Tag Archives: pahlawan nasional

17 Destinasi Wisata dengan Nama Pahlawan Nasional, Ada yang Tersembunyi

Destinasi wisata ini memiliki ombak tenang, angin sejuk, dan pasir halus yang bikin pengunjung betah main bersama di pesisirnya. Kita juga bisa berkunjung ke Kura-kura Ocean Park berupa akuarium besar, main Spoor Mini, atau naik perahu ke Pulau Panjang.

Berdiri sebagai oase seni dan kebudayaan di Jakarta, TIM kini menjadi tempat hype yang dikunjungi masyarakat urban. Di sini ada perpustakaan yang Instagramabel, tenang, dan buka 24 jam. Belakangan, komplek TIM jadi spot wisata yang wajib dikunjungi para gen Z di Jakarta dan sekitarnya.

Pulau di Banda Neira, Maluku ini adalah tempat pengasingan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Di sini, kita bisa menikmati pemandangan bawah laut yang pastinya mempesona lewat diving atau snorkeling. Tentunya, kita juga bisa sekadar jalan-jalan menikmati keindahan Pulau Hatta.

Destinasi wisata pendidikan ini menyimpan berbagai jejak perjuangan RA Kartini dalam bidang pendidikan dan emansipasi. Kita bisa melihat langsung ruang kerjanya yang terdiri dari satu set meja dan kursi tamu, kotak surat, anyaman sulam dan mesin jahit kuno.

Lokasi tak hanya menyimpan jejak sejarah, tapi juga keindahan dan keunikan bangunan khas Sumatra Barat. Di lantai satu ada barang pribadi Tuanku Imam Bonjol misal senjata yang digunakan dalam pertempuran, lukisan, dan silsilah keluarga. Sementara di lantai dua ada barang-barang kuno seperti peralatan dapur, uang kuno, dan keramik antik.

Spot di Gunung Soemantri ini terletak di bagian barat Barisan Sudirman setinggi 4.870 meter. Puncak dengan salju abadi ini mungkin jadi sala satu impian para pendaki gunung. Namun hanya yang benar-benar kompeten dan punya perlengkapan memadai bisa menjajal Puncak Soemantri.

Lokasi Puncak Soekarno atau Puncak Jaya di Gunung Carstensz bukan destinasi untuk semua orang. Terletak setinggi 4.884 meter, Puncak Soekarno adalah salah satu spot tertinggi dunia dengan salju abadi di atasnya. Pendaki yang ingin menjajal atap dunia ini harus punya kualifikasi khusus dan dibekali perlengkapan memadai serta rencana perjalanan yang matang.

Wilayah yang tergabung dengan Kabupaten Merauke ini punya beberapa nama lain yaitu Pulau Kolepom, Pulau Dolok, atau Pulau Kimaam sesuai dengan nama suku yang menghuni. Warga di sini punya tradisi Ndambu atau bersaing sehat saat masa panen tiba. Penduduk memperlihatkan hasil panen yang paling banyak atau besar untuk ditentukan sebagai pemenang.

Patung salah satu pahlawan nasional ini terletak di bagian barat kawasan Monumen Nasional (Monas). Sosok MH Thamrin semasa hidup dikenal sebagai orang Betawi yang aktif dalam pergerakan nasional bidang politik dan sosial. Dia adalah anggota volksraad (Dewan Rakyat Hindia Belanda), pendiri Perkoempoelan Kaoem Betawi, dan Partai Indonesia Raya (Panindra).

Destinasi wisata sejarah dengan nama lain Museum Dewantara Kirti Griyaini menyimpan koleksi yang berkaitan dengan hidup Ki Hajar Dewantara. Di sini ada perabot rumah tangga, naskah, foto, koran, buku, majalah, surat-surat, dan benda-benda lainnya. Museum juga menjadi saksi bisu lahirnya Sumpah Pemuda.

Kawasan ruang terbuka hijau ini dulunya adalah Monumen Van Heutsz yang didedikasikan untuk Letnan Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz dari Belanda. Dia adalah tokoh militer yang berperan penting dalam penaklukan Aceh. Monumen ini dihancurkan tahun 1953 dan menjadi salah satu taman dan ruang terbuka hijau populer di Jakarta.

Spot wisata ini dibuat untuk menghormati Si Jalak Harupat yang diculik dan dibunuh pada 1945. Warga Bandung dan sekitar bisa olahraga bersama, jalan-jalan, atau sekadar duduk santai. Di sekitar taman ini ada sejarah dan informasi terkait kehidupan pahlawan yang kerap disapa Otista ini.

Monumen ini berada di dalam Taman Dewi Sartika yang merupakan bagian dari Balai Kota Bandung. Dewi Sartika adalah sosok pahlawan yang aktif dalam bidang pendidikan khususnya untuk perempuan. Patung Dewi Sartika mengingatkan pentingnya nilai perjuangan dan pendidikan untuk masyarakat Indonesia.

