuat transmisi mobil matic cepat rusak. Salah satunya memindahkan tuas transmisi tanpa mengerem lebih dulu.

“Kalau yang pemakaian, misalnya masuk gigi tanpa direm, itu kan jedug. Direm (dulu) ya, masuk gigi baru lepas, smooth kan tuh,” kata Wahono belum lama ini.

Selain itu yang sering jadi perdebatan adalah posisi tuas transmisi saat menunggu lampu merah. Ada baiknya posisi tuas transmisi berada di ‘N’ atau Netral. Selain menjaga keawetan transmisi, kebiasaan ini juga dapat menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

“Yang benar apa? Netral, karena kalau nggak netral itu berbahaya. Kalau kita nggak konsen nginjek rem agak lengang, mobil jalan nabrak. Terus kan ada komponen yang bekerja walaupun waktu ditahan kopling nggak terlalu keras, tapi tetap bekerja,” lanjut Wahono.

Tak cuma menunggu lampu merah, saat di kondisi macet pun sebaiknya tuas transmisi mobil matic berada di N. Selain pengendaraan, pemilik kendaraan juga perlu melakukan perawatan pada mobilnya.

Bicara perawatan, tak jauh berbeda dengan mobil pada umumnya. Kamu bisa melakukan perawatan secara berkala, seperti melakukan penggantian oli. Oli mesin biasanya dilakukan pergantian setiap 5.000 km atau 10.000 km. Ada juga pergantian oli transmisi yang dilakukan secara berkala. Selain itu, hindari melakukan akselerasi secara mendadak. Akselerasi yang cepat bisa membebani transmisi sekaligus membuat komponen cepat aus.

(dry/din)



Sumber : oto.detik.com

Ganti Oli Mesin Mobil, Patokannya Jarak Tempuh atau Lama Pemakaian?



Jakarta

Oli mesin merupakan komponen chemical penting pada mobil yang wajib diganti secara rutin. Biasanya pabrikan merekomendasikan penggantian oli mesin mobil berdasarkan jarak tempuh atau lama pemakaian. Tapi sebenarnya manakah yang lebih harus didahulukan?

Seiring bertambahnya jam kerja mesin, senyawa kimia oli mesin mobil pasti akan berubah, dan kemampuannya dalam melumasi dan melindungi komponen mesin yang saling bergesekan akan ikut menurun. Khususnya kalau mobil sering menghadapi kondisi berat seperti macet. Parkir di rumah sekalipun, tidak berarti aman karena akan terjadi oksidasi di dalam mesin mobil yang membuat formula oli rusak dan memicu karat.

Masalahnya, turunnya kemampuan oli akan membuat gesekan antar komponen mesin makin meningkat, serta meninggalkan banyak residu. Selain membuat komponen mesin menjadi cepat rusak, jika dibiarkan kotoran akan menumpuk di dalam saluran oli mesin, bahkan menyumbatnya jika sudah terlalu banyak.


Residu berlebihan turut mempengaruhi kerja pompa dan filter oli mesin, di mana kalau sudah parah dapat mengakibatkan keduanya tersumbat. Karena itu, pemilik mobil wajib mengganti filter oli secara rutin waktu ganti oli mesin yang sebaiknya dilakukan ketika servis berkala.

Fungsi oli lainnya juga akan menurun, seperti kemampuan melepaskan panas mesin sehingga kerja radiator makin berat. Padahal, suhu kerja yang terlalu tinggi akan membuat mesin kesulitan beroperasi dengan baik. Selain mengurangi tenaga yang dihasilkan, mobil juga akan menjadi lebih boros bahan bakar.

Mobil yang tidak dipakai dalam jangka waktu lama tetap harus ganti oli mesin secara berkala. Seiring waktu, senyawa kimia oli mesin akan mengalami perubahan akibat proses oksidasi secara alami. Kandungan air sebagai hasil dari oksidasi akan meningkat pada oli mesin hingga mencapai tingkat yang berbahaya jika didiamkan.

Begitu mesin dinyalakan dan oli bekerja, kontaminasi air akan merusak senyawa oli dan menurunkan kemampuannya dalam melumasi dan melindungi komponen mesin. Lantas akhirnya, mesin mobil rusak akibat pelumas gagal melindungi komponen mesin.

