Tag Archives: saudara

Berlindung di Balik Tradisi, Senior Hajar Junior Pecinta Alam di Bitung



Bitung

Aksi kekerasan yang dilakukan oleh senior terhadap junior di komunitas pecinta alam sudah dianggap seperti sebuah tradisi.

Polisi telah memeriksa sejumlah panitia terkait dugaan kekerasan di acara orientasi penerimaan anggota baru komunitas pencinta alam di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut).

Panitia acara tersebut berdalih tindakan fisik yang dilakukan senior terhadap anggota baru pecinta alam sudah dianggap menjadi tradisi.


“Mereka (panitia) katakan sudah berlangsung beberapa angkatan dan sudah seperti itu, tindakan fisik, yang menurut mereka itu tradisi mereka seperti itu,” ungkap Kasat Reskrim Polres Bitung AKP Ahmad Anugrah Ari Pratama, Kamis (2/10).

Ahmad belum berspekulasi adanya dugaan tindak pidana dalam kasus tersebut. Penyidik kepolisian masih akan melanjutkan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi yang terkait dengan kegiatan pencinta alam itu.

“Kita akan periksa semua baik dari teman temannya korban, kemudian ada beberapa orang dari pihak komunitas itu yang belum kita periksa yang ada pada saat itu,” tuturnya.

Dia menyebut pelapor sudah dimintai keterangan. Pihaknya memastikan akan mengusut kasus dugaan kekerasan di komunitas pecinta alam ini.

“Selesai semuanya kita kumpulkan semua keterangan baru kita laksanakan gelar perkara,” tegas Ahmad.

Kasi Humas Polres Minahasa Iptu Abdul Natip Anggai menambahkan, salah satu korban mengalami luka lebam di wajahnya karena diduga ditampar oleh seniornya. Luka itu didapatkan setelah mengikuti kegiatan komunitas pencinta alam.

“Yang dialami korban karena ditampar di bagian muka, mulut korban yang mengakibatkan korban mengalami kesakitan,” ungkap Abdul yang dihubungi terpisah.

Abdul mengatakan, penyidik telah memeriksa 8 saksi dalam perkara ini. Sebanyak 6 orang di antaranya merupakan panitia orientasi penerimaan anggota baru komunitas pencinta alam.

“Dari pihak panitia enam orang, kemudian korban dengan orang tua korban selaku pelapor juga sudah diambil keterangan. Jadi seluruhnya 8 orang,” bebernya.

Sejumlah remaja ditampar hingga ditendang seniornya saat mengikuti orientasi penerimaan anggota baru komunitas Himpunan Penjelajah Alam Terbuka Spizaetus (Himpasus) di kaki Gunung Dua Saudara, Kecamatan Ranowulu di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut).

Salah satu siswa SMA berinisial AA (16) yang menjadi peserta babak belur sepulang dari kegiatan tersebut. Saat pelantikan, seorang senior pria menampar peserta berulang kali usai pemasangan slayer. Dari penggalan video lainnya, ada seorang senior wanita yang menampar dan menendang anggota baru.

——–

Artikel ini telah naik di detikSulsel.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Paus Leo XIV Bakal Kunjungi 2 Negara Muslim saat Tur Apostolik, Ini Alasannya



Istanbul

Paus Leo XIV akan menggelar tur Apostolik perdana. Sang Paus akan berkunjung ke dua negara Muslim, yaitu Turki dan Lebanon. Apa alasannya?

Paus Leo XIV dijadwalkan akan berkunjung ke Turki dan Lebanon pada akhir bulan November dan awal Desember mendatang.

Ini akan menjadi perjalanan apostolik perdana sang pemimpin umat Katolik sedunia itu ke luar negeri, sejak terpilih pada bulan Mei 2025 lalu.


Perjalanan apostolik perdana Paus Leo XIV ini terbilang menarik, lantaran sang Paus memilih dua negara dengan mayoritas penduduknya Muslim atau beragama Islam.

Menurut data CIA World Factbook per tahun 2022, persentasi populasi Lebanon mencakup 67,8 persen umat Muslim dan 32,4 persen umat Kristiani dengan mayoritas umat Katolik Maronite.

Sementara itu, sebanyak 99,8 persen populasi Turki beragama Islam. Hanya 0,2 persen warga Turki yang menganut agama Kristiani dan Yahudi.

Direktur Kantor Press Vatikan, Matteo Bruni, mengatakan Paus telah “menerima undangan dari Kepala Negara dan otoritas Gereja” di kedua negara tersebut.

Bruni menambahkan, kunjungan ke Turki akan “mencakup ziarah ke İznik untuk memperingati 1.700 tahun Konsili Nicea Pertama.”

Sementara itu, untuk rincian agenda kunjungan apostolik ke Lebanon akan diumumkan lebih lanjut secara resmi oleh perwakilan Vatikan.

Berbicara kepada Olivier Bonnel dari Vatican News, Vikaris Apostolik Beirut, Uskup César Essayan, menyebut kunjungan Paus Leo XIV ke Lebanon sebagai “tanda besar harapan” bagi kawasan yang sedang dilanda konflik.

