Tag Archives: sampah

Jangan Jadi Solusi Utama Sampah


Jakarta

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) akan mengadakan proyek waste to energy atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) pada akhir Oktober 2025.

Sebanyak 33 stasiun PSEL ditargetkan berdiri se-Indonesia, dengan kapasitas 1.000 ton sampah per hari per stasiun. Nilai investasi ditaksir mencapai Rp 2 triliun-Rp 3 triliun. Proyek ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk isu lingkungan, kesehatan dan energi, serta bagian dari upaya mencapai target Net Zero Emissions (NZE) Indonesia tahun 2060.


CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani mengatakan Indonesia menghasilkan 35 juta ton sampah per tahun. Angka ini setara dengan 16.500 lapangan bola atau seluruh wilayah Jakarta jika ditutupi sampah setebal 20 cm persegi. Hanya 61 persen yang berhasil dikelola.

Dari 33 kota di Indonesia, salah satu wilayah prioritas stasiun pengolahan sampah menjadi listrik berlokasi di Yogyakarta.

“Yang utama yang ingin kita lakukan pertama adalah di Jakarta sendiri akan ada 4-5 lokasi, kemudian di Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali,” kata Rosan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengolah Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) di Wisma Danantara, Jakarta, Selasa (1/10/2025).

Merespons rencana pemerintah tersebut, pakar teknik bioproses Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Wiratni, ST MT PhD berpendapat, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya andalan untuk menangani sampah.

Wiratni menjelaskan, akar masalah sampah sesungguhnya terletak pada manusia selaku penghasil sampah. Untuk itu, keberhasilan proyek PSEL ini menurutnya akan sangat bergantung pada kesiapan teknis dan perubahan perilaku warga sebagai penghasil sampah.

Perlu Pemilahan Agar Tak Rugi

Ia menegaskan, proyek PLTSa bisa optimal jika ada pemilahan sampah yang baik. Sampah yang masuk sebaiknya sampah kering agar peralatan tidak cepat rusak dan efisiensi termal juga terjaga.

“Jika sampah masih bercampur antara organik dan anorganik, proses akan merugi dan investasi berisiko sia-sia. PLTSa memang bisa dilengkapi dengan alat pengering, tetapi hal itu meningkatkan biaya operasional sekaligus menimbulkan bau yang mengganggu,” kata Wiratni, dikutip dari laman UGM, Kamis (2/10/2025).

Wiratni menjelaskan, sampah organik juga bisa dipakai sebagai bahan baku energi jika dikeringkan, tapi tidak direkomendasikan karena mudah busuk dan berbau. Pengangkutan skala besar dari sumber sampah ke titik pengolahan jadi tidak efisien karena belum mampu menjamin tidak menimbulkan bau dan potensi penyakit di sepanjang perjalanan.

“Permasalahan sampah organik bukan soal bisa atau tidak menjadi energi, melainkan pada proses pengangkutan dari sumber ke lokasi pengolahan. Agar ekonomis, diperlukan skala besar, tetapi hal itu justru berpotensi menimbulkan masalah serupa dengan TPA Piyungan,” jelasnya.

Berkaca dari Piyungan

Dikutip dari laman DPRD DIY, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan sebelumnya menerima sampah dari Sleman, Bantul, dan Yogyakarta. Overload pada 2012, TPST Piyungan baru ditutup pada 2024 lalu.

Kepala Balai Pengelolaan Sampah DIY, Aris Prasena, SSi MSc mengatakan 50 persen sampah di TPST Piyungan merupakan sampah organik. Hal ini mempercepat proses dekomposisi, tanah cepat ambles, dan umur teknis lebih pendek.

“Desain awal TPA hanya untuk residu akhir setelah sampah dipilah dan diolah di tingkat rumah tangga. Tapi dalam praktiknya, seluruh sampah langsung dibuang ke sini, tanpa pemilahan. Akibatnya, umur teknisnya jauh lebih pendek,” ujar Aris, Rabu (14/5/2025) lalu.

