Tag Archives: prediksi cuaca

Platform Prediksi Cuaca Baru BMKG, Jawaban Hadapi Perubahan Iklim-Ketahanan Pangan


Jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kenalkan inovasi baru untuk memprediksi cuaca bernama Platform Digital Agro-Weather Impact Services (BMKG-AWIS). Apakah akan lebih akurat?

BMKG-AWIS dihadirkan sebagai jawaban untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, seperti misi Presiden Prabowo Subianto. Inovasi ini nantinya akan berguna bagi petani untuk memantau kondisi cuaca terkini dengan resolusi tinggi.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan platform ini berbasis Impact-Based Forecasting atau prakiraan berbasis data. Artinya, inovasi ini mampu menerjemahkan data cuaca yang kompleks menjadi informasi praktis bagi petani.


“Platform ini adalah transformasi layanan BMKG dari sekadar penyedia data teknis menjadi informasi berbasis risiko yang aplikatif dan dapat dimanfaatkan untuk pengambilan Keputusan di lapangan,” tuturnya dikutip dari rilis resmi, Selasa (7/10/2025).

Inovasi BMKG-AWIS

Seperti namanya, inovasi ini sangat bermanfaat bagi para petani. Ada berbagai informasi yang bisa ditemukan petani dalam platform BMKG-AWIS.

Informasi yang dimaksud termasuk, peta spasial risiko cuaca, dashboard peringatan dini, dan prediksi kondisi cuaca yang terintegrasi dengan sistem logistik pangan. Inovasi ini akan menjadi jembatan antara informasi cuaca dan kebutuhan nyata, terutama di sektor pangan.

“Dengan layanan yang telah disiapkan, petani maupun stakeholder terkait dapat memahami potensi risiko cuaca ekstrem terhadap produksi dan distribusi pangan sehingga dapat melakukan langkah antisipasi lebih dini,” urai Guswanto.

Strategi Hadapi Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan

BMKG-AWIS dikembangkan sebagai Decision Support System (DSS), sehingga mendukung perencanaan dan mitigasi risiko. Hal ini perlu diperhatikan mengingat Indonesia memiliki tantangan perubahan iklim dan peningkatan frekuensi cuaca ekstrem.

Keadaan ini membuat RI perlu memiliki sistem informasi cuaca yang adaptif, interaktif, dan terintegrasi lintas sektor. Kehadiran BMKG-AWIS, disebut menjadi komitmen BMKG untuk terus memperkuat layanan cuaca yang relevan, responsif, dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat.

Guswanto berharap inovasi ini bisa membawa manfaat bagi petani terutama dalam mengantisipasi potensi gagal panen. Selain itu, platform ini juga diharapkan menjadi salah satu pilar utama untuk mewujudkan ketahanan pangan Indonesia.

“Platform ini diharapkan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan Indonesia yang tangguh dan berkelanjutan di tengah dinamika cuaca yang semakin kompleks,” jabarnya.

Kini, BMKG mengajak seluruh pemangku kepentingan di bidang pangan untuk memanfaatkan BMKG-AWIS secara optimal. Dengan begitu, strategi adaptasi nasional terhadap perubahan iklim dan mewujudkan ketahanan pangan Indonesia bisa terwujud.

(det/nwk)



Sumber : www.detik.com

Waspada Hujan Lebat hingga Januari 2026, Pengaruh La Nina?



Jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan 2025/2026 terjadi lebih awal dari biasanya di sebagian besar wilayah Indonesia. Wilayah ini mencakup 294 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 42,1% ZOM.

Berdasarkan laporan Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Indonesia dari BMKG, durasi musim hujan 2025/2026 juga diperkirakan lebih panjang dari biasanya. Namun, perlu digarisbawahi, awal musim hujan berbeda-beda di berbagai daerah.

Sementara itu, puncak musim hujan 2025/2026 diperkirakan banyak terjadi pada bulan November-Desember 2025 di Indonesia bagian barat. Puncak musim hujan diperkirakan berlanjut pada bulan Januari hingga Februari 2026 di Indonesia bagian selatan dan timur.


