Tag Archives: pengen kuliah

Kisah Mendikti Brian Saat Kuliah di Jepang, Sempat Jadi Tukang Pel Kereta



Jakarta

Aula SMAN Unggulan MH Thamrin Jakarta pada Rabu siang terasa berbeda. Puluhan siswa berseragam lengkap tampak antusias menyimak cerita dari Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto yang tampil sederhana tapi penuh energi.

Di hadapan siswa-siswi SMAN Unggulan MH Thamrin, ia berbagi pengalaman hidup dan motivasi. Brian menceritakan pengalamannya semasa kuliah di Jepang.

“Saya pilih Jepang karena beasiswanya langsung S2-S3, yang lain hanya S2,” kata Brian dalam acara pengenalan Sekolah Garuda di Auditorium SMAN Unggulan MH Thamrin, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (8/10/2025).


Kuliah di Jepang untuk Wujudkan Jadi Dosen

Brian bercerita kehidupannya saat kecil hingga remaja sederhana. Ia tumbuh dari keluarga bersahaja dan bersekolah di SMA Negeri 14 Jakarta.

“Saya biasa-biasa, saya SMAN 14 (Jakarta) loh, dekat situ, Cililitan,” ujarnya.

Brian mengaku sudah bermimpi menjadi dosen sejak sekolah. Namun, saat itu kondisinya belum memungkinkan untuk membiayai sekolah tinggi. Ia akhirnya cari beasiswa.

“Saya pengen kuliah, kemudian saya memang dari dulu pengen jadi dosen, kayaknya dosen enak gitu. Akhirnya saya cari beasiswa, saya tahu saya orang yang nggak mungkin sekolah biayain sendiri keluar negeri,” katanya.

Usahanya tidak mudah. Ia sempat mendaftar kuliah dengan beasiswa ke berbagai negara, mulai dari Australia, Jerman, hingga Jepang. Pilihannya berlabuh di Jepang.

Jadi Tukang Pel Kereta karena Beasiswa Terhenti

Namun, jalan Brian dalam mengenyam pendidikan di Jepang tak semulus itu. Di tengah perkuliahan, ia harus berhenti menerima beasiswa. Situasi ini membuatnya harus bekerja sebagai tukang pel kereta.

“Nah tapi ternyata di tengah jalan beasiswanya berhenti, jadi saya bekerja jadi tukang pel kereta. Jadi kereta itu kalau di ujung udah selesai, saya yang bersihin. Saya inget, jam 9 sampai jam 1 malam,” kenang Brian.

Kunci Sukses Mendikti Brian: Grit, Persistence, dan Perseverance

Menurut Brian, kesuksesan tidak datang dari keberuntungan semata, tetapi dari kombinasi kerja keras dan ketekunan. Ia menekankan tiga nilai utama, yakni grit (pantang menyerah), persistence (tekun), dan perseverance (gigih).

“Grit itu ngotot terus, kekeuh bahasa Sundanya. Kejar terus, pengen dapet kuliah di luar negeri, tapi saya biasa-biasa, kejar aja terus, nanti akan ada jalan. Atau persistent, persistent itu tekun; perseverance gigih. Jadi ini 3 kata, kalau menurut saya, amazing,” ucap Brian.

Salah satu pesan yang ia tekankan pada siswa adalah tentang pentingnya gagal. Ia menilai, banyak anak muda sekarang mudah stres saat gagal karena tidak terbiasa menghadapinya.

Brian mengaku pernah melihat mahasiswa lulusan terbaik dari Indonesia yang kuliah di University of Tokyo sampai dirawat karena tidak tahan tekanan akademik.

“Jadi adik-adik, kalau gagal ya, kalau ada yang gagal, justru harus disyukuri. Itu latihan Anda untuk mengatasi kegagalan. Ada banyak orang yang bilang gagal, langsung putus asa,” kata Mendikti.