Wisata sejarah ini adalah penghormatan atas jasa dan perjuangan Pahlawan Nasional Panglima Besar Jenderal Sudirman. Museum terdiri dari dua lantai dengan bagian bawah berisi diorama, foto-foto perjuangan, dan duplikat peninggalan Jenderal Soedirman. Sedangkan bagian atas menampilkan relief sejarah perang kemerdekaan 1945, perjuangan Jenderal Soedirman dalam merebut Yogyakarta, dan patung Jenderal Soedirman di atas kuda.

Di dalam ruangan museum ini ada barang-barang yang dulunya dipakai Pangeran Diponegoro. Barang tersebut antara lain satu meja, empat kursi, meja lainnya untuk perundingan, serta tempat salat. Koleksi lainnya adalah Al-Quran, Kitab Taqrib yang berisi siasat perang, serta lukisan dari Daud Yusuf dan Raden Saleh tentang Pangeran Diponegoro.

Destinasi ini sebetulnya adalah Grha Bung Karno yang dibangun Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Gedung ini dibuka untuk publik dengan fasilitas lengkap berupa area VVIP, ruang rapat, family room, ruang rias di belakang, katering, dan fasilitas pendukung lainnya.

Museum ini adalah cagar budaya milik Roekiyem Soepratijah, kakak WR Supratman, sekaligus tempat pencipta Indonesia Raya ini menghembuskan napas. Dalam rumah ini hanya terdapat dua kamar tidur di sisi kanan dan ruang tamu di sisi kiri. Di ruang tamu terpampang foto-foto WR Soepratman bersama keluarga dan teman dekat.

Simak Video “Video Purwacaraka Soroti Biaya Sewa TIM: Sejak Kapan BUMD Ambil Profit?
[Gambas:Video 20detik]



Sumber : travel.detik.com

Sejarah Patung Jenderal Sudirman yang Mau Dipindahkan, Sudah ‘Hormat’ Sejak 2003



Jakarta

Patung Jenderal Sudirman di Kawasan Dukuh Atas, Jakarta, akan dipindahkan ke tempat baru. Sudah ‘hormat’ sejak 2003, seperti apa sejarah patung Jenderal Sudirman?

Seperti diketahui, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama Pemprov Jakarta berencana menggabungkan Stasiun Karet dan StasiunSudirman Baru. Menteri PerhubunganDudyPurwagandhi mengatakan rencana ini sudah dibicarakan dengan Gubernur Jakarta Pramono Anung dalam sebuah pertemuan pada Senin (29/9/2025). Dalam pertemuan itu, dibahas pula konsekuensi dari proyek ini adalah pemindahan patung JenderalSudirman.


“Kemarin Pak Gubernur menyampaikan bahwa ada kemungkinan memindahkan Patung Jenderal Besar Sudirman. Itu yang semula ada di sisi selatan, akan dipindahkan lebih mendekati ke arah Jalan MH Thamrin,” kata Dudy dalam detikNews dikutip Sabtu (4/10/2025).

Patung Jenderal Sudirman sudah diresmikan sejak 16 Agustus 2003. Berdiri setinggi 11 meter, sebenarnya siapa itu Jenderal Sudirman?

Sosok Jendral Sudirman

Menurut laman Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Banyumas, Jenderal Sudirman terlahir dengan nama Soedirman pada Senin, 24 Januari 1916. Sudirman muda memulai pendidikan dari Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Wiworotomo Cilacap.

Ia cukup aktif dalam kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) dan Hizbul Wathon (HW). Sebelum bergabung dengan tentara, Sudirman pernah menjadi guru HIS Muhammadiyah Cilacap.

Pada masa pendudukan Jepang, Sudirman terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mewakili Cilacap. Memasuki masa perang kemerdekaan, Sudirman diangkat menjadi Komandan Resimen Divisi V dengan pangkat kolonel. Dalam konferensi Tentara keamanan Rakyat (TKR) 12 November 1945, Sudirman terpilih sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat.

Tak lama berselang,Sudirman dilantik sebagai Panglima Besar Angkatan Perang RI dengan pangkat Jenderal. JenderalSudirman wafat pada hari Senin, 29 Januari 1950 di usia 34 tahun.

Filosofi Patung Jenderal Sudirman yang Selalu Hormat

Patung Jenderal Sudirman dibuat oleh seniman asal Bandung, Edi Sunaryo. Pembuatan patung itu didanai oleh keluarga dan disumbangkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sekitar tahun 2003-2004 di masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso.

