Tag Archives: sedekah

Ini Waktu Terbaik untuk Bersedekah, Amalkan agar Dapat Pahala Berlimpah


Jakarta

Sedekah bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Namun, ada beberapa waktu sedekah yang dikatakan paling utama.

Muslim yang bersedekah pada waktu-waktu tersebut akan mendapat pahala yang luar biasa. Anjuran bersedekah sendiri diterangkan dalam surah Al Baqarah ayat 261,

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٦١


Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

Lalu, kapan saja waktu terbaik yang dianjurkan untuk bersedekah itu?

Waktu Terbaik yang Dianjurkan untuk Bersedekah

1. Subuh

Subuh merupakan waktu terbaik untuk bersedekah. Ketika Subuh, para malaikat turun ke bumi untuk berdoa. Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa: ‘Ya Allah, berikanlah pengganti kepada yang gemar berinfak.’ Dan malaikat lain berdoa: ‘Ya Allah, timpakanlah kebangkrutan kepada yang enggan bersedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Ketika Sehat dan Takut Miskin

Menukil dari buku Jangan Lepaskan Islam Walau Sedetik oleh Masyuril Khamis, sedekah ketika sehat dan takut miskin dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Berikut bunyi haditsnya,

“Wahai Rasulullah, sedekah mana yang paling besar pahalanya?” Rasul menjawab, “Bersedekahlah ketika kamu dalam kondisi sehat lagi bakhil, takut miskin, dan sedang berharap kaya. Jangan menunggu sampai nyawa di tenggorokan, baru berkata, ‘Aku sedekahkan ini untuk si fulan,’ padahal itu sudah menjadi bagian ahli warisnya.” (HR Bukhari)

Menukil dari Kitab Terjemahan Fiqhul Islam wa Adillathuhu Juz 10 oleh Wahbah Az Zuhaili terbitan Gema Insani, sehat lagi bakhil (kikir) artinya saat manusia dalam kondisi yang sehat dan kuat. Sebab, dalam keadaan itu biasanya manusia bakhil.

Oleh karenanya, manusia selalu mengharapkan kelanggengan harta dan takut kemiskinan. Jadi, sedekah dalam keadaan demikian pahalanya lebih besar.

3. Saat Bulan Ramadan

Ramadan merupakan momen yang istimewa bagi umat Islam. Pada waktu ini, setiap pahala kebaikan berlipat ganda. Dari Anas bin Malik RA berkata,

“Wahai Rasulullah, sedekah mana yang paling utama?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah di bulan Ramadan.” (HR At Tirmidzi)

4. Pada Hari Jumat

Jumat adalah hari yang istimewa bagi muslim. Pahala semua amalan termasuk sedekah juga dilipatgandakan sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari Abdillah bin Abi Aufa,

“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jum’at, karena shalawat itu tersampaikan dan aku mendengarnya.’ Nabi juga bersabda, ‘Pada hari Jum’at, pahala sedekah dilipatgandakan.'” (HR Imam Syafi’i)

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Bentuk Sedekah yang Pahalanya Dahsyat Menurut Hadits


Jakarta

Sedekah adalah amalan yang dicintai Allah SWT dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut sebuah hadits, ada sedekah yang pahalanya paling dahsyat.

Menurut Buku Saku Terapi Bersedekah yang ditulis Manshur Abdul Hakim, Al-Jurjani mengartikan sedekah sebagai pemberian yang dimaksudkan untuk mengharap pahala dari Allah SWT. Sementara itu, Al-Raghib memaknai sedekah sebagai harta yang dikeluarkan seseorang karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Imam Nawawi melalui Syarh Shahih Muslim-nya mengatakan bahwa sedekah menjadi bukti ketulusan seseorang sekaligus lurusnya iman di dalam hatinya. Dengan begitu, perilaku dan suara hatinya selaras. Jadi, sedekah adalah cermin dari iman yang tulus dan lurus.


Anjuran bersedekah dijelaskan dalam sejumlah ayat suci Al-Qur’an, salah satunya firman Allah SWT dalam surah Al Baqarah ayat 267.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا۟ ٱلْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِـَٔاخِذِيهِ إِلَّآ أَن تُغْمِضُوا۟ فِيهِ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Berkaitan dengan itu, ada sedekah yang pahalanya besar. Hal ini disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW.

