Tag Archives: raja

Lokasi Nabi Musa Berdialog dengan Allah Dikabarkan Dijadikan Resor Mewah



Jakarta

Lokasi yang diyakini sebagai tempat Nabi Musa berdialog dengan Allah dikabarkan bakal disulap menjadi resor mewah. Kabar itu memicu perdebatan antara pelestarian situs suci dan komersialisasi pariwisata.

Selama bertahun-tahun, Gunung Sinai di Mesir menjadi destinasi wisata religi. Di tempat suci bagi umat Yahudi, Kristen, dan Islam inilah Nabi Musa diyakini berdialog dengan Allah melalui semak duri yang menyala serta menerima Sepuluh Perintah Allah.

Lokasi itu kini masuk dalam rencana megaproyek pariwisata baru. Rencana itu menjadi sumber kekhawatiran mengenai keutuhan situs Warisan Dunia UNESCO yang terdiri dari biara, kota, dan gunung. Apalagi hotel-hotel mewah, vila, dan pusat perbelanjaan sedang dibangun di sana.


Dikenal secara lokal sebagai Jabal Musa, Gunung Sinai mencakup Biara St. Catherine dari abad ke-6, yang dikelola oleh Gereja Ortodoks Yunani. Pemerintah Mesir, di bawah tekanan Yunani, membantah ingin menutup biara tersebut. Gunung Sinai juga merupakan rumah bagi komunitas Badui tradisional, suku Jebeleya.

Suku yang dikenal sebagai Penjaga St. Catherine itu telah menyaksikan bagaimana rumah dan perkemahan wisata mereka dihancurkan dengan sedikit atau tanpa kompensasi.

Mereka bahkan terpaksa mengeluarkan jenazah-jenazah leluhur dari kuburan setempat karena kompleks permakaman tersebut hendak dijadikan tempat parkir mobil baru.

Gunung Sinai

Proyek ini dijanjikan sebagai pembangunan berkelanjutan yang sangat dibutuhkan dan akan meningkatkan pariwisata. Namun, suku Badui dipaksa menerimanya, kata Ben Hoffler, seorang penulis perjalanan asal Inggris yang telah bekerja sama erat dengan suku-suku di Sinai.

“Ini bukanlah pembangunan yang diminta oleh suku Jebeleya, melainkan pembangunan yang terlihat dipaksakan dari atas ke bawah untuk melayani kepentingan orang luar di atas kepentingan masyarakat lokal,” ujarnya kepada BBC.

“Sebuah dunia urban baru sedang dibangun di sekitar suku Badui yang memiliki warisan nomaden,” dia menambahkan.

“Mereka memilih untuk terpisah dengan dunia [baru], yang pembangunannya tidak mereka setujui, dan yang akan mengubah tanah air mereka selamanya,” ujar Ben.

Penduduk setempat, yang berjumlah sekitar 4.000 orang, enggan berbicara langsung tentang perubahan tersebut.

Pembangunan Dataran el-Raha pada 2024.

Pembangunan hotel di Dataran el-Raha pada 2024. (Ben Hoffler)

Sejauh ini, Yunani adalah negara yang paling vokal tentang rencana Mesir karena punya relasi dengan biara tersebut.

Ketegangan antara Athena dan Kairo memanas setelah pengadilan Mesir memutuskan pada Mei bahwa Biara St. Catherine-biara Kristen tertua di dunia yang masih digunakan-berada di tanah negara.

Setelah perselisihan selama beberapa dekade, para hakim menyatakan bahwa biara tersebut hanya “berhak menggunakan” tanah tempatnya berdiri dan situs-situs keagamaan yang tersebar di sekitarnya.

Uskup Agung Ieronymos II dari Athena, kepala Gereja Yunani, segera mengecam keputusan tersebut.

“Properti biara sedang disita dan diambil alih. Mercusuar spiritual Ortodoks dan Helenisme ini sekarang menghadapi ancaman eksistensial,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.

Dalam sebuah wawancara langka, Uskup Agung St. Catherine yang telah lama menjabat, Damianos, mengatakan kepada sebuah surat kabar Yunani bahwa putusan tersebut merupakan “pukulan telak bagi kami… dan sebuah aib”.

Penanganannya terhadap kasus ini menyebabkan perpecahan sengit di antara para biarawan dan keputusannya baru-baru ini untuk mundur.

Gunung Sinai di Mesir diyakini tempat Nabi Musa berdialog dengan Allah melalui semak duri yang menyala serta menerima Sepuluh Perintah Allah.Gunung Sinai di Mesir diyakini tempat Nabi Musa berdialog dengan Allah melalui semak duri yang menyala serta menerima Sepuluh Perintah Allah. (Ben Hoffler)

Patriarkat Ortodoks Yunani Yerusalem menyatakan bahwa situs suci tersebut-yang berada di bawah yurisdiksi gerejawi mereka-telah diberikan surat perlindungan oleh Nabi Muhammad.

Biara era Bizantium itu-yang juga menampung sebuah masjid kecil yang dibangun pada era Fatimiyah-merupakan “sebuah tempat suci perdamaian antara umat Kristen dan Muslim dan tempat perlindungan harapan bagi dunia yang terjerumus dalam konflik”.

Meskipun putusan pengadilan yang kontroversial tersebut masih berlaku, serangkaian diplomasi akhirnya mengerucut pada deklarasi Yunani dan Mesir yang menjamin perlindungan identitas dan warisan budaya Biara Ortodoks Yunani St. Catherine.

Rencana tersebut mencakup pembukaan hotel, pondok ramah lingkungan, pusat pengunjung, serta perluasan bandara kecil dan kereta gantung ke Gunung Musa.

Pemerintah Mesir menyebut pembangunan ini sebagai “hadiah Mesir untuk seluruh dunia dan semua agama”.

