Tag Archives: perencana keuangan

Harus Punya Duit Berapa biar Tak Hidup Susah Saat Pensiun?


Jakarta

Merencanakan hari tua usai pensiun adalah langkah penting untuk masa depan yang nyaman. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah berapa banyak dana yang dibutuhkan agar tak susah saat masa pensiun nanti?

Perencana Keuangan, Andy Nugroho, mengatakan besaran dana pensiun yang ideal agar tak susah saat masa pensiun tentu akan sangat bergantung dari masing-masing kebutuhan dan gaya hidup setiap orang. Sebab mereka dengan perkiraan biaya hidup yang cukup besar bahkan setelah pensiun tentu membutuhkan dana pensiun yang lebih besar.

Namun secara sederhana, besaran dana pensiun yang diperlukan dapat dihitung menggunakan asumsi rata-rata kebutuhan hidup setelah pensiun setiap bulan hingga nanti meninggal.


Sebagai contoh dengan asumsi kebutuhan dana per bulan pasca pensiun sekitar Rp 5 juta kemudian asumsi akan pensiun di usia 56 tahun dengan usia harapan hidup hingga 72 tahun, maka dana pensiun yang dibutuhkan mencapai Rp 960 juta.

“Angka tersebut bahkan belum memperhitungkan inflasi yang mungkin terjadi,” jelas Andy kepada detikcom, Rabu (11/6/2025).

Untuk itu ia menyarankan selain menyiapkan dana tabungan, diperlukan juga instrumen lain seperti investasi atau pasif income hingga kepemilikan polis asuransi khususnya kesehatan.

“Asuransi kesehatan minimal BPJS kesehatan. Karena semakin bertambah usia maka semakin rawan terkena penyakit dan akan semakin mahal biaya pengobatannya,” papar Andy.

Senada dengan itu Perencana Keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto, juga mengatakan besaran dana pensiun yang dibutuhkan masing-masing individu akan sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Namun secara sederhana besar dana ini bisa dihitung dengan mengalikan prediksi atau harapan biaya kebutuhan hidup setelah pensiun setiap bulan dengan jangka waktu pengeluaran hingga 20-25 tahun.

“Kita bicara secara angka paling minimal sekali. Katakanlah misalnya seseorang itu hidupnya katakan ketika pensiun besok hidup setara dengan Rp 10 juta. Maka asumsikan dia memiliki dana atau sejumlah dana minimal bisa menutupi sekitar 20 tahun kehidupannya dia,” terangnya.

Dengan asumsi kebutuhan hidup sebesar Rp 10 juta per bulan untuk jangka waktu 20 tahun setelah pensiun yang dicontohkan Eko, pekerja minimal perlu tabungan dana pensiun sekitar Rp 2,4 miliar.

Namun ia mengingatkan jumlah tabungan atau dana pensiun tersebut merupakan angka minimal yang harus dimiliki. Sebab dalam pelaksanaannya seseorang kerap kali membutuhkan biaya-biaya tambahan di luar kebutuhan hidup sehari-hari.

Misalkan saja jika sedang sakit memerlukan biaya tambahan untuk berobat, atau mungkin kebutuhan-kebutuhan darurat lain. Bahkan di luar itu masih ada inflasi tahunan yang membuat nilai dari tabungan dana pensiun itu terasa semakin sedikit seiring berjalannya waktu.

Untuk itu selain dana tabungan, Eko juga menyarankan agar memiliki investasi atau pasif income. Dengan begitu saat pensiun nanti aset atau dana tabungan yang sudah disiapkan tidak cepat berkurang.

Begitu juga dengan kepemilikan beberapa instrumen asuransi, semisal untuk kesehatan, sehingga yang bersangkutan bisa mengurangi pengeluaran untuk dana darurat di usia pensiun.

“Kesehatan, jadi ketika pensiun nanti mereka sudah punya cover nih. Ada asuransinya atau ada dana kesehatan yang cukup,” pungkasnya.

Simak juga Video: Pensiun Muda di Usia 40-an Menggunakan Metode FIRE

(igo/fdl)



Sumber : finance.detik.com

Tanda-tanda Kamu Bakal Susah di Masa Pensiun


Jakarta

Bekerja keras bertahun-tahun, berharap masa tua akan jadi waktu bersantai. Tapi bagi yang tak menyiapkan diri sejak dini, masa pensiun bisa menjadi babak paling berat dalam hidup, khususnya dalam hal finansial.

