Tag Archives: peradaban islam

Masjid dan Pesantren, Cikal Bakal Lembaga Pendidikan Tertua di Dunia



Jakarta

Rekor dunia Guinness atau Guinness World Record mencatat, lembaga pendidikan tertua di dunia yang masih ada adalah Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Institusi ini berawal dari masjid dan pembelajaran serupa pesantren. Ada sejak kapan?

Al-Qarawiyyin didirikan pada 859 M oleh seorang cendekiawan wanita muslim bernama Fatima al-Fihri. Ia membangun kompleks Masjid Al-Qarawiyyin, yang kemudian berkembang menjadi pusat pendidikan hingga universitas terkemuka di dunia.

Mengutip World History, Fatima merupakan anak dari pedagang Arab kaya bernama Muhammad al-Fihri al-Qayrawwani. Usai ayah dan saudara laki-lakinya meninggal dunia, Fatima dan saudara perempuannya mendapatkan warisan kekayaan yang sangat besar.


Karena tidak tertarik dengan perdagangan, Fatima dan saudarinya memilih untuk menggunakan hartanya dengan membangun masjid. Berawal dari sini Fatima kemudian membangun lembaga pendidikan tertua di dunia, kompleks Masjid Al-Qarawiyyin.

Lembaga Pendidikan Tertua Berawal dari Masjid dan Madrasah

Pada hari pertama Ramadan tahun 859, Fatima dan saudarinya meletakkan fondasi pertamanya. Ia akan membangun masjid dan madrasah dalam satu kompleks.

Madrasah, dalam bahasa Arab merujuk pada segala jenis lembaga pendidikan, baik sekuler maupun keagamaan, dasar maupun menengah. Definisi ini juga ditemukan dalam bahasa Indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), madrasah berkaitan dengan pesantren. Dalam KBBI, pesantren adalah asrama tempat santri atau murid-murid belajar mengaji, dsb.. Makna lain pesantren dalam KBBI yaitu madrasah.

Di dunia muslim, masjid telah lama menjadi pusat peradaban keilmuan dan komunitas. Masjid tidak hanya untuk tujuan spiritual, tapi juga pertemuan sosial, layanan amal, ruang pendidikan, hingga demonstrasi politik.

Fatima, tak hanya menjadi sosok sentral dalam pembangunan peradaban pendidikan di Al-Qarawiyyin, ia juga mengawasi setiap arsitekturnya. Fatima merekrut insinyur dan pengrajin paling terampil di Maroko pada masanya.

Alhasil, kompleks Masjid Al-Qarawiyyin memiliki halaman luas berlantai keramik, air mancur, dan tata letak yang indah. Selain itu, juga ada menara untuk adzan, perpustakaan, hingga ruang terpisah untuk wanita.

Menjadi Pusat Ilmu Pengetahuan dari Abad ke-9 hingga ke-14

Fatima bukan kelahiran asli Maroko. Ia lahir di kota Qairouan (Kairouan), Tunisia dan bermigrasi ke Maroko utara yakni Fez, saat remaja.

Di kota Fez ini, Fatima membangun peradaban yang maju di bidang ilmu pengetahuan. Dengan membangun Masjid Al-Qarawiyyin dan madrasah di lingkungan sekitarnya, perlahan terbentuk institusi pendidikan untuk cendekiawan dari seluruh dunia.

Sistem ‘pesantren’ ini, seiring waktu terus berkembang. Sejarah mencatat, konsep pembelajaran melingkar di madrasah Al-Qarawiyyin sudah diterapkan pada abad ke-10.

Konsep itu disebut Halaqas, yang berarti lingkaran pembelajaran, merujuk pada pengaturan ruang kelas madrasah tempat para siswa duduk setengah lingkaran mengelilingi guru mereka.

Sejarawan dan duta besar Maroko, Abdelhadi Tazi (1921-2015), berpendapat bahwa catatan tertulis paling awal tentang pengajaran Al-Qarawiyyin itu berasal dari tahun 1141

Kompleks Al-Qarawiyyin sendiri, tak hanya menghidupkan peradaban keilmuan, tapi juga lingkungan sekitarnya. Selama abad ke-9, kota Fez berkembang menjadi pusat perdagangan, budaya, hingga komunitas.

Fez mencapai puncaknya sebagai pusat intelektual, budaya, dan perdagangan pada abad ke-13 dan ke-14, di bawah kekuasaan Dinasti Berber Marinid (1248-1465).

