Tag Archives: pelabuhan

Pemprov Bali Tegaskan Lokasi Bandara Bali Utara Belum Ditentukan



Jakarta

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menegaskan bahwa hingga kini belum ada penetapan resmi lokasi pembangunan Bandara di Bali Utara. Pernyataan itu disampaikan untuk merespons tudingan bahwa Pemprov Bali dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dianggap melecehkan arahan Presiden serta merusak iklim investasi.

Plt. Kepala Dinas Perhubungan Bali, Nusakti Yasa Weda, menekankan bahwa Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2025 tidak secara eksplisit menyebutkan lokasi pembangunan bandara tersebut. Nusakti menjelaskan bahwa Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2025 tidak secara eksplisit menyebutkan lokasi pembangunan bandara.

“Lampiran IV Perpres tentang Arah Pembangunan Kewilayahan untuk Provinsi Bali, memang tercantum sejumlah rencana intervensi strategis, termasuk pembangunan Bandara Internasional Bali Baru/Bali Utara, namun, dokumen tersebut tidak memuat penetapan lokasi maupun nama resmi bandara,” kata dia.


Sementara beredar narasi-narasi bahwa Bandara di Bali Utara dibangun di Kubutambahan, Buleleng, padahal pemerintah pusat belum sampai tahap penentuan lokasi (penlok), bahkan dengan rencana peralihan lokasi dituding akan merusak iklim investasi.

Dirjen Perhubungan Udara juga telah menyatakan pembangunan bandara baru di Pulau Dewata itu harus dilakukan sesuai peraturan.

Sebelumnya Gubernur Bali juga sudah bersurat resmi ke Dirjen Hubla bahwa Kubutambahan dibatalkan dialihkan ke Desa Sumberklampok, pun jika ingin diubah lagi seperti karena hasil studi tidak sesuai, juga dapat melakukan pencabutan usulan namun dengan dokumen persyaratan.

“Pencantuman Bandara Internasional Bali Baru/Bali Utara dalam Perpres 12/2025 sifatnya masih berupa arahan, penentuan lokasi dan pelaksanaannya wajib mengikuti ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, termasuk studi kelayakan teknis dan operasional sesuai standar International Civil Aviation Organisation (ICAO),” ujar Plt Kepala Dishub Bali.

Nusakti menjelaskan bahwa penetapan lokasi bandara Bali utara tidak mungkin dilakukan tanpa adanya studi yang solid, master plan yang telah disepakati pemerintah, serta ketersediaan lahan yang sudah dikuasai oleh pemrakarsa.

Oleh sebab itu Pemprov Bali mengajak masyarakat tak terpengaruh dan ikut memahami bahwa saat ini statusnya masih arahan pembangunan tanpa ada keputusan lokasi.

“Studi yang solid itu harus dilakukan sesuai kewenangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, tanpa studi yang memenuhi kaidah hukum dan teknis, penetapan lokasi bandara tidak akan pernah dilakukan,” kata dia.

Pemprov Bali menegaskan setiap rencana pembangunan infrastruktur strategis, termasuk bandara, akan dijalankan sesuai norma dan prosedur yang berlaku demi kepastian hukum dan investasi yang sehat.

Nusaksi juga mengatakan bahwa Gubernur Bali memahami tatanan pemerintahan yang selalu diselenggarakan dengan bersinergi dan berkolaborasi sangat baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah untuk kelancaran pembangunan daerah di Bali.

“Sangat tidak masuk akal sama sekali dan tidak mungkin Gubernur Bali melakukan pelecehan kepada Presiden,” kata dia.

Adapun intervensi pembangunan prioritas di Bali yang tercantum dalam Lampiran IV Perpres Nomor 12 Tahun 2025 meliputi:

1. Peningkatan 6A Pariwisata pada 8 KSPN
2. Pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi
3. ⁠Pengembangan Kawasan Pariwisata Ulapan
4. Perencanaan pembangunan Tol Singapadu-Ubud-Bangli-Kintamani menuju Bandara Internasional Bali Baru/Bali Utara
5. Pembangunan Bandara Internasional Bali Baru/Bali Utara
6. Pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung
7. Pengembangan Pelabuhan Gunaksa
8. Pengembangan Kawasan Perdesaan Shiny di Tabanan
9. Program pengurangan risiko bencana Gunung Agung.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Usai Banjir Denpasar, Bandara Bali Utara Perlu Pertimbangkan Aliran Air Hujan



Jakarta

Rencana pembangunan Bandara Bali Utara perlu mempertimbangkan aspek hidrologi secara serius. Banjir yang kembali melanda Denpasar menjadi pengingat bahwa infrastruktur besar tanpa perencanaan tata air yang matang dapat berisiko tinggi, apalagi di wilayah dengan kontur tanah kompleks dan curah hujan tinggi.