Untuk itu, Wiratni merekomendasikan agar sampah organik diselesaikan di level rumah tangga atau komunal yang dekat sumber sampah. Pengelolaannya bisa skala kecil dan realistis, seperti dengan komposting dan maggot.

Insentif & Tipping Fee buat Buang Sampah

Wiratni merekomendasikan adanya mekanisme insentif dan disinsentif agar masyarakat mau memilah dan mengurangi sampah. Di samping itu, perlu ada biaya pembuangan sampah ke fasilitas pengelolaan sampah (tipping fee) yang realistis.

Langkah praktis ini menurutnya penting agar warga punya rasa tanggung jawab lebih besar sejak dari sumber. Di samping itu, biaya pembuangan sampah juga diharapkan membuat orang tidak memperbanyak produksi sampah.

Lebih lanjut, pemerintah menurut Wiratni perlu memetakan sumber-sumber sampah serta ekosistem industri penyerap hasil olahan sampah (off-taker) yang sudah ada. Contohnya dengan memetakan bank sampah dan pelaku usaha daur ulang.

“Dengan pemetaan itu, kapasitas PLTSa bisa difokuskan hanya pada sampah residu yang benar-benar tidak dapat diolah,” ucapnya.

“Perhitungan keekonomian jangan hanya mengandalkan penjualan listrik ke PLN, tetapi harus disertai mekanisme tipping fee sebagai disinsentif. Jangan sampai PLTSa justru membutuhkan lebih banyak sampah, karena arah kita seharusnya menuju zero waste dengan ekosistem ekonomi sirkuler,” pungkasnya.

(twu/nah)



Sumber : www.detik.com

6 Kegiatan Seru yang Bisa Dilakukan di Eco Edu Wisata Ciliwung



Jakarta

Eco Edu Wisata Ciliwung merupakan wisata dari revitalisasi sungai Ciliwung. Ada setidaknya 7 kegiatan seru yang bisa dilakukan di tempat wisata ini.

Tempat wisata yang berdiri sejak 2006 ini memiliki salah satu tujuan yaitu agar sungai Ciliwung bersih dan rapih. Kami pun berkesempatan untuk mengobrol dengan pelopor Masyarakat Pecinta Sungai Ciliwung (Mat Peci), Usman Firdaus.

Dengan Eco Edu Wisata Ciliwung, pihak pengelola ingin menunjukan kalau wisata itu enggak selalu ‘fun’, tapi juga memiliki milai kepedulian agar lingkungan tetap bersih. Berwisata sambil menanam pohon dan mendaur ulang sampah.


Tantangan terbesar dalam mengelola Eco Edu Wisata ini adalah kesadaran masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan di area sekitar sungai dari semua kalangan.

“Tujuan dari adanya Eco Edu Wisata Ciliwung dalam rangka menjaga kelestarian alam dan sungai”, kata Usman Firdaus, Kamis (27/9).

Di Eco Edu Wisata Ciliwung, ada setidaknya 7 kegiatan seru yang bisa traveler coba, berikut di antaranya:

1. Edukasi Lingkungan

Di sini traveler akan diajarkan bagaimana cara membibitkan tanaman, seperti tanaman-tanaman endemik Jakarta. Tanaman yang ditanam di Eco Wisata Ciliwung ini ada tanaman pohon gandaria, dan kemang.

2. Urban Farming dan Ketahanan Pangan Mandiri

Di kegiatan ini, traveler akan diajarkan cara bagaimana menanam sayuran, memelihara ikan, cara mengelola kompos, sebagai bahan edukasi, dan sumber ketahanan pangan warga sekitar Ciliwung.

3. Kebun Bibit Pohon dan Tanaman

Menjaga budaya dan kearifan lokal di sekitar sungai juga bisa dilakukan di sini. Hasil perkebunan disalurkan untuk dikonsumsi warga sekitar dan pengelola, dan masyarakat umum yang ingin membelinya. Bibit dan tanaman yang ditanam di kebun ini ada kangkung, cabai, bayam, tomat, dan lainnya.