Sedekah Apa yang Pahalanya Paling Besar?

Sedekah yang pahalanya paling besar tercantum dalam hadits Rasulullah SAW. Berikut bunyi haditsnya yang dinukil dari Syarah Riyadhus Shalihin oleh Imam Nawawi yang diterjemahkan Misbah.

Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu berkata, “Ya Rasulullah, sedekah mana yang paling besar pahalanya?”

Kemudian Rasulullah pun bersabda, “Yaitu jika engkau bersedekah, engkau itu masih sehat dan sebenarnya engkau kikir. Kau takut menjadi fakir dan engkau sangat berharap menjadi kaya. Tetapi janganlah engkau menunda-nunda sehingga apabila nyawamu telah sampai di kerongkongan lalu berkata, ‘Yang ini untuk fulan dan yang ini untuk fulan’, padahal yang demikian itu memang untuk fulan.” (HR Muttafaq’alaih)

Mengacu pada hadits di atas, sedekah yang pahalanya paling besar pahalanya adalah sedekah yang dilakukan ketika sehat dan kikir. Menurut Imam Nawawi, ketika muslim bersifat dermawan dan sedekah dalam keadaan sehat itu membuktikan keikhlasan serta cinta yang besar kepada Allah SWT.

Saat seseorang bersedekah dalam keadaan sehat tentu berbeda ketika sakit. Seperti diketahui, sewaktu seseorang sakit dan ajalnya dekat maka ia merasa putus asa dengan hidup sehingga harta di matanya tak lagi menjadi hal yang penting.

Sedekah ketika kaya juga menjadi salah satu jenis amalan yang pahalanya luar biasa. Ini dijelaskan oleh Asy Syarqawi melalui Jawaih Al-Bukhari tulisan Syaikh Muhammad Imarah yang diterjemahkan M Abdul Ghoffar.

Tujuan dari sedekah adalah menguatkan keinginan untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Oleh karenanya, sedekah dalam keadaan sakit atau jelang kematian berbeda dengan sedekah sewaktu sehat dan kaya.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Awan Diperintah Menyiram Kebun Petani yang Rajin Bersedekah



Jakarta

Sedekah mengandung banyak keutamaan. Salah satunya seperti kisah seorang petani yang diriwayatkan oleh Muslim dalam bab Zuhd wa ar-Raqaq.

Suatu ketika, ada seorang laki-laki yang berada di sebuah tempat yang sunyi. Tiba-tiba ia mendengar sesuatu yang ghaib, yakni sebuah awan yang lewat di atas kepalanya.

Dari awan tersebut, lelaki itu mendengar suara perintah agar menyiram kebun Fulan. Mendengar hal itu, lantas ia mendengarkan sembari melihat ke arah mana awan itu pergi, seperti dikisahkan dalam buku Jangan Terlalu Berlebihan dalam Beribadah hingga Melupakan Hak-hak Tubuh tulisan Nur Hasan.


Setelah mengamati, awan tersebut ternyata berhenti dan menurunkan air hujan di sebuah tanah dengan batu-batu hitam. Air hujan itu kemudian membentuk aliran air yang mengalir ke sebuah tempat tertentu.

Semakin penasaran, laki-laki itu menelusuri air hujan yang sudah mengalir hingga akhirnya sampai di sebuah kebun. Ini dijelaskan oleh Imam Muslim bahwa Nabi SAW pernah bersabda:

“Ketika seorang laki-laki berada di tempat yang sunyi, ia mendengar suara awan, ‘Siramilah kebun Fulan,”

Nah, air hujan itu mengalir dan mengarah ke sebuah kebun. Lelaki itu kemudian melihat seseorang yang tengah berdiri di kebun tersebut dan sedang mengalirkan air dengan cangkul yang dibawanya ke semua penjuru kebun.

Menurut buku Kisah-Kisah yang Menunjukkan Keutamaan Amal yang disusun oleh Dr Umar Sulaiman al-Asqor, orang itu merupakan petani yang kebunnya dijaga oleh Allah SWT dari kekeringan karena dirinya ikhlas dan istiqomah mengeluarkan hasil taninya sesuai yang diperintahkan Allah. Kala itu, tanah-tanah di sekitar wilayah tersebut terbengkalai karena kekeringan.