“Kami sungguh berharap, kunjungan ini akan membawa embusan damai dan menjadi momen pembaruan bagi kita semua, serta menegaskan bahwa tidak ada jalan bagi umat manusia selain melalui perdamaian yang lahir dari dialog, keadilan, dan penghormatan terhadap martabat setiap manusia,” ucap Essayan.

Uskup Essayan kemudian menegaskan, baik umat Kristen maupun Muslim Lebanon menantikan kedatangan Paus Leo XIV.

“Mereka ingin mendengar suara yang kini jarang terdengar, suara seorang pastor, seorang ayah yang menginginkan manusia hidup sebagai saudara, dan yang membawa bahasa lain bagi Lebanon, bukan bahasa perang,” katanya.

——–

Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Orasi Ilmiah di Wisuda UKRI, Prabowo Ingatkan Anak Muda Jangan Takut Gagal



Jakarta

Presiden Prabowo Subianto ingatkan anak muda Indonesia jangan takut gagal dan berani bangkit kembali di setiap keadaan. Hal itu disampaikannya kala memberikan orasi ilmiah pada momen Wisuda dan Dies Natalis Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI), Sabtu (18/10/2025).

Prabowo menyebut proses wisuda merupakan tahap awal dari perjalanan hidup baru para wisudawan dan wisudawati. Ia mengapresiasi pidato yang disampaikan wisudawan terbaik UKRI 2025, Aulia Yasmin Nugraharja yang menyampaikan bahwa anak muda harus berani dan tidak takut gagal.

“Kalian sebagai anak muda harus berani menatap masa depan dengan tantangannya, bahwa hidup tidak gampang, hidup penuh perjuangan, penuh tantangan, penuh kesulitan,” tuturnya dikutip dalam tayangan daring di YouTube resmi Gerindra TV.


Belajar dari Prabowo Subianto Tentang Kegagalan

Dalam pidato wisudawan, Prabowo menyoroti kata-kata bila anak muda harus siap menghadapi kegagalan. Menurutnya, ada satu sosok yang bisa dijadikan contoh bila ingin belajar tentang bangkit dari kegagalan.

“Tadi saya dengar ada kata-kata ‘siap menghadapi kegagalan’, kalau mau belajar bagaimana menghadapi kegagalan, saya kira perlu belajar dari Prabowo Subianto,” terangnya diikuti riuh tepuk tangan peserta yang hadir.

Ia menggambarkan sosok Prabowo Subianto adalah orang yang berkali-kali gagal, terutama dalam kontes pemilihan Presiden RI. Meski gagal, ia menegaskan dirinya siap untuk selalu berdiri kembali.

“Pak Prabowo Subianto itu berkali-kali gagal, berkali-kali jatuh, tapi Prabowo Subianto selalu berdiri kembali. Jatuh, bangkit, jatuh, berdiri lagi. Itu baru pejuang,” ujar Prabowo yang juga Ketua Yayasan Pendidikan Kebangsaan Republik Indonesia.

Prabowo ingin, anak muda Indonesia berani menghadapi masalah dan tantangan yang akan datang ke depan. Terlebih jika ingin berbuat suatu hal yang benar, adil dan jujur.

“Di dunia ini, banyak-banyak orang yang jahat, orang yang zalim, orang yang maling, yang merampok dan penindas, itu banyak. Jadi, kalau kita ingin menegakkan kebenaran, kita pasti akan menghadapi tantangan dan kesulitan tapi masalahnya adalah apa kita tunduk, kita menyerah, kita kalah, kita lari, atau kita terus berjuang, terus berusaha, untuk menegakan kebenaran, keadilan, dan kejujuran,” sambungnya lagi.

Ingin Anak Muda RI Pilih Jalan Kehidupan yang Benar

Anak muda RI punya pilihan untuk menentukan jalan kehidupannya. Apakah jalan kebenaran dengan penuh kesulitan atau cari jalan cepat kaya dengan menipu, korupsi, mencuri atau berbohong.

Prabowo berharap, wisudawan UKRI akan memilih jalan yang penuh dengan kebenaran dan keadilan. Dengan demikian, bangsa Indonesia di masa depan akan menjadi bangsa yang kuat.

Berbicara tentang UKRI, Prabowo mengaku dirinya selalu menyukai moto kampus tersebut. Moto itu berbunyi “Belajar untuk Berbakti, Raih Ilmu untuk Bangsa”.

Menurutnya, ilmu yang didapatkan wisudawan di bangku kuliah bukanlah untuk diri sendiri tetapi juga orang lain. Momen wisuda juga bukan akhir dari belajar, tetapi awal dari perjalanan yang jauh.

“Begitu saudara sudah terima gelar, saudara sudah pintar, tidak. Saudara terima gelar baru awal dari perjalanan yang jauh,” tandasnya.

(det/pal)



Sumber : www.detik.com

Apakah Boleh Uang Sedekah Subuh Diberikan kepada Orang Tua?


Jakarta

Sedekah subuh adalah amalan sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa dalam Islam. Sedekah bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, salah satunya uang, untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Sedekah subuh adalah bentuk dakwah yang nyata, yaitu menyebarkan kebaikan kepada sesama sebagai bagian dari perintah Allah SWT. Selain itu, sedekah subuh memiliki keistimewaan tersendiri.