4. Pengelolaan Sampah Organik

Pengelolaan sampah organik berasal dari bahan bekas makanan yang tidak habis untuk dijadikan kompos oleh maggot dan eco enzim. Kegiatan ini sebagai bahan edukasi bagi pengunjung.

Kompos yang dihasilkan akan dijadikan pupuk bagi tanaman yang ada di kebun urban farming, dan disalurkan ke masyarakat umum secara cuma-cuma. Program pengelolaan sampah organik bertujuan untuk menjaga budaya dan kearifan lokal yang ada di Sungai Ciliwung.

Eco Edu Wisata Sungai Ciliwung, JakartaEco Edu Wisata Sungai Ciliwung, Jakarta Foto: Qonita Hamidah/detikcom

5. Susur Sungai

Kegiatan ini dilakukan untuk pendidikan pelatihan rescue dan kemanusiaan dari masyarakat yang ingin mengadakan susur sungai untuk siaga bencana.

6. Sekolah Sungai Ciliwung

Sekolah sungai Ciliwung di Eco Edu Wisata Ciliwung terbuka untuk umum, baik sekolah, universitas, dan mahasiswa yang ingin meneliti sungai ini sebagai tugas akhir.

Untuk pemateri di sekolah sungai Ciliwung biasanya datang dari relawan mahasiswa dan pengelola Eco Edu Wisata Ciliwung. Program Sekolah lingkungan tergantung request dari peserta.

“Yang ngisi materi di sekolah lingkungan ada relawan mahasiswa dari kampus-kampus Jakarta, bisa juga saya sendiri yang ngisi materi”, kata Usman Firdaus pelopor Masyarakat Pecinta Sungai Ciliwung (Mat Peci).

Tujuan diselenggarakan pendidikan sekolah sungai ciliwung adalah alam terjaga, kearifan lokal terpelihara, masa depan lebih baik.

7. Pembibitan Ikan dan Unggas

Berdasarkan pengamatan detikTravel, unggas di wisata ini ada bebek, angsa, dan ayam. Sedangkan jenis ikan ada beberapa jenis yang ada dipelihara untuk memenuhi kebutuhan protein sehat bagi masyarakat.

Eco Edu Wisata Ciliwung biasanya ramai di weekend. Kalau weekday biasanya ada permintaan dari sekolah untuk mengadakan kegiatan edukasi lingkungan di sungai.

Dengan hadirnya Eco Edu Wisata Ciliwung, masyarakat tidak hanya diajak menikmati wisata, tetapi juga belajar menjaga kelestarian lingkungan melalui berbagai kegiatan edukatif. Tempat ini menjadi bukti nyata bahwa wisata bisa sejalan dengan kepedulian terhadap alam dan pemberdayaan warga sekitar.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Sampah Masih Jadi Momok Pariwisata, Ini yang Bisa Dilakukan



Jakarta

Masalah sampah masih jadi momok bagi sektor pariwisata. Dari Gili Trawangan hingga Gunung Gede Pangrango, semuanya bermasalah dengan sampah.

Sampah tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, termasuk pariwisata. Kedatangan wisatawan turut dibarengi dengan datangnya sampah yang ditinggalkan. Dari Gili Trawangan hingga Gunung Gede Pangrango berjibaku dengan sampah.

Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pagngrango (BBTNGGP) bahkan sampai mengumumkan penutupan pendakian sementara terkait masalah sampah. Pengumuman ini disampaikan lewat akun BBTNGGP. Penutupan ini berlaku mulai 13 Oktober 2025 hingga pemberitahuan lebih lanjut.


“Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pagngrango (BBTNGGP) resmi mengumumkan sementara kegiatan pendakian penutupan melalui Siaran Pers Nomor PG. O6/T.2/TU/B/10/2025, berlaku mulai 13 Oktober 2025 hingga pemberitahuan lebih lanjut,” tulis BBYNGGP.

