Tag Archives: sansekerta

Spot Foto Menarik dan Kisah di Baliknya



Jakarta

Kawasan Dieng di Jawa Tengah memang sudah terkenal sebagai salah satu destinasi wisata yang jadi favorit wisatawan. Kawasan itu berada di dua wilayah yakni Wonosobo dan Banjarnegara.

Di sana traveler bukan hanya disuguhkan dengan keindahan alamnya saja, tetapi juga budaya serta sejarah-sejarah yang melengkapinya. Sudah sejak lama pesona Dieng sudah harum hingga wisatawan internasional, belum lagi cuaca di sana yang sangat menyejukkan.

Dengan berbagai acara yang kerap dihelat di sana membuat kawasan Dieng ini begitu diminati. Belum lagi dengan lanskap yang indah itu menawarkan visual yang menakjubkan, sehingga sangat cocok menjadi latar belakang foto traveler.


Nama Dieng sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta ‘Die Hieyang’ yang punya arti indah dan langka. Kata Dieng pun terdiri dari dua suku kata yaitu Di dan Hyang, Di artinya gunung atau area yang tinggi sementara Hyang adalah dewa-dewi jadi secara makna punya arti pegunungan atau tempat para dewa-dewi.

Dieng juga punya desa tertinggi di Pulau Jawa: Desa Sembungan yang berada di ketinggian 2.300 mdpl. Dengan lanskap hamparan sawah berundak juga perbukitan hijau yang sejuk.

Desa Sembungan juga pernah menyabet gelar Desa Terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) di tahun 2022.

Jika traveler hendak berkunjung ke kawasan Dieng, berikut rekomendasi detikTravel untuk destinasi-destinasi yang bisa jadi spot foto menawan.

1. Candi Arjuna

Candi Arjuna ini letaknya berada di puncak pegunungan Dieng dan candi tersebut merupakan candi yang bercorak Hindu. Dengan berada di atas puncak, membuat Candi Arjuna ini punya persona dan daya tarik tersendiri.

Suasana objek wisata Candi Arjuna Dieng ramai dikunjungi wisatawan. Foto diunggah pada Senin (31/7/2023).Suasana objek wisata Candi Arjuna Dieng ramai dikunjungi wisatawan. (UPT Dieng)

Salah satu bukti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini dibangun sekitar abad ke-7 atau 731 saka. Dan punya luas hingga satu hektar, di kawasan komplek Candi Arjuna ini juga traveler akan menemukan beberapa candi lainnya seperti Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Sembadra, dan Candi Puntadewa.

Tiket masuk: Rp 10.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 30.000 untuk wisatawan internasional.

2. Kawah Sikidang

Meski merupakan kawah gunung berapi, Kawah Sikidang ini tidak berbahaya dan jadi langganan destinasi wisatawan lokal dan internasional. Kawah Sikidang juga dikenal luas sebagai Kawah Telur Rebus karena bau belerang yang sangat menyengat di hidung.

Wisatawan mengunjungi Kawah Sikidang Dieng di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (5/2/2022). Wisata Kawah Sikidang ramai dikunjungi wisatawan domestik saat akhir pekan. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/rwa.Wisatawan mengunjungi Kawah Sikidang Dieng di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

Berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Yang jadi primadonanya, Kawah Sikidang ini punya warna kawah kehijauan yang mengeluarkan asap putih.

Tiket masuk: Rp 15.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 30.000 untuk wisatawan internasional.

3. Telaga Dringo

Destinasi selanjutnya ini punya ketinggian di 2.202 mdpl dengan luasan sekitar 10 hektar. Telaga Dringo juga kerap disebut Ranu Kumbolo karena landskapnya yang mirip dengan danau terkenal di Gunung Merapi itu.

Di sana traveler bakal disuguhkan dengan hutan yang indah dengan pesona telaganya. Dan di Telaga Dringo juga banyak wisatawan yang menjadikannya sebagai area camping.

Telaga Dringo di BanjarnegaraTelaga Dringo di Banjarnegara. (Randy/detikTravel)

Tiket masuk: Rp 5.000 hingga Rp 15.000 per orang.