Berkembang Menjadi Universitas

Sejarawan Maroko, Mohammed Al-Manouni, menyebutkan bahwa Masjid Al-Qarawiyyin berkembang menjadi institusi pendidikan tinggi formal. Al-Qarawiyyin, bahkan memberikan sertifikat kualifikasi kepada para ‘sarjana’, antara tahun 1040-1147, pada masa pemerintahan Almoravid.

Sebagian besar sejarawan sepakat, bahwa Al-Qarawiyyin merupakan lembaga pemberi gelar pertama di dunia, sekaligus pusat terkemuka perdebatan dan beasiswa ilmiah yang di kemudian hari disebut sebagai universitas.

Sejak saat itu, Al-Qarawiyyin menetapkan standar yang akan menjadi titik acuan bagi lembaga pendidikan tinggi di seluruh dunia, menarik pengunjung, mahasiswa, dan dosen dari seluruh dunia.

Kurikulum di Al-Qarawiyyin tak hanya mencakup ilmu-ilmu sekuler dan filsafat. Ada juga bidang yurisprudensi Islam, aljabar, astronomi, botani, kartografi dan geografi, tata bahasa, sejarah, sastra, logika, matematika, kedokteran, fisika, dan berbagai bahasa asing termasuk Yunani dan Latin.

Meski telah lama menjadi institusi yang memberi gelar kepada ‘siswa’, tapi baru pada 1947, Al-Qarawiyyin diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan negara. Kompleks yang dibangun oleh Fatima al-Fihri itu akhirnya bergabung dengan sistem universitas negeri modern melalui dekrit kerajaan pada 1963, setelah berakhirnya era protektorat Prancis di Maroko.

Pada 1965, nama resminya diubah menjadi Universitas Al-Karaouine, yang sebelumnya hanya disebut Al-Qarawiyyin (Al-Karaouine), demikian melansir BBC.

Sejak peradaban kompleks masjid dan madrasah Al-Qarawiyyin maju, ada banyak cendekiawan yang belajar di sana. Mereka di antaranya:

1. Al-Biruni (973-1048), seorang polymath yang memberikan kontribusi besar bagi matematika, fisika, astronomi, dan geografi

2. Al-Idrisi (1100-1165) kartografer yang petanya dipelajari dengan penuh semangat oleh para ahli geografi Renaisans

3. Ibn Tufayl (wafat 1185) yang menulis novel fiksi ilmiah pertama di dunia serta risalah tentang pembelajaran mandiri yang disebut Hayy ibn Yaqzan

4. Ibn Rushd (1126-1198) penerjemah dan komentator Aristoteles yang dikenal di Eropa sebagai Averroes

5. Sarjana Yahudi dan mistikus Maimonides (1138-1204) yang akan memiliki pengaruh yang mendalam pada filsafat dan teologi Yahudi

6. Astronom Al-Bitruji (w. 1204) yang dikenal di Eropa sebagai Alpetragius

7. Ibn Al-Arabi (1165-1240) adalah seorang mistikus sufi, filsuf dan penyair

8. Sejarawan Ibn Khaldun (1332-1406) yang karyanya meletakkan dasar bagi sosiologi modern, sejarah ekonomi politik

Jadi, sebelum Eropa menyentuh puncak peradaban ilmu pengetahuan era Renaisans (abad ke-14 hingga ke-17), seorang wanita muslim bernama Fatima al-Fihri telah lebih dulu membangun kompleks peradaban ilmu pengetahuan pada 859 M. Itu ada kompleks yang bermula dari masjid dan madrasah, yang pada akhirnya melahirkan cendekiawan penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan di dunia.

(faz/nwk)



Sumber : www.detik.com

Menag RI Dorong Asia Tenggara Jadi Pusat Peradaban Islam Dunia



Jakarta

Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menyatakan optimisme bahwa Asia Tenggara berpotensi menjadi episentrum baru peradaban Islam dunia, seperti halnya Baghdad pada masa kejayaan Islam.

Pernyataan itu disampaikan dalam sambutannya pada Mesyuarat Menteri-Menteri Agama MABIMS ke-21 di Melaka, Malaysia, Minggu (19/10/2025).

“Dulu Baghdad dengan Baitul Hikmah-nya melahirkan hegemoni intelektual dunia. Kini, Asia Tenggara harus mempersiapkan diri menjadi Baitul Hikmah baru bagi dunia Islam,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima detikHikmah pada Minggu (19/10/2025).


Menag menilai bahwa Timur Tengah telah menuntaskan peran besar dalam membangun fondasi keislaman. Kini, saatnya Asia Tenggara mengambil tongkat estafet itu untuk memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.