Dalam buku Sapu Jagat Keberuntungan karangan Ahmad Mudzakir terdapat sebuah hadits yang menyebut bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap awal pagi saat matahari terbit, Allah menurunkan dua malaikat ke bumi. Lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah karunia orang yang menginfakkan hartanya. Ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya karena Allah’. Malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil’.” (HR Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).


Dalam pelaksanaannya, sedekah subuh tidak hanya diberikan kepada orang yang membutuhkan secara finansial, tetapi juga dapat ditujukan kepada siapa saja yang berhak, termasuk keluarga. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah boleh uang sedekah subuh diberikan kepada orang tua? Simak penjelasan hukumnya berikut ini.

Hukum Sedekah Subuh Diberikan kepada Orang Tua

Dalam surah Al-Baqarah ayat 215, Allah SWT berfirman:

يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (dan membutuhkan pertolongan).” Kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”

Menurut Tafsir Al-Qur’an Kemenag RI, ayat ini menegaskan bahwa kedua orang tua adalah pihak pertama yang harus diprioritaskan dalam pemberian nafkah atau sedekah subuh, termasuk sedekah subuh. Hal ini dikarenakan, orang tua memiliki jasa besar mulai dari melahirkan, mendidik, hingga merawat anak-anaknya. Memberikan sedekah subuh kepada orang tua bukan hanya bentuk kebaikan, tetapi juga wujud bakti seorang anak kepada mereka.

Selain itu, ayat ini juga mengingatkan bahwa apa pun yang disedekahkan untuk kebaikan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, seperti yang tercantum dalam tafsir ayat di atas. Artinya, memberikan sedekah subuh kepada orang tua termasuk dalam amal yang tidak hanya bernilai pahala besar, tetapi dicatatkan amal salehnya di sisi Allah SWT.

Penting untuk dipahami, sedekah subuh tidak terbatas hanya kepada orang miskin, tetapi juga dapat diberikan kepada orang tua dan keluarga dekat. Hal ini sesuai dengan anjuran dalam Islam yang mengutamakan keluarga dalam penerima sedekah.

Urutan Pemberian Sedekah Subuh

Ada beberapa urutan penerima sedekah yang diatur dalam Islam. Berdasarkan tafsir surah Al-Baqarah ayat 215 dan tafsirnya, berikut urutan penerima sedekah subuh yang dianjurkan:

1. Orang Tua

Ibu dan ayah adalah prioritas utama dalam pemberian sedekah subuh karena jasa mereka dalam melahirkan, mendidik, dan merawat anak-anak mereka.

2. Kerabat Dekat

Setelah orang tua, sedekah subuh dapat diberikan kepada keluarga dekat seperti saudara atau anggota keluarga lainnya yang membutuhkan.

3. Anak-anak Yatim

Anak-anak yang kehilangan orang tua dan belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya juga menjadi prioritas dalam penerimaan sedekah subuh.

4. Orang Miskin

Mereka yang kurang mampu secara finansial dan membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

5. Musafir atau Orang dalam Perjalanan

Orang-orang yang terjebak dalam perjalanan jauh dan membutuhkan bantuan, meskipun bukan berasal dari keluarga dekat atau lingkungan sekitar, juga termasuk penerima sedekah. Sebab, Islam telah mengajarkan untuk selalu membantu saudara muslimnya yang sedang merasakan kesulitan

Cara Mengamalkan Sedekah Subuh kepada Orang Tua

Memberikan sedekah subuh kepada orang tua adalah salah satu bentuk bakti yang luar biasa dan bernilai pahala besar di sisi Allah SWT. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk sedekah subuh kepada orang tua seperti yang dijelaskan pada sumber sebelumnya:

  1. Berikan sejumlah uang kepada orang tua setiap melakukan sedekah subuh, baik secara langsung maupun melalui transfer.
  2. Belikan kebutuhan pokok seperti beras, lauk-pauk, buah, atau makanan lainnya.
  3. Sedekah subuh juga bisa dilakukan dengan mengirimkan makanan siap santap untuk orang tua di pagi hari.
  4. Kirimkan barang-barang yang masih memiliki nilai manfaat yang sekiranya dapat membantu aktivitas mereka.
  5. Sedekah subuh tidak selalu berupa materi. Anda juga bisa membantu orang tua dengan membersihkan rumah, menyiapkan makanan, atau menemani mereka dalam kegiatan harian.

Syarat Sedekah subuh

Agar sedekah subuh yang Anda lakukan sah dan diterima, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi. Berikut adalah syarat-syarat sedekah subuh yang dirangkum dari buku Pedoman Fikih Lengkap untuk Pesoalan Modern yang disusun oleh Thoriq Aziz Jayana:

  1. Harta atau barang yang diberikan harus dimiliki secara penuh
  2. Harta atau barang yang disedekahkan harus memiliki nilai
  3. Adanya proses serah terima atau ijab qobul agar sedekah subuh menjadi sah
  4. Pemberi sedekah subuh harus memiliki barang atau harta yang akan disedekahkan

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Luth AS dan Ngerinya Azab bagi Kaum Sodom



Jakarta

Nabi Luth AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul wajib diketahui umat Islam. Ia diutus untuk berdakwah kepada kaum di negeri Sadum, Syam.

