Tag Archives: – qur

Doa Nabi Yusuf Agar Wajah Bercahaya, Glowing Alami

Jakarta

Mau punya wajah glowing? Bagi umat Islam, tidak hanya memakai skincare tapi coba deh amalkan doa Nabi Yusuf agar wajah bercahaya.

Wajah yang bercahaya dan bersinar alami merupakan impian banyak orang. Dalam Islam, salah satu tokoh yang dikenal memiliki wajah tampan dan bercahaya adalah Nabi Yusuf AS.

Ketampanan wajah Nabi Yusuf disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadist sehingga menjadi inspirasi bagi umat Muslim yang menginginkan pancaran kecantikan luar-dalam. Salah satu cara untuk mencapainya dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, sebagaimana yang dilakukan Nabi Yusuf AS.


Doa Nabi Yusuf agar wajah bercahaya tidak hanya dipercaya untuk memberikan tampilan glowing alami tapi juga membawa ketenangan jiwa dan meningkatkan rasa percaya diri. Selain itu, doa Nabi Yusuf tersebut merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT.

Dalam banyak kisah, disebutkan bahwa pesona Nabi Yusuf merupakan anugerah dari Allah SWT yang juga menjadi simbol akhlak mulia dan kebaikan hati. Menariknya, doa Nabi Yusuf agar wajah bercahaya sering diiringi dengan usaha menjaga kebersihan diri dan keikhlasan hati.

Melansir pada buku Kitab Doa Terampuh Para Nabi yang disusun oleh Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, yuk amalkanzdoa Nabi Yusuf agar wajah bercahaya buat kamu yang beragama Islam.

Doa Nabi Yusuf Agar Wajah Bercahaya

1. Doa Pembuka Aura Nabi Yusuf

الَّلهُمَّ جَئَلْنِى نُوْرُ يُوْسُفَ عَلَى وَجْهِي فَمَنْ رَ اَنِى يُحِبُّنِي مَحَبَّتَنْي

Allahumma ‘alnii nuuru yusufa ala wajhii fa man ro aanii yuhibbunii mahabbatan

Artinya:

“Ya Allah, jadikanlah Nur cahaya Nabi Yusuf pada wajahku, dan bagi siapa yang melihat akan menjadi kagum serta memiliki cinta kasih kepada ku.”

2. Doa Nabi Yusuf Ketika Bercermin

اَلَّلهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِيْ

Allahumma kamaa hassanta khalqii fa hassin khuluqi.

Artinya:

“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah ciptakan aku dengan baik, maka perbaikilah akhlakku.”

Dengan mengamalkan doa Nabi Yusuf agar wajah bercahaya, semoga kamu memiliki kecantikan luar dan dalam. Doa ini sekaligus sebagai pengingat bahwa kecantikan sejati berasal dari akhlak yang mulia dan hati yang selalu mengingat Allah SWT.

(eny/eny)



Sumber : wolipop.detik.com

Tutup STQH Kendari, Kemenag Ajak Masyarakat Amalkan dan Hayati Al-Qur’an



Jakarta

Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) Nasional XXVIII tahun 2025 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, resmi ditutup. Ajang yang berlangsung lebih dari sepekan ini tak hanya menjadi panggung kompetisi, namun juga menjadi momentum syiar Al-Qur’an dan hadis di tingkat nasional.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, menyampaikan apresiasi mendalam atas kesuksesan penyelenggaraan STQH Nasional di Sultra. Lebih dari itu, ia memanfaatkan momen penutupan untuk mengajak seluruh masyarakat agar terus mengamalkan dan menghayati nilai-nilai suci Al-Qur’an dalam keseharian.

“Syiar Al-Qur’an dan hadis semoga tidak hanya dilakukan saat musabaqah seperti ini. Setiap hari, setiap saat, mari kita terus membaca, mengamalkan, dan menghayati isi Al-Qur’an,” tutur Abu Rokhmad dalam keterangan persnya, Minggu (19/10/2025).


Menurutnya, kesuksesan STQH ini tidak hanya tercermin dari kemeriahan acara dan antusiasme peserta. Tetapi juga dari semangat tinggi masyarakat Sulawesi Tenggara dalam menyambut kegiatan religius ini.

“Penyelenggaraan STQH Nasional ke-28 di Sulawesi Tenggara ini sungguh luar biasa, bahkan disebut yang terbaik oleh Sekretaris LPTQ Nasional,” ujar Abu Rokhmad.