Hal yang paling ikonik dari patung ini adalah pose Jenderal Sudirman yang selalu hormat. Pose ini bahkan pernah disentil oleh dalam salah satu adegan di film Naga Bonar Jadi Dua. Naga Bonar yang diperankan oleh Deddy Mizwar mempertanyakan kenapa seorang Jenderal dan pahlawan Indonesia justru menghormat pada warga yang berlalu-lalang.

Cucu Jenderal Sudirman, Ganang Sudirman, mengatakan filosofi hormat ini karena pihak keluarga ingin agar Jenderal Sudirman menghormati rakyat.

“Kami bikin menghormat, karena beliau ingin menghormat kepada rakyat. Itu yang buat pematung di Bandung, Pak Edi Sunaryo. Itu patung perunggu,” kata Ganang Soedirman saat berbincang dengan detikcom di Museum Satria Mandala, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (12/11/2015) silam.

Ganang menuturkan jika Jenderal Sudirman adalah pemangku jabatan. Artinya, Jenderal Sudirman harus hormat kepada pemberi jabatan, yakni rakyat.

“Menurut eyang putri saya, beliau merasa beliau itu pemangku jabatan, pemangku jabatan harus memberikan hormat kepada yang memberikan jabatan, yaitu rakyat ini. Sudirman dipilih bukan oleh presiden, tapi oleh para Panglima Kodam, yang melantik presiden. Beliau merasa harus menghormati rakyat ini. Karena itu dibuat Gestur hormat,” tuturnya.

Ganang menuturkan, pembuatan patung dengan gestur hormat itu juga pernah ditanyakan oleh dua mantan Panglima TNI. Salah satunya Jenderal (Purn) Wiranto.

“Pak Wiranto sempat tanya, ‘kenapa kau buat itu hormat, kasihanlah, itu ikon kami’, oh ndak bapak, itulah Soedirman, Soedirman nggak mau dihormati, ingin menghormati siapapun juga,” jelas Ganang.

“Itu tangan diturunkan kalauamanahnya sudah nggak ada, tapi kan kebetulan beliau meninggalamanahnya masih ada, jadi sampai kapanpun nggak akan turun tangan itu,”imbuhnya.

6 Lokasi Patung Jenderal Sudirman

Sosok Jenderal Sudirman berdiri tegak di enam kota berikut:

Jakarta

Yogyakarta

Surabaya

Pacitan

Purwokerto

Alor

Itulah sejarah patung Jenderal Sudirman yang selalu hormat. Sudah pernah lihat secara langsung?

(nir/pal)



Sumber : www.detik.com

Mensos soal Usul Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Syarat Formil Mencukupi


Jakarta

Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf alias Gus Ipul memastikan usulan Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai pahlawan nasional telah melalui proses sidang berulang-ulang. Dia menyebut pembahasan dilakukan oleh Dewan Gelar lewat mekanisme tertentu.

Gus Ipul mengaku telah mendengar masyarakat yang keberatan dengan gelar pahlawan yang akan disematkan kepada Soeharto. Namun menurutnya perbedaan pendapat adalah hal biasa.

“Ya, berbeda pendapat boleh kan, jadi ini juga sudah dibahas oleh tim secara sungguh-sungguh. Berulang-ulang mereka (Dewan Gelar) melakukan sidang, telah melalui proses itu. Nah semuanya nanti tergantung di Dewan Gelar,” kata Gus Ipul kepada wartawan di Kementerian Sosial, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025).

Gus Ipul menjelaskan gelar pahlawan untuk seseorang memiliki syarat khusus. Menurutnya, Soeharto memenuhi syarat itu.

“Tetapi yang kita lihat di sini adalah syarat-syarat formilnya telah mencukupi,” jelasnya.

Selain itu, menurutnya, proses penilaian tidak serta-merta dilakukan di tingkat pusat. Setiap pengajuan harus terlebih dahulu melewati tahapan di daerah.

“Beberapa nama di antaranya kemarin sudah saya sampaikan ada Presiden Abdurrahman Wahid, ada Presiden Soeharto, juga ada pejuang buruh Marsinah, dan ada beberapa tokoh-tokoh juga dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia,” ucap dia.

Simak Video ‘Mensos Serahkan Usulan Pahlawan Nasional: Soeharto-Marsinah’:

(isa/isa)



Sumber : news.detik.com

Biografi Singkat, Pendidikan, Pemikiran, dan Bukunya


Jakarta

Tan Malaka merupakan Pahlawan Nasional yang dikenal memiliki pemikiran penting bagi Indonesia. Pemikiran Tan Malaka diabadikan melalui buku-bukunya, termasuk yang berjudul “Madilog”.

Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat. Ia memiliki nama lain dengan gelarnya yaitu Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka.

Nama “Tan Malaka” sendiri merupakan gelar adat yang ia sandang sejak usia 16 tahun. Gelar itu kemudian melekat dan menjadi identitas perjuangannya hingga akhir hayat.