Rencana pembangunan Bandara Bali Utara kembali menjadi perbincangan usai desain bandara diluncurkan ke publik. Namun, hingga saat ini belum pasti titik yang menjadi lokasi bandara ini.

Rencana pembangunan bandara di Bali utara itu diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029. Selain itu, dalam PP tersebut disebutkan beberapa rencana pembangunan di wilayah Bali, di antaranya, pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi, perencanaan pembangunan Tol Singapadu-Ubud-Bangli-Kintamani menuju Bandara Internasional Bali Baru/Bali Utara hingga pengembangan Pelabuhan Gunaksa.


Deretan rencana pembangunan itu menjadi sorotan setelah Bali dilanda banjir parah akibat hujan deras dalam tempo dua hari. Perencanaan wilayah dengan matang menjadi catatan penting dari pengamat soal pembangunan Bandara Bali Utara itu.

Prof Dwita Sutjiningsih, pakar hidrologi sekaligus guru besar Universitas Indonesia (UI), mengatakan perlu kehati-hatian dalam pembangunan Bali, terutama perubahan iklim yang drastis menjadi tantangan tersendiri.

“Ini memang harus cermat ya, apalagi climate change ini memang serius terjadi. Nah, rencana pembangunan-pembangunannya itu memang Bali digenjot terus ya, artinya pembangunan itu benar-benar mengubah itu land cover terutama, ya,” kata Dwita dalam perbincangan dengan detiktravel, Rabu (8/10/2025).

“Jadi, dari land use itu kan pasti tutupan lahannya berubah dan pasti berhubungan langsung dengan bagaimana hujan itu berubah menjadi aliran. Kalau banyak lahan yang diubah menjadi permukaan lahan kedap air sehingga hujan yang jatuh itu ya semuanya langsung menjadi aliran gitu,” dia menambahkan.

“Walaupun memang banyak teori bagaimana kita mengubah bentang lahan seperti Green Infrastructure atau Nature Based Solution dan lainnya tetap ada perubahan permukaan,” kata dia lagi.

Dwita mengatakan pembangunan masif di Bali itu seharusnya memperhatikan detail dengan cermat, tak hanya detail dalam desain. Dwita mengingatkan bahwa dalam perencanaan sudah semestinya menakar imbas dari perubahan drastis yang diakibatkan oleh pembangunan.

“Artinya harus pada waktu benar-benar dilihat lokasinya, terus pengaruhnya bagaimana. Kalau tidak dipelajari detailnya, akibatnya itu berjangka panjang dan untuk memperbaikinya tidak mudah dan murah. Kita jangan hanya mengejar pertumbuhan GDP saja, tapi harus juga dihitung yang namanya biaya lingkungan,” kata dia.

“Pasti kan bandara itu mengubah bentang lahan, apalagi maunya juga internasional kan. Skala ruangnya pasti akan dikonversi besar kan. Supaya perubahan terhadap karakteristik hujan menjadi aliran itu tidak terlalu drastis, perlu diperhatikan gitu low impact development. Perlu dikaji dengan hati-hati,” dia menjelaskan.

Tak hanya kajian secara ilmiah dan keberlanjutan saja, Dwita mengingatkan kembali penegakan hukum dalam mengiringi pembangunan. Pemerintah harus tegas menegakkan aturan dan perizinan yang jelas.

“Aturan sudah ada tapi kemudian implementasinya tidak sesuai. Jadi artinya misalnya sudah ada rancangan tata ruang, tapi akhirnya di lapangan beda dan tidak tindakan lanjutan. Nah, kebanyakan kita lemahnya di sana,” kata dia.

Turis Nakal

Selanjutnya Prof Dwita menyoroti banyaknya turis nakal yang datang dan berulah di Bali. Dengan nanti adanya bandara baru, kunjungan turis akan meningkat dan para investor juga akan ramai melirik pembangunan di Bali. Potensi turis nakal juga bertambah.

