Tag Archives: perubahan

Diklaim Sudah Siap Minum, Bolehkah Air Mineral Direbus?


Jakarta

Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) diklaim sudah siap minum, tidak perlu dimasak. Namun ada kalanya butuh menghangatkan, atau bahkan merebusnya sampai mendidih.

Harus diakui, AMDK sudah jadi bagian dari gaya hidup modern. Praktis, mudah didapat, dan dianggap lebih aman dibanding air isi ulang atau air keran. Tapi di tengah kebiasaan serba instan, masih banyak orang yang memilih menghangatkan atau bahkan merebus air mineral sebelum diminum.

Alasannya sangat beragam, agar lebih bersih, lebih hangat, atau sekadar kebiasaan. Lalu, pertanyaannya sederhana: perlukah air mineral dalam kemasan dipanaskan? Atau, apakah pemanasan itu justru mengubah kandungan alami dan manfaat AMDK?


AMDK Bisa Langsung Diminum

Air mineral kemasan tidak diambil begitu saja dari sumber air dan langsung dibotolkan. Sebelum sampai ke tangan konsumen, air ini telah melewati serangkaian proses penyaringan dan sterilisasi yang ketat. Proses tersebut memastikan tidak ada mikroorganisme patogen, logam berat, atau bahan kimia berbahaya yang tertinggal di dalam air.

Dengan kata lain, air mineral sudah layak diminum langsung tanpa harus direbus lagi. Inilah yang membedakannya dengan air sumur atau air keran yang mungkin masih mengandung bakteri atau partikel lain sehingga perlu proses perebusan terlebih dahulu.

Namun, sebagian orang tetap memilih untuk memanaskan air kemasan karena ingin merasa lebih aman. Tindakan ini sebenarnya tidak salah, tetapi bisa sedikit memengaruhi kandungan mineral alami di dalamnya.

Apa Saja Perubahan yang Terjadi?

Meskipun air mineral tampak stabil, ternyata pemanasan bisa menimbulkan sedikit perubahan pada komposisi kimianya. Penelitian yang terbit dari Water Journal tahun 2025 menunjukkan bahwa proses perebusan dapat mengurangi kadar mineral seperti kalsium dan magnesium. Hal ini terjadi karena pemanasan menyebabkan gas karbon dioksida (CO₂) di dalam air lepas, lalu sebagian kalsium dan magnesium bereaksi menjadi endapan kalsium karbonat. Fenomena ini dikenal dengan istilah precipitation of hardness minerals yaitu reaksi yang juga sering menyebabkan kerak putih pada teko air.

Meski demikian, dari sisi gizi, penurunan kadar mineral akibat pemanasan ini tergolong sangat kecil dan tidak mengubah manfaat air mineral secara signifikan. Tubuh manusia masih bisa mendapatkan asupan mineral penting dari makanan sehari-hari, seperti sayuran, susu, atau kacang-kacangan.

Perubahan rasa air yang sebelumnya terasa lembut atau berisi bisa terasa sedikit lebih hambar setelah dipanaskan. Itu terjadi karena beberapa ion yang memberi sensasi rasa seperti kalsium, magnesium, dan bikarbonat ada yang sedikit mengendap. Proses ini merupakan reaksi alami kalsium karbonat akibat suhu tinggi. Meskipun tidak berbahaya, endapan tersebut menandakan bahwa sebagian mineral dalam air telah berubah bentuk dan tidak lagi larut sempurna.

Sementara itu, studi lain dalam Jurnal Environmental Monitoring and Assessment tahun 2021 juga mengonfirmasi bahwa suhu tinggi dapat mengubah pH air dan sedikit meningkatkan total zat terlarut atau Total Dissolved Solids (TDS). Namun, perubahan ini masih dalam rentang aman untuk dikonsumsi.

Apakah Berarti Pemanasan Mengurangi Kualitas?

Selama proses pemanasan dilakukan dalam durasi wajar, misalnya untuk membuat air hangat atau mendidihkan sekali, kualitas air mineral tetap terjaga. Tidak ada perubahan signifikan yang membuat air jadi berbahaya atau kehilangan manfaatnya.

Pemanasan berulang atau terlalu lama justru bisa mempercepat pengendapan mineral. Akibatnya, kandungan mineral dalam air bisa berkurang lebih banyak dan rasa segarnya semakin berkurang.

Selain itu, penting juga memastikan wadah yang digunakan untuk memanaskan air yang berasal dari AMDK bersih dan bebas logam berat. Jika menggunakan teko logam yang sudah berkarat atau ketel yang jarang dibersihkan, justru risiko kontaminasi bisa meningkat.

