Tag Archives: pasar otomotif indonesia

Kenapa Banyak Proyek Mobil Nasional Gagal? Intervensi Politik Salah Satunya!



Jakarta

Indonesia punya impian untuk memiliki mobil nasional sejak puluhan tahun yang lalu. Namun sampai sekarang, tidak ada mobil nasional Indonesia yang sukses seperti mobil nasional negara tetangga.

Kini, muncul lagi cita-cita membuat mobil nasional. Presiden Prabowo Subianto bilang, dalam waktu tiga tahun ke depan, Indonesia akan memiliki mobil buatan sendiri.


“Belum merupakan prestasi tapi sudah kita mulai rintis, kita akan punya mobil buatan Indonesia dalam 3 tahun yang akan datang. Saya sudah alokasi dana, sudah kita siapkan lahan untuk pabrik-pabriknya. Sedang bekerja sekarang,” kata Prabowo baru-baru ini.

Sebenarnya, proyek mobil nasional sudah ada era order baru. Ketika itu, lahir mobil nasional seperti Maleo, Bimantara, serta Timor. Namun, merek-merek itu kandas saat krisis moneter.

Sempat muncul mobil-mobil nasional seperti Tawon, GEA, Wakaba, Arina, Nuri, dan sebagainya, tapi nama-nama itu menghilang saat ini. Saat ini memang masih ada mobil nasional merek FIN Komodo, tapi mobil itu bukan dirancang untuk penggunaan harian, melainkan kendaraan rekreasional sebagai mobil offroad.

Mimpi Indonesia punya mobil nasional juga bangkit lagi ketika nama Esemka melambung. Mobil Esemka bahkan pernah menjadi mobil dinas Joko Widodo saat masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Tapi, perjalanan Esemka tidak mulus.

Esemka sebenarnya sudah mulai menjual massal mobilnya dalam bentuk pikap Esemka Bima sejak 2019. Merek mobil yang digagas dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu juga memamerkan mobil-mobilnya di pameran otomotif internasional, Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 lalu. Namun, nama Esemka kini memudar. Bahkan, Esemka sempat terseret ke meja hijau lantaran konsumennya kesulitan membeli mobil tersebut.

Menurut pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Pasaribu, ada sejumlah faktor mengapa banyak mobil nasional yang kandas. Salah satunya adalah karena intervensi politik.

“Proyek-proyek yang disampaikan gagal karena semua punya ketergantungan pada teknologi asing, kurangnya investasi R&D jangka panjang, dan intervensi politik yang terlalu mendominasi, tanpa perhitungan business aspects yang dipegang oleh orang-orang yang proven kompetensinya di dunia otomotif,” kata Yannes kepada detikOto, Rabu (22/10/2025).

Tak cuma itu, proyek mobil nasional juga terbentur banyak kepentingan. Menurut Yannes, kegagalan mobil nasional selalu diakibatkan hambatan sistemik, masif dan terstruktur dari tekanan luar dan dalam negeri.

“Jadi, sudah seharusnya kita belajar, bahwa tidak ada negara industri maju yang rela membangun musuh barunya sendiri. Indonesia mereka konstruksikan sebagai nett market, bukan next competitor,” ucap Yannes.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Orang RI Masih Banyak yang Ragu Beli Mobil Listrik, PHEV Bisa Jadi Solusi



Wuhu

Orang Indonesia rupanya masih banyak yang ragu membeli mobil listrik. Untuk itu, mobil PHEV dinilai menjadi solusi atas keraguan tersebut.

Mobil listrik kian banyak masuk pasar otomotif Indonesia. Opsi buat masyarakat yang mau beli mobil listrik pun makin banyak. Kendati demikian, di tengah masifnya mobil listrik yang masuk ke dalam negeri, rupanya masih banyak keraguan untuk membelinya.

Keraguan itu bukan tanpa alasan, mobil listrik punya jarak tempuh tertentu sesuai dengan kapasitas baterainya. Hal ini bikin keraguan bagi penggunanya.


“Banyak orang yang masih ragu karena pengecasan, misalnya saat mereka harus pergi jarak jauh. Kalau tiba-tiba habis, itu akan menyulitkan mereka,” ujar CEO of Omoda & Jaecoo International Shawn Xu ditemui di OJ Building, Wuhu, Anhui, Selasa (21/10/2025).

Menurut Shawn, salah satu solusi atas keraguan tersebut adalah mobil berteknologi PHEV (Plug-in Hybrid). Sebab, mobil PHEV menawarkan rasa berkendara layaknya mobil listrik murni, namun tak perlu khawatir soal jarak tempuhnya.

“PHEV adalah paduan seimbang. Ini adalah solusi terbaik, di satu sisi Anda bisa merasakan berkendara ala EV dan bisa mengecas di rumah ataupun di tempat pengecasan. Anda bisa pergi jalan-jalan, belanja dan mirip dengan EV. Di Indonesia juga biaya listrik lebih murah dari bensin,” tambah Shawn lagi.

“Kalaupun tidak, Anda bisa berkendara seperti biasa. Jadi ini adalah solusi terbaik,” lanjut Shawn.

Atas dasar hal itu, Shawn percaya bahwa mobil PHEV ke depan akan lebih banyak diburu. Meski begitu, bukan berarti Omoda Jaecoo melupakan mobil listrik. Menurut Shawn dia tetap memberi dukungan terhadap perkembangan mobil listrik di dalam negeri.

“Jadi kami percaya mobil PHEV makin laris ke depannya,” pungkas Shawn.

(dry/rgr)



Sumber : oto.detik.com