Dia berharap pemerintah dan masyarakat Bali tegas dalam menyikapi dan mengawasi pergerakan turis dan investor di Bali.

(sym/fem)



Sumber : travel.detik.com

Pelni Gratiskan Tiket Kapal Rede Wisata ke Pulau Kera, NTT Setiap Sabtu



Kupang

PT Pelni (Persero) Cabang Kupang mengoperasikan kapal rede KM Gandha Nusantara 10 secara gratis setiap Sabtu pagi untuk masyarakat yang ingin berwisata ke Pulau Kera dan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kepala Cabang Pelni Kupang Selamat Yanuardi mengatakan kapal rede KM Gandha Nusantara 10 telah beroperasi di wilayah Kupang sejak Juli 2024.

“Kehadiran kapal ini sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat terhadap transportasi laut yang aman, nyaman, dan tanpa biaya,” katanya seperti dilansir dari Antara, Sabtu (11/10/2025).


Dia menjelaskan, kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Rakyat Nunbaun Sabu, Kota Kupang, pada pukul 07.00 WITA dan kembali dari Sulamu pukul 14.00 WITA.

Layanan ini menjadi alternatif transportasi laut yang diminati warga, khususnya untuk berlibur di akhir pekan.

“Pemerintah menugaskan Pelni mengoperasikan kapal rede guna memberikan akses transportasi yang terjangkau, bahkan gratis, untuk meningkatkan aktivitas perekonomian dan pariwisata di pulau-pulau kecil,” ujar dia.

KM Gandha Nusantara 10 merupakan kapal tipe cargo passenger dengan kapasitas angkut 56 penumpang dan dua unit kendaraan.

Biasanya kapal rede berfungsi sebagai feeder untuk kapal penumpang besar Pelni yang tidak bisa bersandar di pelabuhan kecil karena keterbatasan infrastruktur.

Khusus di Kota Kupang, kapal tersebut difokuskan melayani rute pendek antarpulau yang potensial dikembangkan sebagai destinasi wisata bahari, seperti Pulau Kera yang dikenal dengan keindahan pantai pasir putih dan kehidupan masyarakat nelayan tradisionalnya.

“Gratis, tidak ada tiket yang perlu dibayar. Masyarakat cukup datang ke pelabuhan sesuai jadwal keberangkatan. Namun kami selalu mengingatkan agar penumpang memperhatikan imbauan keselamatan dari awak kapal,” kata Selamat.

Selain memberikan manfaat bagi sektor pariwisata, layanan kapal rede juga diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru bagi warga di sekitar Pulau Kera dan Sulamu, baik melalui penjualan hasil laut maupun usaha kuliner dan jasa wisata.

Program kapal rede merupakan bagian dari komitmen Pelni sebagai perusahaan pelat merah dalam memperluas konektivitas transportasi laut di daerah 3TP (terdepan, terluar, tertinggal, dan perbatasan).

Hingga kini, Pelni mengoperasikan 25 kapal penumpang yang melayani 511 ruas dan menyinggahi 74 pelabuhan di seluruh Indonesia.

Selain kapal penumpang, Pelni juga mengoperasikan 30 trayek kapal perintis yang menyinggahi 230 pelabuhan dengan total 522 ruas, 18 kapal rede, delapan trayek tol laut, serta satu trayek kapal ternak.

Seluruhnya menjadi bagian dari dukungan Pelni terhadap pemerataan akses transportasi dan pertumbuhan ekonomi maritim nasional.

(ddn/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Kota di Pinggir Laut Mediterania, Venice hingga Alexandria


Jakarta

Laut Mediterania dikenal sebagai tempat yang menyimpan sejarah panjang peradaban manusia. Wilayah-wilayah di sekitar Laut Mediterania, menjadi saksi peradaban zaman Romawi hingga Ottoman. Ada kota apa saja di sana?

Lau Mediterania terletak di antara Eropa, Afrika, dan Asia. Sebagai tempat bersejarah, ada banyak kota-kota yang memiliki peninggalan berharga dan menjadi tempat wisata yang menarik.

Keindahan Kota di Sekitar Laut Mediterania

Beberapa kota di pesisir Mediterania dikenal karena keindahan sekaligus nilai sejarahnya. Misalnya Valletta di Malta, kota benteng dengan arsitektur Baroque dari abad ke-16.