Hal yang Perlu Diperhatikan:

  • Air mineral dengan kandungan kalsium dan magnesium tinggi lebih mungkin membentuk endapan dibanding air dengan kandungan mineral rendah.
  • Pemanasan bisa memunculkan endapan halus berwarna putih di dasar wadah. Itu bukan tanda air rusak, melainkan sisa kalsium karbonat dari mineral alami yang bereaksi saat dipanaskan.
  • Tidak perlu merebus terlalu lama atau berulang kali karena justru bisa mempercepat pengendapan mineral.

Kesimpulan

Memanaskan atau merebus air mineral dalam kemasan boleh dan aman dilakukan, selama dilakukan sewajarnya. Proses ini memang dapat menimbulkan sedikit perubahan pada komposisi mineral, terutama kalsium dan magnesium, tetapi jumlahnya sangat kecil dan tidak berpengaruh terhadap keamanan maupun manfaat air.

Jadi, jika tujuannya hanya untuk membuat air hangat atau merasa lebih nyaman, langkah ini tetap tergolong aman. Namun jika ingin mempertahankan rasa segar dan kandungan mineral alaminya, sebaiknya AMDK diminum langsung sesuai fungsinya karena air telah siap konsumsi, murni, dan menyehatkan.

Air mineral sudah melalui perjalanan panjang sebelum sampai konsumen, dari sumber mata air, proses penyaringan, hingga pengemasan yang higienis. Jadi, tidak perlu lagi diragukan kebersihannya. Yang terpenting, simpan di tempat sejuk dan hindari paparan panas secara langsung agar kualitasnya tetap terjaga.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

Diet Ini Bukan Cuma Bikin Kurus, Tapi Bisa Bantu Cegah 15 Juta Kematian Dini


Jakarta

Perubahan pola makan yang lebih sehat bisa mengurangi kematian dini dan memperlambat dampak perubahan iklim. Hal ini dilaporkan oleh Komisi EAT-Lancet 2025, sebuah koalisi pada ahli di bidang gizi, iklim ekonomi, kesehatan, dan pertanyaan dari lebih dari 35 negara.

Dikutip dari laman ABC News, para peneliti mengatakan, jika orang-orang di seluruh dunia menerapkan Planetary Health Diet (PHD), hingga 15 juta kematian dini bisa dihindari setiap tahunnya. Komisi ini juga menemukan, mengubah pola makan masyarakat bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dari pertanian.

“Sistem pangan merupakan kontributor utama dari banyak krisis yang kita hadapi saat ini, dan sekaligus, kunci untuk menyelesaikannya,” kata wakil ketua komis dan direktur nutrisi, kesehatan, dan ketahanan pangan di Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR), Shakuntala Haraksingh Thilsted.


“Bukti yang disajikan dalam laporan kami jelas: dunia harus bertindak berani dan adil untuk memastikan perbaikan berkelanjutan,” tambah Thisted.

PHD merupakan menu berbasis tanaman yang mencakup 3-5 porsi biji-bijian utuh setiap hari, setidaknya lima porsi buah dan sayur dan porsi kacang-kacangan dan polong-polongan dalam satu hari.

Pola makan ini tidak menganjurkan untuk tidak makan protein hewani sama sekali bagi orang-orang yang ingin mengkonsumsinya. Tetapi, dianjurkan untuk makan daging merah, unggas, ikan, telur, dan produk susu dalam jumlah sedang.

Misalnya, direkomendasikan hanya satu porsi daging merah, dua porsi ikan, dan unggas, serta 3-4 telur per minggu. Komisi ini juga menganjurkan pembatasan keat terhadap gula tambahan, lemak jenuh, dan garam.

“Planetary Health Diet bukanlah pendekatan yang sama untuk semua orang,” kata salah satu ketua komisi dan professor epidemiolog dan nutrisi di Harvard TH Chan School of Public Health, Walter C. WIllett.

Pola makan ini memberi ruang untuk keragaman budaya dan preferensi individu, dengan tetap menyediakan pedoman yang jelas untuk mencapai kesehatan optimal dan keberlanjutan di seluruh dunia.

Dikutip dari laman AP News, rekomendasi diet didasarkan pada data tentang risiko penyakit yang bisa dicegah, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Para peneliti mengatakan bahwa kesehatan manusia dan planet ini selaras.

Laporan baru yang telah melalui peninjauan sejawat ini dibangun berdasarkan penelitian komisi di tahun 2019. Pada saat itu, direkomendasikan pengurangan konsumsi makanan, seperti daging merah dan gula hingga persen serta mengadopsi pola makan yang utamanya berbasis tumbuhan.