Perencana Keuangan, Andy Nugroho, mengatakan seorang pekerja nantinya akan susah waktu pensiun ini dapat terlihat dari sejumlah tanda. Contohnya seperti belum memiliki dana pensiun baik berupa tabungan atau pendapatan pasif.


“Sebelum pensiun orang tersebut tidak memiliki tabungan dan atau sumber pendapatan pasif yang mencukupi yang dapat menghidupi kebutuhan sehari-harinya,” terang Andy kepada detikcom, Rabu (11/6/2025).

Menurutnya kondisi ini dapat diperparah jika dengan kultur budaya keluarga dan sosial di Indonesia, orang tersebut bahkan tidak memiliki anak/sanak saudara yang dapat membantu kebutuhan finansialnya pasca-pensiun.

Sehingga tanda lain yang menunjukkan bahwa pekerja akan susah waktu pensiun adalah ketika ia masih harus bekerja untuk memenuhi hidup meski sudah memasuki usia pensiun antara 56-60 tahun.

“Setelah pensiun tanda yang paling sederhana adalah orang tersebut setelah memasuki masa usia pensiun para pekerja secara umum masih harus tetap bekerja untuk dapat makan dan hidup layak. Jadi bukan bekerja untuk sekedar mengisi waktu luang ataupun bekerja sebagai aktualisasi diri ya.

Untuk itu, dirinya menyarankan kepada para pekerja untuk menyiapkan tabungan atau pasif yang bisa menjadi sumber dana bagi kebutuhan sehari-hari saat pensiun. Pasif income yang dimaksud bisa berupa bisnis atau investasi. Tak lupa sebisa mungkin yang bersangkutan juga memiliki asuransi, minimal asuransi kesehatan.

“Asuransi kesehatan minimal BPJS kesehatan. Karena semakin bertambah usia maka semakin rawan terkena penyakit dan akan semakin mahal biaya pengobatannya,” papar Andy.

“Jangan sampai tabungan dan pasif income yang kita proyeksikan dapat memenuhi kebutuhan pensiun kita tergerus habis karena membayar biaya pengobatan akibat tidak punya asuransi,” tegasnya.

Sementara itu Perencana Keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto, mengatakan tanda-tanda bahwa seseorang akan susah waktu pensiun dapat terlihat dari beberapa hal seperti masih memiliki tanggungan atau utang saat mendekati hari tua hingga belum memiliki dana tabungan.

“Kalau misalnya 5 tahun sebelum pensiun dia masih punya utang, berarti dia pasti akan bermasalah. Kedua, kalau dia ketika mendekati pensiun tidak memiliki aset yang cukup, maka kemungkinan dia akan bermasalah juga,” terangnya.

“Ketiga, ketika mereka mendekati masa pensiun tadi, dia belum memiliki investasi yang bisa dihasilkan, didapatkan di pensiun besok. Nah, itu kemungkinan dia akan bermasalah,” sambung Eko.

Menurutnya kepemilikan investasi atau pasif income menjadi sangat penting waktu pensiun untuk menjaga agar aset atau dana tabungan yang sudah disiapkan tidak cepat berkurang. Selain itu, dengan berinvestasi yang bersangkutan juga bisa menjaga nilai aset dari inflasi tahunan.

Untuk itu, Eko menyarankan kepada pekerja untuk sesegera mungkin menyiapkan dana pensiun baik tadi berupa tabungan maupun investasi agar bisa hidup lebih nyaman saat memasuki usia senja.

“Mereka tidak boleh memiliki kewajiban yang akan membebani mereka ketika pensiun. Untang itu kan kewajiban. Terus pendidikan anak. Bukan nggak boleh punya anak, tapi ketika mereka mendekati usia pensiun, kalau bisa pendidikan anak itu sudah siap,” jelas Eko.

“Kesehatan, jadi ketika pensiun nanti mereka sudah punya cover nih. Ada asuransinya atau ada dana kesehatan yang cukup,” pungkasnya.

Simak juga Video: Cara Realistis Menabung Meski Gaji Pas-pasan!