Penutupan tersebut merupakan langkah strategis untuk menyelesaikan permasalahan sampah pendakian serta memperbaiki tata kelola dan sistem pelayanan pendakian dalam upaya mewujudkan Zero Waste Wisata Pendakian di TNGGP.

Gili Trawangan di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) juga menghadapi krisis sampah. Dengan jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat, sistem pengelolaan limbah harus mampu mengikuti laju pertumbuhan aktivitas di pulau cantik itu agar keindahan alamnya tetap terjaga dan tidak berubah menjadi beban ekologis.

Saat ini, mesin inseminator hanya dapat mengelola 5-10 ton sampah per hari. Front Masyarakat Peduli Lingkungan (FMPL) pun mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB untuk segera menganggarkan mesin mixer atau pencacah sampah.

“Dari mesin insinerator di sini, sampah yang bisa dikelola hanya 5-10 ton per hari. Tapi, sampah di Gili Trawangan per hari saja bisa mencapai 18 ton. Jadi sampah yang belum bisa diolah terpaksa menumpuk dan akhirnya menjadi gunung sampah,” kata Ketua FMPL Malik di Mataram.

Permasalahan sampah juga dihadapi oleh Kabupaten Tangerang. Mereka pun menggelar kampanye Ayok Tangerang Langit Biru (TLB) yang sudah dilakukan sejak Maret 2025 dengan fokus kegiatan di Kecamatan Sindang Jaya.

Kegiatan yang dilakukan antara lain edukasi soal sampah di sekolah-sekolah, lokakarya dengan warga, membersihkan masjid, kunjungan sekolah ke TPST dan sosialisasi dengan warga sekitar. Ada juga jalan sehat sejauh 2,4 Km sambil plogging (memungut sampah) dengan 2.000 peserta.

“Kampanye Langit Biru merupakan langkah nyata dalam mitigasi perubahan iklim dan pengendalian pencemaran udara. Kementerian LHK terus mendorong seluruh kabupaten dan kota di seluruh Indonesia untuk menangani dan mengelola sampah secara konsisten, terintegrasi dan sesuai dengan regulasi. Program ini menjadi titik balik dalam memperbaiki kualitas lingkungan secara menyeluruh. Kami mendorong agar pengelolaan sampah dilakukan secara konsisten, terintegrasi, dan sesuai regulasi untuk mencegah pembakaran sampah ilegal yang merusak udara,” ucap Staf Ahli Menteri LHK, Nurhadi Wardoyo.

Jalan-jalan sambil pungut sampahJalan-jalan sambil pungut sampah Foto: (dok. Istimewa)

Sementara itu, Gubernur Banten Andra Soni turut senang dengan perhatian dari Veritas Edukasi Lingkungan dan Alam Sutera Group untuk menjadikan Banten lebih baik lagi. Ia menyadari pentingnya mengedukasi anak-anak untuk mengenal pengolahan sampah agar tercipta generasi yang peduli lingkungan sehat.

“Praktek-praktek pengelolaan sampah ilegal merugikan masyarakat apalagi pembakaran sampah, berdasarkan data KLH, terdapat 8.000 ton sampah setiap hari dimana hanya 13% yang baru bisa diolah. Pengelolaan sampah secara baik dan benar adalah tugas kolektif, apalagi jika sampah rumah tangga memiliki nilai ekonomis. Tentu saja kedepannya program ini akan digalakkan sedemikian rupa guna menciptakan Tangerang Langit Biru yang kita semua inginkan,” ungkap Andra Soni.

“Membuat Indonesia bersih kembali adalah hal yang mungkin. Melalui festival ini kami memberdayakan generasi muda untuk mengambil tindakan dalam menghadapi krisis sampah,” kata Benedict Wermter, Direktur Veritas Edukasi Lingkungan, pemilik akun sosial media @bulesampah sekaligus jurnalis asal Jerman yang secara konsisten membuat konten dan mengedukasi soal pengelolaan sampah.

