Tag Archives: pulau asha

Ambisi Pulau Payung di Kepulauan Seribu Jadi Surga Glamping



Jakarta

Pulau Payung di Kepulauan Seribu berbenah untuk menjadi destinasi wisata yang siap bersaing secara global. Sebuah wisata glamping ditawarkan.

Pulau Payung bukan pulau kosong. Pulau itu adalah pulau berpenduduk dan ada akomodasi komersial, Asha Resort.

Dengan luas sekitar 40 hektare dan populasi mencapai 40 ribu jiwa, Pulau Payung bertekad untuk bertransformasi menjadi kawasan wisata berkelanjutan.


Pada sektor pariwisata, Pulau Payung dikunjungi oleh 1.500-2.000 jiwa per bulan.

Pulau Payung tidak mengunggulkan hutan mangrove sebagai daya pikat pariwisata, sebab pulau itu tidak memiliki hutan mangrove. Kendati tidak memiliki hutan mangrove, masyarakat setempat memanfaatkan batu karang alami sebagai penahan abrasi, langkah sederhana namun efektif menjaga garis pantai dari pengikisan laut.

Akses Mudah Menuju Pulau Payung

Wisatawan dapat menempuh perjalanan menuju Pulau Payung melalui empat jalur berbeda. Dua di antaranya menggunakan kapal cepat dari Marina Ancol dan Pelabuhan Baywalk Pluit, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Alternatif lainnya, kapal kayu dari Muara Angke dan Muara Kamal (Jakarta Barat) membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan.

“Ada empat cara menuju Pulau Payung atau Asha, masing-masing menempuh waktu 1-3 jam perjalanan, yakni dari Marina Ancol, Pelabuhan Baywalk di PIK 2 Jakarta, serta dari Muara Angke dan Muara Kamal. Muara Kamal berbatasan dengan PIK 2, Jakarta, dan Banten, dengan pilihan kapal cepat maupun kapal kayu,” ujar Yulia, pemandu wisata dari Asosiasi Himpunan Pramuwisata Indonesia (AHPI) yang bekerja sama dengan Suku Dinas Ekonomi Kreatif dan Pariwisata yang mendampingi detikTravel dalam Agenda Walking Tour Disparekraf DKI Jakarta pada 22-23 Oktober 2025.

Asha Resort beroperasi pada 2023. Meski banyak yang mengenalnya sebagai Pulau Asha, sebenarnya lokasi resort ini berada di wilayah Pulau Payung Besar.

“Sebenarnya di sini (Asha Resort) letaknya di Pulau Payung Besar, tapi masyarakat lebih mengenalnya dengan Pulau Asha,” kata Yulia.

Asha Resort: Glamping Mewah Bernuansa Alam

Asha Resort dibangun di Pulau Payung dengan mengusung konsep glamping (glamorous camping), Resor itu menawarkan 16 unit penginapan eksklusif di tepi pantai. Proyek kedua berlanjut dengan jenama Cora.

Untuk menginap di sini, pengunjung tidak perlu lagi repot mendirikan tenda, karena setiap glamping dilengkapi fasilitas modern layaknya hotel.

Selain menginap, wisatawan juga bisa menikmati berbagai aktivitas seperti ATV menyusuri hutan konservasi dan bersantai di kafe tepi laut yang menjual paket makanan dan minuman tanpa tiket masuk tambahan. Harga paket Asha Resort dibanderol sekitar Rp 400 ribu pada weekday dan Rp 500 ribu saat weekend yang sudah termasuk transportasi kapal pulang pergi.

Menariknya, baik pengunjung yang memilih paket one day trip maupun menginap akan menikmati fasilitas transportasi laut yang sama. Terdapat dua dermaga utama, yaitu Dermaga Payung dan Dermaga Asha, tergantung paket perjalanan yang dipilih.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Kepulauan Seribu dengan 113 Pulau Fokus Dikembangkan untuk Pariwisata



Jakarta

Kepulauan Seribu kini memiliki 113 pulau dan menjadi fokus DKI dalam pengembangan pariwisata. Kendati abrasi menjadi tantangan, berbagai upaya terus dilakukan untuk mengurangi dampaknya dan menjaga kelestarian pulau-pulau tersebut.

Jumlah pulau di Kepulauan Seribu tidak benar-benar seribu, kini terdapat 113. Angka itu merujuk laporan Badan Informasi Geospasial dalam perhitungan 16-22 September 2020 dalam agenda Penelaahan Nama Rupabumi Unsur Pulau Tingkat Pusat.

Sebelumnya, dinyatakan ada lebih banyak pulau di Kepulauan Seribu. Pulau-pulau itu hilang karena abrasi pantai. Penyebab abrasi pantai bermacam-macam, mulai dari kombinasi faktor alami seperti gelombang laut tinggi, pasang surut ekstrem, serta aktivitas manusia seperti pembangunan pesisir yang kurang berkelanjutan dan pengurangan tutupan vegetasi pantai, serta perubahan iklim.