Menukil dari buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi oleh Rizem Aizid, kisah mengenai Luth AS termaktub dalam beberapa surah, diantaranya surah Al-Anbiyaa’, surah Asy-Syu’ara, surah Hud, dan surah Al-Qamar.

Kaum Sadum atau biasa disebut kaum Sodom memiliki iman dan akhlak yang rusak. Sehari-hari mereka berbuat maksiat dan kemungkaran.


Masyarakat Sodom memiliki perilaku yang kasar, keji, gemar merampok, menindas yang lemah dan bermaksiat di mana saja. Selain itu, kaum Sodom juga menyukai sesama jenis yang mana perbuatan ini sangat dibenci oleh Allah SWT dan para rasul-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Anbiya ayat 74-75,

وَلُوْطًا اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًا وَّنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ تَّعْمَلُ الْخَبٰۤىِٕثَ ۗاِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمَ سَوْءٍ فٰسِقِيْنَۙ وَاَدْخَلْنٰهُ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهٗ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ࣖ

Artinya: “Kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya, mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik. Kam memasukkannya (Nabi Luth) ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya dia termasuk golongan orang-orang yang saleh.” (QS Al Anbiyaa’: 74-75).

Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT menyebut bahwa seluruh penduduk di negeri Syam melakukan perbuatan keji, kecuali orang-orang yang tinggal di rumah Nabi Luth AS.

Saking sesatnya kaum Sodom, banyak pendatang di kota tersebut yang menjadi korban mereka. Bahkan, kaum Sodom tak segan membunuh pendatang tersebut yang menentang mereka.

Namun, jika ada pendatang yang merupakan pria tampan maka mereka menjadi rebutan penduduk pria, begitu pun dengan perempuan cantik.

Di tengah kekacauan negeri Sodom, Nabi Luth AS terus berdakwah dan membimbing mereka agar sadar akan perbuatannya. Namun, tak seorang pun mau mendengar Luth AS.

Sebaliknya, mereka malah mengancam hingga berniat mengusir Nabi Luth AS dari kota tersebut. Terkait hal ini dijelaskan dalam surah Asy-Syu’ara ayat 160-167,

كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوْطِ ِۨالْمُرْسَلِيْنَ ۖ اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ لُوْطٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ ۚ اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ ۙ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ۚ وَمَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلٰى رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ اَتَأْتُوْنَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعٰلَمِيْنَ ۙ وَتَذَرُوْنَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُوْنَ قَالُوْا لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهِ يٰلُوْطُ لَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِيْنَ

Artinya: Kaum Luth telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul terpercaya (yang diutus) kepadamu. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (ajakan) itu. imbalanku tidak lain hanyalah dari tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia (berbuat homoseks)? Sementara itu, kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istrimu? Kamu (memang) kaum yang melampaui batas.” Mereka menjawab, “Wahai Luth, jika tidak berhenti (melarang kami), niscaya engkau benar-benar akan termasuk orang-orang yang diusir.” (Asy-Syu’ara: 160-167)

Mengutip dari Shahih Qashashil Qur’an susunan Syekh Hamid Ahmad Ath-Thahir Al-Basyuni yang diterjemahkan Muhyiddin Mas Rida Lc, kaum Sodom melawan fitrah yang Allah SWT berikan. Mereka memutar balikkan tabiat.

Berbagai cara dilakukan oleh Nabi Luth AS, namun kaum Sodom tetap enggan mendengarkan beliau. Nabi Luth AS lalu berdoa kepada Allah SWT agar kaumnya mendapat azab atas perbuatan buruk mereka.

Allah SWT lantas mengirimkan malaikat sebagai tamu yang menyamar dalam bentuk para pemuda tampan. Hal ini membuat kaum Sodom berbondong-bondong mendatangi rumah Nabi Luth AS dan meminta untuk menyerahkan para pemuda tampan tersebut kepada mereka.

Lalu, para malaikat itu pun mengungkapkan siapa mereka sebenarnya dan mengabarkan bahwa Allah SWT akan segera menurunkan azab di waktu subuh. Nabi Luth AS dan para pengikutnya diminta untuk meninggalkan Kota Sadum di malam hari.

Selama keluar dari Kota Sadum, mereka tidak boleh menoleh ke belakang supaya tidak melihat siksaan yang akan terjadi.

Ketika waktu Subuh, Allah SWT menurunkan azab yang sangat dahsyat berupa longsor dan hujan batu di negeri Sadum. Bebatuan besar menimpa para Kaum Sodom secara berturut-turut hingga mereka binasa.