Dijelaskan BMKG, musim hujan RI salah satunya dipengaruhi La Nina. Potensinya sekitar 50-70% pada periode Oktober 2025-Januari 2026.

Pengaruh La Nina pada Musim Hujan 2025/2026

Prediksi El Niño-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan kecenderungan ENSO Netral sepanjang tahun 2025. Namun, ada sebagian kecil model iklim global yang memprediksi La Nina lemah akan muncul pada akhir tahun 2025.

Keberadaan La Nina lemah dapat berkontribusi pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia.

Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Dr Emilya Nurjani, SSi MSi menjelaskan La Nina merupakan fenomena yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan di Samudra Pasifik.

Saat La Nina terjadi, tekanan udara di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan Samudera Pasifik sisi timur, di Amerika Selatan. Kondisi ini memicu peningkatan potensi hujan di Indonesia.

“Sebetulnya La Nina ini termasuk dalam gangguan dan itu tidak bisa dicegah karena itu sistem tekanan udara yang regional bahkan bisa menjadi global,” ucapnya, dikutip dari laman UGM, Jumat (24/10/2025).

Beda Daerah, Beda Dampak

Emilya menggarisbawahi, tidak semua wilayah RI akan mendapat dampak La Nina yang sama.

“Belum tentu bahwa La Nina berpengaruh di Jogja juga mempunyai pengaruh yang sama seperti di Kalimantan atau Jakarta,” ucapnya.

Sementara itu, secara umum, wilayah yang paling sering terkena dampak La Nina dimulai dari Indonesia bagian timur menuju bagian barat. Namun, topografi wilayah RI yang beragam membuat pengaruh La Nina sangat lokal.

Musim Hujan 2025/2026, Potensi Banjir?

Ia menjelaskan, La Nina tidak serta-merta berujung pada hujan terus-menerus yang mengakibatkan banjir. Sebab, keterjadiannya bergantung pada kondisi wilayah masing-masing.

“Jadi dampaknya tidak bisa diuniversalkan seluruh Indonesia, tidak bisa disamaratakan, kalau kita bicara cuaca dan iklim,” kata Emilya.

Sebaliknya, ia juga mengingatkan bahwa musim kemarau bukan lantas berarti tidak hujan. Ia berharap BMKG bisa menjelaskan peringatan dini cuaca, terutama cuaca ekstrem, dengan bahasa yang lebih mudah dipahami warga sehingga tidak salah paham.

“Sebenarnya tidak seperti itu, musim hujan dan kemarau itu dilihat dari curah hujannya,” ucapnya.

(twu/nwk)



Sumber : www.detik.com

Prediksi Cuaca Sepekan ke Depan dari BMKG: Pagi-Siang Terik, Sore Hujan


Jakarta

Indonesia tengah memasuki momen peralihan musim kemarau ke penghujan. Hal ini diwarnai dengan cuaca panas dan terik yang terjadi di berbagai wilayah.

Menurut BMKG, cuaca panas cenderung mendominasi pada pagi hingga siang hari. Namun, terdapat potensi hujan pada sore hingga malam hari akibat pembentukan awan konvektif.

“Dengan mempertimbangkan dinamika atmosfer yang masih sangat dinamis dalam beberapa waktu ke depan, cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan didominasi oleh cuaca cerah hingga berawan pada pagi hingga siang hari, kemudian berpotensi terjadi hujan pada sore hingga malam hari,” tulis BMKG dalam laman resminya dikutip Minggu (20/10/2025).


Kondisi tersebut dipengaruhi oleh interaksi antara fenomena atmosfer berskala global, regional, dan lokal yang meningkatkan instabilitas atmosfer. Akibatnya, terbentuklah awan konvektif penyebab hujan di sejumlah wilayah Indonesia.

Prediksi Cuaca Sepekan ke Depan

Untuk periode 19-23 Oktober 2025, cuaca di Indonesia akan didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di:

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jawa Barat
  • DI Yogyakarta
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Selatan
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat Daya
  • Papua Barat
  • Papua Pegunungan
  • Papua
  • Papua Selatan

Hujan Lebat-Sangat Lebat

Selain itu, hujan dengan intensitas lebat disertai kilat atau petir dapat terjadi di wilayah berikut:

  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur
  • Sulawesi Barat.