Willet mengatakan, ketika komisi membandingkan diet PHD mereka dengan apa yang biasanya dimakan orang di setiap negara, mereka memperkirakan, dunia akan melihat pengurangan 27 persen kematian dini, jika orang-orang mengadopsi rekomendasi PHD.

“Kami memiliki banyak sekali literatur baru yang menunjukkan manfaat kesehatan yang sangat besar,” tambah Willett.

Mengenai perubahan iklim, para peneliti menyimpulkan perubahan pola makan dunia saja bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dari pertanian sebesar 15%, karena produksi daging, terutama daging merah membutuhkan pelepasan banyak gas yang menyebabkan pemanasan global. Peningkatan produktivitas makanan, pengurangan limbah makanan, dan perbaikan lainnya bisa meningkatkan angka tersebut hingga 20 persen.

(elk/elk)



Sumber : health.detik.com

Kata Dokter Gizi soal Diet Mentimun, Pria Jepang Sukses Pangkas 11 Kg 2 Bulan


Jakarta

Pria di Jepang bernama Nozaki Hiromitsu sukses menurunkan berat badan sebanyak 11 kg dalam waktu dua bulan. Perubahan drastis itu didapatkannya setelah menerapkan diet mentimun.

Selama diet, pria yang bekerja sebagai koki eksekutif itu menerapkan dua aturan sederhana. Pertama, konsumsi 1-2 mentimun sebelum makan. Kedua, kunyah setiap gigitannya selama 20 kali. Nozaki berasal dari Fukushima, sebuah wilayah di timur laut Jepang yang terkenal dengan produksi mentimunnya.

“Hasilnya, berat badan saya turun 11 kilogram dalam dua bulan. Lebih sering buang air kecil dan perut saya mengecil,” tuturnya yang dikutip dari VN Express.


Dokter spesialis gizi dr Johanes Chandrawinata, SpGK, menjelaskan mentimun merupakan buah yang rendah kalori. Dalam satu buah mentimun berukuran 20 cm, hanya mengandung 45 kalori.

“Mentimun adalah buah yang rendah kalori. Bila dikonsumsi sebelum makan, akan mengurangi asupan makanan,” jelas dr Johanes saat dihubungi detikcom, Kamis (5/12/2024).

“Ditambah anjuran pria Jepang itu untuk mengunyah makanan 20-30 kali, akan membuat lebih cepat kenyang. Akibatnya, asupan kalori berkurang dan berat badan pun turun,” lanjutnya.

Meski begitu, ternyata diet mentimun ini tidak dapat diterapkan untuk jangka panjang. Menurut dr Johanes, cara diet seperti itu bisa sangat membosankan.

(sao/kna)



Sumber : health.detik.com

Berat Badan Stuck Susah Turun? Mungkin karena Masih Keseringan Minum Ini


Jakarta

Berat badan yang stuck selama proses penurunan berat badan merupakan hal yang umum dialami ketika seseorang sedang diet. Selain makanan dan olahraga, rupanya ini juga dapat berkaitan dengan apa yang diminum.

Ahli diet Annemarie Abburow membagikan sebuah perubahan kecil yang mungkin dapat memperlancar proses diet, yaitu dengan menghindari jus buah. Jus buah memang sehat, namun kandungan gula yang ada di dalamnya sering diremehkan, sehingga orang cenderung akan mengonsumsinya secara berlebihan.

Ketika jus buah dikonsumsi berlebihan, maka kandungan gula yang terlalu banyak dapat memberikan dampak kurang baik untuk kesehatan. Belum lagi banyak produk jus kemasan yang memberikan gula tambahan.


“Meskipun jus buah merupakan sumber vitamin yang baik, jus buah mengandung banyak gula, karena proses pembuatan jus melepaskan gula alami dari sel-sel buah,” kata Abburow dikutip dari Mirror, Minggu (20/10/2024).

Sebagai gantinya, ia menyarankan masyarakat untuk beralih ke air putih yang bebas gula. Abburow juga lebih menyarankan orang-orang untuk mengonsumsi buah potong utuh, dibandingkan dengan jus buah.

Pola makan yang tinggi gula tidak hanya membuat tubuh lebih berisiko mengalami kelebihan berat badan. Namun, juga dapat menimbulkan komplikasi. Konsumsi jangka panjang secara berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes, hingga jantung koroner.

Meta-analisis dari 42 penelitian, yang diterbitkan dalam JAMA Paediatrics, segelas besar jus buah 100 persen setiap hari dapat menyebabkan penambahan berat badan pada anak-anak dan orang dewasa.

Menurut peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, setiap porsi tambahan jus 100 persen per hari dikaitkan dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi sebesar 0,03 pada anak dan 0,02 untuk orang dewasa.