“Proyek ini akan menyediakan semua layanan pariwisata dan rekreasi bagi pengunjung, mempromosikan pengembangan kota [St Catherine] dan sekitarnya sambil melestarikan karakter lingkungan, visual, dan warisan alam yang masih asli, serta menyediakan akomodasi bagi mereka yang mengerjakan proyek-proyek St Catherine,” ujar Menteri Perumahan Sherif el-Sherbiny tahun lalu.

Meskipun pekerjaan tampaknya terhenti untuk sementara karena masalah pendanaan, Dataran el-Raha-yang menghadap Biara St. Catherine-telah mengalami perubahan. Pembangunan jalan-jalan baru terus berlanjut.

Di dataran itulah para pengikut Musa konon menunggunya selama sang nabi berada di Gunung Sinai. Para kritikus mengatakan bahwa karakteristik alam yang istimewa di daerah tersebut sedang dihancurkan.

UNESCO mencatat bagaimana “lanskap pegunungan yang terjal di sekitarnya… membentuk latar belakang yang sempurna untuk Biara tersebut”.

UNESCO menyatakan: “Penempatannya menunjukkan upaya yang disengaja untuk membangun ikatan yang erat antara keindahan alam dan keterpencilan di satu sisi, serta komitmen spiritual manusia di sisi lain.”

Gunung Sinai

Pemandangan Gunung Sinai (Ben Hoffler)

Pada 2023, UNESCO meminta Mesir menghentikan pembangunan, memeriksa dampaknya, dan menyusun rencana konservasi. Hal ini belum terjadi.

Pada Juli lalu, World Heritage Watch mengirimkan surat terbuka yang menyerukan Komite Warisan Dunia UNESCO untuk menempatkan kawasan St. Catherine dalam Daftar Situs Warisan Dunia yang Terancam.

Para pegiat juga telah menghubungi Raja Charles sebagai pelindung Yayasan St. Catherine, untuk membantu melestarikan dan mempelajari warisan biara tersebut, antara lain koleksi manuskrip Kristen kuno yang berharga.

Raja menyebut lokasi itu sebagai “harta karun spiritual yang luar biasa yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang”. Megaproyek ini bukanlah proyek pertama di Mesir yang menuai kritik karena kurangnya kepekaan terhadap sejarah unik negara tersebut.

Namun, pemerintah memandang serangkaian rencana megah diperlukan sebagai kunci untuk menyegarkan kembali perekonomian yang sedang lesu.Sektor pariwisata Mesir yang dulunya berkembang pesat mulai pulih dari dampak pandemi Covid-19 ketika rentetan aksi kekerasan terjadi di Gaza dan gelombang baru ketidakstabilan regional.

Untuk membangkitkan pariwisata, pemerintah Mesir mencanangkan target untuk mencapai 30 juta pengunjung pada 2028. Di bawah pemerintahan Mesir yang berganti-ganti, pembangunan komersial Sinai telah dilakukan tanpa berkonsultasi dengan masyarakat adat Badui.

Semenanjung itu direbut oleh Israel selama Perang Timur Tengah 1967 dan baru dikembalikan ke Mesir setelah kedua negara menandatangani perjanjian damai pada 1979.

Sejak saat itu, masyarakat Badui mengeluh karena diperlakukan seperti warga negara kelas dua. Pembangunan destinasi wisata di Laut Merah Mesir, termasuk Sharm el-Sheikh, dimulai di Sinai Selatan pada 1980-an. Banyak yang melihat kemiripan apa yang terjadi saat itu dengan yang terjadi di St Catherine’s sekarang.

“Suku Badui adalah penduduk asli wilayah tersebut, dan mereka adalah pemandu, pekerja, dan orang-orang yang bisa disewa,” kata jurnalis Mesir, Mohannad Sabry.

“Kemudian pariwisata industri datang dan mereka terdesak keluar – tidak hanya terdesak keluar dari bisnis, tetapi juga secara fisik terdesak dari laut ke belakang,” tambahnya.

Pembangunan hotel di Dataran el-Raha pada 2024.

Ben Hoffler/Pembangunan hotel di Dataran el-Raha pada 2024. (Ben HOffler)

Sebagaimana yang terjadi dalam pembangunan di Laut Merah, warga Mesir dari berbagai penjuru negeri diperkirakan akan didatangkan untuk bekerja dalam proyek St Catherine yang baru. Namun, pemerintah mengatakan mereka juga sedang “memperbaiki” kawasan permukiman Badui. Biara St Catherine telah mengalami banyak pergolakan selama satu setengah milenium terakhir. Dulu tempat itu masih merupakan tempat peristirahatan terpencil.

Kondisi itu mulai berubah seiring perluasan resor Laut Merah yang membawa ribuan peziarah berkunjung ke sana.

Dalam beberapa tahun terakhir, kerumunan besar sering terlihat berbaris melewati lokasi yang konon merupakan sisa-sisa semak yang terbakar saat Nabi Musa berdialog dengan Allah atau mengunjungi museum yang memamerkan halaman-halaman dari Codex Sinaiticus-salinan Perjanjian Baru tertua di dunia yang masih ada, hampir lengkap, dan ditulis tangan.

Kini, meskipun biara dan makna religius yang mendalam dari situs tersebut akan tetap ada, lingkungan sekitarnya dan cara hidup yang telah berlangsung selama berabad-abad tampaknya akan berubah secara permanen.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Ratu Rania Al Abdullah Jadi Muslim Woman of the Year, Ini Sosok dan Kiprahnya


Jakarta

Ratu Yordania Rania Al Abdullah menyabet penghargaan Woman of the Year 2025 pada daftar 500 Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia 2025 yang dirilis The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC). Istri dari Raja Yordania Abdullah II ini adalah muslimah berpengaruh nomor 1 di dunia.