Tidak lupa, ruang mesin turut memiliki potensi timbul karat karena proses oksidasi yang gagal diredam oleh oli mesin. Jika hal itu dibiarkan, karat akan merambat ke berbagai komponen di dalam mesin dan mengakibatkan kerusakan parah.

Ganti Oli Mesin Berdasarkan Jarak Tempuh atau Durasi Pemakaian?

Melihat pentingnya tugas oli mesin, cairan pelumas ini harus selalu dalam pengawasan, minimal menggantinya ketika servis berkala setiap 6 bulan atau 10.000 km, tergantung mana yang tercapai lebih dahulu.

Meski demikian, masih banyak pemilik mobil yang bingung soal kapan waktu yang tepat untuk mengganti oli. Ada yang berpatokan pada jarak tempuh ada juga yang mengacu pada jangka waktu pemakaian. Dari kedua acuan tersebut, mana sebenarnya yang paling tepat?

Dijelaskan Auto2000 dalam keterangan resmi, keduanya bisa dijadikan patokan oleh pemilik mobil untuk menentukan jadwal penggantian oli mesin. Tinggal melihat mana yang lebih dulu tercapai. Misalnya, karena mobilitas sangat tinggi seperti untuk taksi online atau sering bepergian ke luar kota, tidak sulit untuk mencapai jarak tempuh 10.000 km.

Jangan ditunda, segera ganti oli mesin meskipun waktu operasional belum mencapai 6 bulan. Karena bekerja keras, maka ada potensi timbul residu di dalam oli. Ada pula risiko formula oli berubah atau rusak sehingga kemampuannya dalam melindungi dan melumasi komponen mesin tidak lagi efektif.

Untuk pemilik mobil yang lebih sering beraktivitas di dalam kota atau jarang mengendarai mobil, odometer 10.000 km mungkin akan sulit tercapai dalam jangka waktu 6 bulan. Namun patut dicatat, situasi berkendara stop and go di dalam kota sangat ‘menyiksa’ mesin yang membuat oli harus bekerja lebih keras lagi.

Salah satu alasannya karena mesin mobil kesulitan memperoleh pendingin alami yang berembus dari depan akibat banyak berhenti. Alhasil, oli dan juga cairan pendingin harus bekerja lebih berat. Padahal seiring waktu, senyawa oli akan berubah di mana suhu tinggi akan mempercepat proses kerusakan.

Jangan lupa pula, oli pada mobil yang banyak parkir di rumah berisiko mengalami perubahan akibat proses oksidasi alami. Begitu mesin dinyalakan, maka kontaminasi air akan merusak senyawa oli dan menurunkan kemampuannya. Ruang mesin turut memiliki potensi timbul karat karena proses oksidasi yang gagal diredam oleh oli.

“Urusan Toyota lebih mudah, AutoFamily tinggal menyesuaikan waktu ganti oli mesin dengan mobilitas setiap hari. Lihat mana yang tercapai lebih dahulu, baik itu jarak tempuh ataupun waktu pemakaian, segera ganti oli kalau sudah melampauinya. Jangan ditunda karena banyak risiko yang timbul akibat tidak ganti oli mesin secara rutin, selanjutnya booking servis berkala via website Auto2000.co.id,” jelas Yagimin, Chief Marketing Auto2000, dalam keterangannya Senin (5/5/2025).

(lua/din)



Sumber : oto.detik.com

Tips Merawat Mobil, Kapan Sebaiknya Ganti Ban?



Jakarta

Merawat mobil menjadi suatu keharusan, sebab kondisi ini akan menentukan kondisi mobil dalam jangka panjang.

Hasil studi yang dilakukan oleh Automotive Aftermarket Industry Association, kendaraan yang dirawat secara rutin dapat menempuh jarak hingga 300.000 kilometer, sedangkan sedangkan kendaraan yang diabaikan biasanya hanya mencapai sekitar 100.000 km.

Hankook Tire membagikan insight perawatan mobil yang sebaiknya diketahui setiap pengendara baru.


“Merawat mobil seharusnya sudah dilakukan sejak awal pembelian, bukan menunggu ada masalah, karena kebiasaan ini akan menentukan kondisi mobil jangka panjang, menekan risiko kecelakaan, sekaligus menghindarkan dari biaya perbaikan yang tidak perlu,” kata National Sales Manager Passenger Car Radial (PCR) Hankook Tire Sales Indonesia, Apriyanto Yuwono.