(igo/fdl)



Sumber : finance.detik.com

Jangan Cuma Menabung, Kenali Aset Masa Depan


Jakarta

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tingginya tekanan terhadap daya beli masyarakat, literasi keuangan menjadi fondasi penting untuk membangun ketahanan finansial pribadi. Meski ekonomi Indonesia tumbuh 4,87% (yoy) pada kuartal I 2025 menurut data Kementerian Keuangan, tantangan eksternal seperti suku bunga tinggi dan ketegangan geopolitik tetap membayangi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai perekonomian Indonesia masih cukup resilien. “Perekonomian Indonesia menunjukkan performa yang cukup tangguh di tengah perlambatan ekonomi dan ketidakpastian global,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Dalam kondisi ini, kebutuhan akan edukasi keuangan yang relevan dan mudah dipahami menjadi semakin mendesak. Salah satu tokoh yang aktif mengedukasi publik adalah Angga Andinata, konsisten menyuarakan pentingnya pemahaman terhadap Bitcoin sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang.


Saat itu, harga Bitcoin masih berada di kisaran Rp250 juta. Kini, dengan harga yang telah melonjak signifikan, edukasi yang disampaikan Angga terbukti memberi dampak nyata bagi banyak orang. Melalui berbagai kanal digital dan pertemuan langsung, ia rutin menyampaikan materi keuangan secara praktis-mulai dari pengelolaan keuangan dasar, dana darurat, hingga pengenalan terhadap aset masa depan seperti Bitcoin.

“Edukasi keuangan harus berkembang. Kita tidak bisa hanya bicara menabung, tapi juga mengenali instrumen yang punya potensi lindung nilai dan kebebasan finansial,” jelasnya dalam salah satu sesi daring.

Angga juga dikenal aktif menjangkau komunitas di berbagai daerah dengan akses literasi terbatas. Testimoni atas dampak edukasinya datang dari beragam kalangan-dari individu yang kini lebih paham mengatur keuangan, hingga yang merasakan transformasi signifikan dalam hidup mereka.

Meski demikian, sejumlah pengamat tetap mengingatkan pentingnya kehati-hatian. “Bitcoin memang menarik, tapi volatilitasnya tinggi. Edukasi harus menyampaikan potensi dan risiko secara seimbang,” ujar Dian Wibowo dari Institute for Financial Literacy Indonesia.

Menanggapi hal itu, Angga menegaskan pendekatannya selalu objektif dan rasional. “Saya tidak mengajak orang bermimpi instan. Justru yang saya dorong adalah pemahaman menyeluruh, supaya mereka bisa membuat keputusan berdasarkan kapasitas dan tujuan keuangan masing-masing,” ungkapnya.

Dengan pendekatan yang konsisten, inklusif, dan berorientasi jangka panjang, Angga Andinata kini dikenal sebagai salah satu penggerak literasi keuangan digital yang memberi dampak luas di tengah dinamika ekonomi yang tak menentu.

Tonton juga “Kabar Buruk dari Sri Mulyani Tentang Ekonomi Global” di sini:

(fdl/fdl)



Sumber : finance.detik.com

Ini Rekomendasi Investasi Jika Gajimu Rp 6 Juta Seperti Kaluna


Jakarta

Kaluna, tokoh utama dalam film Home Sweet Loan memiliki gaji Rp 6 juta per bulan mampu memiliki tabungan Rp 330 juta dalam 7 tahun. Dirinya menabung Rp 4 Juta tiap bulannya di rekening bank. Ternyata masih ada tempat berinvestasi yang paling ideal untuk menambah nilai uangmu detikers, ini rekomendasinya!

Perencana Keuangan Andy Nugroho mengatakan bahwa untuk berinvestasi itu kita harus membuat skala prioritas dengan membagi kedua hal mana membedakan kebutuhan dan keinginan.

“Kebutuhan seperti kos, makan, internet, dan transportasi itu kebutuhan dan kalau keinginan itu seperti kita pengin jalan-jalan misalnya. Pokoknya jangan dibalik, pentingin kebutuhan dulu baru keinginan,” kata Andy saat dihubungi detikcom, Jumat 11/10/2024.