“Segelas jus jeruk sama dengan tiga buah jeruk yang dapat dihabiskan dalam satu atau dua menit, dan kita dapat kembali dan makan lagi, dan itu akan menambah banyak kalori dan menyebabkan lonjakan glukosa darah,” kata penulis studi.

Bukannya tidak boleh mengonsumsi jus buah. Terpenting adalah masyarakat bisa memperhatikan jumlah porsi jus buah yang dikonsumsi.

(avk/up)



Sumber : health.detik.com

Transformasi Sukses Pria Inggris usai BB Sempat Sentuh 140 Kg


Jakarta

Pandemi COVID-19 pada 2020 silam membawa perubahan besar dalam hidup Ben Keatley. Akibat lockdown pandemi, pria Inggris itu mengalami kenaikan berat badan signifikan hingga 140 kilogram.

Semua berawal ketika kantor tempat Keatley bekerja memberlakukan aturan work from home (WFH). Saat bekerja dari rumah, Keatley sering melampiaskan kebosanannya dengan melahap makanan yang ada di dapur.

Lambat laun, Keatley mulai merasakan perubahan pada dirinya. Pekerjaan rumah yang ringan pun mulai terasa semakin berat. Bahkan untuk memangkas rumput di pekarangan rumah Keatley harus mengumpulkan tenaga selama seminggu penuh.


“Itu membuat saya merasa stres dan tidak nyaman, dan saya mengerjakannya selama setengah hari. Saya berkeringat sangat banyak,” ujar Keatley dikutip dari Wales Online, Kamis (1/8/2024).

Meskipun begitu, Keatley masih merasa dirinya baik-baik saja dan tidak obesitas. Namun, dia tersadarkan saat bergabung dengan Man V Fat, klub sepakbola pria khusus untuk menurunkan berat badan.

Saat bermain bersama klub tersebut, Keatley sudah kehabisan tenaga dalam lima menit pertama.

“Saya bermain dengan orang-orang yang badannya seukuran saya, tapi saya merasa sangat kelelahan. Saya kehabisan tenaga setelah lima menit, dan saya hampir tidak bisa bergerak,” ucapnya.

Sadar akan kondisi kesehatannya, Keatley berkomitmen untuk tetap berlatih dan menurunkan berat badannya. Selang setahun rutin berlatih sepakbola bersama Man V Fat, Keatley berhasil menurunkan hingga 10 persen massa tubuhnya.

Namun pada awal 2023, Keatley mengalami cedera yang membuatnya harus beristirahat dari aktivitas fisik. Akibatnya, berat tubuhnya kembali membengkak.

Untuk memangkas kelebihan berat badan tersebut, Keatley meningkatkan intensitas olahraganya dengan berolahraga tiga kali seminggu di gym, sembari tetap berlatih sepakbola bersama Man V Fat.

Akhirnya pada Juli 2024, Keatley sukses menurunkan berat badan menjadi 86,4 kilogram, atau sekitar 35 persen dari berat badan awalnya.

“Olahraga juga memberikan saya ruang tersendiri, di luar pekerjaan dan waktu bersama istri. Itu benar-benar membantu meningkatkan kesehatan mental saya dan saya benar-benar menikmatinya,” imbuhnya.

Untuk semakin mendukung proses menurunkan berat badan, Keatley pun mulai mengadopsi diet puasa intermiten.

“Saya makan dalam rentang waktu enam jam, jadi saya makan camilan sore dan makanan sehat, tidak berlebihan. Saya tidak tahu apakah ini berhasil untuk semua orang, tapi ini membantu saya,” tuturnya.

Berat badan yang lebih ideal memberikan banyak perubahan dalam hidup Keatley. Salah satu yang paling dia rasakan adalah saat memilih pakaian.

“Saya masih merasa aneh karena saya bisa membeli pakaian berukuran sedang setelah sekian lama. Saya terbiasa memakai baju dan jeans ukuran XXXL dan saya terus memakainya sampai mereka melar,” katanya.

“Beberapa waktu lalu saya membeli skinny jeans dan sebelumnya saya tidak pernah melakukan itu. Saya biasanya akan mengenakan celana jeans longgar untuk menutupi ukuran paha saya, akan tetapi sekarang saya merasa lebih percaya diri,” tandasnya.

(ath/naf)



Sumber : health.detik.com

BRIN Riset Ketersediaan Air di IKN, Ini Dampaknya Jika Tidak Tercukupi


Jakarta

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian persentase ketersediaan air di wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN) dan sekitarnya. Riset tersebut dilakukan melalui Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN.