Saking keringnya, sudah hampir satu setengah tahun hujan tidak kunjung turun. Sementara itu, lelaki yang dari awal mendengar suara awan tersebut juga merupakan seorang petani.

Ia heran, mengapa harus kebun si Fulan yang disirami dan bukan kebunnya? Padahal semua petani di wilayah itu membutuhkan siraman air. Setelah menemui orang yang kebunnya disirami, ia lantas bertanya,

“Wahai hamba Allah, siapa namamu?”

Orang tersebut menjawab, “Fulan,”

Kemudian, si pemilik kebun yang lahannya baru saja disirami air hujan balik bertanya, “Wahai hamba Allah, kenapa engkau bertanya tentang namaku?”

“Sebetulnya saya mendengar suara dari langit yang kemudian memerintahkan awan agar memberikan air kepadamu. Apa yang kamu lakukan pada kebun ini hingga mendapat keistimewaan luar biasa seperti itu?” tanyanya dengan rasa penasaran.

Pemilik kebun lalu menjawab, “karena kamu berkata seperti itu, maka aku melihat hasil kebunku. Sepertiganya aku sedekahkan kepada para fakir miskin, sepertiganya lagi aku makan bersama keluargaku, dan sepertiganya lagi aku kembalikan kepada kebun ini yang mempunyai haknya, yaitu dengan merawatnya dari hasil yang sudah aku peroleh ini,”

Karena sedekahnya yang membagi hasil kebun dengan adil, pemilik kebun itu mendapat kemuliaan dari Allah SWT hingga awan pun diperintahkan untuk menyirami kebunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah menjaga orang-orang shaleh yang adil dan suka bersedekah.

Dari kisah di atas, dapat kita ketahui bahwa sedekah bukanlah hal yang sia-sia. Justru sebaliknya, Allah membalas hamba-Nya yang rajin bersedekah dengan hal yang ganjaran yang luar biasa.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Cara Rasulullah Berbagi Susu untuk Fakir dan Sahabat yang Kelaparan



Jakarta

Rasulullah SAW adalah sosok yang dermawan, beliau selalu berbagi ketika mendapat rezeki. Termasuk berbagi susu segar kepada Abu Hurairah.

Sebagai seorang sahabat, Abu Hurairah memiliki banyak pengalaman bersama Rasulullah SAW. Salah satunya yakni pengalaman diberi susu segar oleh Rasulullah SAW ketika ia sedang dalam keadaan sangat lapar.

Kisah ini banyak diabadikan melalui riwayat para sahabat. Kemudian dituliskan juga dalam buku 115 Kisah Menakjubkan Dalam Hidup Rasulullah karya Fuad Abdurrahman.


Suatu hari ketika sedang berjalan-jalan, Rasulullah SAW melihat Abu Hurairah RA duduk di pinggir jalan dengan tubuh yang tampak lunglai. Beliau tahu, sahabatnya itu sedang kelaparan.

Beliau tersenyum seraya memanggil, “Hai Aba Hirr (panggilan Abu Hurairah)!”

“Labbaika, Ya Rasulullah,” jawab Abu Hurairah.

“Ikutilah aku,” kata Rasulullah SAW mengajak sahabatnya ini.

Abu Hurairah mengikuti Rasulullah SAW yang berjalan menuju ke rumahnya. Setelah diberi izin, Abu Hurairah masuk ke rumah mengikuti Rasulullah SAW.

Di dalam rumah, Rasulullah SAW melihat satu wadah penuh susu dan beliau bertanya kepada istrinya, “Dari mana susu ini?”

“Seseorang mengirimkannya untukmu sebagai hadiah,” jawab istrinya.

Rasulullah SAW memanggil Abu Hurairah, “Hai, Aba Hirr!”

“Labbaika, Ya Rasulullah,”

“Panggillah ahlu shuffah (kaum fakir yang menetap di serambi Masjid Nabawi),”

Rasulullah SAW memiliki jiwa dermawan yang sangat tinggi, beliau akan berbagi dengan ahlu shuffah ketika mendapatkan rezeki. Ketika mendapatkan hadiah, beliau akan memakan sebagian dan memberikan sebagian lainnya kepada para sahabat, terutama ahlu shuffah.