“Selama lebih dari 10 tahun, Yang Mulia Ratu Rania dari Yordania telah menjadi wanita muslim paling berpengaruh nomor 1 di dunia (dalam kapasitas pribadinya, bukan sebagai Ratu Yordania) di media sosial, dalam hal statistik dan pengikut,” tulis publikasi RISSC, dikutip pada Kamis (10/10/2024).

Sejak pecahnya perang Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Ratu Rania menjadi tokoh yang paling vokal membela rakyat Palestina yang mengalami pembantaian oleh Israel. Ia terus berjuang mengubah persepsi negeri Barat tentang perjuangan masyarakat Palestina.


Rania Al Abdullah merupakan wanita keturunan Palestina. Ia merupakan suara ‘Palestina’ di dunia sekaligus satu-satunya wanita yang mampu membeberkan penderitaan warga Palestina di media-media Barat ternama melalui caranya sendiri.

Sebagian besar masyarakat Barat mulanya terpengaruh dengan narasi Israel yang menggambarkan rakyat Palestina sebagai agresor atau teroris. Ratu Rania turun tangan dan menanggapi misinformasi tersebut, ia menawarkan narasi tandingan yang menyoroti penderitaan rakyat Palestina terutama warga sipil dalam konflik itu.

Lantang Menentang Propaganda Israel

Salah satu peran Ratu Rania adalah menentang narasi terkait Hamas yang memenggal 40 bayi. Sang ratu membantu membongkar beberapa kepalsuan yang menarik perhatian media Barat.

Dalam wawancara dan pernyataan publiknya, Ratu Rania menentang keabsahan dari klaim tersebut. Ia bahkan dengan lantang menunjukkan konsekuensi berbahaya dari narasi palsu yang disebarluaskan Israel.

Ratu Rania tampil di banyak media ternama internasional, seperti melakukan wawancara dengan CNN, BBC, Al Jazeera, hingga The New York Times. Ia mengungkap kekhawatirannya akan krisis kemanusiaan di Gaza. Kemampuannya dalam menyampaikan pesan dengan fasih dan menyentuh hati dapat diterima dengan baik oleh jutaan orang hingga mengubah perspektif mereka.

Melalui berbagai wawancara itu, Ratu Rania dengan konsisten menyatakan bahwa dunia harus mengakui kemanusiaan rakyat Palestina dan mencari solusi seadil-adilnya untuk menjamin martabat serta hak-hak mereka. Sang ratu tak segan menantang para pemimpin dan khalayak Barat untuk melihat lebih jauh dari sekadar berita utama dan propaganda yang dilakukan Israel.

Kecam Genosida Israel terhadap Rakyat Palestina

Ratu Rania menentang keras terhadap genosida yang dilakukan oleh Israel. Ia mengecam pengeboman tanpa pandang bulu dan mengingatkan dunia akan warga sipil Gaza yang menjadi korban, termasuk anak-anak dan wanita.

Cara penyampaiannya sangat efektif. Ia bahkan menyoroti trauma psikologis dan fisik yang timbul dari anak-anak Palestina imbas perlakuan Israel yang mengabaikan korban jiwa dalam konflik tersebut.

Kiprahnya itu menjadikan Ratu Rania menyandang Woman of the Year 2025 dari RISSC.

(aeb/kri)

Sumber : www.detik.com

Image : unsplash.com/ Ahmed

Kisah Abu Nawas yang Menjual Raja untuk Dijadikan Budak



Jakarta

Abu Nawas dikenal sebagai sufi cerdas sekaligus pujangga sastra Arab klasik. Ia lahir sekitar tahun 757 di Provinsi Ahwaz, Khuzistan sebelah barat daya Persia.

Dijelaskan dalam buku Abu Nawas: Sufi dan Penyair Ulung yang Jenaka karya Muhammad Ali Fakih, Abu Nawas telah ditinggal wafat ayahnya sejak kecil. Sang ibu membawanya ke sebuah kota di Irak karena alasan ekonomi.

Abu Nawas kecil dititipkan kepada seseorang bernama Attar untuk melakukan pekerjaan yang bisa dilakukan anak kecil. Walau begitu, Attar memperlakukan Abu Nawas dengan baik, ia disekolahkan di sekolah A-Qur’an hingga menjadi seorang hafiz.


Nah, berkaitan dengan sosok Abu Nawas, ada sebuah kisah menarik dan jenaka darinya. Suatu hari, dia berencana untuk menjual sang raja yang kala itu bernama Khalifah Harun ar-Rasyid.

Alasannya sendiri karena Khalifah tersebut pantas dijual menurutnya. Mengutip dari buku Jangan Terlalu Berlebihan dalam Beribadah hingga Melupakan Hak-hak Tubuh karya Nur Hasan, akibat rencana tersebut lantas Abu Nawas menghadap Khalifah Harun ar-Rasyid seraya berkata,

“Ada sesuatu yang amat menarik yang akan hamba sampaikan hanya kepada paduka yang mulia,”

Mendengar hal itu, Khalifah tersebut menjawab dengan rasa penasaran,

“Apa itu wahai Abu Nawas?”

“Sesuatu yang hamba yakin tidak pernah terlintas di dalam benak paduka yang mulia,”

“Oke, kalau begitu cepatlah ajak saya ke sana untuk menyaksikannya,”

Abu Nawas memang terkenal sebagai sosok yang selalu membuat orang penasaran akan sesuatu. Karenanya, ia kembali berkata,

“Tapi baginda…”

“Tetapi apa?” Jawab sang raja yang sudah tidak sabar dengan apa yang akan ditunjukkan oleh Abu Nawas.

“Oke, baginda. Jadi begini, baginda harus menyamar sebagai rakyat biasa, supaya orang-orang tidak banyak yang ikut menyaksikan benda ajaib itu,”

Sang raja yang sudah sangat penasaran lantas mengiyakan anjuran Abu Nawas. Ia bersedia menyamar sebagai seorang rakyat biasa dan keduanya pergi ke sebuah hutan.