Selain aspek syiar agama, STQH juga membawa dampak sosial dan kultural yang positif bagi Kota Kendari sebagai tuan rumah. Selama sembilan hari pelaksanaan, Kendari menjadi pusat perhatian nasional dan simbol harmonisasi antara nilai religius dan semangat kebangsaan.

Pemerintah daerah dan masyarakat Sultra dinilai berhasil menjadi tuan rumah yang ramah, hangat, dan penuh semangat kebersamaan.

“Momentum ini sangat penting dan berkesan bagi kami di Kota Kendari. Spirit Al-Qur’an dan hadis akan tetap kami tinggalkan di Kota Kendari, di Sulawesi Tenggara,” tutup Abu Rokhmad.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Menjajal Mobil Golf Menyusuri Pedestrian dari Masjid Nabawi ke Masjid Quba



Madinah

Masjid Nabawi adalah salah satu masjid yang istimewa bagi umat Islam. Ini adalah masjid kedua yang dibangun Rasulullah SAW.

Masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW yakni Masjid Quba, yang didirikan dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah. Sementara Masjid Nabawi sendiri dibangun ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah.

Jarak antara Masjid Nabawi dan Masjid Quba sekitar 3,5 kilometer, membujur dari arah utara (Masjid Nabawi) ke selatan (Masjid Quba). Jika ditempuh dengan jalan kaki, kurang lebih memakan waktu 50-60 menit.


Dua masjid istimewa itu kini terhubung dengan pedestrian (jalur pejalan kaki). Lebar pedestrian sekitar 15 meter, terbagi menjadi tiga jalur. Sisi kiri dan kanan untuk pejalan kaki, sementara bagian tengah untuk jalur mobil golf, sepeda, dan skuter.

detikHikmah mencoba menelurusi jalur ini dari Masjid Nabawi usai salat Isya, Selasa (9/7/2024), sekitar pukul 21.00 WAS. Dari arah Masjid Nabawi, saya menuju arah Masjid Ghamamah, di sana ada taman yang cukup luas dan menjadi titik awal pedestrian.

Tak jauh dan masih di area Masjid Ghamamah, saya melihat sejumlah mobil golf parkir, nampaknya lagi ngetem menunggu penumpang. Penasaran, saya pun bertanya kepada petugas. Benar saja mobil golf menjadi kendaraan dari Masjid Nabawi ke Masjid Quba dengan tarif sekali jalan, penumpang harus merogoh kocek SAR 20.

Sambil menyusuri gemerlap malam di sepanjang pedestrian, saya pun memilih untuk naik mobil golf. Dari taman Masjid Ghamamah, perjalanan dimulai dengan menyusuri halaman depan hotel jemaah haji, lalu ke jalur di bawah fly over menuju bagian Quba Front atau Waajihah Quba.

Suasa pedestrian Quba di Madinah, Selasa (9/7/2024).Suasa pedestrian Quba di Madinah, Selasa (9/7/2024). Foto: Nugroho Tri Laksono/detikcom

Tampak banyak jemaah yang memilih jalan kaki dari Masjid Nabawi menuju arah yang sama, Masjid Quba. Sesekali berpapasan dengan mobil golf yang membawa penumpang dari arah sebaliknya.

Di sini, banyak pertokoan yang menjual minyak wangi hingga kafe dengan sajian kopi dan makanan kekinian ala burger dan sejenisnya. Sesuai namanya, sepanjang jalur ini juga banyak yang menjual makanan hingga oleh-oleh seperti sajadah dan baju.

Suasa pedestrian Quba di Madinah, Selasa (9/7/2024).Suasa pedestrian Quba di Madinah, Selasa (9/7/2024). Foto: Nugroho Tri Laksono/detikcom

Gemerlap malam dibalut lampu-lampu di sepanjang pertokoan di kanan-kiri pedestrian menambah kesan eksotis suasana malam di Madinah. Semerbak wangi bahur yang dibakar menyeruak semakin menambah nuansa keakraban Kota Madinah.

Deretan pepohonan ini ditanam berjajar dengan jarak sekitar 8 meter berada di sepanjang jalan menuju Masjid Quba. Pada ujung jalur ini, terdapat taman bermain yang cukup luas dengan view Masjid Quba.

Tak terasa sekitar 10 menit perjalanan, mobil golf yang saya tumpangi sampai di Masjid Quba. Saya menyempatkan diri untuk salat sunnah di Masjid Quba.

Untuk kita ketahui, Masjid Quba termasuk salah satu masjid yang di sebutkan dalam ayat suci Al-Qur’an. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Masjid Quba adalah masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketakwaan Rasulullah SAW kepada Allah SWT.