Langkah yang Bisa Dilakukan

Selain edukasi, dibutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak karena pengelolaan sampah adalah masalah yang kompleks. Dilansir dari detikFinance, Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU) Diana Kusumastuti mengakui pengelolaan sampah di Indonesia belum bisa tertangani sepenuhnya.

Mengatasi permasalahan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, tapi juga pemerintah daerah hingga masyarakat. “Banyak hal yang mesti harus kita lakukan bersama, kita harus masif,” kata dia.

Salah satunya caranya dengan memilah sampah-sampah sesuai jenisnya. Dengan begitu, memudahkan pemerintah dalam mengelola sampah.

“Tapi kalau dipilahnya, kemudian diambilnya sesuai dengan waktunya itu akan memudahkan kita pemerintah daerah untuk melakukan pengelolaan sampah sehingga saya berharap ini, kita harus bersama-sama, tidak bisa kita sendiri. Tidak bisa pemerintah pusat sendiri, tapi pemerintah pusat bersama pemerintah daerah bersama masyarakat dan juga kita sendiri masing-masing di lingkungan juga harus mengelola sampah itu bersama-sama secara masif,” jelasnya.

Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) akan memperbanyak kolaborasi untuk mengatasi sampah. Untuk sampah di sungai, mereka akan berkolaborasi dengan Komunitas Peduli Sungai.

“Ciliwung komunitasnya cukup besar dan Cisadane. Jadi dalam waktu segera kita akan menetapkan komunitas-komunitas sungai itu. Karena tanpa dukungan mereka sepertinya hampir tidak masuk akal kita bisa menyelesaikannya, mereka perlu rekognisi,” kata Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Ekspektasi vs Realita Tak Sama, Turis Kecewa Destinasi Viral Kotor-Banyak Sampah



Jakarta

Video seorang kreator konten asal Inggris menyoroti masalah sampah di salah satu destinasi wisata populer Benggala Barat, India. Unggahannya itu memicu perdebatan tentang pengelolaan sampah dan pentingnya pariwisata yang bertanggung jawab di wilayah tersebut.

Dalam unggahan di Instagram @alexwandersyt, kreator bernama Alex Wanders memperlihatkan tumpukan sampah di Lovers’ Viewpoint, lokasi indah di antara rute perjalanan dari Darjeeling ke Kalimpong.

Mengutip India Today, Rabu (15/10/2025) tempat terkenal dengan pemandangan dua sungai yang bertemu namun tidak langsung bercampur itu menciptakan panorama alam yang memukau. Sayangnya, keindahan tersebut tercemar oleh banyaknya sampah yang berserakan.


“Ini membuat saya frustrasi karena banyak yang bilang, ‘Datanglah ke Pegunungan India, di sanalah keindahan sejati.’ Tapi nyatanya di sini sama saja, perlakuan terhadap alam tetap buruk,” kata Alex berkata dalam videonya.

Ia juga menggambarkan kondisi di lokasi itu dengan nada kesal, “Saat ini saya sedang bepergian antara Darjeeling dan Kalimpong di Benggala Barat. Dan seperti banyak tempat di India, di mana ada keramaian dan objek wisata populer pasti selalu saja ada sampah,” ujar dia.

Dalam videonya itu, Alex juga menunjukkan tumpukan sampah yang hanya beberapa meter dari tempat sampah yang sudah disediakan.

Turis asal Inggris kecewa setelah berkunjung ke objek wisata hits di wilayah Benggala Barat, India karena banyak sampah.Turis asal Inggris kecewa setelah berkunjung ke objek wisata hits di wilayah Benggala Barat, India karena banyak sampah. (Tangkapan layar)

“Saya yakin tempat sampahnya ada di dekat sini. Tapi siapa yang peduli dengan alam, planet, dan lingkungan?” kata dia.

Alex juga menyinggung soal tanggung jawab wisatawan lokal. Ia menyatakan karena tak adanya wisatawan asing, maka mereka lah yang harusnya bertanggungjawab atas situasi ini.