Kisah diturunkannya azab kepada Kaum Sodom disebutkan dalam firman Allah SWT pada surat Al-Qamar ayat 33-39:

كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوْطٍ ۢبِالنُّذُرِ اِنَّآ اَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا اِلَّآ اٰلَ لُوْطٍ ۗنَجَّيْنٰهُمْ بِسَحَرٍۙ نِّعْمَةً مِّنْ عِنْدِنَاۗ كَذٰلِكَ نَجْزِيْ مَنْ شَكَرَ وَلَقَدْ اَنْذَرَهُمْ بَطْشَتَنَا فَتَمَارَوْا بِالنُّذُرِ وَلَقَدْ رَاوَدُوْهُ عَنْ ضَيْفِهٖ فَطَمَسْنَآ اَعْيُنَهُمْ فَذُوْقُوْا عَذَابِيْ وَنُذُرِ وَلَقَدْ صَبَّحَهُمْ بُكْرَةً عَذَابٌ مُّسْتَقِرٌّۚ فَذُوْقُوْا عَذَابِيْ وَنُذُرِ

Artinya: “Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (nabinya). Sesungguhnya, Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Kami selamatkan sebelum fajar menyingsing. Sebagai nikmat dari kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan, sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami. Maka, mereka mendustakan ancaman-ancaman itu. Dan, sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka. Maka, rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan, sesungguhnya pada esok harinya, mereka ditimpa azab yang kekal. Maka, rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (QS Al-Qamar: 33-39)

Naudzubillahi min dzaalik.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Cerita Aminah Selama Mengandung Nabi, Disebut Tak Kelelahan


Jakarta

Aminah binti Wahab dinikahkan dengan seorang lelaki bernama Abdullah. Pernikahan sah keduanya melahirkan seorang nabi panutan umat Islam yakni Nabi Muhammad SAW.

Menurut Sirah Nabawiyah Jilid 1 oleh Ibnu Hisyam terjemahan Fadhli Bahri, saat itu, Abdul Muthalib pergi bersama putranya, Abdullah, ke kediaman Wahb bin Abdu Manaf. Dia adalah sosok bani Zuhrah terhormat yang paling baik nasabnya.

Abdul Muthalib kemudian menikahkan putranya dengan putri dari Wahb bin Abdu Manaf, Aminah binti Wahb. Tak lama setelah keduanya menikah, Aminah mengandung seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Muhammad.


Banyak riwayat yang mengisahkan selama Aminah mengandung dan melahirkan Rasulullah SAW. Salah satunya diriwayatkan dari Yazid bin Abdillah bin Wahab bin Zam’ah yang meriwayatkan dari bibinya. Dia bercerita bahwa Aminah pernah berkata padanya saat sedang mengandung Rasulullah SAW.

Saat Aminah Mengandung Rasulullah SAW

Dinukil dari Shifatush Shafwah Edisi Indonesia oleh Ibnu Al Jauzi yang diterjemahkan Wawan Djunaedi Soffandi, Aminah mengaku tidak pernah merasa kesulitan sebagaimana wanita hamil pada umumnya. Aminah berkata,

“Sesungguhnya aku tidak merasa kalau sedang mengandung, sebab aku sama sekali tidak merasakan berat sebagaimana yang dirasakan kebanyakan wanita yang sedang hamil. Hanya saja, aku tidak bisa mengingkari terputusnya darah haidku (sebagai tanda kehamilan).”

Aminah kemudian bercerita, ada seseorang yang datang kepadanya saat dia berada di antara kondisi terjaga dan tidur. Orang tersebut bertanya padanya apa yang dirasakan Aminah selama mengandung.

Hingga kemudian orang tersebut berkata, “Sesungguhnya kamu sedang mengandung sayyid dan nabinya umat ini.”

Singkat cerita, pada masa persalinan hampir tiba, orang tersebut kembali mendekati Aminah. Ia berkata, “Ucapkanlah lafaz Uiidzuhu bil waahidish-shamad min syarri kulli haasid (aku memohon perlindungan terhadap bayi ini kepada Dzat Yang Maha Tunggal lagi Dzat yang menjadi tempat bergantung dari kejahatan segala sesuatu yang memiliki sifat hasud)’.”

Riwayat lainnya menyebut, Aminah didatangi orang misterius tersebut di dalam mimpinya. Ia berkata, “Sesungguhnya engkau mengandung pemimpin umat ini. Jika engkau melahirkannya, ucapkan, ‘Aku meminta perlindungan untuknya kepada Allah Yang Mahakuasa dari keburukan semua pendengki dan beri nama dia Muhammad’.”

Selama mengandung Rasulullah SAW, Aminah juga bersaksi ia melihat seberkas sinar keluar dari perutnya. Dengan sinar-sinar tersebut, Aminah bisa melihat istana Busra di Syam.

Sayangnya, belum sempat sang suami menyaksikan kelahiran putranya, ajal sudah lebih dulu menjemput Abdullah. Tepatnya saat usia kandungan Aminah menginjak ke- 6 bulan. Ibnu Ishaq berkata,

“Tidak lama kemudian, Abdullah bin Abdul Muthalib, ayahanda Rasulullah SAW meninggal dunia ketika ibunda Rasulullah SAW sedang mengandung beliau.”

Menurut Syekh Shafiyur Rahman al-Mubarakpuri dalam Sirah Nabawiyah terjemahan Abd Hamid, Abdullah pergi ke Yatsrib (Madinah) atau Syria untuk urusan perdagangan. Namun, saat perjalanan pulang, Abdullah menderita sakit hingga kemudian meninggal dunia di Yatsrib dan dimakamkan di Nabgha Dzabyani.