4. Gardu Pandang Dieng

Gardu Pandang Dieng ini punya daya tarik tersendiri dari ketinggian, di sana traveler bisa melihat pemandangan Gunung Sindoro secara lebih dekat. Ditambah pemandangan ladang serta pemukiman masyarakat sekitar.

Waktu tepat untuk berada di Gardu Pandang Dieng ini tentunya di pagi buta dan sore hari. Karena traveler akan ditawarkan indahnya matahari terbit dan terbenam.

5. Bukit Sikunir

Ini jadi salah satu tempat paling favorit yang ada di kawasan Dieng. Karena di bukit yang punya tinggi 2.263 mdpl ini traveler bisa melihat pemandangan indah saat matahari terbit.

Bukit di Wonosobo, DiengBukit di Wonosobo, Dieng. (ahmadsabani18/d’Traveler)

Tak ayal pesona itu dijuluki sebagai Golden Sunrise Sikunir. Tentunya bukan hanya matahari terbit saja yang menawarkan keindahan saat matahari tenggelam pun indahnya tak kalah jauh.

Tiket masuk: Rp 10.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 30.000 untuk wisatawan internasional

6. Batu Pandang Ratapan Angin

Di kawasan ini sangat cocok buat traveler yang ingin punya pengalaman lain untuk menikmati indahnya Telaga Warna dan Telaga Pengilon Dieng. Di sana jadi primadona spot foto terbaik untuk keduanya.

Telaga Warna DiengTelaga Warna Dieng. (Reexy/d’traveler)

Berada di atas ketinggian, Batu Pandang Ratapan Angin ini berlokasi di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah.

Tiket masuk: Rp 15.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 30.000 untuk wisatawan internasional.

7. Gunung Prau

Bagi traveler yang ingin senang dengan aktivitas luar ruangan yang lebih menantang, bisa mencoba untuk melakukan pendakian ke Gunung Prau. Berada di ketinggian 2.565 mdpl akan membuat traveler sangat terpukau ketika berada di puncaknya.

Gunung PrauGunung Prau. (Uje Hartono/detikcom)

Hamparan lautan awan dan pemandangan gunung-gunung di sekitarnya, membuat pengalaman saat berada di kawasan Dieng ini tidak akan membuat kecewa. Tentunya untuk mendaki gunung, traveler harus mempersiapkan segalanya, mulai dari pemandu, perlengkapan alat, mental, fisik hingga membawa obat-obatan pribadi.

(upd/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Rumah Bagus Kebanggaan Surabaya Hangus, Jadi Abu Usai Aksi Demo



Surabaya

Aksi massa pada Sabtu (30/8/2025) malam merusak sejumlah bangunan ikonik kebanggaan Surabaya. Bangunan peninggalan era kolonialisme tersebut mengalami pembakaran, dirampok, dan dirusak hingga kehilangan keindahannya. Tak terkecuali Gedung Negara Grahadi yang jadi kediaman Wakil Gubernur Jawa Timur.

Bangunan yang berdiri tahun 1795 tersebut sekaligus menjadi kantor Wagub Jatim Emil Dardak sehari-hari. Selepas aksi massa di akhir Agustus 2025, Grahadi yang berarti rumah bagus atau rumah indah dalam bahasa Sansekerta hangus jadi abu dan berantakan di beberapa bagian yang tersisa.


Kondisi Gedung Negara Grahadi Usai Dibakar PerusuhKondisi Gedung Negara Grahadi Usai Dibakar Perusuh (dok. Esti Widiyana/detikcom)

Gedung Grahadi, kini berusia kurang lebih 230 tahun, pertama kali dibangun dengan nama tuinhuis atau rumah taman. Pendiri dan pemiliknya adalah Dirk van Hogendrop seorang pejabat VOC yang menguasai ujung timur yang ingin punya rumah peristirahatan indah, sejuk, dan tenang.