Kajian ini dilakukan menggunakan pendekatan metode Artificial Neural Network (ANN) atau Jaringan Saraf Tiruan (JST). Kajian dilakukan menggunakan data satelit selama Januari hingga Desember 2022.

Seberapa Banyak Ketersediaan Air di IKN?

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh BRIN, ketersediaan air di IKN dan sekitarnya menunjukkan ketersediaan air tinggi atau high water (HW) 0,51%, air vegetasi atau vegetation water (VW) sebanyak 20,41%, dan non air atau non water (NW) 79,08%.


Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Laras Toersilawati mengatakan, contoh dampak apabila ketersediaan air di IKN tidak tercukupi yakni perubahan iklim dan lingkungan. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya hujan, baik jumlah hari hujan maupun curah hujan. Hal ini juga menimbulkan penurunan kualitas air menjadi asam dan tercemar zat besi.

Terlebih, menurutnya ketersediaan air yang tidak tercukupi juga dapat menimbulkan dampak sosial serta lingkungan terhadap peningkatan kebutuhan air. Pasalnya, pendatang yang tertarik ke IKN dapat meningkatkan kebutuhan air bersih.

Apa yang Bisa Dilakukan Pemerintah?

Laras menyebut, untuk mengatasi kemungkinan kelangkaan air di IKN, maka pemerintah dapat membangun bendungan dan sistem perpipaan baru, serta embung.

Ia juga mengusulkan agar pemerintah membangun hutan kota dan melakukan konservasi lahan melalui reboisasi atau penanaman pohon pengganti. Sebab,terjadi alih lahan dari hutan industri eucalyptus menjadi lahan terbangun.

“Penerapan Kota Spons (Sponge City) dengan cara mengelola air hujan secara alami, menyerap dalam tanah, dan memanfaatkan kembali. Serta tak kalah penting melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menghemat dan tidak mencemari air, ini bisa menjadi solusinya,” jelas Laras, dikutip melalui keterangan tertulis BRIN, pada Rabu (1/9/2025).

Metode Kajian BRIN

Penelitian BRIN menggunakan citra Sentinel-2A yang dianalisis langsung melalui Google Earth Engine (GEE) untuk menghitung tiga indeks spektral, yakni Indeks Air Permukaan Tanah (LSWI), Indeks Perbedaan Vegetasi Ternormalisasi (NDVI), serta Indeks Perbedaan Air Ternormalisasi (NDWI).

Ketiga indeks tersebut digunakan sebagai prediktor dalam model ANN atau JST.

“JST atau ANN ini merupakan sistem pemrosesan informasi dengan karakteristik yang mirip dengan jaringan saraf biologis, yaitu jaringan saraf pada otak manusia,” jelas Laras.

Ia mengatakan, JST semula dirancang sebagai alat pengenalan pola dan analisis data yang unggul daripada metode statistik konvensional yang mengharuskan data berdistribusi normal.

Lebih komprehensif Laras menjelaskan, model yang dibuat mengikuti tahapan-tahapan dalam jaringan saraf tiruan, yakni menentukan arsitektur jaringan saraf tiruan yang meliputi lapisan masukan dan keluaran, penyiapan data sampel, pelatihan data sampel, serta pengujian data yang sudah dan belum dilatih.

Ia menilai, penginderaan jauh dengan satelit digunakan untuk mendeteksi perubahan kadar air dalam tanah atau vegetasi dengan menggunakan indeks inframerah dekat (NIR) 0,7-1,3 μm dan SWIR.

Tiga metode citra satelit multiband dipakai dalam penelitian untuk memperkirakan badan air permukaan, yakni NDVI; NDWI; dan LSWI.

(nah/twu)



Sumber : www.detik.com

Jangan Jadi Solusi Utama Sampah


Jakarta

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) akan mengadakan proyek waste to energy atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) pada akhir Oktober 2025.

Sebanyak 33 stasiun PSEL ditargetkan berdiri se-Indonesia, dengan kapasitas 1.000 ton sampah per hari per stasiun. Nilai investasi ditaksir mencapai Rp 2 triliun-Rp 3 triliun. Proyek ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk isu lingkungan, kesehatan dan energi, serta bagian dari upaya mencapai target Net Zero Emissions (NZE) Indonesia tahun 2060.


CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani mengatakan Indonesia menghasilkan 35 juta ton sampah per tahun. Angka ini setara dengan 16.500 lapangan bola atau seluruh wilayah Jakarta jika ditutupi sampah setebal 20 cm persegi. Hanya 61 persen yang berhasil dikelola.

Dari 33 kota di Indonesia, salah satu wilayah prioritas stasiun pengolahan sampah menjadi listrik berlokasi di Yogyakarta.