Sesampainya di sana, Abu Nawas mengajak mendekat ke sebuah pohon yang rindang dan memohon kepada sang raja untuk menunggu di situ. Lalu, Abu Nawas menemui seorang badui yang merupakan penjual budak, ia mengajaknya untuk melihat calon budak yang ingin dijual namun Abu Nawas mengaku tak tega menjual budak di depan matanya langsung, ia mengaku budak tersebut merupakan temannya.

Setelah dilihat dari kejauhan, badui tersebut merasa cocok dengan orang yang ingin dijual Abu Nawas. Usai kesepakatan terjalin beserta kontrak, Abu Nawas mendapat beberapa keping uang mas.

Sang raja yang tidak tahu menahu terus menunggu Abu Nawas. Sayangnya, beliau justru tak kunjung menampakkan dirinya, malahan terdapat seorang penual budak yang menghampiri raja.

“Siapa engkau?” tanya raja.

“Aku adalah tuanmu sekarang,” ujar badui tersebut yang menghampiri sang raja tanpa mengetahui bahwa yang ada di depannya sekarang merupakan seorang raja.

“Apa maksud perkataanmu tadi?” jawab sang raja dengan wajah yang memerah.

Dengan enteng, penjual budak itu mengeluarkan surat kuasa seraya menjawab, “Abu Nawas telah menjualmu kepadaku dan inilah surat kuasa yang baru dibuatnya,”

“Apa??? Abu Nawas menjual diriku kepadamu?”

“Yaaa!” jawab sang badui dengan nada membentak.

Merasa makin geram, sang raja lantas berkata, “Tahukah engkau siapa sebenarnya diriku ini?”

“Tidak. Itu tidak penting dan tidak perlu,” ujar sang badui singkat. Ia kemudian menyeret bahu budak barungnya ke belakang rumah.

Sesampainya di sana, badui tersebut memberikan parang kepada Khalifah Harun ar-Rasyid dan memintanya untuk membelah serta memotong kayu. Melihat tumpukan kayu yang banyak, sang raja memandangnya dengan ngeri, apalagi beliau harus membelahnya.

Sayangnya, sang raja tidak mampu membelah kayu tersebut dengan baik. Malahan, ia menggunakan bagian parang yang tumpul ke arah tumpukan kayu.

Sang badui kemudian memarahi Khalifah Harun ar-Rasyid. Dengan begitu, si raja membalik parangnya sehingga bagian yang tajam mengarah ke kayu dan berusaha membelahnnya.

Menurutnya, pekerjaan tersebut terasa aneh. Dalam hati ia bergumam, seperti inikah derita orang-orang miskin demi mencari sesuap nasi? Harus bekerja keras lebih dulu.

Badui tersebut kerap memandang Khalifah Harun ar-Rasyid dengan tatapan heran dan berujung marah. Dirinya merasa menyesal telah membeli seorang budak bodoh. Si raja lalu berkata,

“Hei badui! Semua ini sudah cukup, aku tidak tahan,”

Mendengar hal itu, sang badui semakin marah. Ia lalu memukul raja seraya berkata,

“Kurang ajar kau budakku. Kau harus patuh kepadaku!”

Khalifah Harun ar-Rasyid yang tidak pernah disentuh oleh orang lain tiba-tiba menjerit keras akibat pukulan dengan kayu yang dilakukan oleh si badui. Karena tidak kuat, ia lalu berkata sambil memperlihatkan tanda kerajaannya,

“Hai badui! Aku adalah rajamu, Sultann Harun ar-Rasyid!”

Melihat hal itu, sang badui langsung menjatuhkan diri sambil menyembah sang raja yang habis dipukulnya. Walau begitu, sang raja mengampuninya karena si badui tidak tahu menahu mengenai dirinya yang merupakan seorang raja. Sementara itu, Khalifah Harun ar-Rasyid sangat murka kepada Abu Nawas dan ingin segera menghukumnya.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Keteladanan Kisah Ashabul Kahfi, Sekelompok Pemuda yang Teguh Akidahnya



Jakarta

Terdapat sejumlah keteladanan yang bisa dipetik dari pemuda Ashabul Kahfi. Kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Kahfi ayat 9-26 menceritakan tentang sekelompok pemuda dengan keteguhan agama yang luar biasa.

Dalam buku Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta tulisan Sunarto dkk dijelaskan, Ashabul Kahfi terdiri dari dua kata yaitu Ashab dan Al-Kahfi. Ashab artinya penghuni, sementara Al-Kahfi adalah gua. Secara sederhana, Ashabul Kahfi dimaknai penghuni gua.

Dikisahkan kala itu, terdapat tujuh pemuda yang berasal dari kalangan rakyat biasa negeri Afasus. Mereka sangat teguh dalam mempertahankan keimanannya dari kezaliman seorang raja yang bernama Dikyanus atau Decius.


Raja Dikyanus ini digambarkan sebagai sosok pemimpin yang angkuh, biadab, dan khianat terhadap rakyatnya. Kaisar yang berasal dari bangsa Romawi itu berkuasa pada periode 249 M-251 M.

Sebelum mengetahui tentang keteladanan dari para pemuda Ashabul Kahfi, berikut akan dibahas terlebih dahulu mengenai kisah singkatnya.

Kisah Singkat Ashabul Kahfi

Saking zalimnya Raja Dikyanus, ia memerintahkan rakyatnya untuk meninggalkan agama yang mereka anut dan beralih untuk menyembah berhala. Bahkan, ia tak segan membunuh siapapun yang menentang perintahnya.

Alhasil, rakyat yang takut mau tak mau menuruti untuk menganut agama yang diminta oleh Dikyanus. Namun, lain halnya dengan kelompok pemuda Ashabul Kahfi ini.