“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At-Taubah 108).

Hingga hari ini, pesona keindahan Masjid Quba mampu memikat ribuan pengunjung setiap harinya. Selain memiliki nilai sejarah, Masjid Quba juga memiliki keistimewaan dan keutamaan yang bisa dijadikan amalan untuk menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Bagi jemaah haji Indonesia atau pelancong lainnya yang berkunjung ke sana, biasanya akan melaksanakan salat dua rakaat. Hal ini dikarenakan masjid ini memiliki keutamaan bagi orang yang salat di dalamnya. Di antaranya salat di dalamnya bernilai seperti pahala umrah, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang keluar dari rumahnya kemudian mendatangi masjid ini, yakni Masjid Quba kemudian salat di dalamnya, maka pahalanya seperti ia menjalankan umrah.” (HR Ibnu Majah)

(nla/kri)



Sumber : www.detik.com

Ketika Nabi Adam dan Nabi Musa Berdebat di Hadapan Tuhan



Jakarta

Nabi Adam dan istrinya Hawa pernah tinggal di surga sebelum akhirnya Allah menurunkannya ke bumi. Setelah peristiwa ini, semua keturunan Nabi Adam tinggal di bumi. Hal ini menjadi penyebab Nabi Musa pernah menyalahkan Nabi Adam.

Pertemuan Nabi Adam dan Musa mempersoalkan alasan dikeluarkannya Adam dari surga karena dosa yang ia perbuat.

Dalam hadits riwayat Imam Bukhari berkata, “Qutaibah menceritakan kepada kami, Ayyub bin an-Najjar menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Abi Katsir dari Abu Salah dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Adam dan Musa berdebat. Musa berkata kepada Adam, “Wahai Adam engkau adalah bapak kami, engkau telah menyia-nyiakan kami dan telah mengeluarkan kami dari surga’. Adam berkata kepada Musa, ‘Wahai Musa, Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya, dan menuliskan (taurat) untukmu dengan tangan-Nya. Apakah engkau mencelaku atas perkara yang telah Allah tetapkan atasku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku?” Maka Adam mengalahkan argumentasi Musa. Maka Adam mengalahkan argumentasi Musa,” (Tiga kali).


Sufyan berkata: Abu Az-Zinad menceritakan kepada kami dari Al A’raj dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW dengan redaksi seperti itu.

Dikutip dalam Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi Sejak Adam hingga Isa yang ditulis Ibnu Katsir. disebutkan bahwa Imam Ahmad berkata, “Abu Kamil menceritakan kepada kami, dari hamid bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Adam dan Musa pernah berdebat. Musa berkata kepada Adam: ‘Engkau adalah Adam yang dikeluarkan dari surga karena suatu kesalahan yang dilakukan oleh dirimu sendiri.’ Adam berkata kepada Musa: ‘Engkau adalah Musa yang dipilih Allah dengan risalah dan kalam-Nya. Engkau mencela diriku terhadap suatu persoalan yang telah ditakdirkan kepadaku sebelum aku diciptakan.’ Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda, “Maka Adam dapat membantah argumentasi Musa.” Rasulullah mengucapkan kata-kata tersebut sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari).

Saya (Ibnu Katsir) berkata, “Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis ini dari az-Zuhri, dari hamid bin Abdurrahman dari Abu Hurairah dari Nabi SAW dengan riwayat hadis seperti yang telah disebutkan.”

Ibnu Abi Hatim berkata, “Yunus bin Abdul A’la menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami, Anas bin Iyadh telah memberi kabar kepada kami, dari al-Haris bin Abi Diyyab, dari Yazid bin Hurmuz: ‘Saya pernah mendengar Abu Hurairah berkata: ‘Rasulullah SAW bersabda: ‘Adam dan Musa pernah berdebat di hadapan Tuhan mereka lalu Adam membantah argumentasi Musa. Musa berkata: ‘Engkaulah yang diciptakan Allah dengan tangan-Nya lalu Dia meniupkan ruh-Nya di dalam dirimu; Dia juga memerintahkan malaikat untuk bersujud kepadamu; Dia juga menempatkan dirimu di dalam surga-Nya dan engkau pula yang menyebabkan manusia diturunkan ke bumi karena kesalahanmu?’ Adam menjawab: ‘Engkaukah yang dipilih Allah dengan risalah-Nya dan kalam-Nya? Dia telah menurunkan lembaran-lembaran (al-Alwah) yang di dalamnya terdapat penjelasan tentang segala sesuatu dan Dia mendekatkan diri-Nya untuk menyelamatkan dirimu? Berapa lama engkau mendapati Kitab Taurat yang telah ditulis oleh Allah?’