Ketika diperintahkan untuk memanggil ahlu shuffah, Abu Hurairah berkata dalam hati, “Aku berhak mendapat seteguk lebih dulu untuk mengembalikan tenagaku. Toh nanti, kalau ahlu shuffah datang, tentu aku yang akan disuruh melayani mereka. Pasti nanti aku akan mendapatkan sisanya.”

Perkataan ini hanya terucap di dalam hati. Abu Hurairah tidak berani memintanya kepada Rasulullah SAW.

Ia lantas bergegas pergi memanggil ahlu shuffah, sesuai yang diperintahkan Rasulullah SAW.

Saat tiba di rumah Rasulullah SAW, mereka langsung menempati tempat duduk masing-masing.

“Hai, Aba Hirr!”

“Labbaika, Ya Rasulullah.”

“Terima (susu) ini dan bagikan kepada mereka!” perintah Rasulullah SAW.

Abu Hurairah pun langsung menerima wadah susu itu. Lalu, ia memberikan kepada orang pertama untuk diminum sampai puas. Lalu, orang kedua, ketiga, keempat, sampai semuanya mendapat jatah susu.

Setelah itu, wadah dikembalikan kepadanya, dan ia langsung memberikannya kepada Rasulullah SAW.

Beliau menerimanya sambil tersenyum.

“Hai, Aba Hirr!”

“Labbaika, Ya Rasulullah.”

“Kini, tinggal aku dan engkau.”

“Benar, ya Rasulullah.”

“Duduklah dan minumlah,” pinta beliau.

Abu Hurairah pun duduk dan minum susu itu. Rasulullah SAW beberapa kali menyuruhnya untuk meminumnya, “Minumlah!” sehingga Abu Hurairah terus-terusan minum sampai kekenyangan.

“Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, aku sudah kenyang,” ujar Abu Hurairah.

“Kalau begitu, berikan kepadaku!”

Abu Hurairah pun memberikan wadah itu. Rasulullah SAW memuji Allah SWT, membaca basmalah, lalu meminum susu itu.

Sekilas susu tersebut terlihat tidak banyak, tetapi nyatanya bisa dinikmati oleh banyak orang sehingga memberi rasa kenyang.

Kisah ini sekaligus menjadi pelajaran bahwa rezeki yang diberkahi Allah SWT akan mampu mencukupi kebutuhan. MasyaAllah!

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kedermawanan Utsman bin Affan, Sang Pemiliki Dua Cahaya


Jakarta

Khulafaur Rasyidin adalah julukan dari empat khalifah umat Islam sepeninggal Rasulullah SAW yang mempunyai jiwa kepemimpinan dan kebijaksanaan luar biasa. Masing-masing dari mereka mempunyai sisi tauladan yang dapat diikuti.

Mengutip buku Biografi Utsman bin Affan karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dijelaskan biografi singkat mengenai Utsman bin Affan.

Nama asli beliau adalah Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada Abdi Manaf. Sedang ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abd Syams bin Abdi Manaf bin Qushay.


Pada awalnya Utsman bin Affan sering dipanggil oleh sahabat lainnya sebagai Abu Amru, namun setelah Ruqayah binti Rasulullah (Istri Utsman) melahirkan bayi yang diberi nama Abdullah, Utsman bin Affan kemudian dipanggil sebagai Abu Abdullah.

Selain nama panggilan, Utsman bin Affan mempunyai gelar Dzunnurain (Pemilik dua cahaya). Badruddin Al-Aini saat memberikan syarah kepada Shahih Al-Bukhari menceritakan bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al-Mahlab bin Abu Shafrah. “Mengapa Utsman dijuluki Dzunnurain?”

Al-Mahlab lantas menjawab, ” Karena kami belum mengetahui ada seseorang pun menikah dengan dua putri Nabi Muhammad SAW, kecuali Utsman.”

Kedermawanan Utsman bin Affan

1. Menyumbang Harta saat Perang Tabuk

Mengutip buku Kisah Edukatif 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga karya Luthfi Yansyah disebutkan pada saat perang Tabuk, umat Islam kekurangan dana dan memerlukan bantuan dana dari hasil patungan para sahabat.