Salah satu contoh pulau yang hilang terkena abrasi adalah Pulau Ubi. Pulau itu merupakan pulau berpenduduk, setelah tenggelam, warganya direlokasi ke Pulau Untung Jawa. Peristiwa tenggelamnya Pulau Ubi sudah terjadi pada 1950-an, lebih tepatnya Pulau Ubi Kecil tenggelam pada 1949 dan Pulau Ubi Besar hilang pada 1956.

“Setiap pulau pasti mengalami abrasi karena gelombang laut. Di Pulau Untung Jawa misalnya, Pantai Arsa dan Pantai Sakura sudah terdampak perubahan garis pantai,” ujar Waristiani atau yang akrab disapa Ani, staf Pekerja Jasa Lainnya Perorangan (PJLP) di Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, dalam perbincangan dengan media di Kepulauan Seribu, Kamis (23/10/2025). Ani adalah salah satu pendamping detikTravel dalam kegiatan Walking Tour Disparekaf DKI Jakarta yang berlangsung di Pulau Onrust, Pulau Untung Jawa, dan Pulau Payung pada Rabu dan Kamis.

Dalam keterangannya Dispar DKI Jakarta menambahkan bahwa Pemprov DKI Jakarta sudah melakukan upaya untuk mengurangi dampak abrasi, termasuk dampak perubahan iklim, dengan melakukan rehabilitasi mangrove yang dilakukan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP) seluas 85.13 ha dan rehabilitasi terumbu karang seluas 56,6 hektare.

Selain itu, Dinas Sumber Daya Alam (SDA) juga telah membangun breakwater dan tanggul di sekitar pulau-pulau kecil untuk melindungi pulau tersebut sehingga terjadi integrasi antara pendekatan alami dan infrastruktur. Serta, melarang kegiatan penambangan pasir laut yang menjadi salah satu penyebab utama tenggelamnya Pulau Ubi. Dinyatakan bahwa berdasarkan pengawasan dari tim Pengawas DKPKP bersama KKP sudah lama tidak ditemukan lagi kegiatan penambangan pasir laut di kawasan itu.

Seiring dengan langkah-langkah menghadapi tantangan itu, Disparekraf DKI Jakarta juga mengembangkan pariwisata untuk mendongkrak perekonomian warga setempat.

Pulau Untung Jawa di Kepulauan SeribuPulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu (Qonita Hamidah/detikcom)

Kepulauan Seribu terbagi menjadi dua wilayah administratif, yaitu Kepulauan Seribu Selatan dan Utara. Wilayah selatan berada lebih dekat ke Jakarta, sehingga waktu tempuh kapal ke sana lebih singkat dibandingkan ke wilayah utara.

Dengan total 113 pulau yang tersebar di kedua wilayah ini, Kepulauan Seribu menyuguhkan beragam destinasi wisata bahari yang menarik. Mulai dari pulau-pulau berpenduduk dengan fasilitas lengkap, hingga pulau-pulau kecil yang masih asri dan alami. Pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan diharapkan mampu mengoptimalkan potensi wisata sekaligus menjaga kelestarian lingkungan pulau-pulau tersebut.

Gambaran Pariwisata di Kepulauan Seribu

Yulia Mareta, pemandu wisata dari Asosiasi Himpunan Pramuwisata Indonesia (AHPI), yang bekerja sama dengan Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta dalam acara Walking Tour DKI Jakarta itu, menyebutkan bahwa di masa lalu pulau-pulau di Kepulauan Seribu ada 342 pulau. Kini 113 pulau di Kepulauan Seribu dibagi dalam empat tipe pulau.

Pulau-pulau itu adalah pulau berpenduduk (Pulau Payung, Pulau Tidung, Pulau Harapan, dan Pulau Pramuka), kemudian pulau bersejarah atau cagar budaya (Pulau Kelor, Pulau Cipir, Pulau Onrust, dan Pulau Edam), pulau resort (Pulau Asha, Pulau Macan, Pulau Sepa, dan Pulau Bidadari) yang dikelola oleh PT Impian Jaya Ancol, serta pulau konservasi atau hutan (Pulau Ular yang dikelola oleh Kementerian Kehutanan).

Tangkapan Layar Laporan BPS 2024Tangkapan Layar Laporan BPS 2024 (Tangkapan Layar)

“Sektor pariwisata menjadi penopang utama ekonomi masyarakat di Kepulauan Seribu. Aktivitas wisata diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah, pajak, dan perputaran ekonomi UMKM di pulau-pulau berpenduduk,” kata Yulia.

Kondisi wisata di Kepulauan Seribu terkait pariwisata dan aktivitas warga lokal berbedda-beda. Misalnya, Pulau Untung Jawa cenderung sepi pada hari kerja, namun ramai wisatawan saat akhir pekan. Sementara itu, Pulau Tidung menjadi salah satu destinasi populer dengan ikon Jembatan Cinta yang menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil.