Ada juga Kotor di Montenegro, kota kecil dengan teluk dramatis dan kota tua bergaya Venetian yang masuk daftar UNESCO. Sementara di Italia, Trieste menampilkan perpaduan jejak sejarah sebagai persimpangan budaya dan semangat modernisasi, sebagaimana dikutip dari National Geographic.

7 Kota Ikonik di Sekitar Laut Mediterania

1. Venice, Italia

Kota kanal yang dulu merupakan pusat perdagangan dunia, dan kini ikon wisata dengan arsitektur Gothic dan Renaissance.

2. Dubrovnik, Kroasia

Dijuluki Pearl of the Adriatic, dengan kota tua berbenteng abad pertengahan yang masih terjaga.

3. Valletta, Malta

Kota benteng abad ke-16 yang kaya akan arsitektur Baroque dan warisan budaya.

4. Kotor, Montenegro

Kota kecil yang romantis di teluk spektakuler, terkenal dengan benteng Venetian.

5. Alexandria, Mesir

Kota kuno yang didirikan Aleksander Agung, pernah jadi pusat ilmu pengetahuan dunia.

6. Barcelona, Spanyol

Pusat seni dan budaya dengan karya Gaudí, serta pelabuhan penting di Mediterania.

7. Trieste, Italia

Persimpangan budaya Eropa dan Mediterania yang kini berkembang sebagai kota kosmopolitan.

Meski indah dipandang, namun banyak kota pesisir Mediterania kian menghadapi ancaman serius. Mengutip Smithsonian Magazine, kenaikan permukaan laut dapat merusak situs bersejarah seperti Dubrovnik dan Tyre.

Penyebabnya, karena perubahan iklim yang mempercepat erosi pantai dan mengancam identitas kota-kota kuno, demikian menurut Scientific American. Sejak lama, UNESCO dan pemerintah lokal mengupayakan pelestarian, sambil tetap membuka ruang bagi pembangunan modern.

Pendekatan ini diharapkan mampu menjaga pesona kota-kota Mediterania agar tetap hidup dan dapat dinikmati generasi mendatang.

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com

Stasiun Sawahlunto dan Legenda Mak Itam yang Kini Jadi Warisan Dunia



Jakarta

Di lembah hijau perbukitan Sumatera Barat, sebuah stasiun kecil berdiri gagah menantang waktu, Stasiun Sawahlunto. Berpadu dengan Mak Itam, lokomotif uap hitam legendaris seri E1060 buatan Jerman pada 1966.

Stasiun Sawahlunto dengan bangunan berarsitektur Indische Empire Style dengan dinding tebal, pilar tinggi, dan jam dinding tua yang masih berdetak. Di balik keindahannya, tersimpan kisah besar, yakni tentang keringat tambang, deru lokomotif, dan perjalanan sejarah bangsa.

Diresmikan pada 1 Januari 1894, Stasiun Sawahlunto dulu adalah jantung kota tambang batu bara Ombilin, salah satu proyek infrastruktur paling ambisius Pemerintah Hindia Belanda kala itu. Dari sinilah hasil tambang dibawa menuruni lembah, melintasi rel-rel bergigi menuju Pelabuhan Teluk Bayur (dulu Emmahaven). Setiap pagi, suara peluit dan kepulan asap lokomotif menjadi penanda kehidupan dimulai di kota kecil itu.


Dan di tengah cerita itu, ada satu legenda yang hidup hingga kini: Mak Itam, lokomotif uap hitam legendaris seri E1060 buatan Jerman pada 1966.

Dikenal tangguh menaklukkan jalur menanjak bergigi di perbukitan Sumatera Barat, Mak Itam bukan sekadar mesin, lokomotif itu adalah simbol kerja keras dan ketahanan manusia terhadap alam. Suaranya yang khas dulu menjadi alarm alami warga Sawahlunto dimana tanda pagi tiba, tambang berdenyut, dan kehidupan berputar.

Stasiun SawahluntoStasiun Sawahlunto (dok. PT KAI)

“Stasiun Sawahlunto dan Mak Itam bukan sekadar peninggalan masa lalu. Di sanalah tersimpan narasi besar tentang industri, teknologi, dan interaksi sosial yang membentuk kota ini. KAI berkomitmen menjaga warisan ini agar tetap hidup dan bisa dinikmati publik lintas generasi,” ujar VP Public Relations KAI, Anne Purba, dalam siaran pers, Selasa (21/10/2025).