“Yang utama yang ingin kita lakukan pertama adalah di Jakarta sendiri akan ada 4-5 lokasi, kemudian di Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali,” kata Rosan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengolah Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) di Wisma Danantara, Jakarta, Selasa (1/10/2025).

Merespons rencana pemerintah tersebut, pakar teknik bioproses Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Wiratni, ST MT PhD berpendapat, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya andalan untuk menangani sampah.

Wiratni menjelaskan, akar masalah sampah sesungguhnya terletak pada manusia selaku penghasil sampah. Untuk itu, keberhasilan proyek PSEL ini menurutnya akan sangat bergantung pada kesiapan teknis dan perubahan perilaku warga sebagai penghasil sampah.

Perlu Pemilahan Agar Tak Rugi

Ia menegaskan, proyek PLTSa bisa optimal jika ada pemilahan sampah yang baik. Sampah yang masuk sebaiknya sampah kering agar peralatan tidak cepat rusak dan efisiensi termal juga terjaga.

“Jika sampah masih bercampur antara organik dan anorganik, proses akan merugi dan investasi berisiko sia-sia. PLTSa memang bisa dilengkapi dengan alat pengering, tetapi hal itu meningkatkan biaya operasional sekaligus menimbulkan bau yang mengganggu,” kata Wiratni, dikutip dari laman UGM, Kamis (2/10/2025).

Wiratni menjelaskan, sampah organik juga bisa dipakai sebagai bahan baku energi jika dikeringkan, tapi tidak direkomendasikan karena mudah busuk dan berbau. Pengangkutan skala besar dari sumber sampah ke titik pengolahan jadi tidak efisien karena belum mampu menjamin tidak menimbulkan bau dan potensi penyakit di sepanjang perjalanan.

“Permasalahan sampah organik bukan soal bisa atau tidak menjadi energi, melainkan pada proses pengangkutan dari sumber ke lokasi pengolahan. Agar ekonomis, diperlukan skala besar, tetapi hal itu justru berpotensi menimbulkan masalah serupa dengan TPA Piyungan,” jelasnya.

Berkaca dari Piyungan

Dikutip dari laman DPRD DIY, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan sebelumnya menerima sampah dari Sleman, Bantul, dan Yogyakarta. Overload pada 2012, TPST Piyungan baru ditutup pada 2024 lalu.

Kepala Balai Pengelolaan Sampah DIY, Aris Prasena, SSi MSc mengatakan 50 persen sampah di TPST Piyungan merupakan sampah organik. Hal ini mempercepat proses dekomposisi, tanah cepat ambles, dan umur teknis lebih pendek.

“Desain awal TPA hanya untuk residu akhir setelah sampah dipilah dan diolah di tingkat rumah tangga. Tapi dalam praktiknya, seluruh sampah langsung dibuang ke sini, tanpa pemilahan. Akibatnya, umur teknisnya jauh lebih pendek,” ujar Aris, Rabu (14/5/2025) lalu.

Untuk itu, Wiratni merekomendasikan agar sampah organik diselesaikan di level rumah tangga atau komunal yang dekat sumber sampah. Pengelolaannya bisa skala kecil dan realistis, seperti dengan komposting dan maggot.

Insentif & Tipping Fee buat Buang Sampah

Wiratni merekomendasikan adanya mekanisme insentif dan disinsentif agar masyarakat mau memilah dan mengurangi sampah. Di samping itu, perlu ada biaya pembuangan sampah ke fasilitas pengelolaan sampah (tipping fee) yang realistis.

Langkah praktis ini menurutnya penting agar warga punya rasa tanggung jawab lebih besar sejak dari sumber. Di samping itu, biaya pembuangan sampah juga diharapkan membuat orang tidak memperbanyak produksi sampah.

Lebih lanjut, pemerintah menurut Wiratni perlu memetakan sumber-sumber sampah serta ekosistem industri penyerap hasil olahan sampah (off-taker) yang sudah ada. Contohnya dengan memetakan bank sampah dan pelaku usaha daur ulang.

“Dengan pemetaan itu, kapasitas PLTSa bisa difokuskan hanya pada sampah residu yang benar-benar tidak dapat diolah,” ucapnya.

“Perhitungan keekonomian jangan hanya mengandalkan penjualan listrik ke PLN, tetapi harus disertai mekanisme tipping fee sebagai disinsentif. Jangan sampai PLTSa justru membutuhkan lebih banyak sampah, karena arah kita seharusnya menuju zero waste dengan ekosistem ekonomi sirkuler,” pungkasnya.