Mereka berkeyakinan hanya Allah SWT yang pantas disembah. Karenanya, Raja Dikyanus sangat murka terhadap para pemuda itu.

“Mengapa kalian tidak mau menyembah Tuhanku?” tanya Raja Dikyanus.

Para pemuda Ashabul Kahfi lantas menjawab dengan tegas hanya Allah SWT yang wajib disembah. Ini tercantum dalam surat Al Kahfi ayat 14 yang berbunyi:

وَرَبَطْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا۟ فَقَالُوا۟ رَبُّنَا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ لَن نَّدْعُوَا۟ مِن دُونِهِۦٓ إِلَٰهًا ۖ لَّقَدْ قُلْنَآ إِذًا شَطَطًا

Arab latin: Wa rabaṭnā ‘alā qulụbihim iż qāmụ fa qālụ rabbunā rabbus-samāwāti wal-arḍi lan nad’uwa min dụnihī ilāhal laqad qulnā iżan syaṭaṭā

Artinya: “Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran,”

Mendengar jawaban itu, Raja Dikyanus sangat marah. Ia kemudian memberikan para pemuda itu waktu untuk berpikir.

Akhirnya, ketujuh pemuda Ashabul Kahfi tersebut berpikir dan berunding. Mereka memilih untuk menyelamatkan keimanannya.

Tanpa ragu, kelompok pemuda itu menyelamatkan diri dari kezaliman Raja Dikyanus dengan mencari tempat berlindung di dalam gua. Letak gua itu di Gunung Naikhayus, dekat kota Upsus.

Mereka berdoa di dalam gua untuk bersembunyi. Allah SWT memperlihatkan kekuasaannya, para pemuda itu ditidurkan selama 309 tahun, dalam surat Al Kahfi ayat 25 Allah SWT berfirman:

وَلَبِثُوا۟ فِى كَهْفِهِمْ ثَلَٰثَ مِا۟ئَةٍ سِنِينَ وَٱزْدَادُوا۟ تِسْعًا

Arab latin: Wa labiṡụ fī kahfihim ṡalāṡa mi`atin sinīna wazdādụ tis’ā

Artinya: “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi),”

Ketika sang raja tahu bahwa kelompok pemuda Ashabul Kahfi bersembunyi di dalam gua, ia lalu memerintahkan rakyat untuk menangkapnya. Namun, tak seorang pun yang berani masuk ke alam gua itu.

Akhirnya, Raja Dikyanus menutup gua tersebut agar kelompok pemuda tersebut mati kelaparan dan tidak mampu keluar. Bahkan setelah mereka terbangun dari tidur panjang, tidak ada satu pun yang mengetahui berapa lama mereka tertidur di dalamnya.

Kemudian, salah satu dari mereka pergi ke kota untuk membeli makanan dengan membawa mata uang yang berlaku pada masa Raja Dikyanus. Pedagang tersebut heran dan menolak uang itu, si pemuda lalu bercerita mengenai temannya yang berada di gua.

Pedagang itu lalu memberitahu bahwa Raja Dikyanus telah meninggal ratusan tahun lalu. Salah satu petugas kerasaan lalu menanyai pemuda Ashabul Kahfi yang bercerita tadi, ia juga memberi tahu bahwa kini raja yang berkuasa adalah Raja Theodosius yang beriman kepada Allah SWT.

Kejadian tentang pemuda Ashabul Kahfi dilaporkan kepada Raja Theodosius, kemudian beliau mengadakan upacara penyambutan keluarnya tujuh pemuda yang berasal dari gua selama 309 tahun.

Keteladanan yang Bisa Dipetik dari Kisah Ashabul Kahfi

Menukil dari buku Pendidikan Agama Islam karya Drs H Masan AF M Pd, keteladanan yang dapat diambil dari kisah tujuh pemuda Ashabul Kahfi yaitu:

  1. Kebenaran akidah Islam harus dipertahankan meski mendapat banyak cobaan dan godaan
  2. Selalu ingat kepada Allah SWT di mana pun dan kapan pun dengan selalu menjalani perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
  3. Kebatilan harus dicegah dengan cara yang santun dan bijaksana
  4. Yakin akan kekuasaan dan kasih sayang Allah yang selalu melindungi hamba-Nya
  5. bersyukur atas kemudahan dan kenikmatan yang Allah berikan
  6. Selalu berhati-hati dalam melakukan berbagai pekerjaan
  7. Harus berpegang teguh terhadap pendirian yang benar

Demikian keteladanan yang bisa dipetik dari kisah tujuh pemuda Ashabul Kahfi. Semoga bermanfaat.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Daud Diangkat Menjadi Raja yang Adil dan Bijaksana



Jakarta

Nabi Daud diangkat menjadi raja menggantikan Raja Thalut. Usai wafatnya Raja Thalut, Bani Israil dipimpin oleh salah satu putranya.

Sayangnya, sang putra pengganti Raja Thalut bukan pemimpin yang baik. Dia justru sering bertindak tidak adil hingga berujung munculnya perpecahan, seperti dikisahkan dalam buku Kisah Teladan & Menakjubkan 25 Nabi yang disusun oleh Ariany Syurfah M Hum M Ag.

Pada perpecahan tersebut, muncul dua kubu yang dipimpin oleh Nabi Daud dan putra Raja Thalut. Peperangan antar keduanya dimenangkan oleh kubu Daud hingga akhirnya beliaulah yang diangkat menjadi raja untuk menempati kekuasaan.


Kisah mengenai Nabi Daud AS diabadikan dalam sejumlah surat di Al-Qur’an, seperti surat Al Baqarah, Al Anbiya, An Naml, Saba’ dan Shad.