Menurutnya, idealnya berinvestasi itu 10% dari penghasilan kita. Misal dengan gaji Rp 6 juta itu nominal yang dapat diinvestasikan sebesar RP 600 ribu.

“Ada empat tempat yang ideal untuk investasikan uangmu diantaranya reksadana, pasar saham, logam mulia, dan obligasi negara ritel (ORI),” kata Andy.

Jika di reksadana, menurutnya lebih aman dan murah karena reksadana itu dibelinya mulai dari Rp 100.000 di aplikasi fintech. Adapun menginvestasikannya di pasar saham dengan memerhatikan fundamental perusahaannya.

Apabila di logam mulia itu menurutnya juga ideal mengingat konsepnya juga sama seperti menabung namun lebih prospektif. Terakhir ada obligasi negara ritel (ORI) yang bisa masuk mulai dari satu jutaan.

“Misalnya kita punya 4 juta per bulan, udah masukin ke (ORI) aja. Itu nanti kita bakal dapet bunganya lebih tinggi daripada deposito. Tapi perlu dicatat, kalo investasi itu sesuai profil kita kan ada yang agresif, moderat, dan konservatif. Kita mesti paham diri kita, baru kemudian kita cari produk yang sesuai dengan profil psiko kita itu,” tutupnya.

Simak: Gaji UMR, Cukup Nggak Sih Buat Hidup Enak?

[Gambas:Video 20detik]

(fdl/fdl)



Sumber : finance.detik.com

Belum Punya Dana Darurat? Ini 5 Tips Kumpulkan Uang buat Jaga-jaga


Jakarta

Dana darurat merupakan dana yang disiapkan untuk dapat digunakan dalam keadaan darurat. Simpanan ini berperan penting sebagai perlindungan dari berbagai kejadian yang tak terduga di masa mendatang.

Dana darurat sebaiknya tidak boleh digabungkan dengan tabungan, karena sifatnya adalah pendukung keadaan darurat. Menyiapkan dana darurat memang bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kalau pengeluaran tidak diatur.

Tips Kumpulkan Dana Darurat:


1. Tentukan Tujuan Utama Memiliki Dana Darurat

– Menetapkan jumlah dana darurat yang dibutuhkan
– Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dana darurat

2. Rencana Pengeluaran dan Penghematan

– Membuat daftar pengeluaran bulanan
– Mengidentifikasi area penghematan untuk mengalokasikan ke dana darurat

3. Pilih Metode Tabungan yang Tepat

– Memilih rekening tabungan atau investasi yang sesuai
– Keuntungan dan kerugian dari setiap opsi tabungan
– (Hyperlink to Allo Grow’s product & promo page)

4. Automatisasi Proses Menyisihkan Dana Darurat

– Menggunakan fitur otomatisasi dari bank atau aplikasi keuangan
– Atau menyisihkan jumlah yang pasti setiap bulannya

5. Review Secara Berkala

– Mengadaptasi rencana sesuai dengan perubahan kehidupan atau keuangan

Memiliki dana darurat adalah langkah penting dalam memastikan kestabilan keuangan kita dan dana darurat juga memberikan ketenangan pikiran dan keamanan finansial dalam menghadapi ketidakpastian masa depan.

Cobalah untuk perlahan sisihkan uang dana darurat. Idealnya, jumlah dana darurat adalah 1 tahun pendapatan, namun jika masih terasa berat, kamu bisa mulai perlahan dari 3 bulan pendapatan sampai 6 bulan pendapatan.

Jika setiap bulannya kamu sudah berhasil menyisihkan uang untuk dana darurat, dan masih ada uang yang bisa ditabung, pastikan kamu menabung di tempat yang minim risiko namun tinggi keuntungan. Selamat mencoba dan semoga beruntung!

(shc/ara)



Sumber : finance.detik.com

Awas THR Cuma Numpang Lewat! Ini 5 Tips Biar Duit Lebih Awet


Jakarta

Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran menjadi salah satu momentum yang dinantikan banyak orang. Hal ini lantaran, setiap Lebaran masyarakat mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR).

Sebagian besar masyarakat memilih menggunakan THR untuk berbelanja baju, sepatu, hingga gadget baru. Namun demikian, kebiasaan yang impulsif ini terkadang membuat kantong jebol hingga THR akhirnya ludes, seolah hanya numpang lewat.