Angin Kencang

Adapun angin kencang diprakirakan akan melanda wilayah berikut:

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Nusa Tenggara Timur
  • Papua Selatan.

Imbauan BMKG

Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu ke depan, BMKG mengimbau masyarakat untuk:

  • Waspada terhadap cuaca yang dapat berubah sewaktu-waktu
  • Menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
  • Tetap gunakan tabir surya dan cukupi asupan cairan tubuh, karena cuaca terik dapat terjadi sewaktu-waktu pada masa peralihan.
  • Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja.

Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web http://www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.

(nir/twu)



Sumber : www.detik.com

Potensi Hujan Kembali Meningkat, Tapi Cuaca Panas Belum Berakhir


Jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membagikan prediksi cuaca mingguan di seluruh wilayah Indonesia untuk periode 21-27 Oktober 2025. Apakah cuaca panas akan kembali digantikan hujan?

Sebagai negara yang tepat berada di garis khatulistiwa, kondisi cuaca Indonesia tak bisa lepas dari panas dan curah hujan tinggi. Hal ini terlihat dalam kondisi cuaca sepekan terakhir.


Cuaca panas pekan lalu terjadi di sebagian wilayah Indonesia bagian selatan dengan suhu tertinggi 36,4oC-38,2oC. Kendati demikian, di sebagian wilayah lainnya, hujan sangat lebat justru melanda.

Berbagai daerah yang mengalami hujan sangat lebat seperti Tapanuli Tengah Sumatera Utara, Nagan Raya Aceh, Gunung Sitoli Sumatera Utara, dan Nangapinoh di Kalimantan Barat. Setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi kejadian ini.

Pertama, aktifnya gelombang atmosfer di sebagian wilayah Indonesia. Kedua, keberadaan siklon tropis, bibit siklon tropis, dan sirkulasi siklonik.

Terakhir, terdapat faktor lokal di masing-masing wilayah. Faktor lokal ini memicu kondisi atmosfer menjadi relatif labit sehingga hujan dengan intensitas sedang hingga lebat bahkan disertai kilat/petir dan angin kencang bisa terjadi.

Berdasarkan seluruh keadaan ini, BMKG bisa memprediksi cuaca untuk seminggu kedepan. Dikutip dari postingan Instagram resminya, Selasa (21/10/2025) berikut informasinya.

Prediksi Hujan dan Panas 21-27 Oktober 2025

Dalam kesimpulan usai melihat seluruh keadaan yang ada, BMKG memprediksikan bila sepekan ke depan potensi hujan akan meningkat. Potensi ini berlaku di sebagian besar wilayah Indonesia.

Sebagian besar wilayah yang dimaksud meliputi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagian Papua. Meskipun potensi hujan meningkat, kondisi panas tidak bisa terhindarkan.

BMKG menyebut panas pada siang hari masih berpotensi terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Untuk itu, masyarakat diharapkan bersiap terlebih di daerah yang sebelumnya mengalami cuaca panas tinggi.

Bila diuraikan per provinsi, wilayah yang akan mengalami hujan dari tingkat sedang, lebat, dan angin kencang yakni:

Periode 21-23 Oktober 2025

Waspada (Hujan Sedang)

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat Daya
  • Papua Barat
  • Papua Tengah
  • Papua Pegunungan
  • Papua
  • Papua Selatan

Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat)

  • Aceh
  • Sumatera Barat
  • Kepulauan Riau
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Bengkulu
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • DI Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Papua Barat Daya
  • Papua Pegunungan

Angin Kencang

Periode 24-27 Oktober 2025

Waspada (Hujan Sedang)

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • DI Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat Daya
  • Papua Barat
  • Papua Tengah
  • Papua Pegunungan
  • Papua
  • Papua Selatan

Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat)

  • Sumatera Barat
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Jawa Barat
  • Jawa Timur
  • Kalimantan Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Papua Pegunungan

Angin Kencang

Kondisi Atmosfer Masih Kompleks

Hujan yang menerpa berbagai wilayah Indonesia ikut dipengaruhi kondisi atmosfer yang masih aktif dan kompleks. Kondisi ini menyebabkan peningkatkan pertumbuhan awan hujan yang memicu cuaca ekstrem, termasuk hujan intensitas sedang-lebat dengan kilat/petir, angin kencang, dan gelombang laut tinggi.