Bagi wisatawan yang ingin berkunjung, perjalanan menuju Pulau Tidung dapat ditempuh sekitar 3 jam menggunakan kapal kayu, atau 1 jam dengan kapal cepat dari Jakarta. Pulau Payung Kecil direkomendasikan untuk aktivitas diving dan snorkeling, sedangkan Pulau Sepa menawarkan keindahan bawah laut yang mudah dijangkau dari pantai.

Beberapa rekomendasi wisata sejarah yang dekat dengan Jakarta antara lain Pulau Kelor, Pulau Cipir, dan Pulau Onrust. Namun, saat ini Pulau Kelor belum bisa dikunjungi karena dermaganya rusak akibat badai. Pulau ini terkenal karena memiliki Benteng Martello, bangunan peninggalan Belanda yang kerap dijadikan lokasi foto pra-pernikahan.

Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menjadikan Pulau Tidung Kecil sebagai Pulau Kucing, yaitu tempat konservasi bagi kucing yang akan dijaga dan dirawat. Meski rencana ini masih menuai pro dan kontra, pulau tersebut diharapkan dapat menjadi daya tarik baru wisata Kepulauan Seribu di masa depan.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Ambisi Pulau Payung di Kepulauan Seribu Jadi Surga Glamping



Jakarta

Pulau Payung di Kepulauan Seribu berbenah untuk menjadi destinasi wisata yang siap bersaing secara global. Sebuah wisata glamping ditawarkan.

Pulau Payung bukan pulau kosong. Pulau itu adalah pulau berpenduduk dan ada akomodasi komersial, Asha Resort.

Dengan luas sekitar 40 hektare dan populasi mencapai 40 ribu jiwa, Pulau Payung bertekad untuk bertransformasi menjadi kawasan wisata berkelanjutan.


Pada sektor pariwisata, Pulau Payung dikunjungi oleh 1.500-2.000 jiwa per bulan.

Pulau Payung tidak mengunggulkan hutan mangrove sebagai daya pikat pariwisata, sebab pulau itu tidak memiliki hutan mangrove. Kendati tidak memiliki hutan mangrove, masyarakat setempat memanfaatkan batu karang alami sebagai penahan abrasi, langkah sederhana namun efektif menjaga garis pantai dari pengikisan laut.

Akses Mudah Menuju Pulau Payung

Wisatawan dapat menempuh perjalanan menuju Pulau Payung melalui empat jalur berbeda. Dua di antaranya menggunakan kapal cepat dari Marina Ancol dan Pelabuhan Baywalk Pluit, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Alternatif lainnya, kapal kayu dari Muara Angke dan Muara Kamal (Jakarta Barat) membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan.

“Ada empat cara menuju Pulau Payung atau Asha, masing-masing menempuh waktu 1-3 jam perjalanan, yakni dari Marina Ancol, Pelabuhan Baywalk di PIK 2 Jakarta, serta dari Muara Angke dan Muara Kamal. Muara Kamal berbatasan dengan PIK 2, Jakarta, dan Banten, dengan pilihan kapal cepat maupun kapal kayu,” ujar Yulia, pemandu wisata dari Asosiasi Himpunan Pramuwisata Indonesia (AHPI) yang bekerja sama dengan Suku Dinas Ekonomi Kreatif dan Pariwisata yang mendampingi detikTravel dalam Agenda Walking Tour Disparekraf DKI Jakarta pada 22-23 Oktober 2025.

Asha Resort beroperasi pada 2023. Meski banyak yang mengenalnya sebagai Pulau Asha, sebenarnya lokasi resort ini berada di wilayah Pulau Payung Besar.

“Sebenarnya di sini (Asha Resort) letaknya di Pulau Payung Besar, tapi masyarakat lebih mengenalnya dengan Pulau Asha,” kata Yulia.

Asha Resort: Glamping Mewah Bernuansa Alam

Asha Resort dibangun di Pulau Payung dengan mengusung konsep glamping (glamorous camping), Resor itu menawarkan 16 unit penginapan eksklusif di tepi pantai. Proyek kedua berlanjut dengan jenama Cora.

Untuk menginap di sini, pengunjung tidak perlu lagi repot mendirikan tenda, karena setiap glamping dilengkapi fasilitas modern layaknya hotel.

Selain menginap, wisatawan juga bisa menikmati berbagai aktivitas seperti ATV menyusuri hutan konservasi dan bersantai di kafe tepi laut yang menjual paket makanan dan minuman tanpa tiket masuk tambahan. Harga paket Asha Resort dibanderol sekitar Rp 400 ribu pada weekday dan Rp 500 ribu saat weekend yang sudah termasuk transportasi kapal pulang pergi.

Menariknya, baik pengunjung yang memilih paket one day trip maupun menginap akan menikmati fasilitas transportasi laut yang sama. Terdapat dua dermaga utama, yaitu Dermaga Payung dan Dermaga Asha, tergantung paket perjalanan yang dipilih.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com