Tag Archives: samudra hindia

AS Keluarkan Travel Warning untuk Warganya di Maladewa, Ada Apa?



Male

Dikenal sebagai surga liburan romantis, Maladewa kini tengah jadi sorotan. Pemerintah Amerika Serikat (AS) tiba-tiba mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya yang berada di negara kepulauan tersebut.

Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan imbauan perjalanan yang direvisi terkait Republik Maladewa pada 7 Oktober. “Tingkatkan kewaspadaan di Maladewa karena terorisme,” demikian bunyi peringatan perjalanan Level 2, seperti dikutip dari Fox News pada Senin (13/10/2025).


Imbauan tersebut mengindikasikan bahwa kelompok teroris dapat menyerang dengan sedikit atau tanpa peringatan. Lokasi wisata, pusat transportasi, pasar, pusat perbelanjaan, dan fasilitas pemerintah daerah tercantum sebagai target potensial.

Para pejabat memperingatkan bahwa serangan juga dapat terjadi di pulau-pulau terpencil, sehingga memperpanjang waktu respons pihak berwenang jika terjadi keadaan darurat.

Warga AS yang telah merencanakan perjalanan diimbau untuk memantau berita lokal dan terkini.

Selama berada di Maladewa, pengunjung harus tetap waspada terhadap lingkungan sekitar dan menghindari demonstrasi serta kerumunan, kata para pejabat. Membeli asuransi perjalanan juga sangat disarankan.

Merujuk data pemerintah, pada 2024, lebih dari 2 juta orang mengunjungi Maladewa. Pulau itu terletak di Asia Selatan, dekat Laut Arab bagian timur di Samudra Hindia bagian utara.

Maladewa memiliki 1.192 pulau, tapi hanya 200 pulau yang berpenghuni. Negara kepulauan ini membentang sepanjang lebih dari 800 kilometer, menurut situs wisata pemerintah.

(bnl/fem)



Sumber : travel.detik.com

Studi Ungkap Air di Laut Merah Pernah Menghilang, Bagaimana Bisa Terisi Kembali?



Jakarta

Laut Merah yang berada di antara Semenanjung Arab dan benua Afrika, ternyata pernah menghilang dan hanya tersisa garam. Fakta ini diungkapkan oleh para peneliti dari King Abdullah University of Science and Technology (KAUST).

Menurut peneliti, sekitar 6,2 juta tahun lalu, Laut Merah mengalami peristiwa kekeringan total. Semuanya berubah menjadi gurun garam yang tandus.

Namun, kurang dari 100.000 tahun, air dari Samudra Hindia datang membanjiri dan mengisi kembali cekungan tersebut. Ini membuat Laut Merah dan kehidupan di dalamnya pulih secara dramatis.


Banjir dari Samudra Hindia Pulihkan Laut Merah yang Kekeringan

Sebelum terjadi peristiwa kekeringan total, Laut Merah terhubung dengan Laut Tengah melalui selat dangkal di utara dan dengan Samudra Hindia melalui penghalang vulkanik di selatan. Kekeringan ini berakhi ketika air dari Samudra Hindia menembus penghalang vulkanik di selatan, tepatnya di dekat Kepulauan Hanish.

Banjir dahsyat membuka selat Bab el-Mandeb dan mengalirkan air laut ke dalam cekungan Laut Merah. Proses ini membentuk ngarai bawah laut sepanjang 320 kilometer yang masih terlihat hingga kini.

Usai air membanjiri Laut Merah, ekosistem pulih dalam waktu cepat. Kehidupan terumbu karang dan biota laut lainnya kembali berkembang pesat, menjadikan Laut Merah sebagai ekosistem laut yang kaya dan unik hingga hari ini.

Dijadikan Laboratorium Alam bagi Studi Geologi Lautan

Fenomena kekeringan total Laut Merah pada masa lalu menjadi hal penting bagi ilmuwan. Kini, Laut Merah dijadikan sebagai laboratorium alam untuk mempelajari bagaimana lautan terbentuk dan berevolusi melalui peristiwa geologis ekstrim.

Proses pengeringan dan banjir besar yang terjadi di Laut Merah memberikan wawasan baru tentang dinamika cekungan laut dan interaksi antara tektonik lempeng, iklim, dan ekosistem laut.

“Temuan ini menegaskan pentingnya Laut Merah dalam studi geologi lautan dan memperkuat posisi KAUST sebagai pusat penelitian terkemuka di bidang ini,” ujar Prof Abdulkader Al Afifi, salah satu penulis studi tersebut, dilansir Science Daily.

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com

Potensi Hujan Kembali Meningkat, Tapi Cuaca Panas Belum Berakhir


Jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membagikan prediksi cuaca mingguan di seluruh wilayah Indonesia untuk periode 21-27 Oktober 2025. Apakah cuaca panas akan kembali digantikan hujan?

Sebagai negara yang tepat berada di garis khatulistiwa, kondisi cuaca Indonesia tak bisa lepas dari panas dan curah hujan tinggi. Hal ini terlihat dalam kondisi cuaca sepekan terakhir.


Cuaca panas pekan lalu terjadi di sebagian wilayah Indonesia bagian selatan dengan suhu tertinggi 36,4oC-38,2oC. Kendati demikian, di sebagian wilayah lainnya, hujan sangat lebat justru melanda.