(twu/nah)



Sumber : www.detik.com

Maskapai Ini Mau PHK Massal 4.000 Karyawan, Ganti Sama AI



Frankfurt

Lufthansa Group berencana untuk melakukan digitalisasi pada 4.000 pekerjaan. Tak pelak itu artinya bakal ada pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagian karyawannya. Penggantinya adalah Artificial Intelligence (AI).

Hal ini dikatakan oleh Lufthansa Group pada Senin (29/9), mereka akan memakai kecerdasan buatan, digitalisasi, dan konsolidasi pekerjaan di antara maskapai anggota tahun 2030.


“Sebagian besar pekerjaan yang hilang akan berada di Jerman, dan fokusnya akan lebih pada peran administratif daripada operasional,” kata perusahaan itu, seperti dikutip dari ABC News pada Rabu (1/10/2025).

Lufthansa Group mencakup maskapai terbesar Jerman, Lufthansa, serta Austrian Airlines, Swiss, Brussels Airlines, dan lainnya.

Lufthansa kini sedang bergerak untuk memperdalam integrasi di antara maskapai anggota dan sedang meninjau aktivitas mana yang tidak lagi diperlukan di masa mendatang, karena duplikasi pekerjaan.

“Perubahan besar yang dibawa oleh digitalisasi dan kecerdasan buatan akan meningkatkan efisiensi di seluruh area dan aktivitas bisnis,” kata maskapai dalam sebuah pernyataan.

Grup maskapai tersebut memaparkan rencana strategis dalam sebuah presentasi untuk investor dan analis di Munich, dengan menyatakan bahwa mereka melihat permintaan yang kuat untuk perjalanan udara di tengah pembatasan penawaran penerbangan akibat rantai pasokan pesawat dan mesin yang terbebani.

Hal ini berarti pasar yang ketat membuat pesawat tetap penuh dan meningkatkan pendapatan. Perusahaan melaporkan permintaan yang kuat untuk perjalanan udara dan memprediksi keuntungan yang lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.

(bnl/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Hati-hati, Masuk Desa Kincir Angin di Belanda Ini Harus Bayar!



Amsterdam

Kincir angin menjadi ikon dari Belanda. Sebuah desa bersejarah yang punya banyak kincir menjadi destinasi turis dan kini ingin batasan.

Adalah Desa bersejarah Zaanse Schans, yang telah dikunjungi oleh 2,6 juta turis pada tahun lalu. Saking ramainya, desa yang hanya dihuni oleh 100 penduduk ini mulai merasa sesak oleh turis, seperti dikutip dari BBC pada Rabu (1/10).

“Jumlah wisatawan yang datang terlalu banyak,” kata dewan setempat.


Oleh karena itu, desa mengumumkan akan mengenakan biaya masuk sebesar €17,50 (Rp 336 ribuan) kepada setiap pengunjung dari luar daerah tersebut, untuk mengendalikan jumlah pengunjung. Tiket masuk akan mulai dioperasikan pada musim semi tahun depan.

“Pada tahun 2017, kami memiliki 1,7 juta pengunjung, tahun ini kami menargetkan 2,8 juta,” ujar Marieke Verweij, direktur museum desa.

“Tapi tempat ini kecil! Kita tidak punya ruang untuk semua orang ini!”

Parahnya lagi, kata Marieke Verweij, pengunjung sering tidak tahu kalau ada orang tinggal di sini. Melihat rumah-rumah tradisional membuat mereka penasaran sampai masuk ke rumah, buang air kecil di kebun, mengetuk pintu, berfoto, dan menggunakan tongsis untuk mengintip ke dalam rumah.

“Jadi tidak ada privasi sama sekali.”

Rencananya, semua orang dapat memesan dan membayar tiket secara online. Kebijakan museum pasca-Covid masih dirasa sesuai sebagai solusi untuk masalah ini.

Dengan tiket tersebut wisatawan turis sudah mendapatkan tiket masuk ke dua tempat, yaitu tiket masuk museum dan masuk ke dalam kincir angin.

Jika hanya setengah dari jumlah pengunjung saat ini yang tetap berkunjung setelah biaya masuk diberlakukan, pendapatan tahunan akan mencapai sekitar €24,5 juta.

Dewan berencana menggunakan dana tersebut untuk pemeliharaan kincir angin dan infrastruktur baru seperti toilet.

Namun, para pemilik toko dan restoran sama sekali tidak senang. Toko-toko itu sendiri, harus diakui, cukup menarik. Para staf mengenakan kostum tradisional di toko keju, mereka melakukan demonstrasi membuat bakiak di toko sepatu.

Dan toko-toko itu terletak di dalam rumah-rumah kayu tua yang indah. Toko barang antik dan suvenir yang berasal dari tahun 1623.