Adapun kondisi atmosfer sepekan ke depan, yakni:

1. Nilai Dipole Mode Negatif

Nilai dipole mode masih negatif (-1,39) artinya ada peningkatan suplai uap air dari Samudra Hindia menuju wilayah Indonesia bagian barat.

2. Gelombang Rossby dan Gelombang Kelvin Aktif

Gelombang Rossby adalah gelombang ekuator yang merambat simetris ke arah barat. Ketika aktif, gelombang ini bisa meningkatkan terjadinya gangguan tropis dan hujan dengan durasi yang lama.

Sedangkan Gelombang Kelvin adalah gelombang ekuator yang memiliki kecepatan perambatan ke arah timur. Implikasinya adalah kejadian hujan dengan periode singkat.

Kedua gelombang ini diprediksi aktif di beberapa wilayah Indonesia.

3. Ada Bibit Siklon

Terdapat dua bibit siklon tropis yang dipantau BMKG. Bibit siklon tropis “Fengshen” terpantau di Laut Cina Selatan, sedangkan bibit siklon tropis 95S di Samudra Hindia Barat daya Bengkulu.

Kedua bibit siklon ini membentuk daerah konvergensi (proses pembentukan awan dari pembentukan pola angin) dan konfluensi (daerah pertemuan angin dari arah berbeda yang membuat udara naik) di Pesisir Barat Bengkulu-Lampung bagian Utara dan Samudra Hindia Barat Daya Lampung.

4. Sirkulasi Siklonik

Sirkulasi siklonik atau pusaran angin yang menarik massa udara dan uap air sehingga dapat membentuk awan dan bergerak menuju pusaran angin tersebut terpantau di Samudra Pasifik Utara pulau Halmahera dan Laut jawa Bagian Timur.

Hal ini menyebabkan daerah konvergensi dan konfluensi terbentuk memajang dari Pualu Halmahera, Laut Sulawesi, Samudra Pasifik Utara Papua Barat, Laut Jawa bagian barat, dan Laut Flores.

5. Atmosfer Lokal Labil

Keadaan ini mendukung proses awan konvektif (awan yang berpotensi menimbulkan hujan) pada skala lokal dan diprediksi terjadi di sebagian wilayah Indonesia.

Itulah kondisi cuaca Indonesia periode 21-27 Oktober 2025 dan faktor yang mempengaruhinya. Semoga bermanfaat, detikers!

(det/twu)



Sumber : www.detik.com

Saudi Sering Dilanda Hujan di Musim Panas, Jemaah Hati-hati


Jakarta

Pusat Meteorologi Nasional (NCM) Arab Saudi memperingatkan curah hujan tinggi dan angin kencang di sejumlah wilayah selama musim panas ini. Makkah dan Madinah turut dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga rendah.

Dilansir Saudi Gazette, Juru Bicara NCM Hussein Al-Qahtani mengatakan, tingginya curah hujan hingga hujan deras yang tercatat di kota Jazan memberikan indikator signifikan mengenai realitas kondisi iklim di wilayah-wilayah Kerajaan.

Al-Qahtani memproyeksikan curah hujan tersebut akan terus berlanjut di sejumlah wilayah. Untuk itu, bulan ini bahkan tercatat sebagai salah satu bulan terhujan, terutama di dataran tinggi yang membentang dari Taif hingga Jazan.


Direktorat Umum Pertahanan Sipil memperingatkan warga untuk menghindari lokasi-lokasi berbahaya seperti lembah, wadi, maupun tempat-tempat yang bisa menampung air, termasuk di jalan raya.