Berbagai daerah yang mengalami hujan sangat lebat seperti Tapanuli Tengah Sumatera Utara, Nagan Raya Aceh, Gunung Sitoli Sumatera Utara, dan Nangapinoh di Kalimantan Barat. Setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi kejadian ini.

Pertama, aktifnya gelombang atmosfer di sebagian wilayah Indonesia. Kedua, keberadaan siklon tropis, bibit siklon tropis, dan sirkulasi siklonik.

Terakhir, terdapat faktor lokal di masing-masing wilayah. Faktor lokal ini memicu kondisi atmosfer menjadi relatif labit sehingga hujan dengan intensitas sedang hingga lebat bahkan disertai kilat/petir dan angin kencang bisa terjadi.

Berdasarkan seluruh keadaan ini, BMKG bisa memprediksi cuaca untuk seminggu kedepan. Dikutip dari postingan Instagram resminya, Selasa (21/10/2025) berikut informasinya.

Prediksi Hujan dan Panas 21-27 Oktober 2025

Dalam kesimpulan usai melihat seluruh keadaan yang ada, BMKG memprediksikan bila sepekan ke depan potensi hujan akan meningkat. Potensi ini berlaku di sebagian besar wilayah Indonesia.

Sebagian besar wilayah yang dimaksud meliputi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagian Papua. Meskipun potensi hujan meningkat, kondisi panas tidak bisa terhindarkan.

BMKG menyebut panas pada siang hari masih berpotensi terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Untuk itu, masyarakat diharapkan bersiap terlebih di daerah yang sebelumnya mengalami cuaca panas tinggi.

Bila diuraikan per provinsi, wilayah yang akan mengalami hujan dari tingkat sedang, lebat, dan angin kencang yakni:

Periode 21-23 Oktober 2025

Waspada (Hujan Sedang)

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat Daya
  • Papua Barat
  • Papua Tengah
  • Papua Pegunungan
  • Papua
  • Papua Selatan

Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat)

  • Aceh
  • Sumatera Barat
  • Kepulauan Riau
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Bengkulu
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • DI Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Papua Barat Daya
  • Papua Pegunungan

Angin Kencang

Periode 24-27 Oktober 2025

Waspada (Hujan Sedang)

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • DI Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat Daya
  • Papua Barat
  • Papua Tengah
  • Papua Pegunungan
  • Papua
  • Papua Selatan

Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat)

  • Sumatera Barat
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Jawa Barat
  • Jawa Timur
  • Kalimantan Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Papua Pegunungan

Angin Kencang

Kondisi Atmosfer Masih Kompleks

Hujan yang menerpa berbagai wilayah Indonesia ikut dipengaruhi kondisi atmosfer yang masih aktif dan kompleks. Kondisi ini menyebabkan peningkatkan pertumbuhan awan hujan yang memicu cuaca ekstrem, termasuk hujan intensitas sedang-lebat dengan kilat/petir, angin kencang, dan gelombang laut tinggi.

Adapun kondisi atmosfer sepekan ke depan, yakni:

1. Nilai Dipole Mode Negatif

Nilai dipole mode masih negatif (-1,39) artinya ada peningkatan suplai uap air dari Samudra Hindia menuju wilayah Indonesia bagian barat.

2. Gelombang Rossby dan Gelombang Kelvin Aktif

Gelombang Rossby adalah gelombang ekuator yang merambat simetris ke arah barat. Ketika aktif, gelombang ini bisa meningkatkan terjadinya gangguan tropis dan hujan dengan durasi yang lama.

Sedangkan Gelombang Kelvin adalah gelombang ekuator yang memiliki kecepatan perambatan ke arah timur. Implikasinya adalah kejadian hujan dengan periode singkat.

Kedua gelombang ini diprediksi aktif di beberapa wilayah Indonesia.

3. Ada Bibit Siklon

Terdapat dua bibit siklon tropis yang dipantau BMKG. Bibit siklon tropis “Fengshen” terpantau di Laut Cina Selatan, sedangkan bibit siklon tropis 95S di Samudra Hindia Barat daya Bengkulu.

Kedua bibit siklon ini membentuk daerah konvergensi (proses pembentukan awan dari pembentukan pola angin) dan konfluensi (daerah pertemuan angin dari arah berbeda yang membuat udara naik) di Pesisir Barat Bengkulu-Lampung bagian Utara dan Samudra Hindia Barat Daya Lampung.

4. Sirkulasi Siklonik

Sirkulasi siklonik atau pusaran angin yang menarik massa udara dan uap air sehingga dapat membentuk awan dan bergerak menuju pusaran angin tersebut terpantau di Samudra Pasifik Utara pulau Halmahera dan Laut jawa Bagian Timur.

Hal ini menyebabkan daerah konvergensi dan konfluensi terbentuk memajang dari Pualu Halmahera, Laut Sulawesi, Samudra Pasifik Utara Papua Barat, Laut Jawa bagian barat, dan Laut Flores.

5. Atmosfer Lokal Labil

Keadaan ini mendukung proses awan konvektif (awan yang berpotensi menimbulkan hujan) pada skala lokal dan diprediksi terjadi di sebagian wilayah Indonesia.

Itulah kondisi cuaca Indonesia periode 21-27 Oktober 2025 dan faktor yang mempengaruhinya. Semoga bermanfaat, detikers!

(det/twu)



Sumber : www.detik.com