“Dengan stabilitas politik dan ekonomi yang kita miliki, Asia Tenggara bisa menjadi pusat perhatian dunia Islam berikutnya. Apalagi, beberapa negara Timur Tengah masih dihadapkan pada situasi yang belum stabil, sehingga peluang itu justru terbuka di kawasan kita,” tambahnya.

Ia menyoroti potensi besar Indonesia, Malaysia, dan Singapura untuk membangun sinergi keilmuan dan peradaban. “Kita harus punya obsesi untuk mengangkat martabat Islam, bukan hanya lewat politik atau ekonomi, tetapi juga melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan integrasi peradaban,” tuturnya.

Menurut Menag, kebangkitan Islam di masa depan harus berakar pada integrasi ilmu agama dan ilmu umum, sebagaimana yang terjadi pada masa Baitul Hikmah di Baghdad. “Para ilmuwan kala itu bukan hanya ahli ilmu umum, tetapi juga seorang sufi,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa kekuatan pemikiran dan pengetahuan mampu menjadi landasan bagi umat Islam untuk membangun ideologi, ekonomi, serta peradaban baru yang berdaya saing global.

Masjid sebagai Pusat Pemberdayaan Ekonomi Umat

Pertemuan MABIMS 2025 di Malaysia juga menghasilkan kesepakatan untuk menjalankan Program Semanis MABIMS Seharum Serantau. Salah satu fokusnya adalah mengoptimalkan peran masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan ekonomi umat.

Menag memaparkan sejumlah inisiatif Kementerian Agama dalam pemberdayaan masjid selama setahun terakhir. Salah satu contohnya adalah Masjid Istiqlal di Jakarta, yang kini tidak hanya ramah bagi jamaah tetapi juga ramah lingkungan.

Masjid terbesar di Asia Tenggara itu menjadi tempat ibadah pertama di dunia yang memperoleh sertifikasi green building dari International Finance Corporation (IFC), lembaga di bawah Bank Dunia. Sertifikasi The Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) diberikan atas penerapan efisiensi energi dan prinsip keberlanjutan lingkungan.

Masjid Istiqlal juga melakukan inovasi dengan mendaur ulang air wudu untuk menyiram tanaman dan membersihkan area masjid.

Selain itu, Kementerian Agama turut membantu 4.450 pelaku UMKM melalui pinjaman tanpa bunga (qardul hasan) lewat program Masjid Berdaya Berdampak (MADADA). “Kami juga menyalurkan bantuan operasional dan pembangunan untuk 647 masjid atau musala, serta meningkatkan kapasitas 1.350 takmir masjid agar mampu memberdayakan ekonomi umat,” jelas Menag.

Kolaborasi Negara-Negara MABIMS

MABIMS merupakan forum kerja sama antara Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Keempat negara ini, menurut Menag, memiliki visi keagamaan yang sejalan.

Brunei Darussalam, dengan falsafah Melayu Islam Beraja, terus memperkuat pendidikan Islam dan menjadikan masjid sebagai pusat peradaban dan persatuan umat. Malaysia mengusung visi Malaysia MADANI yang menekankan nilai kemampanan, kesejahteraan, kreativitas, saling menghormati, dan ihsan berlandaskan maqasid syariah.

Sementara Singapura mengedepankan strategi Religious Harmony and Community Resilience, menampilkan wajah Islam yang inklusif dan moderat di tengah masyarakat majemuk.

Indonesia sendiri meneguhkan komitmen melalui gagasan Moderasi Beragama dan Trilogi Kerukunan Jilid II, yang meliputi kerukunan antarsesama manusia, harmoni dengan alam, serta hubungan manusia dengan Tuhan. “Trilogi Kerukunan menegaskan bahwa agama harus menjadi sumber harmoni sosial dan kemaslahatan bersama,” ujar Menag.

Ia juga menekankan pentingnya menjadikan empat strategi keagamaan MABIMS sebagai paradigma bersama untuk memahami keragaman agama, memperkuat dialog lintas iman, dan membangun solidaritas antarumat Islam di Asia Tenggara.

Di era digital, tambahnya, teknologi dapat menjadi sarana efektif untuk memperkuat kerja sama lintas agama dan menumbuhkan semangat hidup damai.

“Melalui kurikulum yang inklusif dan pengajaran nilai-nilai universal, kita dapat membentuk generasi yang hidup dalam harmoni dan siap membangun masyarakat yang inklusif,” ujarnya menutup sambutan.

“Semoga MABIMS terus menjadi perekat hubungan antara negara dan agama, sekaligus memperkokoh ukhuwah Islamiyah di kawasan serantau,” pungkasnya.

(lus/erd)



Sumber : www.detik.com