Ketika masa kejayaan tambang batu bara berakhir pada awal 2000-an, Sawahlunto sempat terdiam. Namun, KAI bersama Pemerintah Kota Sawahlunto mengubah senyap itu menjadi kebangkitan baru.

Bangunan stasiun direvitalisasi dan resmi beralih fungsi menjadi Museum Kereta Api Sawahlunto pada 17 Desember 2005, diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Di halaman depannya, Mak Itam yang telah direstorasi kembali berdiri gagah, bukan lagi menarik gerbong batu bara, tapi menarik perhatian dunia.

Stasiun SawahluntoStasiun Sawahlunto (dok. PT KAI)

Kini, Museum Kereta Api Sawahlunto menjadi bagian integral dari Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS), yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Dunia. Ruang-ruang operasional diubah menjadi galeri interaktif; mesin telegraf, lampu sinyal, hingga dokumen pengangkutan batu bara menjadi saksi bisu peradaban industri masa lampau.

Bagi wisatawan, museum ini bukan sekadar tempat berfoto, melainkan ruang refleksi tentang perjalanan manusia menaklukkan alam, dan bagaimana teknologi dapat menjadi budaya.

Museum buka setiap hari, yakni mulai Senin-Jumat pukul 08.00-16.00 WIB, kemudian Sabtu-Minggu dan hari libur pukul 09.00-17.00 WIB di Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto.

Menariknya, pada Simposium Internasional “We Are Site Managers” (23-27 Agustus 2025), Mak Itam kembali hidup!

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia beroperasi dalam delapan perjalanan (4 kali pulang-pergi) dari Stasiun Sawahlunto ke Stasiun Muarakalaban. Deru uap dan sorak pengunjung yang menonton menjadi momen penuh haru, seolah masa lalu menyalami masa kini.

“Transformasi Stasiun Sawahlunto menghidupkan kembali denyut kehidupan kota. Kawasan stasiun kini menjadi panggung komunitas, ruang edukasi, dan destinasi wisata budaya. Sawahlunto menunjukkan bahwa rel kereta tak hanya menghubungkan kota, tapi juga menghubungkan masa lalu dengan masa depan,” kata Anne.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Ambisi Pulau Payung di Kepulauan Seribu Jadi Surga Glamping



Jakarta

Pulau Payung di Kepulauan Seribu berbenah untuk menjadi destinasi wisata yang siap bersaing secara global. Sebuah wisata glamping ditawarkan.

Pulau Payung bukan pulau kosong. Pulau itu adalah pulau berpenduduk dan ada akomodasi komersial, Asha Resort.

Dengan luas sekitar 40 hektare dan populasi mencapai 40 ribu jiwa, Pulau Payung bertekad untuk bertransformasi menjadi kawasan wisata berkelanjutan.


Pada sektor pariwisata, Pulau Payung dikunjungi oleh 1.500-2.000 jiwa per bulan.

Pulau Payung tidak mengunggulkan hutan mangrove sebagai daya pikat pariwisata, sebab pulau itu tidak memiliki hutan mangrove. Kendati tidak memiliki hutan mangrove, masyarakat setempat memanfaatkan batu karang alami sebagai penahan abrasi, langkah sederhana namun efektif menjaga garis pantai dari pengikisan laut.

Akses Mudah Menuju Pulau Payung

Wisatawan dapat menempuh perjalanan menuju Pulau Payung melalui empat jalur berbeda. Dua di antaranya menggunakan kapal cepat dari Marina Ancol dan Pelabuhan Baywalk Pluit, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Alternatif lainnya, kapal kayu dari Muara Angke dan Muara Kamal (Jakarta Barat) membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan.

“Ada empat cara menuju Pulau Payung atau Asha, masing-masing menempuh waktu 1-3 jam perjalanan, yakni dari Marina Ancol, Pelabuhan Baywalk di PIK 2 Jakarta, serta dari Muara Angke dan Muara Kamal. Muara Kamal berbatasan dengan PIK 2, Jakarta, dan Banten, dengan pilihan kapal cepat maupun kapal kayu,” ujar Yulia, pemandu wisata dari Asosiasi Himpunan Pramuwisata Indonesia (AHPI) yang bekerja sama dengan Suku Dinas Ekonomi Kreatif dan Pariwisata yang mendampingi detikTravel dalam Agenda Walking Tour Disparekraf DKI Jakarta pada 22-23 Oktober 2025.