Lahirnya Rasulullah SAW

Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Rasulullah SAW lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun gajah. Aminah pun mengutus seseorang kepada mertuanya, Abdul Muthalib, untuk mengabarkan berita kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Abdul Muthalib pun bergegas mendatangi Aminah. Setelahnya, Aminah bercerita kepada Abdul Muthalib apa pun yang dilihatnya selama mengandung Rasulullah SAW hingga perintah untuk menamai bayi tersebut dengan nama Muhammad.

Dikisahkan Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam kitab Hadza al Habib Muhammad Rasulullah Ya Muhibb terjemahan Iman Firdaus, Rasulullah SAW dilahirkan dalam kondisi telah dikhitan. Ia tidak perlu dikhitan seperti layaknya anak-anak lain. Abdul Muthalib, sang kakek, turut merasa aneh dan heran. Ia pun berkata,

“Anakku ini kelak akan membawa perkara besar, dengannya aku akan mendapatkan kedudukan yang paling mulia.”

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Dar al-Maulid yang dikenal sebagai rumah Muhammad ibn Yusuf, saudara al-Hajjaj ibn Yusuf. Saat ini, rumah tersebut dijadikan Maktabah ‘Ammah (perpustakaan umum) di Makkah.

(rah/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ishaq AS, Sosok Mulia dan Lemah Lembut dalam Berdakwah



Jakarta

Nabi Ishaq AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan anak dari Nabi Ibrahim AS dan saudara dari Nabi Ismail AS.

Menukil dari Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Ishaq AS lahir ketika Nabi Ibrahim AS berusia 100 tahun. Usianya terpaut 14 tahun dengan saudaranya, Ismail AS.

Ibu dari Nabi Ishaq AS adalah Siti Sarah yang kala itu berusia 90 tahun. Ia sangat gembira diberi kabar kelahiran Ishaq AS pada usianya yang telah senja.


Allah SWT berfirman dalam surah Ash-Shaffat ayat 112-113,

وَبَشَّرْنَٰهُ بِإِسْحَٰقَ نَبِيًّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ وَبَٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَىٰٓ إِسْحَٰقَ ۚ وَمِن ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ مُبِينٌ

Artinya: “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”

Dikisahkan dalam Al-Aabaa wal Abnaa fil Qur’anil Karim karya Adil Musthafa Abdul Halim yang diterjemahkan Abdul Hayyie al-Kattani dan Fithriah Wardie, kelahiran Nabi Ishaq AS sudah disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Siti Sarah dari jauh-jauh hari. Meski sebelumnya Siti Sarah sebelumnya dinyatakan mandul dan tidak dapat melahirkan seorang anak, atas kuasa Allah SWT ia dan Nabi Ibrahim AS dianugerahi Ishaq AS pada usianya yang sudah renta.

Sewaktu kecil, Nabi Ishaq AS sudah menunjukkan ciri kenabian. Akhlaknya sangat mulia dan gemar membantu orang-orang yang tidak mampu di sekitarnya.

Ishaq AS tumbuh menjadi lelaki jujur dan bertanggung jawab. Beliau juga membantu Ibrahim AS berdagang serta berdakwah ke negeri Syam.

Ketika berdakwah, Nabi Ishaq AS menyampaikannya dengan lemah lembut. Ia juga dikenal pandai memikat hati orang, bersikap ramah dan ajaran yang disampaikan terasa manfaatnya.

Menginjak usia dewasa, Nabi Ishaq AS menikah dengan wanita bernama Rifqah. 10 tahun usia pernikahan, mereka dianugerahi dua orang anak yaitu Aishu dan Ya’qub.

Sebagaimana diketahui, Ya’qub AS merupakan seorang nabi yang kelak berdakwah menyebarkan ajaran tauhid.

Nabi Ishaq AS wafat pada usia 180 tahun di Hebron, Palestina. Jenazah Ishaq AS dimakamkan bersama Nabi Ibrahim AS. Ya’qub AS dan Aishu-lah yang memakamkan jenazah Nabi Ishaq AS.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pembelahan Dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril


Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat mulia dan menjadi teladan dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Hati beliau sangat suci, bebas dari segala sifat buruk seperti kesombongan, iri, dengki, dan syirik.

Sejak kecil, Allah SWT telah membersihkan hati Nabi Muhammad SAW dengan cara yang luar biasa. Salah satunya melalui kisah pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril berikut ini.

Kisah Pembelahan Dada Nabi Muhammad SAW

Diceritakan dalam buku Kisah Manusia Paling Mulia yang disusun oleh Neti S, pada masa kecilnya, Nabi Muhammad SAW menghabiskan waktunya di pedalaman Bani Sa’ad ikut ibu sepersusuannya. Beliau tumbuh menjadi anak yang sehat, berhati baik, dan fasih dalam berbahasa.


Nabi Muhammad SAW hidup dengan rukun dan penuh kasih sayang bersama saudara sepersusuannya. Kesehariannya, mereka bermain dan menggembala kambing bersama di padang penggembalaan Bani Sa’ad.

Pada suatu ketika, saat Nabi Muhammad SAW menggembala kambing bersama saudara sepersusuannya, datanglah Malaikat Jibril menghampiri Nabi Muhammad SAW dalam wujud manusia. Malaikat Jibril lantas memegang tangan mungil Nabi Muhammad SAW, hingga membuat beliau terkejut dan pingsan.