Ia pun menyinggung pentingnya kesabaran dan doa dalam meraih kesuksesan. Ia mencontohkan, peraih Nobel Fisika 2025 untuk bidang komputasi kuantum meneliti selama 20 tahun sebelum hasilnya diakui dunia.
Sembunyikan kutipan teks

“Kesuksesan itu proses panjang. Kalau kita tekun, bekerja keras, berdoa, dan siap gagal, pasti akan sampai juga pada hasil yang kita impikan,” ujarnya

(cyu/twu)



Sumber : www.detik.com

Mata Minus 20 Tak Padamkan Semangat Kuliah Tio, Tekadnya Ingin Jadi Dosen


Jakarta

Tio Rindu menyimpan cita-cita besar yakni menjadi seorang dosen. Meski lahir dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi di Meulaboh, Aceh, semangatnya untuk menempuh pendidikan tinggi tak pernah surut.

Sejak kecil, Rindu dikenal tekun belajar dan aktif mengikuti berbagai lomba. Deretan piala pun berhasil ia bawa pulang, termasuk dari ajang tilawatil Qur’an yang kerap diikutinya.

Semua prestasi itu diraih Rindu di tengah keterbatasan penglihatan yang cukup berat. Ia diketahui mengalami miopi dengan minus 20, kondisi yang membuat jarak pandangnya sangat terbatas.


Untuk membantu aktivitas sehari-hari, Rindu masih mengandalkan kacamata lamanya yang berkekuatan minus 14. Kendati sudah duduk di bangku paling depan di kelas, terkadang tulisan masih sulit dilihat.

Penerima KIP Kuliah

Upaya Rindu untuk mengembangkan diri melalui pendidikan dan prestasi di luar sekolah berbalas. Ia diterima kuliah sebagai mahasiswa baru 2025 Program Studi Sosiologi, Universitas Teuku Umar (UTU), sebagai penerima bantuan pendidikan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah).

Ibu Rindu, Winaria, mendukung kemauan sang anak untuk mengenyam pendidikan. “Karena anak saya semangat kuliah, saya dukung dia,” tuturnya, dikutip dari akun Instagram @ditjen_dikti, Kamis (16/10/2025).

Winaria adalah ibu rumah tangga yang sesekali membantu suaminya di ladang. Namun karena usia dan kesehatan, ia kini fokus mengurus rumah.

Ayah Rindu, Sulaiman S, adalah seorang buruh tani di lahan orang lain. Menginjak usia 64 tahun, ia masih menafkahi keluarga dan membiayai anaknya.

“‘Aku harus kuliah’ katanya. ‘Aku kuliah Pak, dari KIP prestasi Pak ini’,” tutur Sulaiman menirukan Rindu saat mengutarakan hendak lanjut kuliah.

“Memang jenius otaknya, aku akui jenius otaknya,” imbuhnya memuji sang anak.

Ingin S2

Rindu menuturkan, ia punya mimpi untuk mengubah nasib keluarganya dan membelikan rumah untuk ayahnya saat sudah sukses. Sementara, ia ingin menekuni pendidikan tinggi hingga jenjang S2.

“Saya pengen lanjut S2, pengen kali. Saya ingin jadi dosen. Itu cita-cita dari dulu. Pengen kali, Pak. Makanya pengen kuliah,” tuturnya.

Pengen jadi dosen sosiologi,” imbuh Rindu.

Dalam kunjungan ke rumah Rindu, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Khairul Munadi membawa Rindu untuk pemeriksaan mata. Ia juga mendapat kacamata baru serta laptop titipan Mendiktisaintek Brian untuk menunjang kegiatan belajar.

“(Agar) Rindu bisa belajar dengan sebaik-baiknya. Semangat, semangat,” ucapnya.

Khairul menuturkan, KIP Kuliah merupakan program prioritas untuk memperluas akses pendidikan tinggi bagi pelajar dengan keterbatasan ekonomi agar potensinya tidak terhenti lantaran persoalan biaya. Ia berharap Tio kini terus berani bermimpi setinggi-tingginya dalam menjalani pendidikan tinggi.

Rektor Universitas Teuku Umar, Ishaq Hasan, berharap mahasiswanya tersebut nyaman belajar dan berkembang di kampus secara adil.

“Kami ingin memastikan setiap mahasiswa, terutama dari keluarga kurang mampu, mendapatkan ruang untuk berkembang. KIP Kuliah bukan sekadar bantuan biaya, tetapi dorongan agar mereka bisa menatap masa depan dengan lebih percaya diri,” tuturnya.

(twu/pal)



Sumber : www.detik.com