Disisi lain pasukan musuh (Romawi) telah siap dengan pasukan yang banyak, prajurit dengan perlengkapan yang lengkap, serta persediaan yang memadai. Lokasi peperangan juga berada di dekat bangsa Romawi, sehingga umat Islam perlu melakukan persiapan matang dalam perjalanan menuju lokasi perang.

Maka suatu hari Rasulullah SAW naik ke atas mimbar, beliau memuji Allah SWT, kemudian beliau menganjurkan kepada seluruh umat Islam untuk mengeluarkan segala kemampuannya dan menjanjikan mereka dengan balasan yang besar pula.

Utsman segera berdiri, seraya berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan bekalnya, wahai Rasulullah”

Kemudian, Rasulullah turun satu anak tangga dari mimbarnya dan beliau terus menganjurkan umat Islam untuk mengeluarkan apa yang mereka punya.

Maka untuk kedua kalinya Utsman berdiri dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya, wahai Rasulullah!”

Kemudian, beliau turun satu anak tangga lagi dari mimbar dan beliau masih saja menyerukan kaum Muslimin untuk mengeluarkan segala yang mereka miliki. Utsman untuk ketiga kalinya berdiri dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya, wahai Rasulullah!”

Rasulullah SAW pun mengarahkan tangannya kepada Utsman bin Affan, beliau pun bersabda, “Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan… Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan.”

Ketika Rasulullah SAW belum turun dari mimbarnya, Utsman bin Affan segera lari kencang kembali ke rumahnya mengambil harta yang beliau janjikan disertai dengan 1000 dinar emas, langsung diserahkan kepada Rasulullah.

Rasulullah berkata:

“Semoga Allah SWT mengampunimu, wahai Utsman atas sedekah yang engkau berikan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Semoga Allah juga mengampuni segala sesuatu yang ada pada dirimu, dan apa yang telah Dia ciptakan hingga terjadinya hari Kiamat.”

2. Pembelian Sumur Tua Orang Yahudi

Mengutip buku Dahsyatnya Ibadah Para Sahabat Rasulullah karya Yanuar Arifin, terdapat kedermawanan lainnya yang pernah dilakukan oleh Utsman bin Affan.

Pada zaman Rasulullah masih tinggal di Madinah, ada sebuah sumur bernama Rumata milik orang Yahudi yang dijual tinggi, menyebabkan tidak ada seorang pun yang dapat meminum air dari sumur tersebut.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membeli Sumur Rumata untuk kita, lalu menjadikannya sebagai shadaqah bagi kaum muslimin, niscaya Allah Swt. akan memberikan kepadanya minum yang disebabkan kehausan pada Hari Kiamat.”

Mendengar sabda Rasulullah SAW, Utsman bin Affan RA pun lantas membelinya dan kemudian ia menjadikannya shadaqah bagi kaum muslimin.

Sumur itu ia beli dengan harga yang sangat tinggi, yakni sekitar tiga puluh lima dirham. Ada juga yang mengatakan dua puluh lima dirham.

3. Shadaqah Semua Harta Dagangan

Suatu ketika pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Madinah mengalami kekeringan, dan tumbuh-tumbuhan dan susah untuk didapat, makanya tahun ini dikenal sebagai tahun ramadah (Tahun kelabu).

Utsman bin Affan bersama rombongan dagangnya datang membawa seribu unta, dan setiap untanya telah dibebani berbagai muatan berupa gandum, minyak, anggur, atau tin yang dikeringkan.

Para pedagang di Madinah segera mengerubungi dagang Utsman untuk bernegosiasi persediaan tersebut, Utsman pun menolaknya, bukan karena negosiasi gagal dan harganya tidak cocok, melainkan Utsman berniat sedekah seluruh barang bawaannya untuk penduduk Madinah yang sedang kesulitan.

Utsman bin Affan RA berkata, “Aku bersaksi kepada Allah, aku menjadikan apa yang dibawa oleh unta- unta ini sebagai shadaqah kepada fakir miskin dari kaum muslimin. Aku tidak mengharapkan dari mereka dirham atau dinar. Namun, aku mengharapkan pahala dan ridha dari Allah.”