Unggahan tersebut telah ditonton lebih dari 81 ribu kali di Instagram dan menuai beragam reaksi. Banyak netizen yang sepakat bahwa perilaku membuang sampah sembarangan merusak keindahan alam India.

“Sungguh menyedihkan, alamnya indah tapi perilaku manusianya merusak. Semoga pola pikir ini bisa berubah,” tulis salah satu netizen.

“Terima kasih sudah menyoroti masalah ini. Setiap hari, kondisinya semakin parah,” tulis netizen lainnya.

Video tersebut memicu diskusi tentang pariwisata yang bertanggung jawab, menyoroti perlunya kesadaran dan rasa hormat terhadap lingkungan. Beberapa penonton bahkan menyerukan penegakan hukum yang lebih tegas dan peningkatan edukasi lingkungan, agar destinasi wisata tidak berubah menjadi tempat pembuangan sampah, melainkan tetap menjadi warisan alam yang patut dijaga.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com

Trail Run Sambil Menjaga Alam


Bogor

Ada banyak cara untuk menjaga kebersihan alam sambil berolahraga. Salah satunya lewat trail run bernama Hike & Clean, apa itu?

Hike & Clean merupakan aksi sosial yang diadakan oleh produsen sepatu lokal, 910Nineten, di kawasan Leuwi Hejo, Gunung Pancar, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/10/2025). Ini jadi cara mereka peduli dengan isu kerusakan ekosistem hutan yang terjadi di kawasan Gunung Gede Pangrango belum lama ini.

Kegiatan Hike & Clean mengombinasikan pengalaman langsung menjajal performa sepatu di medan hiking sesungguhnya sambil melakukan aksi bersih-bersih lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan.


Dalam kegiatan pembersihan sampah di area wisata, 910NineTen ikut mengenalkan produk sepatu hiking terbarunya Yuza Hikehero. Acara ini dihadiri oleh perwakilan media, komunitas outdoor, dan mitra bisnis.

Melalui kegiatan ini, 910Nineten menegaskan komitmennya untuk tidak hanya menghadirkan produk berkualitas tinggi bagi para pecinta alam, tetapi juga menjadi bagian dari gerakan menjaga kelestarian lingkungan. M

“Kegiatan Hike & Clean ini merupakan kolaborasi alam dan inovasi dari kami, di mana 910Nineten memperkenalkan sepatu hiking Yuza Hikehero yang memiliki performa terbaik di kelasnya, sambil juga lewat aksi clean bersama-sama kami memberikan contoh, mengajak masyarakat Indonesia untuk bisa menikmati petualangan alam secara bertanggung jawab. Kami percaya bahwa performa terbaik juga harus sejalan dengan kepedulian terhadap bumi,” ujar Anastasia Irene selaku CEO 910Nineten Indonesia dalam rilis kepada detikSport.

Dengan kegiatan ini, pihak 910Nineten berharap dapat menginspirasi lebih banyak masyarakat untuk memilih sepatu hiking lokal berkualitas.

Aktivitas ini merupakan uji coba nyata untuk membuktikan daya tahan, cengkeraman, dan kenyamanan sepatu hiking terbaru Yuza Hikehero di medan yang menantang, tanah basah, baru keras hingga rumput liar sambil secara aktif memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.

“Sepatu hiking Yuza Hikehero dirancang dengan teknologi terbaru yang memberikan stabilitas dan perlindungan maksimal, namun ringan di kaki. Melalui ‘Hike & Clean’ ini, kami berharap para rekan media dan partner dapat merasakan sendiri pengalaman mendaki yang optimal sekaligus berkontribusi nyata pada kebersihan alam Bogor,” tambah Irene lagi.

Setelah menyelesaikan rute hiking sejauh 2 kilometer pada pukul 09:30 WIB, total sampah yang terkumpul dari kegiatan Clean-Up ditimbang. Aksi ini ditutup dengan sesi Awarding dan penyerahan simbolis sampah yang berhasil dikumpulkan kepada pengelola Leuwi Hejo.