5 Tips Kelola THR:

1. Pahami Nilai dan Manfaat THR

THR merupakan pendapatan yang wajib diterima oleh seluruh tenaga kerja yang diberikan oleh pihak pemberi kerja menjelang hari raya keagamaan masing-masing pekerja.


THR ini di luar pendapatan wajib yang diterima oleh pekerja/buruh. THR saat hari raya juga bisa disebut bonus yang diberikan perusahaan kepada pekerja/buruh. Pemberian THR diatur dalam Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan.

Dengan mengelola dan menyisihkan THR, uang tersebut dapat digunakan untuk tujuan keuangan jangka panjang seperti menabung untuk pendidikan anak, investasi, liburan ke luar negeri, atau ibadah umrah ke tanah suci.

Oleh karena itu, sangat penting untuk merencanakan penggunaan uang THR dengan bijak. Dengan konsiderasi jangka panjang ini, dapat mencegah uang THR habis karena belanja yang berlebihan.

2. Rencanakan Penggunaan THR

Salah satu cara jitu untuk mengelola THR dengan merencanakan penggunaannya secara rinci. Masyarakat bisa memulainya dengan membuat daftar kebutuhan dan prioritas pengeluaran.

Selain itu, masyarakat juga perlu menetapkan alokasi THR untuk kebutuhan dan tabungan jangka panjang. Menabung untuk jangka panjang ini tidak hanya bisa dilakukan dengan menyimpan uanh di rekening tabungan. Masyarakat bisa menanamkan uangnya pada instrumen investasi.

Masyarakat bisa mulai mempertimbangkan langkah-langkah sederhana yang dapat membantu keuangan ‘bertumbuh’ seiring waktu melalui investasi. Bisa dengan membuka deposito atau sejenisnya hingga saham, yang bisa memberikanmu bunga yang cukup signifikan.

3. Hindari Pengeluaran yang Impulsif

Berhati-hati lah terhadap godaan untuk menghabiskan THR secara impulsif. Meskipun disebut tunjangan hari raya, bukan berarti uang THR harus dihabiskan seluruhnya di hari Lebaran. Masyarakat membuat daftar prioritas dan mengelompokkan mana yang merupakan kebutuhan dan keinginan.

Selain itu, disarankan pula untuk menghindari pembelian yang tidak direncanakan atau tidak penting. Usahakan untuk berkomitmen terhadap daftar prioritas yang telah dibuat sebelumnya dan mengurangi untuk membeli hal-hal yang kurang prioritas.

4. Manfaatkan untuk Investasi atau Tabungan

Menggunakan sebagian dari THR untuk investasi jangka panjang atau tabungan darurat. Dengan menyisihkan sebagian THR untuk investasi, uang akan bertumbuh dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendesak di kemudian hari.

Hal ini bisa diwujudkan dengan membuat perencanaan yang matang, mulai dari instrumen yang paling cocok dengan portofolio, target uang yang terkumpul, hingga target penggunaannya.

Banyak instrumen investasi yang bisa menjadi pilihan. Sebut saja beberap di antaranya yang tergolong aman dan punya risiko kecil yakni deposito atau sejenisnya, hingga reksadana pasar uang.

5. Buat Rencana Keuangan Jangka Panjang

Membuat rencana keuangan jangka panjang menjadi salah satu hal yang penting dilakukan, termasuk setelah menerima THR. Dengan perencanaan yang rinci, hal ini akan membantu masyarakat untuk mengalokasikan uangnya dengan tepat dan efisien. Dengan demikian, langkah impulsif pun bisa dikurangi.

Salah satu tips untuk memulai atau meningkatkan perencanaan keuangan pribadi ialah dengan banyak membaca dan belajar dari orang yang lebih ahli. Hal ini bisa membantu meningkatkan pemahaman kita sehingga bisa membuat perencanaan kita lebih matang.

Jangan anggap THR seperti uang kaget! Kelola THR dengan baik dan benar, sehingga dengan begitu kita bisa menjadi lebih siap secara finansial untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Ingat, tujuan kita adalah financial freedom, bukan financially doomed. Semoga membantu dan semoga THR-mu awet sampai akhir tahun!

(shc/ara)



Sumber : finance.detik.com