Musa menjawab: ‘Empat puluh tahun.’
Adam berkata:’Apakah engkau menemukan di dalamnya ayat yang berbunyi: ‘Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.’ (QS. Thaha: 121).

Musa menjawab: ‘Ya’
Adam bertanya kembali,” Kalau begitu, mengapa engkau mencela diriku atas perbuatan yang telah ditetapkan oleh Allah bagiku untuk mengerjakannya, (yaitu) ketetapan yang sudah tertulis empat puluh tahun sebelum Dia menciptakan aku?’ Ia (Abu Hurairah) berkata, “Rasulullah bersabda: ‘Akhirnya, Adam dapat mengalahkan argumentasi Musa.” (HR. Muslim).

Sikap Nabi Musa mempermasalahkan Nabi Adam pun cukup beralasan. Karena kehidupan dunia melelahkan dan berat. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Balad ayat 4:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ

Bacaan latin: Laqad khalaqnal-insāna fī kabad
Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah.

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Siapa pun, termasuk Nabi, dalam masa hidupnya pasti menemui kepayahan, sejak dalam kandungan sampai masa dewasa. Manusia mesti bersusah payah mencari nafkah, mengalami sakit, dan mati. Dalam alam kubur menuju alam mahsyar pun manusia menghadapi kepayahan. Manusia harus mengisi kehidupannya di dunia dengan amal saleh agar tidak menemukan kepayahan lagi di akhirat,” tulis tafsir Al-Balad ayat 4 dalam Qur’an Online detikHikmah.

Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Turunnya Wahyu Pertama Nabi Muhammad di Gua Hira


Jakarta

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama saat berkhalwat di Gua Hira. Turunnya wahyu pertama itu terjadi saat beliau berusia 40 tahun.

Ketika berusia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW sering menyendiri di Gua Hira untuk beribadah dan merenung. Hingga suatu malam, Malaikat Jibril datang membawa wahyu dari Allah SWT. Malam ini dinamakan Nuzulul Qur’an yang bertepatan pada 17 Ramadhan 610 Masehi, menurut pendapat populer.

Pertanda Turunnya Wahyu

Dijelaskan dalam buku Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW.: Memahami Kemuliaan Rasulullah Berdasarkan Tafsir Mukjizat Al-Qur’an karya Yoli Hemdi, Aisyah RA menceritakan pada saat menjelang turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW, beliau sering melihat tanda-tanda kenabian melalui mimpi-mimpi yang benar yang disebut ru’yah shadiqah.


Dalam mimpinya, beliau menyaksikan cahaya terang yang menyerupai cahaya fajar yang menandakan datangnya kebenaran.

Fenomena inilah yang membuat Nabi Muhammad SAW lebih sering melakukan khalwat atau menjauhkan diri dari kesibukan duniawi untuk bertahannuts, menghadapkan segenap jiwa raganya untuk Allah SWT di Gua Hira.

Nabi Muhammad SAW memang sering menyendiri. Hal ini dibahas dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim.

Dikatakan, sejak kecil Nabi Muhammad SAW tidak suka hidup beramai-ramai dengan banyak orang, seperti yang pernah terjadi saat melakukan safar atau perjalanan ke Syam (Madinah) yang kedua kalinya. Pada saat itu Nabi Muhammad SAW selalu memilih sendiri dan tidak berkumpul dengan rekan-rekan perjalanannya.

Hingga saat beliau menginjak umur 40 tahun, Rasulullah SAW makin sering untuk mengasingkan diri bahkan keluarganya sampai ditinggal hanya untuk berkhalwat, hingga beliau menemukan Gua Hira yang terletak di pegunungan Jabal Nur.

Beliau menghabiskan waktu dalam keheningan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan beliau hanya pulang ke rumah untuk mengambil bekal dan kembali lagi ke Gua Hira untuk mengasingkan diri. Hal ini dilakukan Rasulullah SAW berulang dalam jarak beberapa bulan.

Turunnya Wahyu Pertama di Gua Hira

Berdasarkan sumber sebelumnya, setelah menerima mimpi-mimpi yang benar atau ru’yah shadiqoh, Nabi Muhammad SAW semakin yakin untuk menjauhkan diri dari kerusakan moral yang terjadi di Makkah.

Tahun-tahun sebelum turunnya wahyu pertama, beliau sering menyepi di Gua Hira, sekitar 5,7 km dari Makkah, untuk menenangkan jiwa dan memperdalam spiritualitas.