Trade Show 910Nineten, Kamis (23/10/2025) pagi WIB.Trade Show 910Nineten, Kamis (23/10/2025) pagi WIB. Foto: Resha Pratama/detikSport

Sehari setelahnya, 910Nineten menggelar acara Trade Show Ekslusif di Gading Serpong, Tangerang, Kamis (23/10) untuk merilis koleksi Nocturnal, seperti Aurorun, All Terrain, dan Kaze DND, yang tersedia dalam jersey serta sepatu.

Nocturnal adalah tema untuk koleksi pakaian olahraga terbaru dari 910Nineten yang fokus pada atlet yang rutin berlatih di waktu-waktu yang jarang terlihat, seperti tengah malam atau pagi buta. Mereka adalah orang-orang yang berlatih saat suasana masih tenang dan dunia sedang tidur.

Trade Show 910Nineten, Kamis (23/10/2025) pagi WIB.Trade Show 910Nineten, Kamis (23/10/2025) pagi WIB. Foto: Resha Pratama/detikSport

Desain pakaian ini menggunakan visual grafis yang terinspirasi dari peta panas (heatmap), dengan reflective accents yang memantulkan cahaya dan warna kontras yang bergerak dari gelap ke terang, menggambarkan energi yang terus menyala dari malam hingga fajar.

Lewat acara ini, 910Nineten berkomitmen untuk terus menghadirkan produk berkualitas yang mendukung gaya hidup sehat dan bertanggung jawab.

(mrp/yna)



Sumber : sport.detik.com

RI Mau Tiru Jepang Tolak Sampah dari Penerbangan Internasional

Jakarta

Indonesia akan mengikuti kebijakan Jepang yang melarang masuknya sampah dari penerbangan internasional. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya mewujudkan transportasi udara berkelanjutan.

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Sokhib Al Rohman mengatakan setiap sampah dari penerbangan internasional di Jepang akan dikembalikan ke negara asalnya.

“Kalau bapak ibu ke Jepang Seluruh penerbangan internasional di Jepang, begitu pesawatnya dibersihkan oleh petugas kebersihan di bandara Jepang, maka sampahnya dibungkus plastik dan dikembalikan ke negara asal,” katanya dalam media briefing di Kemenhub, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025).


“Jadi setelah pesawatnya dibersihkan, kemudian dibungkus oleh petugas kebersihan di Jepang, kemudian begitu pesawatnya mau berangkat, sampah itu akan dimasukkan ke dalam pesawat kargonnya untuk kembali ke negara asal. Tidak boleh membuang sampah internasional di bandara Jepang,” tambahnya.

RI Mau Tiru Jepang

Sokhib mengatakan kebijakan tersebut perlu diterapkan untuk penerbangan internasional di Indonesia demi melindungi bandara dari potensi pencemaran limbah. Meski begitu, ia mengatakan langkah ini pasti akan menghadapi tantangan yang berat.

“Mungkin kita bisa contoh itu, kita harus bisa mencontoh itu, kenapa nggak? Waktu itu saya sebagai Kepala Kantor Otoritas Bandara Udara di Medan pak. Saya ingin terapkan itu pak tantangannya luar biasa. Tapi harus kita lakukan ke depan, sehingga kita tidak menerima sampah dari negara lain,” katanya.

Selain itu, Sokhib mengatakan mengelola sampah di bandara membutuhkan biaya yang besar. Namun, jika hal itu tidak dilakukan, maka bandara akan menjadi tempat penimbunan sampah.

“Kemudian luar biasa pengelolaan sampah di bandara juga membutuhkan energi biaya yang luar biasa, tapi kita harus tangani, kalau enggak, maka bandara itu akan menjadi tempat penimbunan sampah,” katanya.

Tonton juga video “Wamen LH: Pemda Sediakan Lahan-3% APBD Buat Proyek Sampah Jadi Energi” di sini:

(ara/ara)



Sumber : finance.detik.com