Sutan Ibrahim, nama kecilnya, berasal dari keluarga Muslim Minangkabau yang taat. Sejak kecil, mendapat penempaan nilai-nilai agama, budaya matrilineal, hingga tradisi pencak silat.

Pendidikan tersebut menjadi karakter Tan Malaka yang disiplin, pemberani, dan visioner, demikian dikutip dari Lani: Jurnal Kajian Ilmu Sejarah dan Budaya Vol 3 No 1 (2022), karya Jems Sopacua dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Pendidikan Tan Malaka

Tan Malaka mendapatkan pendidikan formalnya dimulai di Suliki, lalu berlanjut ke Kweekschool Bukittinggi, sekolah pribumi satu-satunya di Sumatera. Ia lulus dari Inlandsche Kweekschool voor Onderwijzers di Bukittinggi hingga lulus pada 1913.

Dengan pemikirannya yang menonjol, ia kemudian melanjutkan studi ke Belanda untuk belajar di Rijkskweekschool Haarlem (1913-1919). Studi di Belanda ini yang kemudian membuka wawasan dan pola pikirnya.

Tan Malaka muda mulai berkenalan dengan ide-ide politik, sosialisme, dan perlawanan terhadap kolonialisme. Dia banyak mempelajari tentang Sosialisme dan Komunisme setelah adanya Revolusi Rusia pada Oktober 1917. Tan Malaka membaca buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin.

Perjuangan Tan Malaka

Dengan latar belakang pendidikan dan pergaulannya, Tan Malaka tumbuh menjadi tokoh revolusioner. Pemikirannya yang terkenal yaitu tentang kemerdekaan sejati yang hanya bisa diraih melalui revolusi total.

Tan Malaka aktif di Sarekat Islam (SI) bersama H.O.S. Tjokroaminoto, lalu bergabung dengan PKI hingga sempat menjabat sebagai ketua pada 1921. Namun, karena pemikirannya yang independen, ia akhirnya keluar dan mendirikan partai bawah tanah PARI (1927).

Semboyannya tegas, “Merdeka 100 persen.”

Ia menolak kompromi dengan Belanda, bahkan setelah Proklamasi 17 Agustus 1945. Tan Malaka memilih menggerakkan massa, salah satunya dalam Rapat Raksasa Ikada 19 September 1945, yang menjadi bukti dukungan rakyat terhadap “Republik Muda”-nya Tan Malaka.

Sayangnya, sikap kerasnya membuat ia sering berbenturan dengan tokoh lain. Hidupnya diwarnai pengasingan, penjara, hingga akhirnya berakhir dengan eksekusi tragis pada 21 Februari 1949 di Kediri.

Pemikiran Revolusioner

Dalam Jurnal Jejak: Pendidikan Sejarah & Sejarah Vol. 6 No. 2 (2021) karya Wanda Marshanda, dijelaskan bahwa di balik sosoknya yang kontroversial, Tan Malaka meninggalkan warisan pemikiran yang masih relevan hingga kini. Ia bahkan merupakan pencetus ide Republik Indonesia.

1. Bapak Republik

Dalam bukunya Naar de Republiek Indonesia (1925), Tan Malaka merumuskan visi Indonesia merdeka jauh sebelum tulisan Hatta atau Soekarno. Karena itu, ia kerap dijuluki “Bapak Republik.”

2. Marxisme ala Tan Malaka

Ia memandang Marxisme bukan sebagai dogma, melainkan alat analisis untuk melawan penjajahan. Tan Malaka mencoba memadukan Marxisme dengan Pan-Islamisme dalam perjuangan rakyat.

3. Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika)

Ditulis pada masa pendudukan Jepang, Madilog mengajak rakyat berpikir rasional dan meninggalkan takhayul, agar mampu membangun kesadaran nasional yang kritis.

4. Gerpolek (Gerilya, Politik, Ekonomi)

Ditulis saat dipenjara, Gerpolek menjadi panduan revolusi tiga front: perjuangan bersenjata, politik ideologis, dan kemandirian ekonomi. Selain Madilog dan Gerpolek, pemikirannya yang lain, juga dituangkan dalam buku-buku seperti “Aksi Massa”, “Dari Penjara ke Penjara”, hingga “Menuju Republik Indonesia”.

Selama ini, dalam kacamata sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah, nama Tan Malaka tidak dikenalkan sebagai tokoh yang memiliki pemikiran penting bagi Bangsa Indonesia. Sejarah hanya sering mencatat bagaimana Soekarno dan Hatta menjadi tokoh sentral tunggal.

Padahal, perjuangan bangsa Indonesia dibangun oleh sejumlah tokoh, termasuk fondasi pemikiran dari Tan Malaka tentang revolusi dan Republik Indonesia.

*Penulis adalah peserta magang Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com