Gua Hira terletak di puncak Jabal Nur, dan memiliki ketinggian sekitar 200 meter. Gunung ini berdiri dengan tajam dan membutuhkan waktu setidaknya setengah jam untuk mendakinya.

Gua tersebut berbentuk panjang dengan pintu yang sempit, hanya dapat dilalui satu orang dalam satu waktu. Gua ini cukup kecil, hanya mampu menampung lima orang dengan ketinggian gua yang cukup untuk orang berdiri tegak.

Nabi Muhammad SAW mengisi malam-malamnya dengan merenung di bawah bintang-bintang yang membuat hatinya tenang, meskipun ia belum menemukan cara untuk memperbaiki masalah sosial di Makkah. Pengalaman tersebut pada akhirnya membentuk dasar awal kenabiannya.

Hingga pada suatu malam yang penuh berkah, ketika Nabi Muhammad SAW sedang bertahanuts di Gua Hira, tiba-tiba kebenaran Ilahi menghampiri beliau. Saat itu, Malaikat Jibril datang dan mendekati Nabi Muhammad SAW, seraya memerintahkannya dengan berkata, “Bacalah!”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Aku tidak bisa membaca!”

Kemudian Malaikat Jibril merengkuhnya dengan kuat hingga beliau merasa lemah, lalu melepaskannya sambil berkata, “Bacalah!”

Namun, Nabi tetap menjawab, “Aku tidak bisa membaca!”

Hal ini terulang hingga tiga kali. Pada akhirnya, Malaikat Jibril menyampaikan wahyu Allah SWT dengan berkata,

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَق

Latin: Iqra’ bismi rabbikal-lazi khalaq(a).

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!”

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَق

Latin: Khalaqal-insana min ‘alaq(in).

Artinya: “Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.”

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ

Latin: Iqra’ wa rabbukal-akram(u).

Artinya: “Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia,”

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ

Latin: Alladzii ‘allama bil-qalam(i).

Artinya: “Yang mengajar (manusia) dengan pena.”

عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Latin: ‘Allamal-insaana ma lam ya’lam.

Artinya: “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Surah Al-Alaq ayat 1-5)

Surah Al-Alaq ayat 1-5 diyakini sebagai wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang berkhalwat di Gua Hira. Allah SWT mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu ini, menandai pelantikan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir.

Nabi Muhammad SAW Pulang Ketakutan

Setelah peristiwa tersebut, Rasulullah SAW langsung pulang dengan tubuh gemetar, membawa bacaan wahyu yang diterimanya. Saat meninggalkan Gua Hira, Nabi Muhammad SAW mendengar suara yang memanggilnya. Sensasi itu sangat dahsyat, dan ketika beliau melihat ke segala arah, langit serta angkasa dipenuhi dengan sosok Jibril dalam bentuknya yang mengagumkan.

Nabi Muhammad SAW kembali ke rumahnya dan segera menemui istrinya, Khadijah binti Khuwailid, seraya berkata, “Selimuti aku! Selimuti aku!”

Khadijah lalu menyelimutinya hingga ketakutan beliau perlahan mereda.

Dalam keadaan tersebut, Nabi Muhammad SAW bertanya kepada Khadijah, “Apa yang terjadi padaku?” Beliau kemudian menceritakan seluruh pengalamannya di Gua Hira dan menambahkan, “Aku sangat khawatir terhadap diriku!”

Khadijah dengan penuh keyakinan berkata, “Tidak mungkin! Demi Allah, Dia tidak akan pernah menghinakanmu! Engkau selalu menjaga silaturahim, membantu orang yang kesusahan, memberi kepada yang membutuhkan, menjamu tamu, dan mendukung perjuangan kebenaran.”

Setelah itu, Khadijah membawa Nabi Muhammad SAW menemui Waraqah bin Naufal, sepupunya yang penganut Nasrani.

Mendengar cerita Nabi, Waraqah menyatakan, “Ini adalah wahyu yang sama seperti yang diturunkan kepada Nabi Musa. Andai saja aku masih muda ketika engkau nanti diusir oleh kaummu!”

Nabi Muhammad SAW terkejut, “Benarkah mereka akan mengusirku?”

Waraqah menjawab, “Benar! Setiap orang yang membawa risalah seperti yang engkau bawa pasti akan dimusuhi. Jika aku masih hidup saat itu, pasti aku akan mendukungmu dengan seluruh kekuatan yang kumiliki.”

Itulah kisah turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad SAW di Gua Hira. Setelah itu, wahyu turun secara berangsur-angsur.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com