“Awalnya, Gedung Grahadi memang menghadap ke Kalimas. Sehingga, penghuninya bisa minum teh pada sore hari sambil melihat perahu yang menelusuri kali. Gedung yang dibangun pada 1795 ini kemudian berganti desain hingga menjadi yang kita kenal sekarang,” tulis Informasi Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur (INCAR) Provinsi Jawa Timur.

Gedung Grahadi saat ini adalah hasil renovasi Herman Willem Daendels, petinggi VOC yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Timur. Di tangannya, Grahadi didesain bergaya Indis Empire Style sebagai rumah dinas Residen Surabaya. Dalam sejarahnya Grahadi pernah jadi gedung pengadilan tinggi, tempat pesta, resepsi, dan keperluan lain.

Sejak Indonesia merdeka pada 1945, Gedung Grahadi menjadi domisili Gubernur Jawa Timur dan tempat menerima tamu. Presiden RI periode 2014-2024 Joko Widodo sempat menggunakan bangunan Gedung Grahadi di sebelah kanan sebagai ruang kerja saat berkunjung ke Surabaya.

Gedung Grahadi, Sabtu (4/11/2023)Gedung Grahadi tahun 2023 sebelum dibakar pada Agustus 2025 (dok. Istimewa)

Rusaknya gedung berusia dua abad tersebut tentu meninggalkan duka. Namun Pemprov Jatim memastikan layanan masyarakat tetap tersedia dan berjalan seperti biasa. Pemprov juga mengapresiasi TNI dan Polri yang telah mengamankan situasi sekitar gedung dan wilayah Jawa Timur.

“Tentunya, ini tidak mengurangi semangat Pemprov untuk terus melayani masyarakat. Kami akan bekerja sebaik-baiknya untuk menjaga pelayanan kepada masyarakat dari pemerintah Provinsi Jawa Timur. Kami juga akan bekerja sama jika ada langkah yang harus diambil pihak berwenang,” kata Emil.

Selain memperbaiki Gedung Grahadi yang rusak, Emil menekankan prioritas saat ini adalah memastikan stabilitas di masyarakat. Kondisi yang aman dan kondusif menjadi kunci kelangsungan hidup sehari-hari.

(row/wsw)



Sumber : travel.detik.com

10 Gunung Tertinggi di Dunia, Nomor 1 Everest atau Bukan?


Jakarta

Sering menjadi perdebatan kalau gunung tertinggi di dunia bukanlah puncak Everest, karena terdapat gunung lain yang lebih tinggi dibanding Everest. Namun, nyatanya takhta Everest sebagai gunung tertinggi di dunia belum terbantahkan.

Everest memiliki ketinggian 8.849 meter. Meski begitu, jika dihitung dari dasar gunung, ada gunung lain yang lebih tinggi, seperti Mauna Kea di Hawaii yang mencapai 10.210 meter.

Artikel ini akan membahas 10 gunung tertinggi dunia versi WorldAtlas. Cek selengkapnya!


10 Gunung Tertinggi di Dunia

1. Gunung Everest – 8.849 Meter (Nepal/Tibet – Cina)

Gunung Everest, yang dikenal sebagai “Chomolungma” di Tibet dan “Sagarmatha” di Nepal, adalah puncak tertinggi di dunia. Terletak di perbatasan Nepal dan Tibet, gunung ini pertama kali didaki pada 29 Mei 1953 oleh Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay. Pendakian Everest menjadi simbol pencapaian manusia dalam menaklukkan alam.

2. K2 (Godwin-Austen) – 8.611 Meter (Pakistan/Cina)

K2, yang dijuluki “Savage Mountain”, adalah gunung kedua tertinggi di dunia. Terletak di Pegunungan Karakoram, Pakistan, K2 terkenal karena medan pendakiannya yang ekstrem dan tingkat kesulitan yang tinggi. Pendakian pertama berhasil dilakukan pada 31 Juli 1954 oleh tim Italia yang dipimpin oleh Lino Lacedelli dan Achille Compagnoni.