Masa Kepemimpinan Nabi Daud sebagai Seorang Raja

Mengacu pada sumber yang sama, Nabi Daud memerintah rakyatnya berdasarkan hukum Allah dan membela orang-orang yang tertindas. Karenanya, rakyat menjalani kehidupan yang bahagia semasa kepemimpinannya.

Kerajaan Nabi Daud sangatlah kuat dan sulit dikalahkan oleh musuh. Disebutkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul tulisan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, kerajaan beliau selalu memperoleh kemenangan atas semua musuhnya.

Nabi Daud AS menetap di Kota Bethlehe, Palestina dan memimpin Bani Israil. Dirinya merupakan seorang raja yang bijak dan adil.

Alih-alih terlena akan kekayaannya sebagai seorang raja, Nabi Daud justru selalu bersyukur kepada Allah atas semua yang ia miliki. Mengutip dari buku Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an karangan Kamal As-Sayyid, Nabi Daud AS juga dikaruniai suara yang indah. Siapa saja yang mendengar suara beliau akan merasa terkesima.

Bergabungnya Nabi Daud dalam Pasukan Raja Thalut

Sebelum Raja Thalut wafat, dirinya menyusun kekuatan militer untuk mengumpulkan pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentara. Nantinya, pasukan tersebut dilatih untuk menghadapi bangsa yang terkenal kuat, berani, dan telah lama menguasai Palestina.

Dijelaskan dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi oleh Syamsuddin Noor, Nabi Daud dan dua orang kakaknya diminta sang ayah untuk bergabung ke barisan laskar Thalut. Ia meminta Nabi Daud berada di barisan belakang karena usianya sangat muda dan belum memiliki pengalaman perang.

Setelah menjalani pelatihan, tibalah waktu di mana pasukan Raja Thalut menghadapi musuh yang dipimpin oleh panglima bernama Jalut. Panglima Jalut terkenal berani, terlatih dan tidak pernah kalah dalam peperangan.

Kala itu, rombongan pasukan Jalut berjumlah 8.000 orang, sementara pasukan Raja Thalut hanya 300 tentara dan Nabi Daud termasuk ke dalam salah satunya. Meski merasa takut, mereka bertawakal dan beriman kepada Allah serta mengucap doa dalam surat Al Baqarah ayat 250.

وَلَمَّا بَرَزُوا۟ لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ قَالُوا۟ رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ

Arab latin: Wa lammā barazụ lijālụta wa junụdihī qālụ rabbanā afrig ‘alainā ṣabraw wa ṡabbit aqdāmanā wanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn

Artinya: “Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir,”

Ketika pertempuran dimulai, panglima Jalut menantang pasukan Raja Thalut. Tidak seorang pun di antara mereka berani keluar, alhasil Jalut mengejek dan menghina mereka.

Melihat hal itu, Nabi Daud lupa pesan ayahnya untuk berada di barisan belakang. Ia lantas menawarkan diri kepada Raja Thalut untuk melawan Jalut.

Meski merasa ragu-ragu karena Nabi Daud bertubuh kecil, Thalut akhirnya mengizinkannya dan memberikan Nabi Daud perlengkapan perang. Kala itu, Nabi Daud enggan memakainya karena berat dan tidak terbiasa menggunakan perlengkapan tersebut.

“Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya bersenjatakan tongkat, ketapel, dan batu-batu melawan Jalut yang bersenjatakan pedang, panah, dan pakaian perang yang lengkap?” tanya Raja Thalut yang heran.

Mendengar hal itu Nabi Daud menjawab, “Tuhan yang telah melindungiku. Taring singa dan kuku beruang juga akan melindungiku dari sabetan pedang dan panah Jalut yang durhaka itu,”

Ketika Nabi Daud menuju Jalut, dia berkata,

“Untuk apa tongkat yang engkau bawa itu? Untuk mengejar anjing atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan engkau? Di mana pedang dan zirahmu? Rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati, padahal engkau masih muda. Engkau belum merasakan suka-dukanya kehidupan. Engkau masih harus banyak belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini! Aku akan habiskan nyawamu dalam sekejap mata. Dagingmu akan kujadikan makanan yang lezat bagi binatang- binatang di darat dan burung-burung di udara,”

Nabi Daud AS menjawab, “Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu. Engkau boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu. Akan tetapi, ingatlah! Ia tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu dari tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku datang ke sini dengan nama Allah SWT, Tuhan Bani Israil yang telah lama engkau hinakan, engkau jajah, dan engkau tundukkan. Sebentar lagi, engkau akan mengetahui, apakah pedang dan panah yang akan mengakhiri hayatku atau kehendak dan kekuasaan Allah SWT yang akan merenggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahanam?”

Ketika Jalut hendak melangkah mendekati Nabi Daud, dilemparkanlah batu dengan ketapel tepat ke arah kening Jalut. Darah mengalir deras dari kepala Jalut hingga menutupi kedua matanya.

Atas izin Allah SWT, pada lemparan batu kedua dan ketiga oleh Nabi Daud, Jalut lalu terjatuh. Ia tersungkur di atas tanah dan mengembuskan nafasnya yang terakhir. Matinya Jalut membuat tentaranya mundur dan lari karena dikejar oleh Raja Thalut.

Atas keberhasilan Nabi Daud itulah, Raja Thalut menjadikan beliau sebagai menantu dan dinikahkan dengan putrinya, bernama Mikyal. Sesuai janji Thalut bahwa putrinya akan dinikahkan dengan orang yang bisa mengalahkan Jalut.

Demikian pembahasan mengenai Nabi Daud yang diangkat menjadi raja menggantikan Raja Thalut. Semoga bermanfaat.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha, Berpisah sebelum Menikah



Jakarta

Nabi Yusuf AS banyak dikenal dalam masyarakat sebagai nabi yang memiliki wajah tampan dan memiliki sifat baik hati dengan suara yang lembut. Terdapat kisah unik dan menarik untuk diketahui muslim mengenai kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha.