Berikut ini tips merawat mobil:

Pertama, rutin ganti oli mesin.

Oli berfungsi melumasi komponen mesin agar tidak cepat aus, membantu menjaga suhu mesin tetap stabil saat macet, hingga membersihkan kotoran logam dan sisa pembakaran. Untuk mencegah kerusakan pada mesin, sebaiknya ganti oli setiap 6 bulan atau 10.000 km, tergantung mana yang tercapai lebih dahulu. Jika mesin mengeluarkan suara kasar atau indikator oli pada speedometer menyala, segera lakukan penggantian oli untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.

Kedua, cek air radiator dan sistem pendinginan.

Air radiator berperan penting dalam menjaga kestabilan suhu mesin. Dengan sirkulasi yang terus-menerus menyerap dan melepaskan panas, cairan ini mencegah terjadinya overheat, yang dapat merusak komponen mesin secara permanen. Idealnya, kuras air radiator setiap 2 tahun atau 40.000 km, tergantung mana yang tercapai lebih dulu. Jika warnanya mulai keruh atau kecokelatan, tandanya air radiator sudah terkontaminasi dan perlu segera diganti. Hindari penggunaan air biasa karena dapat menyebabkan karat pada sistem pendingin.

Ketiga, cek kondisi kampas rem.

Kampas rem memiliki ukuran minimum yang aman yaitu 3 mm untuk bagian depan dan 2 mm untuk bagian belakang. Secara umum, kampas rem sebaiknya diganti setelah mobil menempuh 60.000-70.000 km untuk transmisi manual, sementara pada transmisi otomatis sebaiknya dilakukan lebih cepat, yakni setelah 35.000-40.000 km. Selain jarak tempuh, tanda-tanda kampas rem perlu segera diganti antara lain muncul suara berdecit dan berkurangnya daya cengkeram saat pengereman. Penggantian kampas rem sebelum habis penting untuk menjaga efektivitas pengereman dan keselamatan.

Keempat, periksa ban mobil.

Posisi ban yang kurang presisi bisa menyebabkan mobil terasa tidak stabil, keausan ban menjadi tidak merata, hingga mengurangi kenyamanan berkendara. Untuk itu, lakukan spooring dan balancing secara rutin agar performa ban tetap optimal. Spooring adalah penyetelan sudut roda agar kembali sejajar sesuai standar pabrik sehingga ban mobil tetap stabil dan lurus. Sedangkan balancing adalah menyeimbangkan bobot kendaraan pada ban dan velg, fungsinya mengurangi getaran, serta memperpanjang umur ban dan suspensi. Tanda kendaraan membutuhkan spooring dan balancing umumnya terasa dari getaran pada setir saat melaju di kecepatan tertentu, mobil cenderung menarik ke satu sisi, atau terasa kurang stabil saat dikendalikan. Lakukan spooring & balancing setiap 10.000 km hingga maksimal 20.000 km.

Kelima, isi tekanan angin ban yang sesuai.

Tekanan angin yang tepat sangat penting untuk menjaga kestabilan, kenyamanan, dan efisiensi bahan bakar. Tekanan yang kurang bisa membuat ban cepat aus di bagian samping, sedangkan tekanan berlebih berisiko membuat ban lebih keras dan daya cengkeram berkurang. Tekanan angin ideal bervariasi sesuai jenis mobil, yakni MPV (33-36 Psi), City Car (30-36 Psi), Sedan (30-33 Psi), dan SUV (35-40 Psi), atau sesuai dengan rekomendasi pabrikan.

“Salah satu aspek penting dalam preventive maintenance adalah memperhatikan kondisi ban, sebagai satu-satunya komponen kendaraan yang bersentuhan langsung dengan aspal. Banyak pengendara menganggap ban masih layak pakai selama belum bocor atau rusak parah, padahal usia dan jarak tempuh juga menentukan. Idealnya, ban diganti setiap 2-3 tahun atau setelah menempuh 40.000 km, dan saat pola telapak sudah mencapai batas thread wear indication (TWI).” jelas Apriyanto.

(riar/lua)



Sumber : oto.detik.com