Asha Resort beroperasi pada 2023. Meski banyak yang mengenalnya sebagai Pulau Asha, sebenarnya lokasi resort ini berada di wilayah Pulau Payung Besar.

“Sebenarnya di sini (Asha Resort) letaknya di Pulau Payung Besar, tapi masyarakat lebih mengenalnya dengan Pulau Asha,” kata Yulia.

Asha Resort: Glamping Mewah Bernuansa Alam

Asha Resort dibangun di Pulau Payung dengan mengusung konsep glamping (glamorous camping), Resor itu menawarkan 16 unit penginapan eksklusif di tepi pantai. Proyek kedua berlanjut dengan jenama Cora.

Untuk menginap di sini, pengunjung tidak perlu lagi repot mendirikan tenda, karena setiap glamping dilengkapi fasilitas modern layaknya hotel.

Selain menginap, wisatawan juga bisa menikmati berbagai aktivitas seperti ATV menyusuri hutan konservasi dan bersantai di kafe tepi laut yang menjual paket makanan dan minuman tanpa tiket masuk tambahan. Harga paket Asha Resort dibanderol sekitar Rp 400 ribu pada weekday dan Rp 500 ribu saat weekend yang sudah termasuk transportasi kapal pulang pergi.

Menariknya, baik pengunjung yang memilih paket one day trip maupun menginap akan menikmati fasilitas transportasi laut yang sama. Terdapat dua dermaga utama, yaitu Dermaga Payung dan Dermaga Asha, tergantung paket perjalanan yang dipilih.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Kapal Jumbo Pengangkut Ribuan Mobil BYD Tinggalkan RI, Atto 1 Sudah Mendarat?



Jakarta

BYD Explorer No. 1 disebut meninggalkan Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta. Informasi ini muncul berdasarkan unggahan video singkat yang menyebar di media sosial.

Akun instagram @pelabuhantanjungpriok dan @stevroni, mengunggah video yang memperlihatkan BYD Explorer No 1 sedang meninggalkan Tanjung Priok. Kata akun itu, kapal tersebut baru saja menurunkan unit baru di pelabuhan dan kini bergerak kembali ke Shanghai.

Dalam video unggahan lain, keluar mobil-mobil city car seperti Atto 1 yang sedang berjalan keluar dari BYD Explorer No 1.


BYD pertama kali mengoperasikan kapal pengirim ribuan mobilnya pada tahun 2024 lalu. BYD Explorer No. 1 adalah kapal pertama BYD. Kapal itu bisa mengangkut 7.000 kendaraan dalam satu kali berlayar.

Sayangnya Pihak BYD Indonesia belum memberikan respons terkait berlabuhnya BYD Explorer No. 1 di Indonesia.

BYD diketahui punya delapan pengangkut jumbo dengan misi mengirim kendaraan ekspor hingga 1 juta unit per tahun. Selain Explorer No.1, nama kapal BYD lainnya adalah Hefei, Changzhou, Shenzhen, Xi’an, Changsha, Zhengzhou dan Jinan.

PT BYD Motor Indonesia memastikan komitmennya untuk mendistribusikan mobil listrik terbarunya, BYD Atto 1, sesuai jadwal yang telah dijanjikan kepada konsumen. Model terbaru ini mendapat sambutan positif sejak diperkenalkan di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025.

Sejak awal peluncurannya, BYD menargetkan pengiriman Atto 1 dimulai pada Oktober 2025.

“Ya sementara ini selama GIIAS, kita memang janjikan di bulan Oktober (pengiriman). Tapi saya memantau–karena ini kita bekerja sama dengan partner kita di dealer ya– pergerakannya itu lebih dipahami oleh dealer, terkait promise delivery dan customer satisfaction (kepuasan konsumen) ini kita juga menakar ekspektasi konsumen. Jadi kayaknya paruh tengah GIIAS, sudah mulai masuk ke November, dan sekarang sudah ada yang menyentuh Desember. Kita pasti akan upayakan semaksimal mungkin, mengirim kendaraan ini bila memang sudah waktunya,” ungkap Head of Public and Government Relations PT BYD Motor Indonesia, Luther T. Panjaitan, di sela kegiatan media test drive BYD Atto 1 rute Semarang-Solo-Yogyakarta, Rabu (13/8/2025) lalu.

(riar/din)



Sumber : oto.detik.com