Belajar dari kedermawanan Utsman bin Affan, detikers tak perlu bersedekah dengan nominal besar. detikers bisa memulainya dengan langkah kecil seperti berdonasi. Sahabat baik bisa berderma melalui berbuatbaik.id yang menjamin donasi 100% tersalurkan tanpa potongan. Yuk mulai tanamkan sikap dermawan dengan berdonasi, sekarang juga!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pengemis Buta dan Kedermawanan Ummu Ja’far



Jakarta

Ummu Ja’far termasuk seorang wanita kaya yang dermawan. Ia tak sungkan memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan.

Kedermawanan Ummu Ja’far masyhur di kalangan masyarakat, bahkan 2 pengemis buta pun mengetahui hal itu. Kisah Ummu Ja’far dan pengemis buta diabadikan oleh As-Samarqandi dalam kitab Nailul Hatsits fi Hikayatil Hadits (Abu Hafs Umar bin Hasan An-Naisaburi As-Samarqandi, Nailul Hatsits fi Hikayatil Hadits).

Melansir laman Kemenag (17/9) dalam kisah ini diceritakan bahwa setiap hari pengemis buta menunggu Ummu Ja’far di pinggir jalan yang biasa dilaluinya. Ketika bekerja, kedua pengemis buta ini punya harapan dan permintaan yang berbeda dengan ucapan doa yang juga berbeda.


“Ya Allah, anugerahkan rezeki kepadaku dari kemurahan-Mu,” ucap pengemis buta pertama.

“Ya Allah, anugerahkanlah rezeki kepadaku dari kemurahan Ummu Ja’far,” ucap pengemis buta kedua.

Melihat dan mendengar ucapan dari pengemis ini, Ummu Ja’far lantas segera memberikan sedekahnya kepada kedua pengemis tersebut. Ummu Ja’far memberikan dengan nilai yang berbeda pada masing-masing pengemis.

Kepada pengemis pertama yang mengharap rezeki dari Allah, Ummu Ja’far memberinya uang 2 dinar. Selanjutnya, untuk pengemis kedua yang mengharap rezeki dari Ummu Ja’far, diberikan 2 adonan roti dan ayam bakar yang di dalamnya telah diselipkan uang 10 dinar.

Perbedaan bentuk sedekah ini membuat pengemis buta yang kedua merasa hal ini tidak adil. Apalagi ia, tidak menerima sedekah dalam bentuk uang.

Kemudian pengemis kedua ini meminta pengemis pertama agar roti dan ayam bakarnya ditukar atau dibeli dengan uang 2 dinar yang baru didapat dari Ummu Ja’far.

“Berikanlah uang itu kepadaku lalu ambillah roti dan ayam bakar ini untuk anak-anakmu,” ujar pengemis kedua.

Kedua pengemis ini tidak tahu bahwa di dalam ayam panggang pemberian Ummu Ja’far itu terselip uang 10 dinar.

Mendengar tawaran ini, pengemis pertama akhirnya bersedia menukar yang 2 dinar dengan roti dan ayam bakar milik pengemis pertama. Ternyata hal ini tidak terjadi dalam waktu satu kali.

Transaksi seperti ini berulang kali terjadi selama 10 hari. Artinya selama 10 hari tersebut, pengemis kedua menukar roti dan ayam bakar dengan uang 2 dinar milik pengemis pertama.

Setelah 10 hari, Ummu Ja’far kembali menemui pengemis kedua yang mengharapkan rezeki darinya.

“Apakah kamu puas dengan pemberian kami?” tanya Ummu Ja’far pada pengemis kedua.

“Memangnya apa yang engkau berikan padaku?” kata pengemis itu menjawab dengan pertanyaan.

“100 dinar,” jawab Ummu Ja’far.

“Tidak mungkin. Setiap hari engkau memberiku adonan roti dan ayam bakar, lalu aku menjualnya ke temanku dengan harga 2 dinar,” jawabnya.

Ummu Ja’far pun merasa terkejut dan menyadari tentang kemurahan Allah SWT pada hamba yang mengharapkan anugerah dari-Nya.

“Begitulah, dia (pengemis pertama) mengharapkan kemurahan Allah. Maka Allah segera memberinya kehidupan yang serba berkecukupan, meskipun dia sendiri tidak punya niat atau rencana seperti itu,” ujar Ummu Ja’far.