3. Kangchenjunga – 8.586 Meter (Nepal/India)

Kangchenjunga, yang berarti “Lima Harta Emas Salju”, adalah gunung tertinggi ketiga di dunia. Terletak di perbatasan Nepal dan India, gunung ini memiliki puncak yang dianggap suci oleh penduduk lokal. Pendakian pertama berhasil dilakukan pada 25 Mei 1955 oleh Joe Brown dan George Band dari Inggris.

4. Lhotse – 8.516 Meter (Nepal/Tibet – Cina)

Lhotse, yang berarti “Saudara Everest”, terletak sangat dekat dengan Gunung Everest. Puncaknya pertama kali didaki pada 18 Mei 1956 oleh Ernst Reiss dan Fritz Luchsinger dari Swiss. Lhotse memiliki jalur pendakian yang lebih teknis dan curam dibandingkan Everest, menjadikannya tantangan tersendiri bagi para pendaki.

5. Makalu – 8.485 Meter (Nepal/Tibet – Cina)

Makalu memiliki puncak berbentuk piramida tajam. Pendakian pertama berhasil dilakukan pada 15 Mei 1955 oleh Lionel Terray dan Jean Couzy dari Prancis. Medannya yang curam dan cuaca ekstrem membuatnya sangat sulit didaki.

6. Cho Oyu – 8.188 Meter (Nepal/Tibet – Cina)

Cho Oyu dikenal sebagai salah satu gunung 8.000-an meter yang relatif lebih mudah didaki. Pendakian pertama dilakukan pada 19 Oktober 1954 oleh tim Austria yang dipimpin oleh Herbert Tichy. Gunung ini menjadi pilihan populer bagi pendaki yang ingin menguji kemampuan mereka di ketinggian ekstrim.

7. Dhaulagiri I – 8.167 Meter (Nepal)

Dhaulagiri berarti “Gunung Putih” dalam bahasa Sansekerta. Terletak di Nepal tengah, gunung ini pertama kali didaki pada 13 Mei 1960 oleh tim Swiss. Medannya yang curam dan suhu ekstrem membuatnya menjadi tantangan besar bagi para pendaki.

8. Manaslu – 8.163 Meter (Nepal)

Manaslu, yang berarti “Gunung Jiwa” dalam bahasa Sansekerta, terletak di Nepal bagian barat. Pendakian pertama dilakukan pada 9 Mei 1956 oleh tim Jepang. Gunung ini dikenal karena jalur pendakiannya yang panjang dan medan yang menantang.

9. Nanga Parbat – 8.126 Meter (Pakistan)

Nanga Parbat, yang berarti “Gunung Pembunuh”, terletak di barat daya Pegunungan Himalaya, Pakistan. Pendakian pertama berhasil dilakukan pada 3 Juli 1953 oleh Hermann Buhl dari Austria. Medannya yang ekstrem dan cuaca yang tidak menentu membuatnya menjadi salah satu gunung paling berbahaya untuk didaki.

10. Annapurna I – 8.091 Meter (Nepal)

Annapurna I terkenal memiliki tingkat kematian pendaki tertinggi di dunia. Pendakian pertama dilakukan pada 3 Juni 1950 oleh tim Prancis yang dipimpin oleh Maurice Herzog. Gunung ini dikenal karena jalurnya yang penuh risiko, dengan lereng curam, gletser, dan cuaca ekstrem yang sulit diprediksi.

Dikutip dari Britannica dan USGS meski Everest nomor satu dari permukaan laut, ada gunung lain yang lebih tinggi jika dihitung dari dasar gunung:

  • Mauna Kea (Hawaii): 4.205 m di atas permukaan laut, tapi total dari dasar laut hingga puncak mencapai 10.210 m.
  • Mauna Loa (Hawaii): 4.170 m di atas permukaan laut, tapi dari dasar laut tinggi totalnya 9.170 m.

Jadi, apabila diukur dari permukaan laut, Everest nomor satu tertinggi. Sedangkan jika diukur dari dasar gunung maka Mauna Kea bisa menyalip.

Itulah daftar 10 gunung tertinggi di dunia jika diukur dari permukaan laut. Semoga bermanfaat ya detikers!

Penulis adalah peserta program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama di detikcom.

(nah/nah)



Sumber : www.detik.com