“Rencana biaya masuk ini mengancam mata pencaharian para pengecer dan pemilik restoran Zaanse Schans,” kata Sterre Schaap, ia merupakan salah satu pengelola toko suvenir bernama Trash and Treasures.

“Ini mengerikan. Artinya, orang-orang yang tidak punya dompet tebal tidak akan bisa datang ke sini,” kata Schaap.

“Itu artinya kita akan kehilangan banyak pembeli.

Kesepakatan ini juga merupakan pertanda perubahan zaman. Rachel Dodds, profesor pariwisata di Universitas Metropolitan Toronto, Kanada, menunjukkan beberapa kasus serupa.

“Bhutan mengenakan biaya masuk per hari untuk mengunjungi negara ini. Venesia, tentu saja, mungkin yang paling terkenal dengan biaya €5 untuk wisatawan harian,” ujarnya.

Sementara itu, AS dan Inggris sama-sama mengenakan biaya otorisasi perjalanan atau visa bagi warga negara asing untuk mengunjungi mereka.

Namun, desa-desa yang mengenakan biaya masuk masih sangat jarang. Contoh lain yang ada saat ini adalah desa nelayan Clovelly yang dikelola swasta di Devon, Inggris, Civita de Bagnoregio dan Corenno Plinio yang dibangun pada abad pertengahan di Italia, dan Penglipuran di Bali, Indonesia.

(bnl/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Supermoon Cerah dan Besar Akan Terjadi Oktober Ini, Cek Waktunya!


Jakarta

Fenomena Bulan purnama supermoon pada Oktober ini akan menjadi tontonan langit yang menarik. Pasalnya, supermoon kali ini menjadi yang terbesar dan tercerah selama 2025.

Supermoon atau disebut juga Harvest Moon ini diperkirakan muncul pada 7 Oktober 2025. Bulan purnama bisa tampak lebih cerah 30% dari biasanya.

“Supermoon bisa tampak hingga 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibanding Bulan purnama biasa,” tulis laporan BBC dikutip dikutip Sabtu (4/10/2025).


Apa Itu Fenomena Supermoon?

Di Indonesia, istilah supermoon dikenal sebagai Bulan purnama. Namun, supermoon berbeda dengan Bulan purnama pada umumnya karena ukurannya yang lebih besar.

Ukuran Bulan tidak mengalami perubahan. Saat supermoon, Bulan menjadi seolah lebih besar karena jarak Bulan ke Bumi sangat dekat.

Selama supermoon, Bulan purnama bertepatan dengan titik terdekat Bulan-Bumi dalam orbit elipsnya (titik perigee), dikutip dari laman Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA).

Pencetus istilah supermoon adalah Richard Nolle, seorang astrolog. Ia menyebut Bulan purnama besar sebagai supermoon pada 1979.

Jadwal Supermoon Tahun 2025

Mengutip BBC Sky at Night Magazine, supermoon 2025 akan terjadi sebanyak tiga kali yakni pada 7 Oktober, 5 November, dan 4 Desember.

Pada waktu-waktu tersebut, Bulan akan tampak sangat cerah di langit malam. Tak perlu teleskop atau teropong, detikers bisa menyaksikannya secara langsung.

Sebenarnya, Bulan purnama tiap tahunnya terjadi sebanyak 12 atau 13 kali. Akan tetapi, tidak semua Bulan purnama memiliki penampakan Bulan yang besar dan terang.

Bahkan, ada beberapa supermoon yang tidak bisa dilihat karena terjadi pada Bulan baru. Fenomena ini disebut sebagai supermoon baru.

Dampak Supermoon terhadap Bumi

Supermoon tidak menyebabkan dampak yang besar, melainkan seperti pada fenomena Bulan purnama biasa. Fenomena Bulan purnama atau bulan baru kerap memengaruhi pasang surut laut, demikian dikutip dari Earth Sky.

Kondisi ini dikenal sebagai pasang surut musim semi. Namun, ketika Bulan purnama atau Bulan baru terjadi bertepatan dengan posisi Bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi (perigee), maka pasang naik yang muncul disebut pasang surut musim semi perigean atau sering juga disebut pasang surut raja.

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah ini juga populer dengan sebutan pasang surut supermoon. Menurut ahli astronomi Fred Espenak, gravitasi supermoon yang berada paling dekat dengan Bumi hanya sekitar 4% lebih besar dibanding gravitasi Bulan pada jarak rata-rata.

Pasang surut supermoon biasanya terjadi sekitar satu hari setelah fase Bulan baru atau Bulan purnama. Tingginya pasang air laut ini sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca serta bentuk garis pantai di suatu wilayah.

(cyu/twu)



Sumber : www.detik.com