Warga sekitar juga diperingatkan agar senantiasa berhati-hati dalam beraktivitas di tengah hujan dan diminta mematuhi instruksi yang diumumkan melalui berbagai outlet media dan situs media sosial resmi dari pihak berwenang.

Dilaporkan Saudi Press Agency (SPA), pada Rabu (28/8/2024), prediksi cuaca di Kerajaan kemarin mencatat hujan badai berintensitas sedang hingga deras disertai angin kencang melanda wilayah Jazan, Asir, Baha, Makkah dan Madinah.

Akun media sosial X kantor berita tentang Masjidil Haram, Haramain Info, turut membagikan suasana hujan di Masjidil Haram kemarin. Dilihat detikHikmah, Kamis (29/8/2024), Ka’bah masih terlihat dikelilingi jemaah umrah. Beberapa ada yang mengenakan payung di sekitar Ka’bah.

Sementara hujan ringan dan sedang turun di beberapa wilayah Hail, Tabuk, dan Najran. Angin kencang yang bisa memicu gangguan jarak pandang juga disebut bertiup di beberapa wilayah Riyadh dan wilayah Timur.

Selain itu, dampak hujan yang terus menerus melanda Kerajaan membuat beberapa daerah di dataran tinggi ditumbuhi tumbuhan hijau. Musim hujan yang lebat di wilayah Al-Baha misalnya, meningkatkan jumlah pertumbuhan tutupan vegetasi dan alam hijau di seluruh dataran dan pegunungannya.

Tips Umrah di Tengah Hujan

Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mengingatkan jemaah umrah untuk senantiasa berhati-hati dalam beribadah saat hujan melanda Masjidil Haram. Terlebih, Arab Saudi dilanda hujan deras di beberapa wilayah belakangan ini.

Jemaah diminta berhati-hati saat melakukan tawaf di tengah hujan. Untuk mengurangi risiko terpeleset, jemaah juga diimbau melepas kaus kaki.

Para jemaah bisa menggunakan alas kaki anti licin dan menggunakan payung saat berjalan-jalan di sekitar Masjidil Haram.

Khusus bagi jemaah perempuan, jemaah diimbau untuk senantiasa membawa jas hujan sebagai persiapan untuk ibadah umrah di Masjidil Haram. Jika ada masalah kesehatan, jemaah harus diwajibkan untuk menghentikan ibadah tawafnya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Ramadan 2025 di Arab Saudi, Cuaca Diprediksi Sedang



Jakarta

Arab Saudi akan memasuki musim semi pada awal Ramadan tahun ini. Ahli meteorologi Saudi mengungkap prediksi cuaca di wilayah tersebut selama puasa.

Dilansir Gulf News dari TV Saudi Rotana Khalijia, Senin (10/2/2025), analis cuaca di Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi (NCM), Aqil Al Aqil, mengatakan Ramadan 2025 bertepatan dengan awal musim semi dengan cuaca sedang.

Al Aqil mengatakan cuaca musim semi cenderung dingin di awal, terutama di wilayah Arab Saudi bagian utara, dan sedang di wilayah lainnya.


Selama Ramadan, umat Islam akan menjalankan ibadah puasa dengan menahan lapar dan haus serta nafsu lainnya sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Kewajiban puasa disyariatkan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183. Allah SWT berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Puasa Ramadan 1446 H/2025 M akan berlangsung pada Maret. Menurut sejumlah prediksi dari perhitungan astronomis, 1 Ramadan 1446 H jatuh pada 1 Maret 2025.

Selain puasa, umat Islam akan berbondong-bondong datang ke Tanah Suci Makkah untuk menunaikan ibadah umrah. Ramadan menjadi puncak musim umrah tahunan yang berlangsung di Arab Saudi.

Pada 2024, Otoritas Arab Saudi mencatat lebih dari 30 juta muslim dari berbagai penjuru dunia umrah sepanjang Ramadan.

Media lokal Inside the Haramain melaporkan, Masjidil Haram mencapai kapasitas maksimum jelang 10 hari terakhir Ramadan. Otoritas Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi disebut telah mengerahkan tenaga secara maksimal untuk mengendalikan kerumunan di masjid terbesar di dunia itu.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com