Ummu Ja’far pun menegaskan bahwa barang siapa yang mengadukan kefakiran kepada Allah, pasti Allah SWT akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Selanjutnya, ia juga meyakini bahwa takaran rezeki setiap orang tidak akan tertukar. Ketika Allah SWT sudah berkehendak pasti akan terjadi dan jika Allah SWT tidak menghendaki pasti tidak akan terjadi.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Awal Haid, Dibaca ketika Hari Pertama Menstruasi


Jakarta

Haid adalah darah yang keluar dari ujung rahim wanita secara sehat tanpa suatu sebab dan dalam waktu yang diketahui. Umumnya, wanita yang haid tidak diperbolehkan mengerjakan ibadah, seperti salat dan puasa.

Larangan tersebut tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 222 yang berbunyi,

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَٱعْتَزِلُوا۟ ٱلنِّسَآءَ فِى ٱلْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ


Arab latin: Wa yas`alụnaka ‘anil-maḥīḍ, qul huwa ażan fa’tazilun-nisā`a fil-maḥīḍi wa lā taqrabụhunna ḥattā yaṭ-hurn, fa iżā taṭahharna fa`tụhunna min ḥaiṡu amarakumullāh, innallāha yuḥibbut-tawwābīna wa yuḥibbul-mutaṭahhirīn

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri,”

Menurut Kitab Haid, Nifas, dan Istihadhah oleh Sayyid Abdurrahman bin Abdul Qadir Assegaf, haid adalah peristiwa pengalaman biologis yang Allah SWT berikan kepada wanita. Haid menjadi tanda bahwa organ reproduksi wanita sehat dan berfungsi dengan baik.

Ketika dalam masa haid khususnya ketika hari awal, ada sebuah doa yang bisa dipanjatkan. Doa ini disebutkan oleh Aisyah RA dan bisa menjadi penolong dari api neraka, penyebab kemudahan melewati titian shiratal mustaqim serta penyebab ditinggikannya derajat oleh Allah SWT.

Bacaan Doa Awal Haid

الْحَمْدُللهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ

Arab latin: Alhamdulillah ala kulli halin wa astaghfurullaha min kulli dzanbin

Artinya: “Segala puji bagi Allah atas segala perkara, dan aku memohon ampun kepada-Mu atas segenap dosa,”

Selain itu, ada juga doa awal haid untuk meredakan rasa nyeri. Menukil dari buku Keutamaan Doa & Dzikir susunan M Khalilurrahman Al Mahfani, berikut bacaannya:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبْ الْبَاسَ اشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

Arab latin: Allahumma adzhibil ba’sa rabban naasi wasyfi fantasy syaafii laa syiffaa ‘an syifaa ‘uka syifaa ‘an laa yughaadiru saqama

Artinya: “Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit dan sembuhkanlah. Engkau adalah Pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit,” (HR Bukhari)

Aisyah RA juga mengatakan bahwa wanita haid yang berzikir kepada Allah SWT akan mendapat ganjaran pahala setara dengan 40 orang yang mati syahid,

“Ia mendapatkan pahala di setiap hari dan malamnya, seperti pahala empat puluh orang mati syahid, manakala ia berzikir kepada Allah SWT di dalam masa haidnya,” bunyi keterangan dari Aisyah RA.

Amalan yang Bisa Dikerjakan Wanita Haid

Meski tidak diperbolehkan untuk salat dan puasa, ada sejumlah ibadah yang tetap bisa dikerjakan oleh wanita haid. Apa saja? Berikut bahasannya yang dinukil dari Buku Lengkap Fiqh Wanita tulisan Abdul Syukur al-Azizi dan buku Tentang Bagaimana Surga Merindukanmu karya Ustazah Umi A Khalil.

1. Membaca Istighfar

Beristighfar termasuk ke dalam amalan yang dapat dikerjakan oleh wanita haid. Dengan beristighfar maka Allah SWT menjamin ampunan dan pahala yang besar bagi siapapun yang memohon kepada-Nya.

2. Mempelajari Ilmu Agama

Mempelajari ilmu agama bisa dengan cara mendengar ceramah guru atau ustaz. Dalam surat Al Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١١

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

3. Bersedekah

Bersedekah juga termasuk sebagai amalan yang dapat dilakukan oleh wanita haid. Terlebih, sedekah menjadi amalan yang paling dianjurkan.

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com