Malaikat Jibril kemudian meletakkan Nabi Muhammad SAW yang tak sadarkan diri di atas batu. Di saat ini pula, Jibril mulai membelah dada Nabi SAW. Jibril mengeluarkan segumpal darah hitam dari hati beliau yang telah dibelah, kemudian membuangnya.

Setelah itu, hati Nabi Muhammad SAW dibersihkan dengan air zamzam yang disimpan dalam wadah emas. Setelah hati Nabi Muhammad SAW bersih, Jibril meletakkannya kembali ke tempat semula.

Melihat kejadian ini, para saudara persusuan Nabi Muhammad SAW sangat ketakutan. Mereka kemudian berlari pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya, Halimah.

“Ibu…ibu…Muhammad….dibunuh! Muhammad dibunuh!” kata mereka dengan menjerit-jerit.

“Ada apa dengan saudaramu?” tanya Halimah cemas.

“Muhammad…. ada orang yang ingin melukainya,” jawab mereka dengan terbata-bata.

Halimah yang terkejut dan cemas setelah mendengarnya, segera mendatangi padang gembalaan tempat Nabi Muhammad SAW berada.

Sesampainya di sana, Halimah melihat Nabi Muhammad SAW sedang menggembalakan kambing dalam kondisi yang baik-baik saja dan tidak ada luka atau goresan yang mengkhawatirkan pada diri anak susuannya itu. Bahkan, wajah Nabi Muhammad SAW terlihat lebih cerah dari biasanya.

“Apa yang telah terjadi padamu, wahai anakku?” tanya Halimah.

“Dua orang laki-laki berjubah putih telah mengambil sesuatu dari tubuhku,” Nabi Muhammad SAW menjawab dengan polosnya.

“Apa itu?” tanya Halimah dengan wajah khawatir. “Aku tidak tahu,” jawab Nabi Muhammad SAW.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Halimah sambil memeriksa tubuh Nabi Muhammad SAW untuk memastikan kembali keadaan anak susuannya itu. Namun, ia tetap tidak menemukan tanda-tanda yang mengkhawatirkan pada diri Nabi Muhammad SAW.

Halimah pun segera membawa Nabi Muhammad SAW dan anak-anaknya pulang dengan rasa waswas akan keselamatan anak susuannya tersebut. Peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad SAW di padang gembalaan itu benar-benar telah mengganggu pikiran Halimah.

Dalam beberapa riwayat, yang dikutip dari buku The 10 Habits of Rasulullah karya Rizem Aizid, air yang digunakan untuk membersihkan hati Rasulullah SAW tersebut bukan air zamzam, melainkan air dari surga. Peristiwa pembelahan dada ini pun terjadi dua kali, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW berusia empat tahun dan sepuluh tahun.

Dalam buku Meneladani Rasulullah melalui Sejarah karya Sri Januarti Rahayu disebutkan bahwa, tidak lama setelah kejadian pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril, Halimah mengembalikan beliau kepada sang ibu, Aminah.

Sejak saat itu, Nabi Muhammad SAW merasakan kebahagiaan karena bisa hidup bersama ibunda. Namun, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama, karena sang ibu, Aminah, meninggal dunia saat Nabi Muhammad SAW berusia enam tahun.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Cerita Qabil dan Habil, Anak Nabi Adam AS yang Membunuh Saudara Kembarnya



Jakarta

Qabil dan Habil merupakan anak kembar laki-laki dari Nabi Adam AS. Siti Hawa melahirkan dua pasang anak kembar laki-laki dan perempuan, yaitu Qabil, Habil, Iqlima dan Labuda.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Qabil adalah saudara kembar dari Iqlima. Sementara itu, Habil merupakan saudara kembar dari Labuda.

Ketika mereka sudah baligh, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Adam AS agar menikahkan anak-anaknya yang tidak sekandung. Jadi, Habil dinikahkan dengan Iqlima sementara Qabil dengan Labuda.


Namun, Qabil merasa dengki terhadap Habil. Sebab, paras Labuda tidak secantik Iqlima yang mana merupakan saudara kembar Qabil.

Setan dengan segala tipu daya dan bisikannya menghasut Qabil untuk membunuh Habil. Karena tidak mau mengalah dan hatinya dipenuhi rasa iri, akhirnya Adam AS meminta kedua putranya untuk berkurban agar mendapat pilihan terbaik. Langkah ini dilakukan Nabi Adam AS agar tidak melanggar anjuran dari Allah SWT.

Qabil mempersembahkan kurban berupa hasil pertanian yang buruk, sementara Habil memberikan kurban berupa seekor kambing gemuk dengan kualitas baik. Atas kuasa Allah SWT, muncul api menyambar kurban Habil yang menandakan kurbannya diterima sang Khalik. Sebaliknya, kurban Qabil ditolak karena api membiarkan miliknya begitu saja.

Melihat hal itu, Qabil menjadi marah dan berkata ingin membunuh Habil jika benar-benar menikahi Iqlima. Jawaban Habil atas gertakan Habil diceritakan dalam surah Al Maidah ayat 28,

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

Qabil yang gelap mata akhirnya memutuskan untuk membunuh Habil. Ulama berpendapat bahwa Qabil memanggul jenazah Habil selama satu tahun setelah membunuh saudaranya.