Mengutip buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ustad Fatih, dikatakan bahwa kisah ini menjadi salah satu kisah yang dapat dijadikan rujukan bagi umat khususnya ketika mengagumi seseorang. Berikut ini adalah kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha selengkapnya.

Kisah Cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha

Kisah cinta ini berawal dari pertemuan antara Nabi Yusuf dan Zulaikha. Keduanya diketahui bertemu lantaran Nabi Yusuf saat itu adalah budak yang diangkat menjadi anak oleh Qithfir Al Aziz, yaitu suami Zulaikha yang saat itu sedang menjabat menjadi menteri keuangan di Mesir.


Singkat cerita, Nabi Yusuf pun tinggal bersama dengan anak angkat lainnya hidup bersama dengan Zulaikha dan suaminya. Dengan wajah yang tampan, Nabi Yusuf menarik perhatian dari Zulaikha hingga menarik pujian yang keluar dari mulut Zulaikha.

Kejadian ini pun terjadi berulang kali dan dapat dikatakan semakin parah. Terlebih lagi fakta bahwa Zulaikha memiliki paras yang cantik jelita dan bahkan berias hanya untuk menggoda Nabi Yusuf semata.

Akan tetapi, Nabi Yusuf adalah sosok yang sangat taat pada Allah sehingga ia melindungi diri dan tidak terhasut tipu daya istri tuannya itu. Dalam kondisi seperti itu, melansir Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi, Nabi Yusuf terus menolak sebagaimana termaktub dalam surah Yusuf ayat 23,

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِيْ هُوَ فِيْ بَيْتِهَا عَنْ نَّفْسِهٖ وَغَلَّقَتِ الْاَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۗقَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ رَبِّيْٓ اَحْسَنَ مَثْوَايَۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ

Artinya: Perempuan, yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya, menggodanya. Dia menutup rapat semua pintu, lalu berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah. Sesungguhnya dia (suamimu) adalah tuanku. Dia telah memperlakukanku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan beruntung.”

Zulaikha yang merasa cintanya tidak berbalas pun kemudian memfitnah Nabi Yusuf. Suatu waktu, ia mengejar dan menangkap Nabi Yusuf yang hendak lari darinya hingga gamis yang dipakai Nabi Yusuf terkoyak. Suami dari Zulaikha pun muncul hingga membuat wanita itu menuduh Yusuf sebagai pelakunya.

Setelah beradu argumen serta saksi, Al Aziz menyadari bahwa penggoda utamanya ialah Zulaikha. Ia pun meminta sang istri agar segera berdoa dan memohon ampun.

Kabar dan cacian kepada istri Al Aziz pun menjadi perbincangan dari para istri pejabat tinggi dan pembesar di Mesir saat itu. Mereka menyebarkan berita tentang kekejian perilaku istri Al Aziz yang berusaha menggoda pelayannya, Nabi Yusuf.

Hal itu pun membuat Zulaikha berinisiatif mengundang mereka makan di rumahnya. Para tamu wanita itu diberikan pisau untuk memotong makanan. Zulaikha pun dengan sengaja memanggil Nabi Yusuf untuk hadir demi menunjukkan ketampanan beliau pada para tamu.

Akibatnya, para tamu tersebut terpana dengan ketampanan Nabi Yusuf hingga mereka tidak menyadari mengiris tangan mereka sendiri dengan pisau. Hal ini terabadikan dalam surah Yusuf ayat 31.

Setelah itu, Zulaikha dan Raja Qithfir memasukkan Yusuf ke penjara. Maksud tujuan ini supaya rumor tentang keluarganya tidak berkepanjangan dan membuat masyarakat melupakannya. Yusuf tidak keberatan dimasukkan ke penjara, ia pun mendekam di sana cukup lama hingga lebih dari lima tahun.

Bertemunya Kembali Nabi Yusuf dan Zulaikha

Seiring berjalannya waktu berlalu, Zulaikha mengakui kesalahan dirinya hingga Nabi Yusuf pun dikeluarkan dari penjara. Al Aziz juga turut membersihkan nama Nabi Yusuf atas tuduhan palsu yang dialamatkan padanya.

Setelah terbebas dari segala tuduhan, Al Aziz memberikan kepercayaan jabatan kepada Nabi Yusuf untuk memimpin Mesir dan berhasil menggantikan posisi raja yang sebelumnya memimpin.

Tidaknya hanya itu, sebelum wafat, Al Aziz sudah lebih dulu mempertemukan kembali Nabi Yusuf dengan Zulaikha dan menikahkan keduanya. Dari pernikahannya tersebut, Nabi Yusuf dikaruniai dua putra yang bernama Afrayin dan Mansa.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Daud AS, Seorang Raja yang Adil dan Mampu Melunakkan Besi



Jakarta

Nabi Daud AS adalah salah satu nabi dan rasul yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an. Dirinya dikenal sebagai raja yang cerdas, kuat dan pemberani.

Dikisahkan dalam buku Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an oleh Kamal As-Sayyid, Nabi Daud AS memiliki suara yang sangat indah. Siapapun yang mendengarkannya akan tertarik pada beliau.

Dalam Al-Qur’an, cerita mengenai Nabi Daud AS tersemat dalam surat Al Baqarah, Al Anbiya, An Naml, Saba’ dan Shad. Sebagai seorang raja yang adil, ia memerintah rakyatnya berdasarkan hukum Allah dan membela orang-orang yang tertindas.


Kerajaan yang dimiliki oleh Nabi Daud AS bahkan terkenal sangat kuat dan tidak dapat dikalahkan oleh musuh. Mengutip buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul susunan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, saking kuatnya kerajaan Daud AS selalu memperoleh kemenangan.

Nabi Daud AS sebetulnya bukan keturunan raja. Dirinya diangkat menggantikan Raja Thalut untuk memimpin Bani Israil.

Rakyat Daud AS menjalani kehidupan yang sangat bahagia ketika dirinya memimpin. Nabi Daud AS tinggal di Kota Bethlele, Palestina.

Meski dirinya seorang raja, Nabi Daud AS tidak pernah terlena akan kekayaannya. Ia selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah SWT.

Salah satu mukjizat Nabi Daud AS adalah melunakkan besi layaknya lilin dan mengubah bentuk besi-besi itu tanpa api atau peralatan apapun. Dikutip dari buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat Sejak Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW tulisan Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, mukjizat yang dimilikinya sebagai pembukti bahwa Daud AS adalah rasul Allah dan melemahkan musuh-musuhnya.

Dalam surat Saba’ ayat 10, Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا ۖ يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ ۖ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya.”

Dengan mukjizatnya itu, Nabi Daud mampu membuat baju besi yang dimodifikasi sedemikian rupa. Bajunya dapat membuat pemakainya lebih bebas bergerak dan tidak kaku.

Drs. Husaini, SH dalam tulisan ilmiahnya yang berjudul Nabi Daud Alaihis Salam Sebagai Sosok Hakim yang Bijaksana, menyebut bahwa baju besi tersebut merupakan pakaian yang dikenakan untuk memelihara manusia dari serangan yang mematikan saat perang Thalut sedang terjadi antara satu pasukan perang dengan lainnya.

Wallahu ‘alam bishhawab.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Nabi Ibrahim yang Dilindungi Allah SWT saat Digoda Raja



Jakarta

Siti Sarah memiliki paras yang sangat cantik, istri Nabi Ibrahim AS ini pernah dilindungi Allah SWT dari raja yang zalim.

Abu Hurairah bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ibrahim tidak pernah berkata dusta kecuali tiga kali. Dua dusta berkaitan dengan Allah, yaitu perkataannya, ‘Aku sedang sakit,’ ketika diajak menyembah berhala oleh kaumnya, dan perkataannya, ‘Yang melakukan penghancuran berhala adalah berhala yang paling besar ini’.”

Sementara satu dusta lainnya adalah berkenaan dengan Siti Sarah, sang istri tercinta.


Mengutip buku 70 Kisah Teladan yang ditulis Mushthafa Murad diceritakan, suatu ketika Nabi Ibrahim AS datang ke sebuah daerah yang dikuasai oleh seorang raja yang zalim. Ia ditemani sang istri yang cantik jelita, Siti Sarah.

Nabi Ibrahim AS berkata pada sang istri bahwa raja zalim tersebut tidak mengetahui status pernikahan mereka. Sebab jika raja tersebut tahu bahwa Sarah adalah istri Nabi Ibrahim AS, maka ia harus menyerahkannya pada raja tersebut.

Nabi Ibrahim AS ingin melindungi istrinya agar tidak direbut paksa oleh raja zalim.

“Jika nanti dia bertanya kepadamu, kabarkan kepadanya bahwa kamu adalah saudaraku. Sebab, engkau adalah saudariku dalam Islam,” kata Nabi Ibrahim AS.

Ketika Nabi Ibrahim AS memasuki daerah tersebut, para pengikut raja langsung terpesona melihat paras Siti Sarah yang cantik jelita. Mereka lantas menghampiri Nabi Ibrahim AS dan berkata, “Jika engkau memasuki wilayahmu, istrimu adalah milikmu. Tetapi, jika engkau memasuki wilayah ini, istrimu harus engkau lepaskan!”

Siti Sarah kemudian dipaksa untuk dibawa kepada sang raja.

Nabi Ibrahim AS kemudian pergi untuk salat. Ia memohon kepada Allah SWT agar melindungi sang istri dari kejahatan raja zalim.

Ketika Siti Sarah memasuki istana, raja zalim tersebut hendak menyentuhnya. Tiba-tiba tangan raja menjadi lumpuh. Raja itu kemudian berkata pada Siti Sarah, “Berdoalah engkau kepada Allah SWT agar menyembuhkan tanganku ini dan aku tidak akan mengganggu dirimu!”

Maka Siti Sarah berdoa memohon pertolongan Allah SWT. Namun setelah sembuh, ternyata raja ini kembali melakukan niat jahatnya untuk menyentuh tangan Siti Sarah.

Tangan raja ini pun kembali lumpuh dengan keadaan yang lebih parah. Kejadian ini berulang beberapa kali hingga akhirnya raja memerintahkan pengawalnya untuk membawa Siti Sarah ke luar istana.

Dalam buku Air Mata Para Nabi: Kisah-Kisah Inspiratif tentang Ketabahan Para Nabi yang ditulis oleh Tuan Guru Lalu Ibrohim, raja zalim tersebut kemudian berkata, “Tukang sihir yang kamu bawa ini?”

Siti Sarah lantas menjawab, “Saya bukan tukang sihir. Saya istri kekasih Allah. Ia kini sedang melihat saya dari luar, mohon ampunlah padanya, agar engkau selamat.”

Raja itu kemudian memohon ampun. Nabi Ibrahim AS memaafkannya, dan kembalilah badan dan tangan raja ini seperti semula. Sayangnya, raja zalim ini justru hendak menyerang Nabi Ibrahim AS.

Pada peristiwa ini, malaikat Jibril turun dan bersabda, “Jangan kamu terlalu mudah memberi maaf. Kalau ia mau menyerahkan seluruh kerajaannya, maafkan, tetapi jika tidak mau, jangan maafkan dia!”

Raja zalim tersebut lantas menyerahkan seluruh kerajaannya. Ia juga menyerahkan seorang budak dari keluarganya yaitu Siti Hajar.

Wallahu a’lam.

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com