Ulama lain ada yang mengatakan selama 100 tahun sampai akhirnya Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang bertarung hingga salah satunya mati. Burung gagak yang masih hidup menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang telah mati ke dalamnya, ketika itu Qabil menyaksikan pergulatan kedua burung gagak tersebut dan meniru apa yang dilakukan mereka.

Ada lagi yang berpendapat bahwa Qabil membunuh Habil dengan batu yang dilempar hingga mengenai kepalanya ketika ia terlelap. Pendapat lain menyebutkan Qabil mencekek leher Habil sekuat-kuatnya dan menggigitnya seperti layaknya binatang buas hingga Habil meninggal dunia.

Sewaktu Qabil menyaksikan Habil yang terkapar tidak berdaya, ia bingung dan menyesali perbuatannya. Qabil teringat bahwa Habil merupakan saudara yang baik.

Allah SWT tidak langsung mengazab Qabil di dunia, namun ia menanggung dosa besar. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Tidaklah seorang jiwa dibunuh secara zalim, kecuali anak Adam yang pertama (Qabil) ikut menanggung darahnya, karena ia adalah orang yang pertama mencontohkan pembunuhan.” (HR Bukhari)

Wallahu a’lam

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pertemuan Nabi Yusuf AS dengan Saudaranya setelah Lama Berpisah



Jakarta

Nabi Yusuf AS adalah salah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ketika kecil, Yusuf AS dibuang ke dalam sumur oleh saudara kandungnya karena iri. Sebab, ayah mereka yang tak lain Nabi Yaqub AS sangat menyayangi Yusuf kecil.

Dikisahkan dalam Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Yusuf AS berhasil keluar dari dalam sumur setelah ditolong musafir yang melintas. Sayangnya, beliau justru diperjual belikan oleh rombongan musafir tersebut.

Nabi Yusuf AS dijual dengan harga 20 dirham, sebagian mengatakan 40 dirham. Yusuf AS dibeli oleh seorang menteri Mesir.


Sejak saat itu, Nabi Yusuf AS tidak pernah bertemu lagi dengan ayah maupun saudara-saudaranya. Mereka berdusta kepada Yaqub AS bahwa Yusuf AS dimangsa oleh serigala hingga Nabi Yaqub AS tak henti-hentinya menangisi hal tersebut.

Singkat cerita, Yusuf AS menginjak usia dewasa. Beliau menjabat sebagai penguasa urusan agama dan dunia kawasan Mesir setelah banyak lika-liku yang ia lalui.

Kala itu, saudara-saudara Nabi Yusuf AS pergi ke Mesir untuk mencari bahan makanan. Ibnu Katsir menyebut waktu ini bertepatan setelah masa kemarau panjang yang menimpa berbagai negara.

Ketika para saudara Yusuf AS masuk, beliau mengenalinya. Hanya saja, saudara Nabi Yusuf AS tidak mengenali sang nabi karena tidak terpikirkan kalau Yusuf AS menjadi salah satu orang dengan kedudukan terhormat.

Namun, pendapat lainnya mengatakan saudara Yusuf AS datang menemui beliau dan sujud kepadanya. Nabi Yusuf AS tidak ingin mereka mengenalinya sehingga ia berkata-kata keras, “Kalian mata-mata, kalian datang untuk merampas kekayaan negeriku?”

Mereka menjawab “Kami berlindung kepada Allah (untuk berbuat seperti itu). Kami hanya datang untuk mengumpulkan bahan makanan untuk kau kami, karena kami tertimpa kelaparan. Kami semua adalah keturunan satu nenek moyang; Kan’an. Kami adalah 12 bersaudara, tapi salah satu di antara kami pergi entah ke mana, dan yang paling kecil di antara kami di rumah bersama ayah kami,”

Yusuf AS kemudian berkata, “Aku harus memeriksa kalian.”

Dalam versi lainnya, ahli kitab mengatakan bahwa Nabi Yusuf AS menahan saudaranya selama tiga hari sebelum akhirnya dilepaskan. Sementara itu, salah satu saudara Yusuf AS yang bernama Syam’un ditahan agar mereka membawa saudara lainnya sebagai pengganti.

Ada juga pendapat yang menyebut Nabi Yusuf AS memberikan bahan makanan untuk saudaranya sepenuh bawaan unta setiap satu orang, tidak lebih dari itu. Ia lalu berkata, “Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin),”

Yusuf AS juga bertanya mengenai berapa jumlah mereka dan mengatakan, “Jika kalian datang lagi tahun depan, ajak serta dia bersama kalian,”

Nabi Yusuf AS berusaha agar mereka membawa saudaranya sehingga kerinduannya terobati. Setelah itu Yusuf AS memerintahkan para pelayan untuk memasukkan kembali barang-barang yang mereka bawa untuk mereka tukarkan dengan makanan tanpa mereka sadari.

Ada yang menyebut maksud dari pengembalian barang itu agar mereka mendapati barang-barang tersebut setelah berada di kampung halaman. Sebagian berpandangan Yusuf AS khawatir jika mereka tidak kembali lagi karena tidak memiliki barang untuk ditukarkan bahan makanan.

Para mufassir berbeda pendapat tentang barang-barang bawaan saudara Nabi Yusuf AS. Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com